Malam ini begitu cerah. Dengan ditaburi milyaran kelap-kelip bintang dan bulan purnama. Tenang dan damai. Semua orang sudah nyaman di tempat tidur masing-masing. Keheningan malam membuat orang yang tidur terlelap. Sunyi…..dan sepi….—
"EDWARRRRDD! LIIIZZY! KEMBALI KE TEMPAT TIDUR KALIAN MASING-MASING!"
—oh, terkecuali untuk yang satu ini.
"Nggak mau! Week!"
"Weeek! Ibu cereweeettt!"
Dasar anak kurang ajar. Ibu sendiri dikatain begitu. Dasar anak kurang ajar. Dasar anak—
GUBRAK GUBRAK KLONTANG BRUGH
"Heeeeiiiii!" pekik sang ibu ketika kedua anaknya mulai menuruni tangga.
—gak bisa diatur…
BRUK BRAK DRAP DRAP DRAP KLONTANG GRAB!
Setelah insiden 'kucing dan dua tikus' yang sangat membutuhkan waktu yang banyak tadi, tanpa ampun, sang ibu yang sudah mendapatkan (tepatnya, menangkap) kedua anaknya yang bandel langsung menyeretnya ke ruangan dimana semua orang biasa menggunakannya untuk tidur. (ingin menambahkan efek lebay? Silahkan putar soundtrack yang sering digunakan sinetron di salah satu stasiun tv In*onesia)
Rengekan manja serta makian ala bocah terlontar dari mulut kedua kakak beradik ini. Tentu saja, Francis –sang ibu— hiraukan sambil mengunci pintu kamar dari dalam. Semakin memberontak, Francis mengantar kedua anaknya di tempat tidur masing-masing. Dengan paksa tentunya.
Francis menhela nafas pelan, "Kenapa kalian tidak mau tidur? Berikan alasan kalian"
"Tidur itu membosankan..," jawab anak lelakinya cepat
"Dan aku masih mau bermain, ibu…," sela anaknya yang perempuan yang tengah memainkan bonekanya.
"Tapi kalian harus tidur. Beraktifitas pada malam hari tidak cocok dengan anak seumuran kalian. Jadi mainnya besok saja. Sekarang, kalian tidur biar besok nggak mudah capek" tuturnya penuh nada keibuan yang tegas.
Bukan 'tanda mengerti' yang didapat Francis, yang didapatnya malah sama seperti saat ia menyuruh kedua anaknya tidur. Omelan, penat, beban pikiran ditambah rengekan anak-anaknya membuat kepalanya panas. Pusing. Jika dibiarkan, ia dapat stress (menurut author).
Jari-jarinya yang lentik memijat pelan kedua pelipisnya yang sedari tadi sudah berkedut, "Ibu punya dongeng nih. Ibu akan menceritakannya jika kalian menurut dan tidur nanti"
Seketika kakak beradik ini menoleh dan mengambil posisi siaga ditempat tidur masing-masing untuk mendengarkan dongeng sebelum tidur dari ibunya. Francis tersenyum tipis, menggeleng pelan kepalanya dan mengambil posisi duduk ditengah-tengah mereka. Memang kedua anaknya ini bandel dan keras kepala, tapi sangat menggemaskan jikalau sudah menurut dan wajah penasarannya yang begitu polos dan kekanak-kanakkan. Awwww~ (?)
"Aku mau cerita tentang robot-robot jahat dari luar angkasa yang menyerang bumi! Lalu, datanglah robot-robot baik yang akan berperang melawan robot jahat! Pemimpin robot yang baik itu adalah robot mobil truk!" pinta Edward –anak lelakinya—
Tunggu, sepertinya saya pernah mendengar itu…
"Tidak! Aku mau cerita yang romantis! Kisah cinta terlarang antara seorang pria yang jatuh cinta ke sesama rekan prianya sekaligus mantan teman sekolah~!" sahut Lizzy tak mau kalah dengan kakaknya dengan mengambil prolog cerpen yang dibacanya di perpustakaan sekolah umum.
H-hei! Itu bukan kisah cinta yang diperuntukkan anak-anak umur 4 tahun!
Francis dan Edward terdiam ditambah poker face. Terdiam dengan request Lizzy barusan yang terbilang cukup 'WAOW' di usianya sangat dini.
"Lizzy, dimana kamu—"
"Aku baca di perpustakaan sekolah itu lho~". Jawaban –yang sempat memotong pertanyaan Francis— Lizzy yang innocent membuat Francis tambah tercengang. Tak menyadari virus fujoshi akan menempel pada putrinya di usia dini!
Hening sejenak….
"Uhuk! Tapi ibu punya cerita yang lebih bagus daripada cerita yang pernah kalian baca atau dengar sebelumnya!" serunya penuh penekanan di kata 'lebih' dan 'sebelumnya', mengingat request Lizzy yang cukup 'WAOW' di usianya sangat dini.
Dengan pandangan berbinar-binar, "Benarkah? Benarkah? Ceritakan dong bu!"
"Ini adalah kisah yang tak pernah diketahui orang lain selain ibu. Are you ready?"
