Kamichama Karin (Chu) © Koge Donbo

What Love Mean? by SweetCrystal9

Warning: Out Of Character, Typo, Sulit Dipahami, Alur Tidak Nyambung, Deskrepsi Memusingkan, DLL.


Special thanks to you who reading this story!


.

.


Normal POV

Karin tengah memandang orang-orang yang berlalu lalang di hadapannya. Sesekali, di aduknya kopi panasnya itu. Menemui Karasuma Rika adalah hal yang di lakukannya saat ini. Karin kemudian mengepalkan tangannya. Entah sudah berapa kali ia mengepalkan tangannya. Menunggu seorang Rika memang membutuhkan waktu yang sangat lama.

"Tch, tidak sabaran juga kau ternyata," gurau Rika sambil berdiri di hadapan Karin.

Karin membuang muka. Kemudian Karin mengambil sesuatu dari tasnya dan di berikan kepada Rika. Sebelah alis Rika naik. Tak biasa Karin memberikan sesuatu kepada seseorang apalagi dirinya, biasanya jika mengadakan pertemuan seperti ini Karin selalu berbicara soal pekerjaan, atau hal penting lainnya.

Rika mengambil bungkus itu dari Karin. "Apa ini? Makanan? Aksesoris? Oleh-oleh?" tanya Rika sambil membolak-balik bungkus itu.

Karin menopang dagunya di meja sambil memandang Rika yang masih berdiri. "Menurutmu?"

Rika menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian duduk. Karin kembali duduk di kursinya dengan cara normal—duduk tegak. Mata emelard miliknya kembali menutup sambil duduk bersandar di kursi empuk milik cafe.

"...Oleh-oleh." jawab Rika.

Karin tersenyum lebar. "Kurang tepat. Lebih tepatnya oleh-oleh dari Prancis."

Rika tersenyum tipis sambil memandang keluar jendela. "...Bagaimana kabar sepupumu itu?"

"Siapa? Shingen? Dia baik-baik saja." Karin berusaha menormalkan gaya bicaranya. Karin memang terkejut bukan main, jarang-jarang Rika menanyakan hal tentang sepupunya itu.

"Aku merindukannya," Karin terkejut, ia tak menyangka Rika rindu dengan Shingen. Padahal jika mereka bertemu pasti selalu bertengkar. "...saat aku dan Shingen bertengkar." lanjutnya yang di iringi cengiran milik Karin.

"Sepertinya sahabatku yang satu ini mulai tahu apa itu cinta ya," langsung saja Rika memberi Karin death glare miliknya. "...padahal sahabat tercintanya ini belum tahu apa-apa." lanjut Karin sambil tersenyum tanpa arti.

Rika langsung tersenyum meremehkan. "Benar juga, sepertinya sistem otakku lagi bagus."

Karin menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian menghela nafas berat. "Sepertinya memang begitu. Tapi bukan berarti aku bodoh, kau tahu." ucap Karin yang langsung di sambut tawa khas Rika. "...aku selalu dapat peringkat di kelas." tambah Karin yang di iringi senyum meremehkan miliknya.

Rika menghela nafas berat. "Berhenti menyombongkan dirimu di depanku."

"Oh? Baiklah, nona Rika." sindir Karin menyanggupi perkataan sahabatnya itu. Rika kembali menghela nafas berat ketika di sindir Karin.

"...Kau di kantor memang bawahanku, tapi di luar kantor kau sahabatku, Karin. Jadi berhenti memanggilku nona Rika layaknya berada di kantor!" bentak Rika. Karin kembali tertawa.

Karin tersenyum lebar. "Benarkah? Baguslah kalau begitu. Aku tidak ingin kena marah pada ayahmu itu." Tiba-tiba, ponsel Rika berdering. Rika mengambil ponselnya dan menatap Karin. Tentu saja Karin mengangguk.

"Halo?"

"..." Rika langsung mengerutkan keningnya.

"Secepat itukah, ayah? Ayah tahu, aku terlambat menemui Karin. Kami baru bertemu sebentar di sini, bahkan sepuluh menit belum sampai. Tapi sekarang ayah ingin aku kembali ke kantor? Oh ayah, kami ingin berbicara lebih lama. Sampai kapan ayah ingin aku terus berada di kantor? Dulu ayah juga sempat melakukan ini padaku!" tutur Rika di ponselnya. Tentu saja Rika marah, ayahnya sangat egois. Ayahnya lebih memperdulikan urusan kantor daripada kebaikan anaknya.

"Ayolah ayah... Aku juga butuh ketenangan!" teriak Rika.

"..." Rika tersenyum senang.

"Iya, iya... satu jam lagi, ya?"

"..."

"Iya... aku sama Karin. Jaa ne!" dan saat itulah mereka mengakhiri pembicaraan mereka lewat ponsel.

"Ada apa dengan ayahmu, Rika?" tanya Karin sambil meminum kopinya.

Rika menarik nafas panjang. "Seperti yang kau tahu, ayah ingin aku kembali ke kantor." Rika langsung menenggelamkan wajahnya di antara buku pesanan sambil menganyunkan bibirnya.

"Huh? Kenapa kau tidak ke kantor saja duluan? Nanti aku lagi yang kena marah."

Rika menyilangkan tangannya dan menyembunyikannya di belakang kepalanya sambil menghela nafas. "Tidak. Kau tidak akan kena marah, Karin. Aku akan membentak ayahku kalau sampai ayah membentakmu." kata Rika sambil tersenyum lebar. Karin hanya menatap Rika dalam diam.

