Chapter 1

Sehun pov.

Sehun Oh. Seseorang memberikan nama itu kepadaku. Pria itu tinggi, tampan, baik hati dan yang terpenting, aku sangat mencintainya. Bertahun-tahun aku hidup dengannya dan ia tak pernah sekalipun membuatku terluka. Orang-orang mengatakan setelah badai besar pasti ada pelangi. Tapi hal lain yg sering terlupakan adalah, setelah badai besar pasti permukaan bumi akan rusak. Pohon-pohon akan tumbang, dan rumah-rumah dengan fondasi yang tidak kuat juga akan roboh. Bukankah ini seperti sebab dan akibat? Sayangnya 'akibat' tidak selalu berbau positif.

Seharusnya aku bersyukur tentang apa yang kumiliki. Bersyukur tidaklah sulit untuk dilakukan. Hanya saja, aku tak terbiasa.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Suara seraknya tiap pagi adalah kesukaanku. Ia akan bersikap manja diluar kesadarannya. Tangan kekarnya menarik pinggangku mendekat untuk direngkuh lebih kuat. Hangat dan nyaman. Pria itu bernama Chanyeol Park. Aku menggeleng pelan. "Aku menyukai baumu tiap pagi Sehunah." Aku tersenyum mendengar pengakuannya.

"Chanie, aku ada kelas pukul 9. Aku harus siap-siap." Aku mengusap surai lembutnya yang berantakan. "Selamat pagi baby." Ia mengecup bibirku lembut. Jantungku berdebar. "Pagi daddy." Jawabku sambil mengendusi lehernya. "Jam berapa aku harus menjemputmu?" Ia menarikku keatas tubuhnya. Kepalaku berbantal dadanya, kulit dengan kulit.

"Aku akan selesai jam 5 sore nanti." Ia mencium aroma rambutku. Dan berdiri mengangkatku ke kamar mandi. Itu adalah rutinitas kami tiap pagi jika kami memiliki jadwal padat. Aku akan ke kampus dan bergulat dengan buku-buku tebal, sedangkan pria yang kucintai ini akan pergi ke kantor.

Aku selesai mandi lebih dulu, Chanyeol masih berendam. Ia adalah bosnya, datang jam berapa saja tak akan ada yang berani menegurnya. Di rumah megah ini hanya aku, Chanyeol dan 2 pekerja yang tinggal. Tukang kebun dan satpam. Untuk urusan memasak, aku lebih suka memasak sendiri. Aku menyiapkan sarapan untuk kami berdua. Karena Chanyeol lama, aku memutuskan untuk sarapan dulu.

"Kau sudah sarapan?" Chanyeol berdiri di anak tangga terakhir dengan dasi yang belum tersimpul. Ia sudah rapi, rambutnya ditata hingga dahinya terlihat sempurna. "Sudah. Sini biar aku yang memasangnya." Aku menyimpulkan dasi itu. Chanyeol menatapku dengan senyuman tipis. Senyuman yang sangat kusukai. "Kau cantik sekali pagi ini. Baumu juga enak." Ia menarikku dalam pelukan dan mulai menjilati leherku.

"Daddy im off to school now, i had made your breakfast." Aku menggeliat agar lepas dari rengkuhannya. Bukannya aku tidak suka, hanya saja jika aku tetap menerima perlakuannya kita akan berakhir telanjang dan aku akan telat ke kampus. "Daddy wants your lips as his breakfast, come here, where is daddy's breakfast?" Ia kembali merengkuhku dan menghisap bibirku. Aku bisa gila jika seperti ini.

"Kau sangat menggemaskan. Aku ingin memakanmu." Ia mengatakannya dengan nada mengeram. Chanyeol terlihat sangat sexy jika ia mengeram frustasi seperti ini. "Dad, aku milikmu setelah aku kembali dari kampus." Dan tanpa menunggu jawaban darinya aku langsung kabur ke pintu utama.

