Tittle:

Strategic Punishment

Author : SooBabySoo12

Main Pair: Chanbaek

Support Pair: Kaisoo, Sulay, Hunhan [Pair lain? next chap!]

Rated: M

Genre: YAOI, NC, ROMANCE, COMEDY

Disclaimer: EXO kesayangan kita, milik bersama, milik Tuhan dan keluarganya. But, D.O is mine [dimusnahin Kai pake teleportnya]

Keterangan:

Kris – Kakaknya Chanyeol

Luhan – Kakaknya Baekhyun

D.O – nampyeon author *abaikan*

Summary :

Chanyeol menyukai sunbae yang merupakan teman masa kecil sekaligus tetangga samping rumahnya, Byun Baekhyun. Sudah lama dia memendam perasaannya pada namja manis itu. Chanyeol memohon bantuan Kai—sang master yadong—untuk 'menghukum' Baekhyun yang tak pernah peka, namun sebuah insiden malah terjadi.

Warning: Typops betebaran, BL, NC, Dirty Talk di tiap percakapan

Ps: Sorry kalau kurang memuaskan wkwk, maklum eke author amatir yang masih terus belajar(?). Garis bawahi guys, it's my first time posting ep ep di sinih! Bangaptah~

.

.

.

DON'T READ IF YOU DISLIKE YAOI AND NOT YAOI SHIPPER!

.

.

.

CHAPTER 1

"Sa, saranghae, Oppa…"

Kata-kata itu kembali terdengar di telingaku, entah dia sudah yeoja keberapa yang kutolak selama ini. Bukannya aku sombong menolak semua yeoja yang menyatakan cintanya padaku, bagiku semuanya hanya tertarik pada teruk wajahku yang dielu-elukan tampan, kepintaran otakku yang selalu dipuji-puji satu sekolah, atau pun kemahiranku yang jago basket—kurasa mereka hanya mengincar satu hal: kepopuleran karena mendapatkanku. Lagipula aku juga punya masalahku sendiri, yang bahkan bisa membuat semua yeoja berdecak iri 'padanya'.

"Maaf, aku tidak tertarik untuk berpacaran. Mianhae, Sang Hyo-ssi." Ujarku pada yeoja dari sekolah tetangga yang baru saja menyatakan perasaannya padaku, setelah itu Ia berbalik badan dengan punggung yang lemah,

Ketika jaraknya telah terpaut cukup jauh dariku, aku segera menghela napas, "Sudah kubilang, menguping itu tidak baik, Byun Baekhyun hyung!" seruku sambil meninggikan suaraku saat mengucapkan namanya,

Sedetik kemudian, namja bernama Byun Baekhyun dengan bibir dipoutkan itu keluar dari persembunyiannya—samping tong sampah besar yang ada di belakangku. Aku menatapnya dengan wajah gerah—gerah dengan sikap kekanak-kanakannya yang tak pernah hilang, padahal dia terpaut setahun lebih tua dariku.

Namja pendek berwajah manis itu mendecih, "Dasar tiang listrik sombong, kau pikir sudah berapa banyak yeoja yang menangis karenamu, eoh?"

"Jangan ikut campur masalahku. Lebih baik kau belajar saja untuk ujian perbaikan." Tukasku sambil berbalik badan meninggalkannya,

"Ya! Park Chanyeol!" teriaknya padaku yang masa bodoh dan terus berjalan menghiraukannya.

Ya, Park Chanyeol, itulah namaku, seorang namja menyedihkan yang menyukai seorang namja yang baru saja meneriakki namaku. Byun Baekhyun, tetangga yang berada tepat di samping rumah sekaligus teman dari kecil. Well… aku gay, itulah alasan utama aku selalu menolak yeoja-yeoja yang mengutarakan perasaannya. Byun Baekhyun, dia adalah orang itu, orang yang kusukai sejak SMP, dia adalah yeoja yang terlahir menjadi namja. Bagaimana tidak? Kau lihat tadi bagaimana rupanya? Badannya yang mungil, wajahnya yang kecil dengan mata bulan sabit serta bibir cherry yang sangat menggoda libidoku setiap harinya, jangan lupa dengan kulitnya yang begitu halus dan seputih susu. Sekiranya aku gay yang masih memiliki alasan: dia itu manis, seperti yeoja bibir cherry.

***Chanbaek***

"Selamat makan!" ucap semua orang yang berada di meja makan saat makan malam, kecuali aku,

"Apa kau tak punya rumah, eoh?" ucapku ketus kepada seorang namja pendek yang duduk tepat dihadapanku, tentu saja, Baekhyun.

Ibu mencubit pinggangku cukup keras—membuatku sedikit meringis, "Chanyeol!"

