Warning ! Yaoi Area

Chanbaek

Chanyeol - Baekhyun

I Don't Care oleh : pcy-bee

Mpreg

Rate : M

Selamat Membaca !

BGM : Like Rain, Like Music by Baekhyun EXO

.

.

.

.

"Terima kasih untuk kunjungannya, silahkan datang kembali~!" Seorang kasir mini market tersenyum ramah pada sang pelanggan, tangannya terulur untuk memberikan kantong plastik belanjaan milik si pelanggan tersebut.

Tak butuh waktu lama karena sekarang kantong belanjaan itu telah berpindah tangan pada genggaman seorang pemuda berpostur tubuh mungil.

Sebut saja namanya Baekhyun, usianya duapuluh lima tahun dan menyandang marga Byun dengan pekerjaan sebagai penyanyi di salah satu club malam milik sahabatnya. Yatim piatu sejak ditinggal kedua orang tuanya meninggal lima tahun yang lalu.

Tenggorokan yang kering saat perjalanan membuat pemuda cantik itu mampir terlebih dulu ke sebuah mini market untuk membeli beberapa minuman sebelum berangkat bekerja.

Baekhyun mengayunkan langkahnya menyusuri gang dengan banyak bangunan club-club megah di sekitaran sana. Saat ini pukul sembilan malam dan itu berarti sudah waktunya dimana dia harus mulai bekerja. Jarak apartemen dan club dimana tempat si cantik bekerja tidaklah terlalu jauh, jadi pergi dengan jalan kaki sama sekali bukan menjadi masalah untuk si pemuda Byun.

Gerak kaki lelaki mungil itu terus terayun hingga memasuki sebuah club lebih tepatnya pada bagian pintu belakang. Menyusuri sebuah lorong koridor dan berhenti di ruang ganti tempat dimana lokernya berada.

Tiga puluh menit berlalu dan kini Byun Baekhyun telah memakai kostum tanda bahwa dia sudah siap untuk melakukan pertunjukan, menghibur para tamu yang datang berkunjung.

"Kau sudah siap?" Tanya seseorang pada Baekhyun yang sibuk meneliti penampilannya di depan cermin.

"Oh, Luhan hyung ! ya, aku sudah siap."

Luhan mengangguk. "Berikan yang terbaik, Baek! seperti malam-malam yang sudah-sudah."

"Tentu saja." Baekhyun tersenyum manis pada sahabat sekaligus pemilik klub malam tempatnya bekerja saat ini.

Maka di sinilah penyandang marga Byun itu berada sekarang, duduk manis di kursi panggung dengan sebuah mic yang berdiri tegak tepat di hadapannya. Musik keras berhenti di gantikan dengan musik yang lebih lembut dan saat itulah Byun Baekhyun si penghibur club malam mulai melantunkan suara...

Biga naerigo eumagi heureumyeon nan dangsineul saeng-gagkhaeyo...hoo

(Disaat hujan turun dan musik mengalun, aku memikirkan dirimu)

Dangsin-i tteonasideon geu bam-e ireohge biga wasseoyo

( Malam ketika kau pergi, hujan juga turun seperti sekarang ini )

Suara merdu itu mulai terdengar mendayu namun lembut secara bersamaan, membuat semua pasang mata tertuju pada sosok cantik yang tengah bernyanyi di atas panggung sana. Tak terkecuali seorang laki-laki dewasa dengan wajah tampan ikut membawa matanya menatap si cantik.

Biga naerigo eumagi heureumyeon nan dangsineul saeng-gagkhaeyo...hoo

(Disaat hujan turun dan musik mengalun, aku memikirkan dirimu)

Dangsin-i tteonasideon geu bam-e ireohge biga wasseoyo

( Malam ketika kau pergi, hujan juga turun seperti sekarang ini )

Di luar sana hujan benar-benar turun seolah tahu bahwa ia sedang di panggil dan ikut mengiringi setiap bait lagu yang keluar dari bibir tipis si penyanyi.