Chanyeol tak pernah membatasiku, ia selalu mendukung apa yang ingin kulakukan. Dan ia juga bukan tipe orang yang over protective. Ia memperbolehkanku menyetir mobil sendiri, dan berteman dengan banyak pria. Aku nyaman berada disisinya.

.

.

Setelah makan malam aku kembali membuka buku-buku tebalku. Menjadi mahasiswa kedokteran adalah tantangan hidupku. Mengesampingkan fakta bahwa aku adalah seorang yang terlahir dengan gangguan mental, aku harus berdiri sendiri dengan kedua kakiku. Keinginanku menjadi normal sangat besar, dan aku harus berusaha agar hal itu benar-benar terjadi dengan belajar hidup seperti orang normal. Kuliah, melakukan kegiatan sosial, mengikuti organisasi, dan... jatuh cinta.

Berusaha membangun kehidupan sosial sangat baik untuk psikisku. Aku akan terbiasa berkomunikasi dengan orang lain dan mulai terbuka dengan mereka. Membiarkan mereka mengetahui jati diriku dan bergaul dengan orang-orang berpendidikan. Sedangkan jatuh cinta? Orang-orang mengatakan jatuh cinta itu menyenangkan. Bagiku dulu jatuh cinta sama dengan kesakitan. Orang-orang yang kucintai membuatku sakit.

Tapi semua itu dulu. Sebelum Chanyeol memasuki kehidupanku dan merubah sudut pandangku tentang jatuh cinta. Pria baik yang selalu menjagaku. Aku jatuh cinta dengan sikapnya, aku jatuh cinta dengan kepribadiannya, aku jatuh cinta dengan suara rendahnya, dan aku jatuh cinta dengan kelemahannya. Semua tentang dirinya sangat indah.

"Baby kau sudah selesai?" Chanyeol menyentuh bahuku. Aku melamun lagi, hingga tak sadar ia berada di belakangku. "Aku sudah mengerjakan tugasku siang tadi dan aku baru saja mengulang beberapa bab." Chanyeol mengusap kepalaku, ia menundukkan badan dan mengecupi rambutku. "Sehun, kau belajar terlalu keras. Berhentilah." Tangannya memberi pijitan dibahuku. "Jam berapa sekarang?" Aku memejamkan mata menikmati pijitannya.

"Jam 11 malam. Tadi pagi kau mengatakan kau milikku setelah pulang dari kampus." Chanyeol adalah pria sehat yang selalu ingin menyalurkan kebutuhan biologisnya. Tentu saja dengan satu kalimat pancinganku tadi pagi ia akan tetap menagihnya. "Aku tau kau akan menagihnya."

"Aku tau kau harus belajar setelah makan malam. Maka dari itu aku memaafkanmu karena telah membuatku menunggu." Senyuman nakal terukir manis di bibirnya. "Hei aku tak bersalah dalam hal ini. Kau tau belajar adalah kewajibanku." Tangannya meraih dada kiriku. "Jangan senyum seperti itu jika tak mau kutelanjangi disini." Ancaman seksual dengan suara rendahnya membuat hormonku meningkan.

"Kau tau, hanya ada kita berdua di rumah ini. Aku tak keberatan jika kita melakukannya di ruang belajarku." Tepat satelah aku menyelesaikan kalimatku, Chanyeol memindahkan tubuhku ke atas pangkuannya. Bibir kami menyatu, tanganku secara otomatis melingkar di lehernya. Ciuman kami memanas seiring berjalannya waktu. Kegiatan menarik dan mendorong lidah kami, dan belaian sensual Chanyeol di pinggangku membuatku gila.

Bahkan dari luar kaosku Chanyeol bisa melepas pengait braku. Bibirnya turun ke leher dan membelai tiap permukaan kulit yang dilewatinya. Nafasku memberat. Dengan satu tarikan, kaos dan braku telah berada di lantai. Chanyeol menghisap puting kananku pelan dan membelaikan lidahnya disana. Rasanya sangat nikmat. Tangan kanannya memeluk pinggangku dan tangan kirinya masuk dalam celana dalamku.

