Disclaimer: Hetalia bukan punya saya, melainkan punya Himaruya Hidekaz, kalau punya saya, Indonesia pasti dah canon dari kapan tahu. Nusantara, Malaysia berdasarkan sketch Himaruya Hidekaz juga. Singapore berdasarkan gambar laki-laki beralis tebal, berbaju Cina, dan berambut pendek pada corat coret Hidekaz yang saya paksakan menjadi Singapore. Azizi punya Huntress-Ellie21 di deviantART. One Piece punya Eichiro Oda.
Chapter 1: Her Name is Nusantara
Dahulu, ada seorang pria yang telah memiliki semua kekayaan, kemasyhuran, dan kekuasaan di dunia ini, yaitu Roman Empire sang Raja Bajak Laut. Sayangnya, dia kemudian terbunuh oleh wakilnya yang berkhianat. Namun, kematiannya meninggalkan sebuah pertanyaan, kemanakah semua harta milik sang Raja Bajak Laut? Dari pertanyaan itu, lahirlah legenda 'One Piece' yang menceritakan bahwa semua harta milik sang Raja Bajak Laut berada di ujung dunia. Semua bajak laut yang menginginkan harta itu mulai mengibarkan bendera mereka dan dimulailah era keemasan bajak laut di dunia ini…
"Wah, benar-benar hari yang cocok untuk berlayar!" seru seorang gadis berambut hitam dikuncir kuda yang sedang bersantai di atas sebuah kapal kecil.
"Hmm… kalau aku ingin menjadi Ratu Bajak Laut, pertama-tama aku harus mencari anak buah… dan aku juga ingin sebuah bendera bajak laut…. tapi harus yang keren!" serunya bersemangat.
Gruuuk..
"Tapi, pertama-tama, aku harus mencari makan dulu... ya sudahlah, makan yang mana saja boleh! Pokoknya, maju terus! Aku akan jadi ratu bajak laut!"
Di sebuah kota di East Blue…
"Singapore, tolong nanti kau ke pelabuhan untuk mendata barang yang baru masuk, ya!"
"Baik," seru seorang pemuda berambut hitam.
"Ah, Singapore, kau mau ke mana?" tanya seorang wanita berambut hitam panjang.
"Nona Malaysia, saya akan ke pelabuhan untuk mendata barang yang baru masuk. Anda mau ikut?" tanya Singapore kepada wanita yang dipanggil Malaysia itu.
"Hee, kau selalu rajin, ya… jangan terlalu memaksakan dirimu, pulanglah sebelum makan malam. Aku pergi dulu ya, pak tua itu memanggilku," kata Malaysia.
"Nona, sebaiknya anda tidak memanggil ayah anda seperti itu," nasihat Singapore kepada nonanya itu.
"Baik, baik, tuan workaholic!" seru Malaysia sambil beranjak pergi.
Di laut dekat situ…
Seorang gadis bernama Nusantara dengan nekat berkelana di lautan dengan perahu kecilnya seorang diri. Kini ia sedang mencari orang untuk dijadikan anak buah.
"Hahaha… cuaca hari ini benar-benar sangat cerah!"
Gruuuk!
"Walaupun perutku keroncongan, hahaha…"
"Padahal hari ini benar-benar indah, tapi kenapa aku harus terlibat masalah dalam pelayaran ini, ya? Hahaha…"
Whuuuus!
Gruuuk!
"Tidak kusangka aku akan terjebak di pusaran air sebesar ini… aku benar-benar ceroboh…"
Whuuush!
Gruuuk!
"Dan perutku lapar…"
"Semoga akan ada yang menolongku, tapi di sekitar sini tidak ada orang lain…"
"Sepertinya tidak ada yang bisa kulakukan…"
Gruuuk!
"Diamlah perutku!"
Grururuk?
"Apa? Berenang? Ide yang bagus! Tapi… kalau terisap pusaran ini, berenang pun percuma.."
