WARNING(S): AU, OOC, TYPO(S) PERHAPS?, KURORO X FEM! KURAPIKA, GAJE, ABAL, FIKSI PERTAMA DI FHI!~

DISCLAIMER: Kalau HxH punya saya, saya bakal jadiin Kurapika sama Kuroro selalu bersama sampe akhir! Makanya itu, HxH punya Yoshihiro Togashi-sensei!~

GENRE(S): ROMANCE ABAL, HUMOR ABAL, FRIENDSHIP ABAL, SEMUANYA ABAL POKOKNYA!~

Sa, readers sudah diperingatkan, jadi kalau tak suka, silahkan klik tombol back, yang masih ngotot mau baca, sembah sujud saya persembahkan kepada readerssekalian!~ *plakk*


1. NEWCOMER

Gadis berambut pirang keemasan itu melangkahkan kakinya keluar rumah. Dilihat dari pakaiannya, ia hendak berangkat ke sekolah.

"Aku berangkat dulu, ya! Jaa, ne!" Gadis itu memberi salam sebelum ia keluar dari pagar rumahnya. Tak lama kemudian, dari dalam rumah, terdengar sahutan seseorang. "Itterasai!"

Setelah mendengar itu, gadis tersebut melanjutkan langkahnya menuju sekolahnya. Jarak rumah ke sekolahnya tidaklah jauh, hanya butuh berjalan kaki sekitar 10 menit. Ia berhenti sebentar di depan sebuah rumah bergaya Victorian yang terletak beberapa meter di samping rumahnya. Ia menaikkan sebelah alisnya.

'Ng? Sudah ada yang menempatinya, toh.' gumam gadis itu dalam hati.

Ya, kira-kira sudah hampir setahun rumah itu tak ada yang menempati. Pemilik lamanya, Mr. Jones, kembali ke negara asalnya sebab beliau kembali rujuk dengan istri lamanya. Dan baru sekarang rumahnya itu laku dan kembali ditempati. Gadis itu sedikit penasaran dengan siapa tetangga barunya itu, tetapi ia memutuskan untuk terus berjalan dan tidak memikirkannya. Toh, ia pasti akan tahu juga nantinya.

Gadis manis bermata biru itu hanya berjalan dalam diam sambil memperhatikan sekelilingnya. Kebiasaannya. Pagi itu, jalanan sekitar belum terlalu ramai oleh orang-orang. Seperti pagi-pagi biasanya. Kemudian langkahnya kembali terhenti oleh teriakan seseorang yang sudah tidak asing bagi gadis itu.

"Hoi Kurapika!~ Matte!~" teriak seorang laki-laki berambut hitam jabrik dengan raut ceria menggantung di wajahnya seperti biasa. Laki-laki itu tengah melambai ke arah gadis itu dengan senyum lebar terpasang di wajah tan-nya. Di samping laki-laki itu, berdiri laki-laki lain lagi berambut perak berantakan yang tengah berjalan santai dengan tampang santainya yang biasa. Ia hanya tersenyum ke arah gadis itu.

Gadis itu menolehkan kepalanya dan melihat dua orang teman baiknya itu sedang berjalan menuju tempatnya.

"Ohayou, Gon! Ohayou, Killua!" sapa gadis pirang itu yang ternyata bernama Kurapika Kuruta.

"Ohayou, Kurapika!~" sapa laki-laki berambut hitam itu balik dengan ramah. Ya, kalian pasti tahu, dialah Gon Freecs. Sedangkan laki-laki di sebelah Gon hanya mengangguk sambil ber-hn. Kalian juga pasti sudah tahu siapa ini, 'kan? Yap, siapa lagi kalau bukan tokoh ganteng idola kita; Leorio!―eh, coret yang barusan, author salah ketik, tentu saja ia; Killua Zaoldyeck!~

"Tumben kalian datang agak pagi." Kurapika membuka pembicaraan. Memang, Gon dan Killua biasanya sampai ke sekolah saat sebentar lagi bel atau pas sekali saat bel berdering.

"Hm, ini karena Killua tumben sekali pagi ini tidak sulit dibangunkan." Gon menjawab dengan nada polos khasnya sambil melirik ke arah Killua. Sedangkan yang dilirik hanya berdecih.

"Huh, iya deh, iya! Kau selalu telat gara-gara aku." ujar Killua sambil mengernyitkan dahinya dan cemberut khasnya.