Aku sudah basah, dan itu semua karnanya. Posisiku tak menguntungkan. Aku tak bisa menyentuh miliknya. Yang kulakukan hanya mengusap surainya dan meremas dadaku. "Baby, kita akan melakukannya disini." Kata Chanyeol sambil mengubah posisi kami hingga aku menungging dengan badanku di atas meja belajar. Chanyeol menggesekkan kejantanannya di bagian privatku dan memasukkannya pelan-pelan.

"Ahh.."

Salah satu hal yang kusenangi dari Chanyeol adalah ia tak pernah berbuat kasar kepadaku. Meskipun dia sedikit kinky, dia memperlakukanku seolah aku adalah barang yang mudah pecah. "Baby, give me your voice." Nada rendah yang penuh perintah itu terdengar. "Daddy.. ahh.. so good.." "Good girl." Chanyeol mengecup punggungku serasa menggerakkan pinggangnya. Dia menemukan titikku.

"Daadd.." aku menggigit bibir bawahku. Jantungku berdebar kencang, dan aku menggeliat menikmati sensasi puncak hormonku. "Daaddyy disanahh.." Chanyeol mempercepat gerakannya. Dan aku tak dapat lagi menahannya. Dalam beberapa detik lagi aku akan meledak. "Daddyy.." Aku menyebutnya dalam desahan panjangku.

Chanyeol menarik tubuhku dan mendudukkanku diatas pangkuannya. Aku berhadapan dengan raut penuh nafsunya. Tubuh kami kembali menyatu. "Make me cum inside you my little girl.." aku selalu senang saat ia menggunakan pet name kepadaku. Seolah aku adalah segalanya untuknya. Aku menghentakkan tubuhku keatas dan ke bawah menjepit kejantanannya dalam diriku. "Ernghh.." erangan rendahnya membuatku semangat. "Yaasshh daddy.." aku akan melakukan segalanya untuk pria yang kucintai.

"Dadd.. im cumming againn.." aku menemukan titikku lagi saat kurasa milik Chanyeol mulai berkedut. Dia akan keluar. Aku mengeratkan dindingku dan menghempaskan tubuhku lebih kencang. "Ahh.. ahh.. ahh.." Nafas kami bersahutan, aku merasa sangat malu saat mata kami bertemu. Meskipun ini bukanlah yang pertama tapi getaran itu selalu ada. "Daddyyhh.." Aku kembali meledak tapi Chanyeol belum. Ia masih berkedut di dalamku, aku berhenti bergerak dan ia mulai menggerakkan pinggulnya mencari puncaknya. "Sehunah.." ia mengerangkan namaku pada puncaknya.

Cairan itu hangat. Dan tubuhku lemas. Chanyeol tersenyum tampan dan bergumam terima kasih sambil mengecup dahiku. "Kau hebat." Puji Chanyeol. "Daddy lebih hebat." Aku memeluk lehernya. "Sleep?" tanyanya, dan aku membalasnya dengan anggukan.

.

.

.

.

.

.

Seperti biasa setelah kelasku selesai aku akan menjebakkan diri di perpustakaan mengerjakan tugas dan mereview beberapa bab. Menjadi mahasiswi kedokteran mengharuskanku bekerja keras, aku tak pernah mengeluh karena ini memang keinginanku. Selain itu aku juga ingin membuat Chanyeol bangga. Ia selalu memujiku dan menghargai pencapaianku. Aku benar-benar mencintainya.

"Cheerful Sehun" tertulis pada gelang emas putih pemberian Chanyeol. Dua kata itu seolah selalu mengingatkanku agar selalu ceria. Terlepas dari diriku beberapa tahun yang lalu saat pertemuan pertamaku dengan Chanyeol.

