Disclaimer: Dear, Only You Don't Know! © Yuria. Tidak ada keuntungan material apapun yang didapat dari pembuatan fanfiksi ini.

Warning: Canon.

Summary: Tiga pertemuan Mi dan Sihan di bawah butir salju.

Ironi Salju oleh revabhipraya
untuk Flash Fic Fest (open dictionary: irony) dan Before Our Spring (before spring comes, before it gets warm, shall we meet?)


.

.

.

Mi tidak tahu kisahnya adalah sebuah ironi atau bukan.

Ia dan Sihan dipertemukan di bawah naungan jatuhnya butiran putih langit, saat pemuda itu masih pantas disebut bocah. Kedekatan yang mereka jalin begitu indah, tapi sayangnya harus kandas karena tuntutan situasi.

Ia dan Sihan juga dipisahkan kala musim dingin. Pertama, karena kesalahan yang ia bentuk akibat ketakutan tak beralasan. Kedua, karena Sihan tidak menepati janjinya untuk tidak melupakannya.

Karena itulah saat mereka kembali bertemu, potongan memori tak tersusun rapi milik Sihanlah yang jadi pagar. Mi ingin kembali, Sihan menghindar. Kesalahpahaman tak berujung ini menyakiti keduanya, dengan cara yang berbeda.

Namun, potongan memori acak itu perlahan berhasil tersusun dengan rapi kembali di dalam otak Sihan. Sosok Mi di masa lalunya kembali, yang dulu ia panggil Kak Mimi, yang dulu ia jadikan teman mengobrol di kala senja, yang dulu menatap etalase boneka dengan sendu, yang dulu ia bilang cantik. Semua memori kembali dengan urutan yang seharusnya.

Membuat Mi dan Sihan merasa hubungan mereka seolah tak pernah berakhir.

Sayangnya, Sihan harus pergi. Keduanya harus berpisah. Dan salju seolah menghina mereka karena muncul lebih awal hanya untuk mengantar kepergian Sihan dan menemani kesedihan Mi.

Tapi kisah mereka tidak berhenti sampai di situ.

Karena setelah tiga tahun terpisah―atau berpisah, mereka kembali bertemu. Di depan Bar Lime, di bawah hujan salju yang kali ini muncul tepat waktu. Mi menangis haru, mendapati hidupnya kini sempurna dengan kehadiran Sihan.

"Aku terlambat," ucap Sihan pelan. Nada sesal jelas terdengar dari suaranya. "Tapi apakah kau masih mau menerimaku?"

Bagi Mi, musim semi datang terlalu cepat.

.

.

.

FIN