"Yya! Kenapa eomma selalu saja membiarkan makhluk astral pendek ini makan di rumah kita? Dia 'kan juga punya rumah sendiri." Ocehku sambil melipat kedua tanganku di dada dengan kesal,

"Biarkan saja, eomma sudah menganggap Baekkie sebagai anak sendiri."

"Tidak bisa! Aku tak mau punya hyung sebodoh dia."

"Yya! Tiang listrik!"

"See? Bahkan dia memanggilku tiang listrik, eomma, dia memang—"

"Kau berisik sekali, Yeol." Seru suara namja yang terdengar begitu lembut dari belakang, siapa lagi kalau bukan,

"Kris hyung…! Tolong aku dari godaan tiang listrik yang yadong itu!" rengek Baekhyun menjijikan,

"Yya, yya! Sejak kapan aku yadong, eoh?"

"Sejak kau keluar dari kamar mandi tanpa sehelai handuk pun!"

"Yya! Itu kan saat aku masih kec—"

"Sudah, sudah… bertengkar di meja makan itu tidak baik." Tukasnya lagi seraya terduduk di bangku sebelah Baekhyun yang tersenyum-senyum persis seperti orang gila yang tengah kasmaran.

"Kalian benar-benar seperti pasangan gay!" celetukku sambil menatap mereka dengan geli,

"Yeol! Jaga ucapanmu!" Hardik eomma sambil memukul lenganku,

"Biarkan saja eomma. Yya, Park Chanyeol, aku berterimakasih sekali dengan pujianmu. Bagiku Baekhyun sangat manis, bahkan menurutku para seme tak ada yang bisa menolak untuk menjadikannya uke."

Eomma, appa serta Baekhyun segera terbatuk-batuk hebat mendengar ucapan vulgar yang baru saja dilontarkan oleh Hyung abnormalku. Aku sudah paham betul sikapnya itu, yang kulakukan sekarang hanya tersenyum asam. Dia benar-benar tak waras. Hanya perwakannya saja yang terlihat seperti namja tampan dan bijaksana nan normal. Cih! Umurnya yang berada 4 tahun di atasku bukan menjadi jaminan dia lebih dewasa dariku.

"Aku hanya bercanda bagian terakhirnya. Kenapa kalian semua syok seperti itu sih?"

Menurutmu!? Dasar hyung poker face yadong!

"Hyung, kau benar-benar keterlaluan. Aku ini normal, dan garis bawahi bahwa aku ini manis, aku manly! Sekiranya gay, aku akan menjadi semenya!" timpal Baekhyun memperkeruh suasana,

"Eum, se, sepertinya Appa sudah kenyang. Kalian lanjutkan saja, Appa ingin ke kamar." sanggah Appa sambil lalu berjalan kikuk meninggalkan meja makan yang tengah berdirty talk ini,

"Eomma juga. Kalian lanjutkan, nanti taruh saja piring kotornya di westafel, arasso? Ppai."

Kris Hyung abnormal itu malah tertawa puas sekali ketika eomma dan appa meninggalkan meja makan dengan gaya jalan yang kikuk, "Mereka benar-benar lucu." Celetuknya ditengah tawa,

"Ini semua salahmu, tiang listrik! Gara-garamu eomma dan appa kehilangan selera makan!" omel Baekhyun, hei! Memangnya siapa yang salah di sini, eoh? Hanya aku? Persetan kalian berdua!

"Yya! Kenapa jadi aku saja yang salah, eoh? Omongan kalian berdua yang membuat mereka kabur, apalagi kau Hyung!"

"Ahaha, baiklah aku mengaku salah. Kita sudahi saja, ok? Aku ingin kembali ke kamar untuk—"

"—bermain solo." Timpalku dengan smirk puas,

Kukira Kris akan segera melayangkan pukulan karena telah melecehkannya, tapi, "Kau tahu saja, Yeol. Sudah dewasa rupanya." Brengsek! Dia tidak mempan untuk kupermalukan, mata Baekhyun membesar melihat Kris yang kini tengah berdiri—seperti meminta penjelasan, "Aku ingin mengerjakan tugas kuliah, Baek. Aku tak akan bermain solo, mungkin suatu saat kau mau menemaniku?"

"A, aniya!" cicitnya dengan wajah merona, heh? Kenapa kau merona seperti itu Baek!?

Kris kembali terkikik, "Bercanda… selamat malam, seme imut… dan Yeol. Kuharap kalian tidak melakukan hal 'itu' di sini setelah dirty talk tadi."

"Yya! Kau benar-benar gila, Hyung!" Kris menghiraukan dan pergi dengan suara tawa yang masih terdengar diseluruh ruangan, benar-benar sinting!

Meja makan menjadi hening, mata kami saling bertemu dan kami pun saling membuang tatapan secepat mungkin. Aku menelan salivaku kasar. Kris sialan! Gara-gara dia sekarang aku jadi gugup begini. Aku mulai melahap makananku yang sedaritadi belum tersentuh, Baekhyun juga ikut menikmati makanannya. Saking heningnya, hanya suara dentingan sumpit yang acap kali menyentuh dasar piring.