Flashback

Author pov

"Sehunah.. aku memiliki sesuatu untukmu." Chanyeol memberikan sebuah kotak kecil berwarna merah dengan nama brand perhiasan terkenal tertulis mewah di atas kotak itu. Sehun mulai menebak-nebak apa yang ada di dalamnya. "Kumohon untuk selanjutnya jangan memberiku hal-hal yang tak kubutuhkan." Sehun mengerutkan dahinya.

"Kau belum membukanya tapi sudah bilang tak butuh. Percayalah kau sangat membutuhkannya." Chanyeol merangkul bahu sempit Sehun. "Kau tau, aku di sisimu bukan karna uang. Perhatianmu sudah sangat cukup untukku." Sehun menggenggam tangan Chanyeol. "Aku tau sayang. Aku ingin memberikan sesuatu yang spesial untuk wanitaku."sehun menghela nafas panjang dan membuka kotak itu. Sebuah gelang cantik melingkar di dalamnya.

"Cheerful Sehun." Sehun membaca tulisan latin yang tercetak pada permukaan gelang itu. "Aku ingin melihat Sehun yang ceria. Aku sedih jika kau sedih Sehun. jadilah Sehunku yang selalu tersenyum riang. Kau adalah semangat di hari yang melelahkan, kau adalah alasanku untuk selalu merindukan jam pulang kerja, aku membutuhkanmu Sehun." Air mata Sehun meluncur begitu saja mendengar kalimat Chanyeol. Ia tak pernah merasa seberharga ini selama hidupnya.

"Terima kasih. Aku akan berusaha jadi Sehun si periang." Chanyeol mengusap air mata Sehun. "Tidak Sehun, terima kasih. Mulai saat ini aku tak ingin melihat Sehun yang sering melamun, yang sering memberikan tatapan putus asa. Masa lalu memang tak bisa dilupakan, tapi yang terjadi sudah terjadi. Aku disini akan selalu menjagamu, memberimu perlindungan dan kebahagiaan." Sehun semakin terharu dengan ucapan tulus Chanyeol. Chanyeol adalah obat penyembuhnya, dan mulai saat itu kebahagiaan Sehun dimulai.

End flashback

Sehun pov.

"Lima tahun lalu kau memberiku gelang ini. Mulai saat itu si ceria Sehun terlahir." Waktunya tinggal sedikit lagi. Kuharap Chanyeol akan membatalkannya dan kita tetap seperti ini. Bahagia.

Tak terasa sudah tiga jam aku duduk di perpustakaan kampus dan kurasa aku sudah bolak-balik mengambil secangkir coklat hangat dari mesin minuman. Kulihat dari dinding kaca, teras kampus masih ramai. Bagi mereka si perokok, teras kampus adalah tempat yang pas untuk membakar paru-paru mereka. sekarang sudah pukul lima sore. waktu yang tepat untuk pulang dan memasak untuk makan malam.

Sial, hujan. Aku benci hujan. Meskipun ini memasuki musim panas, aku tetap benci hujan. Karena hujan mengingatkanku tentang diriku yang dulu. Suasana hatiku memburuk. "Hah.." lebih baik pulang sekarang.

Setelah sampai rumah, aku langsung mencuci tangan dan mulai memasak. Aku sudah memikirkan apa yang ingin kumasak hari ini. Risoto keju dengan tuna dan salad zaitun. Untuk ukuran orang Asia aku terbilang ahlli dalam memasak masakan eropa. Karena aku lahir dan tumbuh di Prancis.

"Baby im home." Seru Chanyeol dari pintu utama. "Aku sedang memasak." Jawabku dari dapur, aku mendengar langkahnya di belakangku dan merasa ada dua tangan kekar melingkari pinggangku. "Kissy.." Aku mengecup bibirnya lalu kembali fokus mengaduk risotoku. "Baumu lezat sekali." Kata Chanyeol sambil menghirup perpotongan leherku.