"Hey!" suara berisik itu memanggil Karin dan Rika. Sosok gadis memakai bando kelinci dengan rambut blonde muncul di hadapan mereka berdua. Karin dan Rika pun menoleh.

"Wah, ternyata mantan asisten SMP kita yang dulu ternyata datang nih," sindir Rika yang di sambut tawa renyah milik Karin. Sosok gadis kelinci itu—Kazusa—hanya mendengus kesal.

"Huh, kalian sama saja menyebalkan seperti dulu," sosok itu kemudian duduk di sebelah Rika. "...malah lebih menyebalkan."

"Terserahlah," kata Rika.

"Huh? Kalian marah padaku, hm?" tanya Kazusa. Rika membaca buku pesanan, sedangkan Karin mengaduk kopinya. Kemudian mereka menatap satu sama lain.

"...Apa?" Karin bertanya. Kazusa menghela nafas berat. Ternyata dari tadi omongannya tidak di dengarkan.

"Apa karena kau mengaduk kopimu kau tidak mendengarkanku, Karin?" tanya Kazusa. Karin hanya menggelengkan kepalanya. Kazusa kembali menghela nafas berat, kemudian melirik Rika yang menatap diam mereka berdua. Rika langsung membuang muka.

"Hah, sudahlah. Kau memang bisu jika aku bertanya padamu, Rika." Kazusa bersender di kursinya dan Rika. Sesekali, di liriknya jam kelinci manis yang melingkar di tangan kanannya. Kemudian menarik nafas panjang.

"Ada apa, Kazusa? Kau ada urusan? Kalau mau, boleh pulang duluan kok." kata Karin sambil tersenyum ramah. Kazusa menatap Karin terus menerus, membuat Karin sedikit resah. Jujur, Karin tidak suka di lihati terus menerus seperti ini.

"...Kau terlihat resah, Karin. Ada apa denganmu?~" tanya Kazusa sambil menggoda Karin. Karin mendengus kesal.

"Argh, kau tidak perlu menggodaku seperti itu!" bentak Karin sambil meminum kopinya. Tanpa Karin sadari, senyum licik menggembang di wajah Kazusa.

Kazusa menopang dagunya dengan kedua tangannya di atas meja. "Eh, ada seseorang suka sama kamu loh, Karin." ucapnya sambil tersenyum tanpa arti. Rika yang membaca buku pesanan langsung menoleh cepat ke arah Kazusa dan membulatkan kedua matanya. Kazusa langsung menatap Rika dan mengedipkan sebelah matanya. Rika hanya menatap diam Kazusa.

"Na—Nani?! Ohok ohok ohok!" batuk Karin. Kazusa dan Rika pun tertawa, membuat wajah Karin bersemu merah. Karin langsung mengambil tissue dan mengelap mulutnya. "...ish, kalian jahil sekali!" gerutu Karin. Kazusa dan Rika tertawa terbahak-bahak.

Kazusa mengambil kaca lipat di tasnya. Ia ingin melihat penampilannya saat ini. Tapi, dia melihat sosok seorang pemuda memakai jaket hitam, celana hitam, kalung hitam, sepatu hitam, dan rambut hitam. Kazusa langsung tersenyum sinis.

"Eh, semuanya, aku mau ke toilet sebentar ya. Sebentar saja." ucap Kazusa. Karin dan Rika langsung menatap satu sama lain—merasa ada yang janggal. Kemudian Karin dan Rika mengangguk walau ragu-ragu.


.

.


Someone POV

Huh? Kazusa ingin ke toilet? Ah, padahal dia yang kuamati dari tadi. Kulihat Kazusa berjalan kearahku. Aku tersenyum kecil ketika ia tersenyum. Tapi aku baru sadar, bahwa sepertinya Kazusa mengetahui keberadaanku dan aku sama sekali tidak menyadarinya!

Segera aku bersembunyi di balik dinding, aku lihat wajahnya langsung tersenyum tanpa arti. Apa benar dia mengetahui keberadaanku?

Aku segera melangkahkan kaki sedikit ke samping. Kuraba dinding pembatas cafe itu. Kulirik ke samping kiri. Sosok gadis memakai bando kelinci ke luar cafe. Sosok itu menghirup nafas segar dan tersenyum manis. Aku terpana. Kemudian dia melihatku dan... pura-pura terkejut mungkin.

"Hai, mantan wakil ketua osis." sapanya yang sedikit menyindir. Aku menghela nafas.

"Jangan memanggilku sepertiku. Aku punya nama, kau tahu."

"Benarkah? Siapa namamu?" Tentu saja karena perkataannya yang satu ini aku mendengus kesal. Siapa yang tidak kesal jika pura-pura tidak di kenali? Dia seperti tidak mengenaliku saja.

"Kuga... Jin."


To Be Continue


Author Note (Catatan Author):

Nah, akhirnya selesai. Hai semuanya? Tentu kalian sudah melihat dari pen name-ku, aku Sweet Crystal. Ini account keduaku, entah kenapa pengen aja buat account kedua. Ehehe. Oh iya, aku akui sepertinya alurnya kecepatan, 'kan? Bukan karena aku sengaja, tapi sepertinya aku tidak bisa mengontrolnya. Untuk itu aku benar-benar minta maaf pada kalian semua, ya?

Akhir kata, aku mohon pada kalian semua untuk review. Oke?