"Jangan ngambek gitu, dong Killua! Aku 'kan hanya bilang yang sebenarnya." jawab Gon masih dengan polosnya sambil tersenyum lebar.

"Gon! Jangan ngomong keras-keras dong! Nanti semua orang tahu kalau aku yang selalu bikin kau telat." tukas Killua pada akhirnya. Wajah pucatnya kini sedikit memerah karena malu sebab orang-orang di sekelilingnya memerhatikan mereka bertiga. Memang Gon sedari tadi berbicara dengan suara yang ―menurut Killua― sedikit keras, ―menurut Gon sih biasa saja― tetapi yang membuat orang-orang sekitar akhirnya menoleh adalah suara Killua yang barusan. Ckck, dasar Killua!~

"Lho, aku tidak bersuara keras, kok! Malah kau sendiri yang barusan berteriak, 'kan?" tanya Gon heran dengan perubahan temperamen tiba-tiba sahabatnya itu.

"Sst, Gon! Aku berteriak gara-gara kau ngomong kebiasaan jelekku dengan suara keras, tahu!" protes Killua sambil menatap temannya itu dengan tatapan kesal khasnya sambil menaruh telunjuknya di depan bibirnya untuk menyuruh Gon diam.

"Tapi suaraku biasa saja, kok!" protes Gon balik sambil menatap Killua balik dengan wajah kesal polosnya.

Bagaimana dengan Kurapika? Ya, ia hanya tersenyum sambil sesekali terkikik menyaksikan pertengkaran kecil kedua sahabatnya itu yang masih tetap 'akrab' seperti biasanya. Ia selalu terhibur dan tidak merasa kesepian jika kedua orang yang selalu bertengkar itu berada di dekatnya.

"Sudahlah teman-teman. Tuh, gerbang sekolah sudah dekat. Kalian tak mau dilihat oleh yang lainnya, 'kan?" ujar Kurapika pada akhirnya melerai mereka sebab mereka mulai memasuki kawasan dekat sekolah.

Sekolah mereka, Hunter High School, adalah sekolah yang cukup bagus dan elit. Kendati elit, sekolah ini tetap menyelenggarakan program beasiswa bagi siswa-siswi yang kurang mampu.

Ya, semenjak Pak Netero menjadi kepala sekolah Hunter 20 tahun lalu, sekolah itu berangsur-angsur menjadi baik dan semakin baik serta dikenal masyarakat. Tidak seperti dulu, saat Pak Netero belum menjabat dan Pak Tompa menjadi kepala sekolah Hunter, sekolah ini benar-benar jelek dan sama sekali tidak bagus akreditasinya. Bahkan dikabarkan kalau Pak Tompa dipecat menjadi kepala sekolah dikarenakan korupsi. Sungguh sosok yang amat sangat tidak patut ditiru!

Oh iya, sebenarnya Kurapika lebih tua satu tahun daripada Gon dan Killua, tetapi karena mereka mengikuti kelas akselerasi di Hunter Junior High dulu, sekarang mereka bisa satu kelas dengan Kurapika di High School ini.

Pagi ini, kelas X-E―kelas Kurapika dan kawan-kawan―belumlah terlalu ramai oleh murid-murid. Sesampainya di kelas, mereka pun hanya menaruh tas mereka di kursi masing-masing dan beranjak keluar kelas. Mereka memutuskan untuk duduk-duduk di bangku taman yang tersedia di halaman Hunter High School yang memang sangat luas dan nyaman untuk menunggu bel berdering.

Sama seperti saat mereka berjalan ke sekolah ini, Gon dan Killua sibuk bertengkar kecil. Kali ini mereka meributkan soal tali sepatu Killua yang terbuka sebab tak sengaja terinjak oleh Gon. Benar-benar masalah yang sangat sepele. Tetapi, kalau masalah-masalah sepele tidak diributkan oleh mereka berdua, itulah yang aneh.

Kurapika juga sibuk melerai mereka sambil sesekali tertawa oleh ocehan-ocehan aneh yang dibuat mereka. Sungguh pagi yang sangat cerah dan menyenangkan.

Saat mereka sedang mengobrol dan tertawa bersama, seorang laki-laki tinggi dan tegap berkemeja putih serta bercelana hitam panjang menghampiri mereka.