"Bauku? Maksudmu risotonya?" "Maksudku baumu baby. Mungkin kita harus mencoba foodsex." Kalimatnya keluar dengan lancar seolah ia baru saja menyarankan untuk minum wine bersama. "What? No! It sounds disgusting to me!" Aku menolaknya mentah-mentah. Yang benar saja. "Makanan yang bercampur baumu beraroma sangat menggoda sih.." katanya dengan nada candaan.

"Ke atas, mandi lalu kita makan." Chanyeol menyodorkan jari tengahnya agar kukulum. Aku melakukannya, sepertinya ia sedang ingin. "Mandi bersama?" Dia benar-benar tak berhenti menggodaku. Tangan kirinya bahkan sudah masuk celana dalamku. "Aku harus menyelesaikan ini sayang. Setelah makan dan belajar kita bisa main lagi." Chanyeol tak menjawab. Ia masih diam di tempatnya dengan jari yang bergerak di dalamku.

Risotonya sudah matang. Aku mematikan kompornya. Aku tak bisa bergerak jika Chanyeol masih menempeliku seperti ini. "Daddy, aku bisa keluar jika dimainkan seperti ini." Aku merasakan seringaiannya ditengah kegiatan bibir dan lidahnya yang menjilati leher dan bahuku. Pria ini memang memiliki libido yang tinggi.

"Daddy there.." Chanyeol sangat pintar mencari titikku. Gerakan jarinya semakin cepat. Klitorisku menegang, darahku mengumpul di kepala. Aku mendongakkan kepala dan memejamkan mata ketika puncakku tercapai. Aku berbalik badan dan memeluk lehernya. "Bagaimana harimu?" tanyanya. "Baik. seperti biasa, banyak tugas. Bagaimana dengan Channie ku?"

"Kau ingat rancangan proyek yang ku buat beberapa bulan terakhir ini? proyek itu telah ditanda tangani oleh salah satu perusahaan properti terbesar di Asia. Kami akan mulai bekerja sama bulan depan. Ini adalah projek besar Sehun."

"Apa? Benarkah? Selamat sayang! Kerja kerasmu terbayar! Aku sangat bangga kepadamu!" Aku sungguh senang. Ia mengeratkan pelukannya dan bibir kami kembali bertemu. "Nahh sekarang kau harus mandi, lalu kita makan bersama." "Yes mam!" jawabnya dengan suara rendah dan serak. Mengapa dia sexy sekali ya tuhan.. aku meremas kejantanannya saat ia menjauhkan tubuh kami. Hanya untuk menggodanya.

"Kau?! Aku bisa merobek pakaianmu dan menggagahimu di meja makan sekarang juga jika aku mau." Katanya dengan seringaian dibibirnya. Ia berjalan ke arahku. "Tidak, aku hanya bercanda. Jangan sekarang." Kataku sambil tertawa. "Barusan kau menggodaku. Aku harus membalasnya." Suara beratnya sedikit merengek. "Kau juga menggodaku. Aku bahkan masih basah!" seruku tak percaya.

"Baiklah kalau begitu menungginglah disini aku akan membantumu." Whaatt? Bukan itu yang kumaksud. "Tidak bukan.. maksudku kau bahkan baru saja memainkanku, mengapa aku tak boleh meremas milikmu?" punggungku bertatapan dengan counter dapur, dan aku menahan tubuh Kai dengan kedua tanganku. "Kata siapa tidak boleh? Kau bahkan boleh mengulumnya sekarang jika kau ingin." Maksudku juga bukan begitu. "Aku akan mengulumnya nanti malam." Sialan, aku malu sekali.

"Kupegang perkataanmu sayang." Seringainya. "Sekarang mandilah." Chanyeol mengecup dahiku dan mengedipkan mata kanannya. Dasar, dia perayu yang handal.

.

.

.

.

.

.