Nan oneuldo.. i bireul maj-eumyeo... harureul geunyang bonaeyo...

( Lagi, aku berdiri di tengah hujan hari ini, dan membiarkan hari berlalu begitu saja )

Mata si lelaki tampan sama sekali tak berkedip menikmati pemandangan indah di sudut sana, telinga lebarnya serasa termanjakan hanya dengan mendengar alunan suara merdu itu.

Oh... aremdaun eum-aggat-eun uriui sarang-ui iyagideur-eun

( Oh...layaknya musik yang indah, begitu pula dengan kisah cinta kita )

Si tampan tak lagi menatap sendirian karena si pelantun lagu juga tengah menatapnya. Manik meraka bertemu dan detik terasa terhenti seolah memberi waktu pada keduanya untuk saling berkenalan melalui mata yang saling beradu.

Heureuneun bicheoreom neomu apeugi ttaemun-ijyo..

( Hadir dengan rasa sakit seiring mengalirnya air hujan )

Yang di atas panggung sadar jika mereka terlalu lama bertemu tatap, maka ia kembali fokus dengan lantunan musik. Sementara si tampan sibuk menenggak wine pesanannya tanpa mengalihkan pandangan pada sosok indah yang hanya dalam hitungan detik mampu membuatnya terpesona.

Hoo... o geureohge apeun biga wass-eoyo oooo...

( Entah mengapa bagiku hujan yang turun terasa sangat menyedihkan )

Si cantik menutup mata, menghayati bait terakhir yang ia nyanyikan saat ini. Sepersekian menit kemudian tepuk tangan riuh mengalun indah pertanda bahwa para pengunjung merasa puas atas pertunjukannya tadi.

"Kim Jongin, cari tahu tentang dia." Si tampan berkata pada sahabat sekaligus orang kepercayaannya tanpa menatap. Karena saat ini sepasang mata hitam itu tengah sibuk memfokuskan diri pada satu objek yang bahkan sudah hilang dibalik panggung.

"Apa yang coba kau rencanakan, Park Chanyeol?" tanya seseorang yang tadi di panggil Kim Jongin.

Sebuah senyuman manis mengembang di wajah tampan orang dengan nama Park Chanyeol. "Hanya penasaran saja."

Jongin memicingkan mata curiga. "Kau jatuh cinta padanya?"

"Sepertinya begitu."

Dan jawaban dari Chanyeol menbuat Jongin menghebuskan nafas kasar. Niat awalnya mengajak sang sahabat untuk mencari sedikit hiburan di salah satu club malam malah berakhir seperti ini. Tak ingatkah Chanyeol bahwa pria bermarga Park itu telah memiliki istri cantik yang menunggu di rumah?!

.

.

Club malam memang identik dengan yang namanya pergaulan bebas, seks, alkohol bahkan obat-obatan terlarang. Tapi lain halnya untuk seorang Byun Baekhyun, meskipun bekerja di sana Baekhyun tetaplah pemuda polos atau lebih tepatnya cuek yang sama sekali tidak terpengaruh apalagi peduli dengan kehidupan malam semacam itu.

Bugh!

Seonggok tubuh besar tiba-tiba ambruk di jalanan basah, karena tadi memang hujan sempat turun. Tubuh besar itu terbaring melintang tepat di hadapan Baekhyun dan menghalangi langkah si mungil yang hendak berjalan pulang menuju apartemen.

Terkejut tentu saja, dia bahkan baru beberapa langkah keluar dari pintu belakang club tapi tiba-tiba saja dikejutkan dengan penampakan orang terjatuh, tepat di depannya pula.

"Ugh~ dasar Kim Jongin sialan! Awas saja kalau bertemu! akan ku kebiri panisnya! berani sekali meninggalkan Bosnya sendirian!"

Sosok itu merancau tak karuan membuat Baekhyun yakin bahwa si tubuh besar nan tinggi yang tengah berusaha susah payah berdiri itu saat ini sedang dalam pengaruh alkohol alias mabuk.