"Permisi, ruang kepala sekolah di mana, ya?" tanya laki-laki berambut hitam itu sopan sambil tersenyum. Oh, sungguh senyum yang sangat menawan yang terlihat di wajah tampan laki-laki itu.

Killua dan Gon yang tadinya masih sibuk beradu mulut, tiba-tiba terdiam saat mendengar suara laki-laki itu dan melihat senyum memukaunya. Sedangkan Kurapika, ia sama seperti mereka―tertegun sejenak saat melihat senyum memesona laki-laki itu. Namun, ia cepat sadar dan menjawab pertanyaan laki-laki yang sedang berdiri di depan mereka.

"Ruang kepala sekolah di sana," jeda Kurapika sambil menunjuk jalan menuju kantor Pak Netero. "masuk lewat sana lalu ke kiri. Ruang kepala sekolah tepat di belokan itu." jelas Kurapika sambil menatap jalan yang sedang ia tunjuk, kemudian menoleh kembali ke arah laki-laki di depannya itu.

"Hm, belok kiri, ya? Baiklah, terima kasih penjelasannya, ya." Laki-laki itu kembali tersenyum dan meninggalkan mereka bertiga yang masih saja diam, memperhatikan laki-laki itu berjalan pergi sampai sosoknya tak terlihat lagi.

"Tadi itu siapa, ya?" ucap Gon memecah keheningan di antara mereka.

"Entahlah. Aku juga tak tahu." jawab Killua tersadar sambil memalingkan wajahnya ke arah Gon.

"Hm, mungkin murid baru? Kelihatannya masih cukup muda." ujar Kurapika menambahkan. Bahkan gadis seperti Kurapika―yang memang SANGAT jarang memberi perhatian kepada penampilan lelaki―pun sempat terpana oleh wajah dan senyum lelaki barusan. Kurapika mengakui kalau lelaki barusan memang amat tampan. Tentu saja dirinya tidak membesar-besarkan masalah ini dan tidak memikirkannya lebih lanjut.

"Mungkin juga sih, murid kelas XII baru. Ah, siapapun orang tadi, ia baik sekali, ya? Belum pernah aku lihat orang tampan macam itu berlaku sopan." ucap Gon memuji orang tadi.

"Hm? Benar juga, ya? Biasanya 'kan orang tampan malah bersikap sok cakep dan seenaknya. Seperti Meryem-senpai itu. Dia malah sampai menyebut-nyebut dirinya 'King' segala. Huh!" ujar Killua menambahkan sambil menaruh kedua telapak tangannya ke belakang kepalanya.

"Hush! Jangan begitu Killua! Bagaimanapun ia senpai kita, lho!" Kurapika mengingatkan sambil menepuk bahu Killua pelan. Tentu saja ia takut ocehan Killua barusan terdengar oleh senpai-senpai yang sudah ramai berlalu lalang sebab sekarang memang sudah dekat waktu masuk sekolah.

"Huh, memang dia menyebalkan, kok! Sok tahu dan sok jago. Beraninya sama kouhai-kouhai seperti kita." gerutu Killua dengan suara yang lebih pelan.

"Ya sudah, Killua! Aku mengerti maksudmu, kok. Memang dia contoh senpai yang tidak baik. Mudah-mudahan saja orang tadi sifatnya seperti dugaan kita; baik dan sopan." ujar Gon menenangkan Killua sambil kembali membicarakan lelaki berambut hitam tadi.

"Iya, mudah-mudahan saja!" tambah Killua sambil beranjak bangun dari bangku taman itu. "Ya sudah, ayo kita ke kelas saja!" tambah Killua sambil menggerakkan tangannya―mengajak pergi kedua temannya yang masih duduk di bangku itu.

Dan benar saja, saat Gon dan Kurapika baru beranjak bangun, bel sekolah pun berdering. Mereka pun bergegas menuju kelas mereka.

.

.

Kriiiiiiiiiiiiingg!

Bel Hunter High School pun akhirnya berbunyi, tanda pelajaran hari ini telah usai. Seperti sekolah-sekolah pada umumnya, di saat begini murid-murid berhamburan keluar dari kelas mereka masing-masing. Tak terkecuali rombongan Kurapika dan kawan-kawan. Mereka selalu pulang bertiga seperti hari-hari biasanya.

"Hari ini ke rumahku dulu, 'kan?" ucap Killua membuka pembicaraan. Mereka bertiga sedang berjalan pulang menuju rumah Killua.