Setelah mandi aku sengaja memilih lingeri merah keunguan yang beberapa waktu lalu kubeli. Perotongan dadanya rendah hingga jika kupakai akan menunjukkan sebagian dadaku. Ada pita kecil ditengan perpotongan dadanya. Kainnya halus dan sedikit transparan. Kuharap Chanyeol menyukainya. Chanyeol memberiku sebuah bola kecil berwarna hitam dengan diameter 3 cm dengan tali rantai di salah satu sisinya. Salah satu sex toys yang aku sukai. Aku memasukkannya kedalam.

Ngomong-ngomong tentang Chanyeol, aku menyarankan untuk membuka permainan dengan dessert manis dan beberapa gelas alkohol. Kita sedang merayakan keberhasilannya bukan? Mungkin ia sedang menyiapkannya saat ini.

Aku menyuruhnya untuk tak memasuki walk in closet kami, jadi aku bisa leluasa bersiap tanpa takut ia akan masuk. Lingerie ini kurasa cocok di tubuhku. Sekarang waktunya menata rambut. Aku hanya mengcurly rambut panjangku dan menyemprotnya dengan hairsprei agar gelombangnya bertahan lebih lama.

Saat akan bercinta sebenarnya tak perlu memoles wajah kita dengan riasan tebal. Aku hanya menggunakan moisturizer, bedak tipis, blush on, dan lip balm. No lipstick, lipstick akan menghancurkan riasan naturalku setelah selesai berciuman. Dan aku tak ingin menjadi badut di depan Chanyeol. Sentuhan terakhir adalah parfume.

"Babe, are you still alive? Maksudku kau sudah selesai mandi dari 30 menit yang lalu. Tak perlu berdandan dan memilih baju sebegini lamanya karna kita akan berakhir telanjang." Chanyeol berseru dari dalam kamar. Nada tak sabarnya membuatku tertawa.

"Im done dad, wait lil bit more." "Alright princess ill give you two more minutes. Jika dalam 2 menit kau belum keluar, aku akan masuk dan melakukan hal-hal yang tidak akan kau sukai." Ia tau aku takut dengan ancamannya, tapi tak dipungkiri aku selalu menantikan hukuman-hukumanku. Mereka menyenangkan.

"Aku siap." Aku berjalan tanpa alas kaki keluar walk in closset. Chanyeol berdiri empat meter di depan pintu closset dengan tangan dalam sakunya. Celana kain hitam dan kemeja biru tua dengan lengan yang dilipat. Seperti biasa, dia terlihat sangat tampan. Ia mengamatiku dari kepala hingga ujung kaki.

Jantungku berdebar saat ia berjalan mendekat dengan wajah datar. Apa ia tak menyukai dandananku? Ia berhenti tepat di depanku dan menarik wajahku agar menghadapnya. "Gorgeous." Hanya satu kata dan ia melumat bibirku. Pelan dan dalam dan memabukkan. tangannya meremas pantatku dengan kekuatan sedang.

Aku memutuskan tautan kami secara sepihak. "Jika kita melanjutkannya, kita akan berakhir bermain sekarang juga." Ia mengerti maksudku. Kami berjalan menuju meja kecil di balkon. Aku tak takut akan ada yang melihat kami, karena balkon kamar ini berhadapan dengan hutan. Cuaca sedang indah sekali. Bintang bertaburan di langit yang cerah. Angin sepoi-sepoi berhembus tenang dan pria di depanku dari tadi tak henti-hentinya memandangiku.

"Berhenti memandangiku dan habiskan dessertmu." Kami sudah makan makanan utama, sekarang giliran sepotong tiramissu dan segelas anggur merah. "Aku sedang memandangi dessertku." "Kau tau aku milikmu. Jadi apa aku akan sering ditinggal?" sepotong tiramissu kukunyah pelan.

"Kau bisa ikut denganku." Nada menggodanya hilang berganti dengan nada santai. "Aku harus kuliah, dan aku tak ingin membolos barang satu jam. Kecuali jika aku sakit." Ia paham bahwa kuliah adalah hal penting untukku. "Kau tau jarak antara Korea dan Hongkong tak sampai tiga jam dengan privat jet. Tak ada yang perlu dikhawatirkan." Pipiku ia usap pelan. "Aku senang karena pencapaianmu tapi aku tak senang jika aku tak melihatmu sehari saja."