Grruuuuuk!
"Ah, kan ada tong, aku masuk saja ke dalam tong!"
"Hup! Yak, dengan begini aku akan aman! Eh, waaah! Kepalaku pusing…"
Di Pelabuhan…
"Hei, aku menemukan sebuah tong mengambang di laut!" seru seorang awak pelabuhan kepada temannya sambil menggelindingkan sebuah tong.
"Hee… sepertinya masih ada isinya. Bagaimana kalau kita minum saja isinya?" tanya awak pelabuhan yang lain.
"Bodoh! Bagaimana kalau si tuan workaholic itu tahu! Kalau dia melaporkan kita kepada tuan besar, kita akan dipecat!"
"Dia tidak akan tahu. Lagipula, untuk apa kita beri tahu ini pada mereka? Toh, ini semua juga akan disalurkan kepada para bajak laut itu."
"Hei, kalian sedang apa disana?" tanya Singapore yang sedang mendata barang yang baru masuk ke pelabuhan.
"A- ah… tidak sedang apa-apa, kok, tuan Singapore."
"Kuperingatkan, ya, kalau kalian berusaha menyelundupkan sesuatu, aku akan-"
Bruaaak!
"Huwaaaa! Akhirnya berhenti berputar!"
"Gyaaaa! Ada seorang gadis keluar dari tong!" seru para awak kapal yang berada di sana.
"Huwaa! Tuan Singapore, maafkan kami! Tapi kami tidak berusaha menyelundupkan apapun, kok. Kami menemukan tong ini di-" ucapan para awak terputus oleh seruan gadis tersebut yang diketahui bernama Nusantara.
"Hei, kau yang di situ! Ada makanan tidak? Aku lapar, nih!" seru Nusantara yang baru keluar dari tong kepada Singapore.
"Habislah kita semua!" jerit para awak pelabuhan dalam hati.
Singapore memelotototi Nusantara, sementara para awak pelabuhan itu sedang menangis darah dalam hati.
"Baiklah, ikuti aku. Ah, siapa namamu, gadis tong? Dan kalian, karena peraturan hanya mngatakan tidak boleh menyelundupkan, maka kalian bebas," kata Singapore setelah berpikir beberapa lama.
"Terima kasih, tuan Singapore! Anda memang murah hati," seru para awak pelabuhan itu sambil menangis bahagia.
"Hee! Ternyata kau baik juga, ya. Namaku Nusantara, bajak laut. Siapa namamu?"
"Tidak juga, aku hanya menjalankan tugasku. Aku Singapore, pelayan keluarga penguasa kota ini. Cepat ikut aku."
"Hmmm… ke mana?" tanya Nusantara sambil memiringkan kepalanya 45o
Singapore memutar bola matanya 360o
"Ke hatimu… Ya nggaklah! Katamu, kau lapar, kan? Di dekat sini ada rumah makan Padang."
"Benarkah? Yeeei.. terima kasih, Singapore! Aku suka masakan padang!"
"Sudah, cepat ikuti aku."
Sesudah makan di rumah makan Padang..
"Aaaaah, aku kenyang! Terima kasih, Singapore!" seru Nusantara setelah menghabiskan semua makanan yang ada di meja.
Anda tahu kan, kalau makan di rumah makan Padang, semua jenis lauk yang ada di rumah makan itu bakal dijejerin semua di meja makan kita. Nah, Nusantara menghabiskan semualauk yang ada tanpa sisa. Hampir saja piringnya ikut dimakan kalau tidak dicegah Singapore.
"… Makanmu banyak juga, ya," kata Singapore setelah diam beberapa saat setelah melihat tagihan yang datang.
Bukan banyak juga, Singapore, tapi sangat amat banyak!
"Hahaha! Maaf, Singapore, habisnya aku lapar sekali, sih, hehehe…" kata Nusantara sambil cengengesan.