Tunggu! Mengapa mereka tidak pulang ke rumah masing-masing melainkan ke rumah Killua? Penasaran? Mari kita tunggu jawabannya di chapter selanjutnya!~ *Author diamuk readers*

Oke, sebenarnya mereka hanya ingin mengerjakan tugas bersama, tugas Biologi dari Wing-sensei. Kebetulan mereka diberi tugas membuat esai tentang bagian tubuh manusia.

Nah, bukankah rumah Killua pilihan yang tepat? Mengingat seluruh keluarga Zaoldyeck sudah sangat master dalam hal motong-memotong tubuh manusia, wajar 'kan kalau mereka mengerjakan esai mereka di rumahnya. Sekalian bisa tanya-tanya bagian tubuh manusia sama seluruh Zaoldyeck.

Tentu kalian juga sudah tahu dong, pekerjaan keluarga Zaoldyeck itu apa? Apa coba? Apa? Pembunuh? Bukan-bukan! Ingat kalau fiksi ini termasuk AU alias Alternate Universe? Yare-yare, oke author kasih tahu, pekerjaan mereka itu memotong-motong tubuh manusia alias dokter bedah!

Keluarga Zaoldyeck itu semuanya ahli dalam bidang ini. Nama 'Zaoldyeck' saja sangat terkenal di kalangan masyarakat umum, sebab kinerja mereka sangatlah bagus dan kalau dioperasi oleh mereka tidak pernah terasa sakit.

Ya, sebab setiap melakukan operasi, mereka menggunakan obat bius alias pain killer khusus racikan Zaoldyeck! Jadi, jelas gak bakal sakit!~ Oh iya, mereka juga mendirikan rumah sakit 'Zaoldyeck' yang merupakan rumah sakit terbesar di kota ini.

Yak, kita sudahi saja penjelasan tentang Zaoldyeck dan kembali ke cerita!~ *Author diinjek gajah*

"Tentu saja! 'Kan keluargamu bisa membantu kita kalau-kalau kita ada kesulitan." jawab Gon jujur dan riang. Yah, walaupun sudah kelas X namun tingkah dan ucapannya masih seperti anak berumur 12 tahun. Benar-benar anak yang polos.

"Hahaha, jadi ketahuan deh maksud kita mengerjakannya di rumah Killua!~" komentar Kurapika sambil tertawa kecil.

"Tak apa, toh Killua juga tidak keberatan, 'kan?" Gon menoleh ke arah Killua sambil tersenyum lebar seperti biasa. Killua hanya mengangguk mengiyakan. Malah laki-laki tampan berambut perak itu sangat senang teman-temannya datang ke rumahnya. Kalian tentu tahu sebabnya. Dengan menjadi anak keluarga Zaoldyeck yang terkenal, pastilah Killua selalu kesepian di rumahnya. Makanya Kill, sering-sering aja dateng ke rumah saya!~ *Author digiles readers yang udah gregetan tujuh keliling(?) baca fiksi gaje ini*

"Oh iya, bagaimana dengan Alluka, Killua? Ia sudah sembuh dari sakitnya?" tanya Kurapika mengganti topik pembicaraan.

"Ooh, minggu depan ia akan pulang dari pengobatannya di York Shin City. Kondisinya sih sudah jauh lebih baik dari yang sebelum-sebelumnya." jawab Killua santai masih sambil berjalan menatap jalanan yang sedang ia pijak itu.

"Bagus deh kalau begitu! Semoga cepat sembuh deh si Alluka itu!" ujar Gon masih dengan nada riang gembira layaknya anak baru lulus SD. Oh, betapa manisnya anak SMA seperti dirimu ini, Gon!~ *Author dilempar gara-gara kebanyakan ngelantur*

Mereka terus berjalan bertiga sambil mengobrol dan tertawa bersama menuju ke rumah Killua. Rumah Killua terletak lebih jauh daripada Kurapika, tetapi sangat dekat dengan rumah Gon. Hanya berjarak beberapa rumah dari rumah Gon. Itu sebabnya Gon dan Killua selalu berangkat sekolah bersama dan Gon dengan sangat baik hati, selalu bersedia menunggu Killua yang tukang bangun telat itu berangkat bersamanya. Dasar Killua! Nyusahin Gon aja! *Author dibunuh Killua FC*

Akhirnya mereka sampai ke rumah Killua yang super duper megah itu. Bagaimana tak megah? Ingat kalau Zaoldyeck sekeluarga dokter semua? Wajar kalau rumah mereka sendiri sebesar rumah sakit yang mereka dirikan. Bedanya, rumah Killua tidak ada lapangan parkir luas seperti rumah sakit. Rumah Killua memiliki lahan dan area pribadi hingga terpisah dari deretan rumah di sekitarnya. Mungkin daripada disebut rumah, sebutan Mansion lebih tepat, mengingat rumah Killua amat sangat besar.