Trang *efek sound gagal*

Bunyi sendok kami yang saling beradu saat ingin mengambil kuah sayur. Glek! Mata kami bertemu lagi!

"Berhenti menatapku dengan mata yadongmu, Yeol!" tukasnya membuatku segara tersadar dari lamunan konyol itu,

"Memangnya aku menatapmu seperti apa, eoh? Apa aku menatapmu sambil menjilat bibir? Otakmu saja yang yadong. Uke payah."

"Yya! Sudah kubilang aku ini normal! Andai kata aku gay, aku semenya! Kau tuli, ya?"

Aku mendecih, "Seme macam kau mana ada. Pendek begitu, paling anak bayi yang jadi ukemu."

"Kurang ajar kau, Yeol! Biar pendek begini pun, aku tetap lebih tua darimu. Dan 'punya'ku juga besar!"

"Apanya yang besar? Terakhir kali aku lihat 'punya'mu di toilet saat sedang buang air kecil, belum berkembang juga. Sama seperti saat kita masih mandi bersama waktu kecil."

Gotcha! Pipinya segera memerah semerah tomat! Ia segera berdiri dari tempat duduknya, "Sialan kau—"

Tuk, Byuuur *efek sound gagal*

Tanpa sengaja, saat baekhyun ingin menggalakkan aksinya untuk memukulku, Ia malah menyenggol gelas yang ada di depanku dan membuat isinya tumpah tepat ke…errr… celanaku. Shit!

"—Yeol." Lanjutnya yang sempat terhenti karena syok, mata kami berdua segera mengarah ke celanaku yang full wet.

***Chanbaek***

"Pagi, Yeo—Woah! Ada apa denganmu? Kenapa matamu ada lingkaran hitam begitu, eoh?" sontak Kim Jongin atau biasa dipanggil Kai padaku yang tengah terduduk frustasi di bangku kelas,

"Hai… pagi, Kai…" sambutku dengan nada seadanya, "Aku tak bisa tidur semalaman." Tiba-tiba kejadian semalam teringat lagi dikepalaku, membuat diriku segera berteriak histeris sendiri,

"Sa, santai, Yeol… Kau bisa menceritakannya padaku—" ucapannya segera berhenti ketika kumenoleh ke arahnya, "—itupun kalau kau berkenan." Lanjutnya sambil menelan salivanya takut-takut,

Aku segera mencengkram pundak Kai, membuatnya kaget setengah mati, "Kau benar. Aku butuh pencerahan darimu, master!"

.

.

.

Flashback

Tuk, Byuuur *efek sound gagal*

Tanpa sengaja, saat baekhyun ingin menggalakkan aksinya untuk memukulku, Ia malah menyenggol gelas yang ada di depanku dan membuat isinya tumpah tepat ke…errr… celanaku. Shit!

"—Yeol." Lanjutnya yang sempat terhenti karena syok, mata kami berdua segera mengarah ke celanaku yang full wet.

Baekhyun berdiri dengan wajah panik setengah mati, Ia berlarian menuju dapur untuk mendapatkan sesuatu, dan Ia kembali menemuiku setelah mendapatkan hal itu: Lap. Dengan wajah yang masih panik, Baekhyun berjongkok di dekatku dan mulai mendekatkan tangannya yang memegang lap ke celanaku yang basah,

Aku menghentikan aksinya dengan mencengkram tangannya yang hampir menyentuh celanaku, "A, apa yang kau lakukan, Baek?" tanyaku dengan mata yang terbelalak kaget setengah mati,

"Apa lagi memangnya? Membersihkan celanamu yang basah lah!" jawabnya sambil lalu mulai 'membersihkan' celanaku,

Shit! Baru saja satu kali sentuhan tangannya, celanaku segera menyempit! Baekhyun melakukannya dengan begitu lembut hingga membuatku horny tak karuan. Oh ayolah… kau tidak lihat 'junior'ku sudah terbangun, Baek? Dia benar-benar membuatku tersiksa. Lebih baik aku dihajar sampai berdarah daripada harus menahan kenikmatan seperti ini. Tangannya semakin bergerilya di sekitar 'junior'ku yang sudah menegang, dengan wajah tanpa dosanya Ia masih melanjutkan 'pembersihannya'. Damn! Kurasa sekarang 'junior'ku mulai berkedut! Apa ini? Bagaimana bisa aku mencapai klimaks hanya dengan sentuhan seperti itu, eoh? Untuk detik itu, batinku memohon pada Baekhyun untuk terus melakukan 'kegiatannya', namun saat kendutannya semakin kencang, tiba-tiba…

"Selesai!"

