Two Pieces
Cause we fit together right two pieces of a broken heart
.
.
.
Created by: Rizuka Ichibie
Januari 2017
Disclaimer: Naruto belong to Masashi Kishimoto
Inspiration of Demi Lovato's Song : Two Pieces
I didn't know what it mean, but I just heard it, loved it and imagined it
Naruto-Hinata Fanfiction
Drabble Version
.
.
.
Debu-debu halus itu berterbangan karena sebuah kemoceng berbulu coklat. Foto-foto dalam bingkai tersebut juga tampak lebih bersih dari sebelumnya. Si wanita cantik bersurai indigo dengan tenang meletakan kemocengnya dan mengambil sebuah foto berbingkai putih yang berada di tengah-tengah foto lainnya.
Seulas senyuman tiba-tiba menghiasi wajah bak malaikat cantik itu. Jelas sekali foto itu menampakan seorang gadis kecil dengan rambut indigo berpotongan pendek yang malu-malu menatap kearah kamera. Sementara kedua pipinya memerah karena genggaman hangat yang diterimanya dari si bocah bersurai kuning cerah secerah senyumannya. Foto itu adalah foto yang diambil pertama kali saat ia bertemu dengan anak lelaki yang telah sudah membuktikan banyak hal padanya bahkan sampai saat ini.
Hinata belum meletakan kembali foto tersebut. Ia justru terus menatapnya lekat-lekat. Sungguh, ia sangat rindu saat-saat yang dinamakan pertama kali. Begitu banyak hal pahit yang berubah manis karena pria itu.
Ia tersentak tiba-tiba, sepasang tangan yang cukup kekar memeluk hangat tubuhnya tanpa diminta. Tapi kemudian ia kembali tersenyum. Lalu menoleh dan terkekeh melihat tingkah pria yang begitu dicintainya tengah bersikap manis padanya.
"Mengapa kau memandangnya seperti itu? Kau tahu, aku jadi cemburu melihatmu terlalu lama menatap foto itu." Kata Naruto tanpa melepas pelukannya. Pria itu tentu tahu siapa bocah kuning dan gadis kecil indigo dalam foto tersebut.
"Dia lebih tampan darimu Naruto-kun." Jawab Hinata lembut. Wanita itu pikir mungkin setelah ini Naruto akan melepas pelukannya tapi nyatanya pelukan itu semakin terasa erat sekaligus hangat. Ia bahkan bisa merasakan napas milik si pirang yang kini bersandar pada bahu kirinya dengan hati-hati.
Kedua sapphire itu mulai memandangi foto yang dipegang Hinata dengan pandangan menyelidik. Tapi, apa yang terjadi selanjutnya?
Butuh lima detik bagi Hinata menunggunya.
Naruto melepaskan pelukannya dan kini berada di hadapan wanitanya. Lagi, ia tersenyum. Sungguh, senyuman yang membuatnya semakin tampan dimata Hinata.
"Hinata?" Panggilnya dengan suara baritone itu.
"Ne, Naruto-kun?" Hinata tersenyum manis. Ia tidak tahu apa yang akan dikatakan oleh Naruto-nya. Namun ia yakin senyuman yang kini nampak di wajah berkulit tan itu menunjukan hal yang menyenangkan hatinya.
"Aku.."
.
.
Naruto'spov
Aku dijauhi
Mungkin karena aku terlalu bodoh untuk berteman dengan mereka
Sejak awal aku memang sudah sendiri
Tapi apa artinya aku tak boleh ikut berlari bersama mereka
Karena itulah aku pergi kearah lain
Berlari sendiri tanpa tahu akan kemana
Hingga aku melihatnya
Si pemilik amethyst yang menangis dibawah jendelanya
Aku tak mengerti, tadinya
Namun nyatanya perasaan ini membawaku menghampirinya
.
.
"Aku mencintaimu, Hinata." Lanjutnya tegas, lembut sekaligus hangat.
Keheningan mulai tercipta diantaranya. Pria itu tahu Hinata hanya akan tersenyum sambil memandangnya. Bukan pandangan biasa, ia mengerti. Hinata memandangnya dengan pandangan yang mengutarakan perasaannya.
"Aku mengerti Hinata."
Tes
Air mata itu jatuh begitu saja dari kedua bola lavender milik sang wanita. Sungguh, Hinata ingin mengatakannya, tapi lagi-lagi ia bahkan tak sanggup. Ia hanya bisa tersenyum. Senyum yang tulus menejelaskan semuanya. Perasaannya yang bahkan terlalu bahagia untuk diutarakan dengan kata.
Sama seperti saat itu.
Saat dimana ia pertama kali merasakan genggaman hangat milik si bocah bermanik sapphire.
.
.
Hinata's pov
Aku hanya ingin kepahitan ini berlalu
Jadi aku mengurung diriku
Aku hanya ingin menangis di atas jendelaku
Jadi aku lakukan itu
Hingga satu bayangan menarikku
Dengan kedua sapphire yang bersinar
Sekaligus senyum yang menyembunyikan luka
Tapi aku terhanyut
Tak sanggup berkata, hanya melihatnya
Mengulas senyum dan menyapaku berkali-kali
.
.
Kedua tangan milik Hinata memeluk Naruto erat. Kenangan itu jelas-jelas masih teringat dalam memorinya dan ia tahu kalau Naruto juga masih sangat mengingatnya sama seperti dirinya.
Wajah cantik itu mengulas senyumnya lagi, bersamaan dengan belaian lembut yang diterima dari sang kekasih.
"Bukankah aku tak perlu bertanya mengapa kau memelukku begitu erat seperti sekarang ini Hinata?" Tanya Naruto.
Hinata mengaggukkan kepalanya.
"Kau benar Naruto-kun."
Mereka sama-sama tersenyum. Dengan kedua tangan yang masing-masing masih saling mendekap untuk mengutarakan perasaan yang belum bisa diungkapkan dengan kata-kata. Saling berjanji sekaligus membuktikan hal yang bahkan tak pernah orang lain pikirkan tentang mereka.
"Apa kau ingat kalimat yang paling kusuka darimu Hinata?" Tanya Naruto lagi.
Kedua mata Hinata kembali memandang wajah dalam foto itu. Perlahan ia memejamkan matanya, sebuah bayangan muncul tentang dirinya yang masih seorang gadis kecil tengah duduk diatas perahu kecil bersama anak laki-laki yang terus menggenggam tangannya.
Hinata kembali membuka matanya, melepas pelukan itu dan menatap Naruto penuh arti. Tangan kanannya ia angkat sambil menunjukan jari kelingkingnya, tentu dengan senyuman manis yang membuat Naruto terkekeh pelan.
"Karena kita saling melengkapi seperti dua kepingan hati yang patah, Naruto-kun." Ucapnya kemudian.
Bersamaan dengan saat dimana Naruto menautkan satu jari kelingkingnya pada jari mungil Hinata.
.
.
.
Berakhir?
.
.
.
Kurasa memang tidak ada akhir untuk kebahagiaan
.
.
.
Sampai jumpa di karya Rizuka Ichibie berikutnya! Arigatou minna!