Tapi, gak segitunya juga kali…
"… Tidak apa-apa. Aku kenal seseorang yang daya makannya sebanyak itu juga, " kata Singapore sambil meratapi dompetnya yang tipis mendadak.
"Hah?! sebanyak itu?! Rakusnya! Siapa dia?" seru Nusantara kaget.
Sadar diri, dong! Nusantara, kamu juga makan banyak…
"Putri tuan besar tempat saya bekerja, Nona Malaysia," kata Singapore setelah bisa menerima kenyataan uangnya yang habis mendadak.
"Heeee…. Kok nona besar makannya banyak seperti itu?" tanya Nusantara, masih tidak sadar diri.
"Anda juga makannya banyak. Lebih baik jangan membicarakan kelemahan orang lain seperti itu," sahut Singapore.
Nice, Singapore.
"Ah, ngomong-ngomong, saat aku berada di dalam tong tadi, aku mendengar bahwa katanya barang-barang yang ada di pelabuhan itu akan dikirim ke bajak laut, ya?" tanya Nusantara.
"Itu bukan urusan anda dan kalau saya tidak salah dengar tadi, anda juga bajak laut, kan? Kalau anda tidak punya kepentingan di tempat ini, sebaiknya anda segera meninggalkan tempat ini."
"Eeeeeh…. Kok gitu?! Aku ke sini untuk mencari orang yang bisa kujadikan anak buah! Ah, aku tahu! bagaimana kalau kau bergabung denganku saja!"
"Saya tidak tertarik dengan penawaran anda."
"Ah, jangan seperti itu, dong… Menjadi bajak laut menyenangkan, loh!"
"Sudah saya bilang saya ti-"
"Tolong ampuni kami! Kami akan membayar berapapun yang kalian minta, jadi, tolong lepaskan anak saya," seru seorang pria paruh baya kepada seorang pria berbadan besar dengan muka yang aneh yang sedang memegang seorang gadis kecil.
"Tidak bisa, pak tua. Anakmu itu, sudah mengotori bajuku yang berharga ini, maka ia harus diberi pelajaran," kata pria berbadan besar itu.
"Haah, mereka mengganggu penduduk desa… lagi," kata Singapore sambil menghela nafas.
"Siapa dia? Kenapa aparat keamanan tidak menahan dia?" tanya Nusantara.
"Itu anggota bajak laut Redpaper yang menguasai kota ini. Sebaiknya kau tidak berurusan dengan… eh, hoi! Dengarkan kalau orang sedang bicara!" seru Singapore sambil mengejar Nusantara yang berlari ke arah anggota bajak laut itu.
"Huwaaaa! Papa, tolong!" gadis kecil itu berteriak minta tolong.
"Tolonglah, tuan, ia hanyalah seorang anak kecil," mohon ayah anak itu.
"Hah? Kau berani meremehkanku, heh!? Aku ini anak buah kapten bajak laut Redpaper yang hebat tahu!" seru pria berbadan besar itu sambil hendak membanting gadis kecil itu.
"Kyaaaa!"
Bruak!
"Hentikan! Tidak baik menyiksa anak kecil. Kau bisa ditahan dengan hukum Komnas perlindungan anak!" kata Nusantara setelah memukul pria berbadan besar itu. Pria itu pun terjatuh dan gadis kecil yang hendak dibanting tadi,pun terlepas dari genggaman pria besar tersebut dan langsung berlari ke arah ayahnya.
"Apa kau bilang?! Kau berani memukulku?! Apa kau tahu aku siapa?!" seru pria berbadan besar itu sambil mencoba berdiri.
"Kasihan sekali kau, terkena amnesia mendadak…" ejek Nusantara.
"Berani sekali kau meremehkanku! Tidak akan kubiarkan kau hidup setelah ini!" seru pria berbadan besar itu sambil melayangkan tinjunya kearah Nusantara.