Edward dan Lizzy dengan antusias mengganguk sebagai ganti jawaban mereka. Francis cukup senang sekaligus lega.
Lega? Oh itu karena request Lizzy yang—kalian tahu kelanjutan kalimat ini, silahkan dilanjutkan sendiri—
Francis berdehem, "Nah, pada suatu lagenda—…"
.
.
Pangeran Raven dan Putri Tsundere © Rainbow 'Walker' Castle
Kuroshitsuji © Yana Toboso
.
.
Warning:
Typos (maybe?), shounen-ai (kemungkinan pindah ke straight), historical-drama-fiction (?), oc's for Sebastian Parents, istilah 9gag bermunculan, bahasa broken-crack (gaul?) di berbagai bahasa, humor inside
.
.
Summary:
Ini adalah kisah, dimana seorang Pangeran mencari seseorang yang pantas menjadi pasangan takdirnya.
.
.
That Story, Beginning
.
Pada suatu lagenda yang terkenal di negeri Englandriaf, terdapat gua ajaib yang dihuni oleh para peri. Tapi bukan sembarang peri. Disebut begitu karena para peri penghuni gua ajaib ini sangatlah kuat sihirnya. Salah satu peri yang paling terkenal adalah peri cinta. Barangsiapa yang meminta bantuan percintaannya dengan peri ini, kelak akan terkabul. Konon, bagi yang beruntung, cintanya tak akan pernah pudar dimakan zaman.
Tapi…
Sekarang hanyalah dongeng. Hanya sedikit yang mempercayainya. Walau…
…keberadaan gua ajaib ini benar-benar ada.
.
Hai peri, hai peri
peri yang didalam gua, keluarlah
sekeranjang kue hangat menunggumu di luar,
bisakah para peri membantuku?
.
Pemuda raven bermurung ria di balkon kamarnya. Kedua lengannya menahan berat bagian tubuh atasnya dengan menumpu di pembatas balkon batu putih. Membiarkan deru angin menyapa tubuhnya. Membuat rambutnya teracak-acak oleh angin yang nakal. Mata rubynya menatap lurus hutan rimbun dihadapannya. Mulutnya sedikit terkatup. Helaan nafas panjang dan gumaman tak jelas terdengar dari bibirnya.
Membuat siapa saja yang melihatnya yakin bahwa pemuda ini dilanda kebosanan yang amat sangat. Apalagi jika ia menghadap sebelah barat, maka ia akan melihat perumahan penduduk desa yang menurutnya akan bertambah bosan jika terus diamati.
Lagipula buat apa melototi pemukiman desa, Sebastian?
TOK TOK TOK
"Masuk…." Ucapnya tanpa merubah posisi awalnya. Pengawal kerajaan—pengetuk pintu tadi—langsung masuk dan memberi hormat. Tentunya hormatnya tadi tak dilihat sang Pangeran yang begitu khusyuk memandangi hamparan hutan yang jauh di depannya.
Ah, pengawal khusus Raja. Pasti ayahanda menyuruhnya untuk membicarakan sesuatu. Penting tentunya. Tak biasanya ayahanda memanggilnya di tengah kesibukannya sebagai raja negeri ini.
Pemuda raven yang biasa disapa Sebastian merasa beruntung karena tidak ada yang membaca pikirannya yang kini mencari suara gaib yang berkata 'Lagipula buat apa melototi pemukiman desa, Sebastian?' barusan. Kini ia harus menjaga gayanya agar selalu terlihat keren dan emo dengan siapa pun dan dimana pun dia berada.
Narsisme.
Pengawal tersebut mengangkat punggungnya, "Hamba diperintahkan yang mulia Raja dan Ratu untuk mengantar anda di ruang keluarga"
.
.
"Ah! Sebastian putraku tersayang! Kemari dan duduk bersama!" sambut sang Ratu bagaikan tak bertemu setahun dengan putra semata wayangnya. Sebastian—sang putra sekaligus pangeran negeri Englandriaf hanya mengangguk datar tanpa ekspresi segera mengambil duduk di sebelah ibunya.
"Jadi….apa yang ayahanda dan ibunda bicarakan denganku?" tanyanya, datar. Ingat, gaya emo…. Gaya emo…
Ratu—ibu Sebastian—langsung menuangkan teh poci hangat untuk anaknya. "Aih, aih… santailah dulu. Kita nikmati teh dan kue nya sebelum dingin. Bagaimana kalau kita—"
"Sebenarnya…Ayah dan bundamu ingin menimang cucu, Sebastian." Tutur Blaire tenang –dengan memotong kalimat istrinya— dan ucapannya barusan membuat Sebastian tersedak teh yang baru diminumnya.
Tanpa ba-bi-bu dan tak sempat mengelap mulutnya, "*coughcough*…m-maksud ayah!?"
"Maksud ayah adalah, kami ingin kamu menikah, nak. Umurmu sudah diperbolehkan untuk menikah. Lihatlah teman-temanmu di negeri seberang, mereka sudah menikah dan mempunyai anak. Tapi kamu sendiri belum mempunyai seseorang untuk menjadi pasangan hidupmu.." jawab Tatiana menggantikan suaminya berbicara, diam-diam mencubit lengan Blaire—balasan akibat memotong kalimatnya tadi.