"Selamat datang, Killua-sama!" sapa seorang pelayan yang membukakan pintu bagi mereka bertiga masuk.

"Hn." jawab Killua pendek.

"Selamat datang juga, Gon-sama, Kurapika-sama!" sapa pelayan berambut tua itu ramah. Gon dan Kurapika memang bukan pertama kali berkunjung ke mansion Killua, hingga semua penghuni di mansion Zaoldyeck sudah mengenal mereka cukup baik.

"Hn. Selamat siang, Pak (nama penjaga rumah Zaoldyeck yang tugasnya ngasih makan Mike, author lupa namanya)!" balas Gon dan Kurapika.

"Sekarang yang ada di rumah siapa saja, Pak?" tanya Killua sambil terus berjalan memasuki mansionnya yang luas itu ditemani pelayan tadi serta teman-temannya.

"Seperti biasa, Maha-sama sedang mengisap cerutu di ruangannya, Zeno-sama masih belum kembali dari bisnis lele-nya di York Shin, Silva-sama sedang memperbaiki mata robot Kikyo-sama yang baterai-nya sudah habis dan konslet, Milluki-sama sedang ke rumah pemotongan sapi pribadinya, Kalluto-sama dan Ilumi-sama sedang bertugas di rumah sakit." Pelayan itu mengakhiri penjelasan panjangnya tepat saat mereka berempat telah sampai ke depan pintu kamar Killua.

"Ooh, jadi intinya yang sekarang ada di rumah hanya kakek buyut renta itu?" ujar Killua mempersingkat jawaban pertanyaannya yang begitu panjang.

"Ya." jawab pelayan itu singkat, padat, dan jelas.

"Huft, baiklah kalau begitu. Kau bisa pergi sekarang. Oh iya, nanti bawakan kami cemilan dan jangan lupa choco-robo-kun ku, ya!" perintah Killua sambil membuka pintu kamarnya dan masuk bersama kedua temannya itu.

"Baik, Killua-sama!" ucap pelayan itu kemudian berlalu sebelum Killua menutup pintu kamarnya yang besar itu.

.

.

"Fuah!~ Akhirnya selesai!" Gon meregangkan badannya yang kaku yang sedari tadi dipakainya untuk duduk dan menulis.

"Iya! Jadi tugas untuk minggu depan selesai sudah!" tambah Kurapika sambil membereskan buku-bukunya yang berserakan di karpet kamar Killua.

"Lihat, tanpa bantuan kakek renta itu juga kita bisa selesaikan ini dengan mudah!" ujar Killua meyakinkan sambil meregangkan tubuhnya sama seperti Gon.

"Ya, untung kau punya cukup banyak buku refrensi, Killua! Kita jadi banyak terbantu." ujar Kurapika lagi sambil mensleting tasnya dan meluruskan kakinya yang sedari tadi menekuk karena duduk.

"Kau tahu sendiri 'kan keluargaku seperti apa, Kurapika." jawab Killua masih dengan posisi santainya.

"Ya, ya." jawab Kurapika santai. "Hm. Baiklah kalau begitu, aku pulang saja. Sudah sore juga, nanti Senritsu khawatir." tambah Kurapika sambil berdiri dari posisi duduk santainya dan mengangkat tasnya.

"Kok cepat sekali, sih? Nanti saja bareng aku pulangnya, Kurapika." pinta Gon sambil merengut ala anak kecil ke arah Kurapika.

"Iya, nanti saja Kurapika. Kita juga belum makan makanan utamanya." Killua menambahkan pernyataan Gon barusan dengan nada santainya yang biasa. Killua, kau ganteng-ganteng mikirnya makan mulu! *Author ditendang ke Mars*

"Hm, tapi nanti aku takut terlalu sore. Lagipula Senritsu pasti sudah menyiapkan makan malam." bantah Kurapika halus sambil tersenyum kepada dua orang teman baiknya itu.