Mwo!? – pekikku dalam hati,

"Sekarang celanamu sudah kering, setidaknya tak sebasah tadi." Lanjutnya sambil lalu berdiri, "Loh? Yeol? Kenapa kau berkeringat seperti itu, eoh? Kau sakit?"

Menurutmu!?

Aku beranjak berdiri, "A, aku mau kembali ke kamar!" ucapku dengan napas yang masih sedikit tak beraturan sambil lalu meninggalkannya pergi dengan jalan yang tak karuan—kau pasti paham kenapa jalanku seperti ini.

Sesampainya di dalam kamar, aku segera mengunci pintunya dan bergegas membuka celanaku. Untuk selanjutnya kau pasti tahu apa yang akan kulakukan. Well, aku bermain solo untuk 'menyembuhkan' juniorku yang tersiksa karena harus tertahan pada saat klimaksnya. Setelah kurasa semuanya selesai, aku pun beranjak tidur, namun tidak bisa. Bayangan Baekhyun yang melakukan 'kegiatan' tadi terus terbayang-bayang dipikiranku hingga akhirnya aku tak bisa tidur 1 detik pun. (Poor Chanyeol, kkkkk!)

Flashback End

.

.

.

Rooftop sekolah

"Ooh… jadi Baek hyung membuatmu frustasi lagi karena ulahnya?" aku hanya mengangguk mendengar kesimpulannya setelah aku selesai cerita, Ia menepuk pundakku, "Kau berkonsultasi pada orang yang tepat, Yeol." Ujar Kai sang master yadong sambil ber-smirk-ria, dia memang sudah menjadi masternya dalam hal-hal itu, bahkan namjachingunya—Do Kyungsoo—yang terkenal pendiam saja bisa menjadi pervert begitu. Well, Kai ini gay, dan itu bukan menjadi perkara tabu mengingat sekolah ini dikhususkan untuk laki-laki.

"Tapi kau benar-benar menyedihan, Yeol. Kau horny hanya karena dia mengelap celana basahmu dengan lap?"

Aku mendengus, "Bayangkan saja kalau Kyungsoo hyung yang melakukan itu padamu." Desisku membuatnya sukses menyengir kuda, aku kembali mengingat-ingat saat itu, "Tangannya saat menyentuh celanaku yang basah, mengelapnya tepat pada juniorku yang tehalang celana… Aah… tangannya itu…" Shit! Hanya kembali membayangkannya saja, celanaku menyempit!

Kai terlihat kualahan menelan salivanya, "Damn! Tiba-tiba aku jadi ingin menemui Kyunggie sekarang juga." Umpatnya membuat mataku segera teralih pada sesuatu yang juga mulai muncul di sana. Kai horny.

"Oh ayolah! Aku menarikmu kesini bukan untuk membuatmu horny, ok?"

Kai kembali terkekeh, "Mianhae, habis kau daebak sekali saat menceritakannya." Aku hanya memutar mataku malas, dasar otak yadong. "Jadi, kau ingin apa selanjutnya?"

"Tentu saja menghukumnya. Aku harus membuat perhitungan padanya! Lagipula, sudah lama sekali aku dicampakkan oleh uke yang mengaku normal dan menobatkan diri menjadi seme itu, dan puncaknya adalah dua tahun terakhir ini."

Kai menepuk-tepuk pundakku lagi dengan iba, "Kasihan sekali kau, Yeol. Pasti 'junior'mu sudah kesakitan karena harus menanti selama itu." Tuturnya menyebalkan,

Kemudian sang master itu mulai berpikir, entah otak yadong itu sedang berpikir apa, yang penting aku bisa mendapatkan ide gila bagaimana cara untuk 'menghukum' namja manis itu, ralat! Namja menyebalkan itu. Tak ada ampun! Tiba-tiba Kai menjentikkan jarinya, aku sudah paham sikapnya itu, pasti…

"Aku sudah mendapatkan caranya, Yeol." Tukasnya dengan tatapan kemenangan. Hell yeah! Aku suka tatapannya itu, "Dan kupastikan Baek Hyung akan menyesal karena telah membuatmu tersiksa."

.

.

.

BAEKHYUN POV

Siaaaaal! Aku harus remedial lagi! Mataku membulat sempurna ketika melihat selembar kertas hasil ulangan Kimia yang berada di tanganku. 58? Kau ini bodoh atau idiot, Baek? Bagaimana bisa aku mendapatkan nilai seindah ini untuk pelajaran utama? Kuremas kertas ulangan itu sampai berbentuk bola, ingin rasanya segera kumusnahkan kertas ini!