Baekhyun mendekati sosok itu takut-takut. "Tu-tuan...apa anda baik-baik saja!"

Deg!

Si tinggi membeku sejenak setelah telinga lebarnya berhasil menangkap suara merdu yang mencoba menyapa. Meskipun dalam keadaan setengah waras, tapi dia yakin dan sudah hafal di luar kepala suara merdu tersebut.

"Tuan! apa kau mendengarku?!" Baekhyun memanggil lagi, semakin mendekati sosok yang berdiri terhuyung-huyung di hadapannya.

"O-oh, tentu saja aku mendengarmu...Omong-omong hik...namaku Park Chanyeol, siapa namamu...hik..?"

Baekhyun mengernyitkan alis bingung, kenapa tiba-tiba orang ini memperkenalkan diri bahkan tanpa di suruh, dasar aneh.

Manik beningnya ia bawa untuk menatap lekat-lekat manusia raksasa yang terpampang nyata di hadapannya saat ini. Wajah itu...Baekhyun mengingatnya, wajah tampan yang sempat memandangnya tanpa berkedip saat dia tampil di atas panggung beberapa saat lalu.

"Hei! aku menanyakan namamu! apa kau tuli?! kenapa tidak menjawab...hik...?!" yang tadi memperkenalkan diri sebagai Park Chanyeol setengah membentak pada Baekhyun, kesal saja tak lekas mendapatkan jawaban.

Pletak!

Satu jitakan mendarat tepat di kepala Chanyeol, siapa lagi pelakunya kalau bukan Baekhyun. Di gang belakang klub itu kan memang hanya ada mereka. Chanyeol yang sedari tadi berdiri terhuyung kini tambah terhuyung sambil memegangi kepalanya sendiri. Omong-omong, jitakan Baekhyun sakit juga ternyata.

"Ah! WAE ! Kenapa malah memukulku?!" yang lebih tinggi berteriak protes.

"Itu karena kau pantas mendapatkannya! mengatai orang lain tuli sedangkan kau sendiri terlihat seperti gelandangan!" Si mungil tak kalah protes.

"YAKK ! kau menyebutku apa?! gelandangan?! kau akan menyesal saat tahu seberapa kayanya diriku, nak!" Chanyeol semakin terhuyung saat merasakan kepala yang tiba-tiba pusing. Matanya yang tadi merem melek khas orang teler sepenuhnya telah terpejam. Dan tanpa aba-aba lelaki bermarga Park itu kembali...

"Kau pikir aku peduli dengan hartamu?! Aish, kenapa juga aku menanggapi orang mabuk, lebih baik aku tinggalkan saja dia sendirian di si..."

Bugh!

...ambruk.

Baekhyun sekali lagi melotot terkejut menatap seonggok tubuh besar yang kembali tergeletak di jalan, pingsan. Yang lebih parahnya lagi, kenapa hujan tiba-tiba kembali turun dan membuat si mungil semakin kebingungan.

Baekhyun mengambil lima langkah menjauh dan meninggalkan Chanyeol di tengah rintikan hujan yang belum terlalu deras turun menguyur bumi. Tapi entah karena alasan apa pemuda duapuluh lima tahun itu malah tiba-tiba berhenti berjalan dan menengok kembali ke belakang.

Chanyeol masih di sana dengan pakaian yang hampir basah seutuhnya sama seperti keadaan Baekhyun saat ini. Merasa tak tega, si mungil kembali melangkah mendekati tubuh besar itu. Berjongkok untuk memeriksa saku celana dan jaket yang orang itu kenakan, mencari dompet ataupun ponsel agar dia bisa menghubungi seseorang untuk membawa pulang si badan besar.

"Ish, kaya apanya jika tak memiliki dompet dan ponsel!" Baekhyun mengomel sendirian ditengah hujan dan gang yang sepi. Usaha lelaki cantik itu berakhir sia-sia karena tak menemukan secuilpun identitas diri yang menempel pada si tubuh besar.