"Kau ini menggemaskan sekali. Aku akan sering pulang untukmu sayaang." Saat aku membuka mata ia sudah merunduk di sampingku dan mengecup dahiku. "Kau wangi sekali." "Aku memang selalu wangi." Jawabku dengan mengerutkan hidung. Ia memberikan gelas wine ku yang tinggal setengah. Kami bersulang dan menegak minuman beralkohol itu hingga habis.

"Kau mau segelas lagi?" tanyaku, ia menggeleng. "Aku sudah tegang dari tadi." Aku tertawa kecil. Aku bahkan tak menyadarinya. Aku berjalan kearahnya secara spontan Chanyeol memundurkan kursinya sedikit, dan duduk bersandar di meja disamping piring dessertnya. Tangannya membelai pahaku. Mata kami bertemu. Aku membungkukkan badan untuk menciumnya dan tangan kananku membelai kejantanannya yang tegang sempurna.

Besar dan keras. kuyakin uratnya pasti sudah menonjol. Kupijat miliknya pelan dan berirama. Kutarik rambut belakangnya untuk memberi rangsangan tambahan. "Daddy.." bisikku pada telinganya. Lidahku tak berhenti menjilati cuping dan rahang tegasnya. Menyenangkan Chanyeol membuatku ikut terangsang. Tangan besarnya memainkan, menarik dan memijat dadaku. "Ahh.." aku mendesah di lehernya. Kukecupi leher hingga dadanya. Aku sengaja meninggalkan bercak merah di dada itu.

Tangan kiriku membuka kemejanya, aku kembali menciumi dada dan perut berotot sempurna di depanku. Aromanya membuatku semakin gelap mata. Aku mengulum putingnya. "Daddy.." Aku mendongakan kepala saat berusaha membuka ikat pinggangnya. Ia menyeringai, "Tell me princess!" "Ini sulit dibuka." Ia tak berkata banyak, hanya mengangguk dan memundurkan kursinya lebih jauh agar aku bisa berlutut di depannya.

"Lakukan dan buat daddy senang little girl." Aku mengangguk. Celana itu kutarik kebawah dan kugenggam keperkasaannya. Besar dan panjang. Kukecup ujungnya, lalu kumasukkan dalam mulutku. Bagian yang tak terjangkau mulut ku pijat dengan pelan. urat-uratnya terasa saat lidahku menyapu kulitnya.

Erangan rendahnya dapat kudengar. Suara kecipakan sengaja kubuat untuk membuatnya segera keluar. kami tak tergesa-gesa, gerakanku masih pelan dan Chanyeol juga terlihat menikmati tempo yang kulakukan. Beberapa menit berlalu, aku rasa aku menemukan titiknya.

Nafasnya memberat, dadanya naik turun dan ia berkedut dalam mulutku. Aku menambah kekuatan pijitanku dan ia keluar dalam mulutku dengan erangan rendahnya. Hangat dan licin. "Good girl. Kau ingin main disini princess?" ia membelai kepalaku. "No daddy.. aku ingin ke ranjang." Chanyeol membenahi celananya dan menggendongku ke kamar.

Aku berdiri di depannya, kudorong ia agar duduk di ranjang. dengan tatapan laparnya ia menarik celana dalamku turun dengan jari telunjuknya. Bibir manis itu tersenyum miring. "Dad, aku ingin di atas." Ia menaikan satu alisnya. "Kau ingin langsung? Tak ingin bermain dulu?" Aku sudah sangat ingin. "Bola di dalamku membuatku ingin cepat-cepat."

"Apa kelinciku sedang di masa suburnya?" aku mengangguk. Ia selalu suka saat aku di masa subur, itu tandanya kita akan bermain lebih lama, dan lebih hebat. "Baiklah, apapun yang kau mau princess." Aku melepas kancing kemejanya dengan tergesa-gesa, bibir kami kembali bertautan, aku mendengar kekehan Chanyeol disela-sela pautan kami.