"Apa yang kau lakukan, Baekhyun?" tanya seorang namja bermata bulat yang duduk tepat disampingku, Do Kyungsoo, chairmateku yang memiliki otak bertolak belakang denganku,

"Kau pasti tahu, Kyung. Aku harus remedial lagi…" jawabku diikuti dengan helaan napas panjang,

"Kau ini bagaimana Baek, padahal ada Chanyeol yang bisa mengajarimu kapan saja. Rumah kalian kan berdekatan." Oceh Kyungsoo sambil merapikan mejanya,

Chanyeol? Tiba-tiba aku teringat dengan tiang listrik yadong itu yang sialnya dianugerahkan otak jenius. Ngomong-ngomong apa kabarnya sekarang, ya? Semalam dia aneh sekali, aku jadi khawatir dia kenapa-kenapa. Cih! Apa peduliku dengannya? Yang harus kupikirkan sekarang adalah bagaimana caranya agar aku bisa melewati ujian perbaikan lagi.

"Ya sudah, aku ingin pul—"

GREP!

Tanganku segera menahan sang chairmate yang sudah ingin berdiri itu, "Ke, kenapa kau Baekhyun-ah?"

"Kyung! Tolong ajari aku kimiaaaaaa! Kumohon…ya?" rengekku dengan memampangkan jurus andalanku: puppy eyes,

Kyungsoo menghela napas, Gotcha! Dia terkena jurusku! "Arasso, arasso, aku akan—"

"Kyunggie! Nae Baby Soo!" potong seorang namja berkulit tan yang tengah berada di ambang pintu kelas dan kini berjalan mendekati kami berdua, Kim Jongin yang biasa dipanggil Kai, namjachingu Kyungsoo yang sangat 'dewasa'—dalam artian lain, "Apa yang kau lakukan pada baby soo-ku, Baek hyung? Kenapa kau merangkul lengannya, eoh?" ocehnya seraya memeluk leher Kyungsoo yang posturnya lebih pendek darinya dengan tatapan kesal padaku,

Aku mendecih, "Jangan cemburu kau, Kkamjjong. Aku hanya ingin dia menjadi tutorku hari ini. Dan sudah kubilang ribuan kali untuk tidak bermesraan di depanku!" jawabku yang kini telah melepaskan rangkulan tanganku dan melipat kedua tanganku di dada,

"Aku juga sudah mengatakan padamu untuk tidak memanggilku 'Kkamjjong', Hyung. Tapi tetap saja kau melakukannya. Sebagai balasannya aku akan terus bermesraan di depanmu agar kau gerah!" timpalnya menyebalkan sambil tertawa evil, dasar hoobae yadong!

"Sudahlah, Kai… jangan kekanak-kanakan seperti ini. Ini masih di sekolah, lepaskan tanganmu." Lerai Kyungsoo,

"Shireo! Hari ini aku sangat merindukanmu, hyung… sangat…" ucapnya dengan kata 'sangat' yang dibikin berbisik tepat ditelinga Kyungsoo membuat Kyungsoo sedikit mendesah dan aku? Muak! Hoobae sialan! Dia benar-benar ingin kuhabisi sekarang juga!

"YYA! APA YANG KALIAN LAKUKAN, EOH? Menjijikan sekali! Menyingkir kalian!" seruku sambil menyibak mereka yang telah menghalangi jalan keluar dengan tanganku,

"B, Baek? Katanya kau minta kuajari hari in—Kya! Kaiih…!" omongannya terhenti dan berganti menjadi lenguhan karena si yadong kkamjjong mendaratkan bibirnya di ceruk leher Kyungsoo, Damn! Mata sialan! Aku masih saja tertegun melihat pemandangan hot itu,

"Kau tidak boleh pergi kemanapun selain denganku, Kyunggie, atau aku akan menghukummu." Tukasnya sambil bersmirk ria,

Aku memutar mataku, aku benar-benar mau muntah sekarang. Oh ayolaaaah… aku masih di sini, ok? Aku juga masih punya nafsu! Buktinya sekarang celanaku mulai menyempit! "Yya, Kkamjjong yadong! Ambil saja dia sepuasmu! Aku tidak jadi menjadikannya tutorku! Enyahlah kalian berdua!" seruku sambil lalu berjalan cepat meninggalkan pasangan yadong itu sebelum kembali melihat adegan panas yang lain.

Sepanjang lorong sekolah yang sudah sedikit sepi, hanya beberapa orang yang masih berlalu lalang, aku berjalan dengan kaki yang dihentak-hentakan. Kesal! Kenapa aku tidak bisa mendapatkan Kyungsoo menjad tutorku hari ini!? Ini semua gara-gara Kkamjjong sialan itu. Lihat saja, aku kan berbuat perhitungan padanya. Aku berjalan menuju kelas 3A, kelas kakakku, Luhan. Seperti biasa, aku harus menghampirinya untuk sekedar menawarkannya pulang bersama. Well, itu sudah kesepakatan, walaupun sampai kapan pun kami tak pernah pulang bersama. Aku segera memicingkan mataku mencari sosok namja berwajah bak malaikat itu ditiap penjuru kelas, namun nihil, sosok hyung berhati evil itu tak ada di sini. Aku pun membalikkan badanku dan mulai berjalan meninggalkan kelas,

"Halo, Baekkie! Kau ingin mencari siapa? Luhan, ya?" tanya seorang namja bertubuh tinggi dengan senyuman khas yang dapat memunculkan lekuk manis dipipinya, Zhang Yixing atau biasa dipanggil Lay, seorang namja transferan dari China yang merupakan sahabat baik kakakku, Byun Luhan.

