Hampa

Hampa.

Harry tidak pernah menyangka bahwa ini yang akan dirasakannya setelah semua berakhir. Pertarungan melawan Voldemort.

Bahagia.

Bangga.

Lega.

Itu yang Ia perkirakan akan Ia rasakan saat Ia berada pada situasi seperti yang Ia hadapi sekarang.

Ia melihat keluarga Weasley berpelukan di ujung ruangan, gembira karena akhirnya perjuangan mereka terbalaskan, dan sedih karena mereka kehilangan Fred. Fred Weasley. Salah satu dari kembar Weasley. Kakak Ron. Teman Harry.

Kelompok penyihir lainnya mengacung-acungkan kepalan tangannya keatas sambil bersorak, menyerukan nama Harry, menyerukan nama Dumbledore, atau sekedar meneriakkan kegembiraan mereka.

Beberapa orang mendatangi Harry, mencoba menepuk bahunya sedikit, setengah memeluk, mengucapkan selamat, berterima kasih, atau sekadar berbagi keriangan.

Sepertinya, setiap orang merasakan sesuatu saat ini. Senang, Bangga, Sedih, atau perasaan lainnya. Semua kecuali Harry.

Ginny. Ia melihat gadis itu bersama keluarganya, menengok ke berbagai arah, mencari seseorang. Ia belum melihat Harry.

Harry memutuskan untuk memakai jubah gaib-nya. Ia akan menemui Ginny. Pasti. Tidak sekarang. Sekarang Ia membutuhkan orang lain.

Tepat saat Harry membalik badannya, Ia hampir bertabrakan dengan kedua sahabatnya, Ron dan Hermione. Mereka tidak melihat Harry.

"Ron, Hermione," bisik Harry, "Ini aku."

"Harry?" Ron berbisik dengan nada tinggi.

"Kesini." Harry menarik kedua sahabatnya kebawah jubah gaib, sedikit sulit karena ukuran tubuh mereka. Tanpa berkata apa-apa, kedua sahabatnya menunduk dan berlindung di bawah jubah tersebut.

"Aku ingin menunjukan sesuatu pada kalian berdua," kata Harry.

Keduanya hanya mengangguk.

Trio sahabat tersebut berjalan menyusuri selasar bersama. Hening, karena mereka tidak mengucapkan apa-apa sepanjang perjalanan. Namun, Harry tidak lagi merasa hampa.

Ia berada diantara dua sahabatnya, sahabat yang Ia tahu tidak akan meninggalkan-nya dan akan mendukungnya dalam hal apapun.

Kehangatan menyesapi tubuhnya.

Semua berakhir baik.