Chanyeol berdiri dan melepas celananya, ia sudah telanjang. Aku memandangi tubuh sempurnanya. "Kau bilang ingin segera bermain?" ia menyeringai dan menempatkan diri di tengah ranjang menyandar pada headbed. Aku merangkak mendekat dan duduk di atas kejantanannya. Kulit kami bergesekan, lembab dan lengket.

Chanyeol membantu melepas lingerieku dan menghisap puting kananku. Tangan kanannya meraba kewanitaanku dan mengeluarkan bola itu lalu entah meletakkannya dimana. Aku merasakan kejantanannya berada di depan lubangku. Pelan-pelan aku duduk dengan miliknya di dalamku. "Ahh.."

Pelan-pelan aku bergerak dengan tempo lambat. Lenganku merangkul lehernya dan dua tangan kokohnya dipinggangku. Rasanya sangat nikmat. Mataku terpejam, saat aku mempercepat gerakanku. Suara kulit bertabrakan menggema dalam ruangan. Suhu menjadi panas dan kulit kami mulai berkilau karna keringat.

"So goodd.." desahku. Aku membuka mata dan menemukan Chanyeol sedang menatapku. Ia tersenyum dan akupun secara otomatis ikut tersenyum. Rasanya sangat spesial saat orang yang kau sayangi menatapmu sebelum kau menatapnya. Hidupku sangat sempurna.

"Move faster baby!" perintahnya. Aku bergerak lebih cepat. Aku menemukannya. Nikmat yang membuat jantungku berdegup kencang. "Chaniee.. ahh.." aku memanggil nama kecilnya. Dan setelahnya ia mengangkat tubuhku membuat kaitan kami terlepas. "Noo.. i was almost there.." rengekku. Aku memeluk lehernya manja. "Barusan kau memanggilku apa?" aku tau ia tak suka dipanggil nama kecilnya saat kami sedang bermain. Ia menarikku agar kami bertatap mata.

"Chanie.." aku menunduk. "Dan dengan apa kau seharusnya memanggilku?" tanyanya lagi. "Daddy.." aku cemberut. Aku benar-benar sudah hampir mencapainya, tapi gagal. Rasanya kesal. "Do you want me to spank you? So that you would understand?" aku menyukainya tapi saat ini aku sangat ingin dimasuki. "Dadd.. tidak. aku ingin daddy ada di dalamku. Sekarang."

"Jangan melihatku dengan tatapan itu lil angel." Aku cemberut dan memeluk lehernya lagi. Ku kecup basah belakang telinganya dan ku jilati kulitnya. "Princess, you wanna ride again?" "Yes!" ia menarikku dan menempatkan miliknya di dalamku. "Bergeraklah!" perintahnya setelah memberiku kecupan.

Aku kembali bergerak. Tak lebih dari tiga menit aku kembali menemukannya. Aku meremat kencang lengan Chanyeol. Desahanku kembali keluar. "Dadd disana.." gerakanku semakin cepat. "Daddyy.." aku meledak dan ambruk di dadanya. "Kau keluar banyak princess." Aku mengangguk. "Apa kau mau keluar lagi untuk daddy?" aku mengangguk lagi. Dan ia mengubah posisi kami tanpa melepas milik kami. Ia berada di atasku dan mulai mengecupi leherku. Bukan Chanyeol namanya jika ia tak meinggalkan banyak jejak. Aku tau malam ini akan panjang.

.

.

.

.

.

.

tbc

Halo readers.. long time no talk..

redaddict balik lagi dengan ff baru.. baru chapter satu udah lngsng enak2.. ntar juga keliatan jalan ceritanya..

mohon dukungannya, ya author selalu nrima kritik dan saran.

mohon reviewnya..:) see you in chapter 2