"Annyeong, Lay gege. Iya, apa kau melihatnya?"

"Hm, setahuku tadi dia langsung keluar kelas ketika bel pulang berdering. Entah kenapa, dia terlihat buru-buru sekali."

Cih, hyung devil itu memang selalu meninggalkanku! Padahal kalau aku tak datang ke kelasnya untuk menawarkan pulang bersama, dia akan merajuk sepanjang malam di rumah. Aku akan tersiksa karena omelannya yang tak henti-henti menyambangi telingaku.

Baekkie kurang ajar! Kau sudah meninggalkan hyung!

Baekkie sialan! Kau akan kujadikan anjing pudel!

Baekkie jahat! Huwaaa! Hyung benci dongsaeng pembangkang!—sambil menedang-tendang pintu kamar Baekhyun.

"Baek?" panggil Lay membuatku kembali tersadar dari lamunan mengerikan itu,

"Ah, y, ye… Mian.. jadi, Luhan-hyung sudah pulang dari tadi?"

"Eung. kasihan sekali kau, Baekkie. Selalu saja dikerjai oleh kakakmu itu." Sanggahnya sambil menepuk-tepuk pundakku,

"Yixingie!" panggil seorang namja berambut hitam dengan gaya parlente khas orang kaya, siapa lagi kalau bukan ketua OSIS sekaligus namjachingu Lay, Kim Joonmyeon yang terkenal dengan panggilan Suho, namja berperawakan guardian angel itu berjalan mendekati kami, well, walaupun tinggi mereka sedikit berbeda—Lay lebih tinggi sedikit dari Suho—tapi mereka tetap terlihat serasi, "Kau kemana saja, chagi? Aku sudah mencarimu keliling sekolah dari tadi." Lanjutnya sambil lalu menyilangkan jari-jarinya pada tangan Lay yang kini tengah digenggamnya,

Astaga… pemandangan couple berlovey-dovey lagi? Apakah ini hari valentine?

"Mianhae, chagiya… tadi aku habis pergi menemui Donghae-ssaem perihal lomba." Jawab Lay-hyung sambil lalu mendaratkan bibirnya dibibir Suho dengan singkat,

"Wow, kau mulai nakal, Yixingie." Kemudian Suho menyeringai dan menarik dagu Lay, membuat mereka kembali mempertemukan bibir masing-masing lalu menjadikannya sebuah lumatan-lumatan menggairahkan. Hell yeah! Celanaku mulai menyempit (lagi)!

"A..aa… maaf…" ucapku untuk menyadarkan mereka berdua agar segera menghentikan 'kegiatan' mereka. Kalian benar-benar membuatku tersiksa, hyung! (Poor Baekkie, kkkkkkk!)

"Oh, maaf, aku tak sadar kalau ada kau, Baek." Tutur Suho tak berdosa. Wow? Sekecil itukah aku sampai tak terlihat olehmu, hyung? Hiks

"Se, sebaiknya aku harus segera pulang." Kataku sambil lalu menundukkan badan hormat, "Annyeong, hyung, gege."

.

.

.

Tuhan... cobaanmu begitu berat hari ini… Hari ini aku horny sebanyak dua kali, maafkan aku, Tuhan. Aku berjalan susah payah karena libidoku yang tengah naik-turun ini, keringat sedikit menyambangi keningku. Damn! Aku benar-benar mengutuk hari ini, Kaisoo dan Sulay dalam sehari? Hell yeah! Mereka benar-benar ingin kulenyapkan saat itu juga. Pulang, rumah, aku butuh dua hal itu secepat mungkin sekarang. Saat sampai di depan gerbang, tiba-tiba suara klakson menghentikan langkahku,

Tin!

Aku berbalik dan segera kutemukan namja berhelm yang tengah menaiki sebuah motor balap berwarna merah. Chanyeol. Tanpa harus membuka helmnya, aku sudah hapal betul motor kesayangannya yang selalu Ia bangga-banggakan itu. Akhirnya aku bertemu dengan tiang listrik yadong itu hari ini.

"Hyung! Kenapa jalanmu seperti itu, eoh?" tanyanya yang kini telah membuka kaca helmnya,

Aku mendengus, "Bukan urusanmu, tiang listrik!" tukasku ketus,

"Kau galak sekali. Ya sudah, aku tak jadi menawarkanmu tumpangan kalau begitu." Ia menutup kaca helmnya, "Selamat menunggu bis jam karet itu, Hyung!"