"Kalau kau memaksa, ya sudahlah. Ayo, aku antar sampai depan!" ucap Killua pada akhirnya dan berdiri dari posisi santainya. Gon juga ikut berdiri dengan maksud untuk ikut mengantar Kurapika.

"Ah, tak usah. Aku 'kan sudah sering ke sini. Aku sendiri saja. Ya sudah, selamat bersenang-senang!~" Kurapika melambai ke arah mereka sambil berjalan menuju pintu kamar Killua.

"Hn, ya sudah. Hati-hati, ya Kurapika!" ucap Gon dan Killua yang kemudian kembali duduk dengan posisi santai masing-masing saat Kurapika sudah benar-benar menghilang dari pandangan mereka.

.

.

Gadis berambut kuning keemasan itu berjalan sendirian menuju rumahnya. Seperti biasa, ia berjalan dalam diam sambil memperhatikan sekelilingnya. Saat itu, matahari sore sudah hamper tenggelam hingga langit-langit di atas Kurapika berwarna jingga keemasan.

Saat ia sudah sampai dekat rumahnya, langkahnya kembali terhenti di depan rumah megah bergaya Victorian itu. Ditolehkannya kepalanya ke arah pintu rumah itu dan dilihatnya banyak sandal dan sepatu berserakan di situ. Namun, yang membuat Kurapika menoleh bukanlah sekumpulan sandal itu, melainkan suara dentingan piano yang mengalun merdu yang sampai ke telinganya.

'Hm? Merdu sekali permainan penghuni baru itu. Apa penghuni baru itu sedang mengadakan pesta hingga banyak mobil parkir dan sandal berserakan begitu?' pikir Kurapika sambil menatap halaman rumah itu yang penuh oleh 4 mobil bermacam-macam warna dan merek serta kembali menatap kumpulan sandal itu.

Kurapika kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti (lagi) di depan rumah itu dan kembali berjalan menuju rumahnya yang jaraknya terpisah satu rumah di samping rumah itu. Ia tidak memikirkan masalah itu lebih lanjut. Namun, satu yang ia tahu; baru pertama kali ia mendengar alunan piano yang begitu indah dan lembut seperti itu.

"Aku pulang!" ucap gadis itu sesampainya di halaman rumahnya dan hendak membuka pintu rumahnya. Ia membuka sepatunya dan menaruhnya di rak yang tersedia di balik pintu rumah itu.

"Selamat datang, Kurapika-chan! Kau darimana saja?" tanya suara yang sudah tak asing lagi gadis pirang itu.

"Sudah kubilang, 'kan Senritsu! Jangan panggil aku dengan sebutan '-chan'! Aku sudah 16 tahun sekarang!" protes Kurapika sambil berjalan masuk menuju ruang tv yang terletak dekat dapur tempat wanita mungil yang tadi dipanggil Senritsu itu berada.

"Ahahaha, iya, iya. Kau belum jawab pertanyaanku, Kurapika." tagih Senritsu yang saat ini sedang berada di dapur―sedang memasak tepatnya.

"Aku dari rumah Killua, mengerjakan tugas." jawab Kurapika santai sambil merebahkan diri di atas sofa merah nyaman. Melepas lelah. "Oh iya, Senritsu." ucap Kurapika tiba-tiba sebab ia teringat sesuatu sambil kemudian menyalakan televisi.

"Hm? Ada apa?" tanya Senritsu yang sekarang sedang menaruh makanan yang ia buat di atas meja makan yang letaknya dekat dengan ruang tempat Kurapika sedang duduk.

"Kau tahu rumah Mr. Jones sudah ada yang menempati." ucap Kurapika yang lebih menyerupai pertanyaan daripada pernyataan.

"Ya, aku tahu. Pemiliknya memberi ini tadi saat kau masih di rumah Killua." jawab Senritsu sambil menunjuk sebuket buah-buahan yang tergeletak di atas meja makan.

"Ooh, begitu." Kurapika menanggapinya dengan santai dan kembali melayangkan pandangannya ke arah tv.

"Hm, tumben sekali kau bertanya hal macam itu. Biasanya 'kan kau tidak pedulian. Ada apa?" Kini Senritsu yang bertanya kepada gadis yang lebih muda 10 tahun dari umurnya itu.