"Hentikan!"
Pria berbadan besar itu pun menghentikan tinjunya dan menoleh kearah Singapore yang baru menyusul Nusantara.
"Hah, aku pikir siapa, ternyata tuan pelayan! Kalau kau ikut campur dalam masalah ini, maka aku akan-"
"Segini cukup?" tanya Singapore sambil menyerahkan sebuah kantong kecil yang kelihatannya terisi penuh kepada pria tersebut.
Pria itu pun mengambil kantong itu dari tangan Singapore dan kemudian melihat isinya.
"Hmph! Kuampuni kali ini! Awas aja kalau ia berani macam-macam lagi. Tidak akan kuberi ampun!" seru pria berbadan besar itu sambil beranjak pergi.
"Hei, untuk apa kau memberikan kantong itu kepadanya?! Isinya pasti emas atau permata kan?! Tidak usah menyuapnya! Aku bisa kok mengalahkannya! Jangan kau pikir karena aku perempuan maka aku lemah!" protes Nusantara kepada Singapore.
"Ini bukan untukmu, tapi untuk tuanku. Kalau kau sampai membuat kerusuhan, maka ia yang akan susah. Haah… nonaku itu juga selalu berkata begitu, 'Tidak usah membayar upeti lagi, aku bisa kok mengalahkan mereka dengan silat Melayuku.' kalian berdua mirip sekali, ya…" jawab Singapore.
"Heee… si nona rakus itu? Sepertinya dia orang yang menarik, ya! Aku jadi ingin bertemu dengannya," kata Nusantara.
"Sebaiknya kau cepat meninggalkan kota ini…. dan tolong jangan memanggil nona dengan sebutan seperti it-"
"Singapore!"
"Nona Malaysia! Kenapa anda bisa ada di sini?," tanya Singapore kepada Malaysia yang baru datang.
"Aku sedang tidak ada kerjaan jadi aku datang kesini. Eh, siapa wanita ini?" tanya Malaysia sambil menunjuk kearah Nusantara.
"Hai, namaku Nusantara, bajak laut. Jadi kau si nona rakus, ya…" Kata Nusantara sambil memperkenalkan diri.
"Jadi kau bajak laut?! Aku sangat membenci bajak laut! Cepat pergi dari tempat ini!" seru Malaysia sambil mengusir Nusantara.
"Eeeeh… Kok gitu?! Kau selalu bilang ingin mengalahkan bajak lau Rep… apalah itu, kan? Begini saja! Kita bertiga pergi ke tempat bajak laut Rep… apalah itu namanya, dan mengalahkannya, lalu Singapore akan ikut denganku sebagai anak buahku!" seru Nusantara.
"Sudah saya katakan, saya tidak-"
"Enak saja! Singapore itu pelayan keluargaku, tahu! Ia harus melayaniku! Benar kan, Singapore? Iya, kan? Singa?"
Zuuuung…
Ternyata Singapore sedang pundung di pojokan.
"Ka- kau kenapa Singapore?" tanya Malaysia.
"Daritadi…. omonganku… dipotong terus… memangnya aku segitu gak pentingnya, ya?" sahut Singapore sambil tetap pundung di pojokan.
"Ke- kenapa dia tiba-tiba jadi sentimentil kayak gini?" tanya Malaysia dalam hati.
"Heee! Orang ini lucu juga. Bisa berubah sedrastis itu dari yang serius abis jadi pundung kayak Tamaki dari OHHC. Mungkin dia AB kali, ya… jadi semakin ingin menjadikannya anak buahku!" pikir Nusantara.
"Po-pokoknya, Singapore tidak akan ikut denganmu! Karena itu, cepat pergi dari sini!" seru Malaysia sambil berusaha mengabaikan Singapore yang sedang pundung itu.
"Heee… kalau kau sebegitu tidak ingin berpisahnya dari Singa, kenapa kau tidak sekalian ikut saja denganku? Lebih banyak lebih baik!" jawab Nusantara santai.