Sial! Kalau tidak kuhalang motor ini, entah jam berapa aku baru sampai rumah, bus sekolah itu benar-benar tak bisa diharapkan. Aku sudah tak kuat lagi menahan junior yang sudah meronta ini. Tanpa berpikir panjang, aku pun menghadang motor itu dengan badanku,

"A, arasso, arasso! Mianhae karena telah membentakmu."

Ia kembali membuka kaca helmnya, "Cih, hanya minta maaf? Aku tidak mau memboncengmu sebelum kau memohon padaku dengan jurus andalanmu itu, hyung." Katanya membuatku sedikit terlonjak, aku yakin kini dia telah bersmirk ria dibalik helmnya, jurus andalanku? Merengek dengan puppy eyes? Kau gila Yeol!

"Yya! Kau mempermainkan aku, eoh!?" seruku sambil menyilangkan kedua lenganku di depan dada,

"Ya sudah kalau kau tak mau melakukannya—"

"A, arasso!" aku menempelkan kedua telapak tanganku—pose memohon—dan mulai membesarkan mataku, "Yeollie… kumohon… ya?" dan setelah ini aku akan menghabisimu Yeol! Aku janji!

Dia tersenyum lebar—dibalik helmnya—sambil lalu mengangguk-angguk, "Baiklah… Kajja."

***Chanbaek***

Aku turun dari motor besarnya itu ketika kami telah berhenti tepat di depan gerbang rumahku,

"Thanks." Ucapku singkat seadanya,

"Sama-sama, hyung. Oh iya, bagaimana dengan ulanganmu? Bukankah katamu hari ini dibagikan hasilnya?"

Damn! Kenapa aku bisa lupa soal itu? Bagaimana ini? Aku harus mendapatkan tutor untuk ujian perbaikanku besok.

"Hyung…?"

Aku mengerjap-kerjap mataku ketika Chanyeol menggerak-gerakan telapaknya di depan mukaku,

"Yeol! Kumohon… bantu aku…" kataku dengan memampangkan kembali jurus andalanku, dan kali ini bukan karena paksaan,

Chanyeol memejamkan matanya sambil lalu menghela napas panjang, "Sudah kuduga kau akan remed lagi, Hyung…" Ia menatapku yang masih melakukan jurus itu, "Baiklah… aku akan menjadi tutormu… tapi dengan satu syarat!" tukasnya menyeringai, Heh? Syarat apa lagi sekarang?

"Syarat apa lagi? Bukankah aku sudah melakukan jurus kesukaanmu?"

"Bukan itu."

"Lalu?"

"Kau harus beraegyo di depanku sekarang."

.

.

.

"Eomma dan appa tidak ada di rumah lagi, hyung?" tanya Chanyeol yang kini tengah melepas sepatunya dilorong rumah, well tadi aku sudah melakukan aegyo menjijikan di depan tiang listrik itu dan Ia pun setuju menjadi tutorku. Kau benar-benar akan kubunuh bila aku sudah menjadi jenius, Yeol!

"Eung. Cepat masuk." Titahku sambil lalu berjalan masuk ke dalam lebih dulu,

Saat berjalan masuk, entah mengapa aku merasa ada suara aneh yang dari arah ruang tamu. Apakah itu Luhan-hyung? Jadi dia sudah berada di rumah dari tadi? Dasar hyung evil! Dia pergi meninggalkanku dan kembali ke rumah lebih awal? Awas kau Hyung!

"Yya! Luhan-hyu—" astaga! Demi Tuhan! Aku benar-benar mengutuk hari ini! Mataku segera terbelalak sempurna ketika melihat Luhan hyung yang tengah ber-french-kiss panas di ruang tamu dengan posisi dirinya yang ada dipangkuan seorang namja, siapa lagi kalau bukan si cadel, hoobae yadong yang sekelas dengan Chanyeol,

"Hyung? Kenapa kau berhenti? Ada ap—Huwa! Sehun!? Luhan Hyung!? Apa yang sedang kalian lakukan, eoh?" seru Chanyeol yang akhirnya menyadari alasanku menghentikan langkah, ya, namja yang sedang memangku hyungku adalah Sehun, namjachingu Luhan hyung yang sudah berjalan selama 3 bulan,

Luhan menghentikan 'kegiatan' dan segera mendelik pada kami, "Ck! Kalian kalau mau masuk, masuk saja! Jangan mengganggu kami!"

"Yya! Tetap saja ini salahmu, hyung! Harusnya kalian melakukan itu di kamar! Bukan di ruang tamu. Kalian mau pamer padaku, eoh?"

"Thudah hyung, thudah… jangan bertengkar. Thalah Thehun yang tidak bitha menahan diri."