"Tidak apa kok. Tadi aku hanya mendengar suara piano merdu berasal dari rumah itu. Makanya aku berpikir pemiliknya pasti seorang yang terkenal." jawab Kurapika santai sambil tetap menatap layar televisi dengan pandangan kosong. Ya, sebab tak satupun program televisi yang menarik perhatian gadis cantik itu.

"Begitukah? Tapi sepertinya wajahnya tidak familiar. Aku 'kan pecinta musik instrumen, jadi setidaknya aku masih tahu wajah-wajah atau nama-nama pemusik." jelas Senritsu yang memang tidak menyangka tamunya tadi siang adalah seorang pemusik handal.

Yah, sekedar info, Senritsu adalah teman ibu Kurapika yang sudah meninggal. Senritsu tinggal bersama Kurapika sebab ia merasa kasihan terhadap Kurapika yang tinggal sendirian sejak umur 12 tahun. Ayah Kurapika juga meninggal 5 tahun lalu karena kecelakaan pesawat saat beliau sedang dinas keluar kota. Dan berhubung Senritsu kebetulan sedang belajar dan meneliti musik di kota tempat Kurapika tinggal, jadilah ia tinggal bersama Kurapika selama 4 tahun terakhir.

"Hoo, begitu. Tetapi permainannya sangatlah halus dan terlatih. Sama seperti di lagu-lagu yang sering kau putar itu, Senritsu. Malah lebih indah." ucap Kurapika lagi, kali ini ia mematikan televisi dan beranjak menuju meja makan, tempat Senritsu sedang duduk.

"Wah, berarti hebat sekali, ya? Padahal ia masih amat muda, lho. Sepertinya masih seumuran denganmu, lah." tambah Senritsu sambil menatap Kurapika dan mematahkan sumpitnya kemudian berujar "Itadakimasu!" pelan.

"Seumuran denganku? Memang pemilik rumah itu hanya satu orang?" tanya Kurapika kemudian melakukan apa yang Senritsu barusan lakukan.

"Iya, dia bilang kalau ia pindahan dari Ryuuse-gai. Ia hanya bilang kalau ia tinggal sendiri kemudian langsung pamit pergi sebab ia masih harus mengunjungi tetangga lainnya." jawab Senritsu setelah menelan osechi-nya.

"Ooh, begitu." jeda Kurapika sambil minum dan kemudian meneruskan perkataannya. "Siapa namanya?"

"Hm, sebentar. Kalau tak salah… namanya…" Senritsu tampak mengingat-ingat sebentar nama tetangga barunya sebab nama orang itu memang terdengar agak sulit dan asing baginya.

"…namanya…Kuroro. Ya, Kuroro Lucifer."


A/N: Yak, inilah fiksi HxH pertama saya!~ Oh, betapa saya sedang suka sekali dengan pair KuroroxKurapika! xD Sebenarnya saya gak mau bikin pembukaan panjang-panjang, tepi tetep aja jadinya +3000 words (gak termasuk A/N) ._. Jadi, gomen kalo fiksi saya benar-benar amat sangat membosankan.

Kenapa di sini saya bikin Tompa jelek banget imejnya, ya karena emang saya paling gak suka sama tuh makhluk! Gak tau, rasanya kesel aja kalo liat namanya, apalagi gambarnya! -_- Dan tolong bayangin King Meryem seperti manusia, kepalanya normal, rambut hitam, gak punya buntut panjang!~ Trus Gon tinggiin dikit lah, sedagu Kurapika deh, kalo Killua se telinganya lah!~ *ditampar bolak-balik sama Togashi grgr seenaknya ngubah chara orang!*

Oke, gimana fiksi ini? Abal banget kah? Gaje banget-bangetan kah? Jadi, silahkan mengeluarkan semua keluhan para readers yang terhormat sekalian di review! Berhubung saya juga masih author newbie jadi saya juga masih perlu banyak pengoreksian!~ Oh iya, ada yang mau usul si Leorio mau dijadiin apa di fiksi ini? Soalnya jujur, saya bingung mau bikin dia jadi apa. *digranat Leorio FC*

.

Okeh, sekali lagi, review sangat diharapkan kalo mau tahu lanjutan fiksi ini!~ *wide smile and bows* =D

.

One Helluva Newbie Author,

.

Kurofer P.