"A- apa?! Aku tidak akan pernah bergabung dengan seorang bajak laut! Begitu juga dengan Singapore! Dan jangan memanggilnya seperti itu! Nanti bisa dikira singa beneran!" teriak Malaysia.
"Hee… kau benci dengan bajak laut karena Rep…. apalah itu, kan? Kalau begitu, ayo kita kalahkan si Rep… apalah itu!" ajak Nusantara.
"Redpaper. Bicara sih mudah, tapi bajak laut Redpaper itu bajak laut yang kejam. Ia bahkan punya bounty seharga 5 juta beri. Kalau bisa dikalahkan, pak tua itu pasti sudah mengalahkannya dari dulu," kata Malaysia.
"Nona, tidak baik anda memanggil aya-"
"Diam Singapore!"
Singapore pun kembali pundung di pojokan.
"Kalau tidak dicoba mana kita tahu. Ya, kan? Lagipula, bukankah kau sendiri yang bilang ingin mengalahkan para bajak laut itu, kan?" tanya Nusantara.
"Jangan seenaknya…"
"Nona Malaysia!" seru seorang pemuda sambil berlari ke arah mereka.
"Azizi, apa yang terjadi?" tanya Malaysia kepada pria yang dipanggil Azizi tersebut.
"Hah… hah…. ayah anda, nona, saat ini sedang dihajar oleh para bajak laut Redpaper! Hah.. hah…," jawab Azizi.
"Apa?! Cepat kita ke tempat pak tua itu sekarang!" seru Malaysia kepada orang-orang yang ada di sana.
"Nona Malaysia, sebaiknya anda-"
"Bukan saatnya mebicarakan tentang sopan santun Singapore! Dan jangan pundung lagi! Kita harus menyelamatkan ayahku!" seru Malaysia sambil berlari.
"Hahaha… sepertinya akan jadi menyenangkan nih," seru Nusantara sambil tertawa.
"Ini tidak lucu, tahu!" seru Malaysia marah.
"Sebaiknya kita cepat sampai di rumah utama," kata Singapore setelah lepas dari pundungnya.
Sementara itu, di rumah utama…
"Tuan Redpaper, kenapa anda melakukan hal seperti ini? Kami sudah membayar upeti kepada kalian," kata seorang pria tua yang babak belur.
"Kuahahaha… jika aku membunuhmu dan menguasai kota ini, maka aku akan mendapatkan lebih banyak harta, kan! Kuahahaha… sisanya tinggal membunuh gadis itu," seru Redpaper pada pria tua tersebut.
"Kau… jangan coba-coba kau menyentuh anakku!" kata pria tua tersebut sambil berusaha berdiri dan menyerang Redpaper.
"Hah, masih bisa berdiri rupanya!" kata Redpaper sambil mengangkat pedangnya tinggi-tinggi.
Jleb!
Pria tua itu pun rubuh seketika dengan memuntahkan darah.
Di tempat Nusantara dkk. berada…
"Cepatlah!" seru Malaysia kepada 3 orang lainnya.
"Kau terlalu cepat, nona… hah.. hah..," kata Azizi sambil terengah-engah.
"Nona, maaf menghancurkan harapan anda, tapi, bukannya kita salah jalan?" kata Singapore.
"Eh?" Malaysia pun melihat ke sekelilingnya. "Iya, benar, ya ampun, hehehe, aku salah jalan."
"Sudah, Singapore, cepat tunjukkan jalan yang benar!" kata Nusantara mengembalikan kea rah yang benar.
Kembali ke Rumah Utama…
"Kuahahaha… tidak ada yang bisa melawan aku, Redpaper! Aku yang akan jadi raja bajak laut! Kuahahaha…."
To be continued
Tolong berikan review, kritik, saran, atau yang lainnya. Flame juga boleh…