Mau tak mau, suka tak suka. Byun Baekhyun yang masih memiliki hati nurani berakhir dengan membawa tubuh besar itu dalam rangkulan bahunya. Susah payah mengingat betapa berbanding terbaliknya tubuh mereka. Padahal biasanya Baekhyun hanya akan bersikap apatis terhadap sekitar, tapi entah mengapa dia merasakan sesuatu yang lain pada pria besar dalam rangkulannya saat ini.

.

.

Bugh!

Sekali lagi tubuh besar nan tinggi itu ambruk. Namun kali ini bukan di jalanan basah nan keras, melainkan di sebuah ranjang berlapis kasur empuk.

Baekhyun yang tak tahu harus memulangkan Chanyeol kemana, akhirnya memilih jalan tengah untuk membawa tubuh besar itu beristirahat di apartemennya. Dengan taksi tentu saja, bisa patah tulang jika si mungil menyeret tubuh raksasa itu sendirian sampai ke apartemen.

Si tuan rumah melangkah menjauh dan meninggalkan tamunya sendirian di dalam kamar. Kamar yang tidak terlalu besar namun cukup nyaman untuk ditempati berlama-lama. Mengambil beberapa helai baju di lemari dan pergi melangkah memasuki kamar mandi untuk mengganti pakaian basahnya.

Tak butuh waktu lama karena pemuda duapuluh lima tahun itu kini telah duduk kembali disisi ranjang kamarnya. Kedua tangan mungil itu ia bawa untuk melepaskan satu persatu pakaian basah Chanyeol yang masih setia terbaring pingsan di atas ranjang. Entah itu tidur, pingsan atau mati...Baekhyun juga tak tahu dan tak mau repot-repot memikirkannya.

Sedikit bergetar saat tangannya berhasil membuka satu persatu kancing kemeja milik si Park. Tidak! Baekhyun bukannya ingin berbuat yang macam-macam, dia hanya tidak mau saja si tamu kedinginan dan sakit karena mengenakan pakaian basah, apalagi udara di luar sangat dingin dengan hujan yang masih setia menemani malam.

Baju atas Chanyeol sudah terlepas hingga menampilkan dada bidang dan perut kotak-kotak yang terlihat sangat seksi di mata Baekhyun. Si mungil bahkan sampai berusaha menelan liur dengan susah payah. Itu baru bagian atasnya saja tapi sudah membuat wajah Baekhyun memerah seperti kepiting rebus, bagaimana kabarnya nanti jika ia melihat yang ada dibalik celana. Astaga! lenyapkan otak mesummu, Byun Baekhyun !

Dengan tangan lebih bergetar dari sebelumya, pemuda Byun itu sudah payah mengarahkan tangannya untuk melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda tadi, kali ini ia akan membuka celana Chanyeol. Saking terfokus pada apa yang ia kerjakan hingga ia tak menyadari bahwa si pemilik tubuh sudah terbangun dari acara mati surinya.

Mata besar itu menatap dan mengamati setiap pergerakan si mungil yang terlihat sudah mulai menurunkan resleting celana yang ia kenakan. Hampir terbahak saat melihat wajah merah sosok di bawah sana yang entah mengapa sangat mengemaskan di matanya. Sebuah senyuman jahil mengembang dan kemudian bersiap membuka suara...

"Kau berniat memperkosaku!?"

.

.

.

.

TBC or STOP ?

Hai ! aku bawa cerita baru nih...awalnya mau coba-coba buat gendre hurt, tapi kayaknya otak aku gak nyampe ke sana :(

Mungkin ada konfliknya tapi gak yakin bisa sememilukan kayak di drama-drama ato sinetron. Soalnya aku gak suka kalo Baek dinistakan...

Gak panjang kok, mungkin 1,5k - 2k words perchap.

Intinya semoga kalian suka dengan cerita ini, Review ya :) karena pendapat kalian menentukan cerita ini lanjut atau tidak...

Aku tunggu pokoknya...dan terimakasih :)

Bye,

- Oneng, 19 September 2018 -