"Memang salah kau cadel!" timpalku menjadi-jadi, Chanyeol menahan badanku yang sudah mulai maju untuk menjambak rambut si cadel yadong itu,

"Hyung, lebih baik kita belajar di rumahku saja. Kajja!" tukasnya sambil menyeret badanku.

.

.

.

Aku terus mempoutkan bibirku sepanjang perjalanan ke rumah Chanyeol, hari ini moodku benar-benar buruk. Aku horny 3 kali! Persetan dengan semua couple itu. Kini juniorku semakin tersiksa di bawah sana. Entah mengapa, tiba-tiba Chanyeol tertawa puas sekali ketika kami masuk ke dalam rumahnya,

"Kenapa kau tertawa? Memangnya ada yang lucu, huh!?" desisku padanya yang masih tertawa saat sedang melepaskan sepatunya di dalam lorong rumah,

"Tentu saja. Karena aku baru menyadari satu hal." Jawabnya di sela-sela tawanya,

"Mwo? Apa itu?"

"Tapi kau berjanji tak akan memukulku setelah mendengar ini, hyung. Yaksok?"

Aku mengernyit curiga pada dongsaeng yadong ini, "Baiklah. Yaksok. Mwo?"

Ia tertawa, "Kau memang sudah ditakdirkan menjadi uke, hyung. Buktinya Luhan-hyung saja ukenya Sehun si cadel itu. Eit! Kau sudah janji tidak memukulku, hyung." Serunya sambil menangkis tanganku yang sudah melayang untuk memukulnya,

Aku mendengus kesal, "Aku dan Luhan hyung jelas berbeda!" tukasku sambil lalu berjalan menuju dapur,

Air, air, aku butuh itu sekarang! Setidaknya untuk menurunkan segala kepenatan di otakku yang semakin berpikir tak rasional. Aku berjalan mendekati kulkas, saat ingin membukanya, tiba-tiba pandanganku segera tertuju pada sebuah post it yang tertempel di sana,

Kris, Yeol, eomma dan appa akan pergi ke Busan untuk menengok halmoni. Kesehatannya sedang menurun akhir-akhir ini. Kebetulan Appa bisa mendapatkan cuti, jadi kami memutuskan untuk pergi dan tinggal di sana kurang lebih seminggu. Makanlah teratur, aku percaya kalian berdua bisa masak. Oh ya, ajak Baekkie dan Luhannie. Orang tua mereka juga sedang dinas.

Saranghae. Eomma

Aku terharu sekali dengan eomma, dia sangat perhatian denganku dan Luhan hyung. Kuharap Tuhan selalu memberkatimu, eomma, appa. Batinku dalam hati sambil berpose doa. Aku pun kembali membuka kulkas dan mengambil botol berisi air mineral dingin.

"Cakkk! Air dingin memang yang terbaik!" ucapku sambil tersenyum puas setelah meneguknya sampai setengah,

"Ternyata kau di sini rupanya. Kemarikan, aku juga haus." Ujarnya seraya merebut botolnya dari tanganku,

"Oh, ya. Eomma meninggalkan pesan, katanya dia akan menginap di Busan selama seminggu."

"Oh." Chanyeol hanya ber-oh-ria mendengar perkataanku, "Ya sudah, cepat ke atas." Titahnya sambil lalu berjalan meninggalkan dapur diikuti olehku tepat dibelakangnya.

Kriet, bruk *efek sound gagal*

Aku mengernyitkan dahi ketika menyambangi suara yang berasal dari pintu belakangku yang tengah menunggu Chanyeol untuk membuka kamarnya. Well, suara itu berasal dari kamar Kris hyung yang letaknya memang berhadapan dengan Chanyeol,

"Yeol, apa Kris hyung sudang pulang?" bisikku padanya,

"Molla. Wae?" tanya Chanyeol bernada pelan,

"Aku mendengar sesuatu dari kamar Kris hyung."

"Mungkin dia pulang."

"Cheongmal? Oh, aku ingin bertemu dengannya!" Aku pun segera berbalik badan dan membuka kenop pintu kamar Kris Hyung, "KRIS HYUNG! AKU PUL—ang…"

Dadaku segera tercekat hebat melihat sosok di dalam ruang temaram itu. Saat itu juga, rasanya aku ingin sekali menjerit dan menangis. Tuhan, aku benar-benar benci hari ini.

TE BE CE or DE LE TE (?)

TE BE CE – 10 reviews

DE LE TE – under 10 reviews


Soo's time:

Wuakaka, gaje ya? Sorry yaaa… eke usahakan untuk chapter selanjutnya bakal ga gaje. Abis ini chap sebenarnya tuh lebih keperkenalan, tapi gagal /dihajar readers/. Well, untuk chapter selanjutnya di tunggu yap. Review plis! Gomawo :*