Blaire menahan perih (gara-gara dicubit. Cucian deh lo *?*)"Maka dari itu, kami ingin meminangmu dengan putri dari kerajaan termashyur di negri timur tengah. Kami sangat berharap jika—"
"Tidak! Aku tidak mau, ayah." potongnya tegas. Nampak ketidaksukaan di raut wajahnya.
"Baiklah, ayah tidak akan memaksamu. Tapi siapa calon pengantinmu? Apa perlu diselenggarakan sayembara diseluruh pelosok negri?"
"Tidak perlu, ayah" jeda, Blaire menaikkan alis sebelah, "Biarkan aku yang menemukan pasangan takdirku sendiri. Aku akan pergi merantau"
"Apa kau akan merantau?". Sebastian mendongak mukanya ke sang ayah dengan ekspressi 'YOU DON"T SAY?'.
"Kapan?" Tanya Tatiana
"8000 tahun mendatang, bunda."
"Itu kelamaan, anakku..."
"Maka dari itu aku izin ya, bunda". Didekapnya wanita yang berada disampingnya. Merasakan kehangatan keibuan. Aroma mawar menyerbak dari gaun sutranya. Menambah sensasi aromatik yang menenangkan dari seorang ibu.
Tatiana mengulas senyum tipis di wajahnya. Membalasnya dengan mengelus pelan punggung Pangeran.
.
.
Dan disinilah ia. Ditengah rimbunnya hutan. Menunggang kuda hitam dilengkapi perlengkapan dan bekal sederhana. Ia akan merantau demi mencari pasangan takdirnya.
Pakaian kerajaan yang dipakainya tadi sudah diganti dengan pakaian yang simpel. Jaket berhoodie hitam dibalut jas panjang selutut hitam-putih dan celana kain hitam (author: jujur dah, saya bingung jelasinnya kayak gimana).
Tentu saja pangeran kita yang kece ini menunggang kuda yang keren. Kuda hitam dan pelindung zirah dikepala kuda. Simpel dan kece. Biar khas kerajaan nggak keluar (?).
Sebastian tentu menolak menggunakan saran ayahnya yang harus menggunakan baju zirah biar terlihat gace (baca: gagah-kece). Alasan Sebastian pun satu; biar gak kelihatan kayak kesatria baja hitam salah zaman.
Berbagai rintangan sudah ia lalui. Melewati lembah, menaiki gunung, turun gunung, melintasi lintasan sungai beraliran deras, menghindar dari serangan hewan beracun dan buas, lalu dilanjutkan terbang pake elang layaknya sinetron silat laga di negri seberang. Oke yang terbang pake elang ini cuma candaan doang. Gak kurang, gak lebih -_- (?)
Langit hampir gelap. Matahari akan pulang ke singgasananya. Bulan samar-samar mengintip di balik gumpalan awan abu-abu. Suasana hutan yang notabene hutan terangker dan banyak pohon ("kalau hutan memang banyak pohon, dodol" umpat semuanya pada saya) membuat suasana menjadi tambah suram.
Jalan setapak yang berbatu di tengah hutan yang gelap tidak membantu kudanya untuk melaju lebih cepat. Daripada itu, ia dan kudanya juga letih akibat terus melanjutkan perjalanan tanpa henti. Oh, beruntungnya Pangeran kece ini. Tak lama ia ingin mencari tempat istirahat, tampaklah sebuah gua yang ukurannya tak bisa dibilang besar maupun kecil, namun dapat digunakan untuk Sebastian dan kudanya beristirahat sementara.
Ia pun menghampiri mulut gua yang seluruhnya hampir diselimuti tanaman rambat dan lumut-lumut ijo. Disentuhnya lumut ijo yang dekat jangkauannya. Seperti yang ia duga, lumut ijo itu berlendir.
"Jorok, ih" umpatnya dengan nada perempuan.
Namanya juga gua ditengah hutan. Terus kenapa lu pegang-pegang tuh lumut ijo kalo itu udah jorok, dodol
Ia mencari-cari suara gaib (baca: author) yang dari tadi sudah mengganggunya dari awal cerita. "Suara siapa sih tadi? Reseh amat…" tanyanya entah pada siapa. Daripada itu, kudanya sudah ngemis enggak sabar minta istirahat.
Setibanya didalam gua, diikat tali kudanya pada salah satu batu yang menjulang tinggi dan memberi makan rerumputan hutan.
Dirasa urusan dengan kudanya yang rese sudah selesai, tibalah saatnya dirinya untuk istirahat (jiah, bahasanya..). Bekal dari rumah uhukataubisadibilangdariista nauhuk cukup buat perutnya. Dinding gua yang nggak selembab mulut gua (ingat, jangan lupa dengan lumut ijonya *?*) tadi cocok buat sandaran.
Istirahatnya yang tenang itu tidak lama setelah kudanya meloncat kaget. Sehingga Sebastian juga ikut terkejut. Kudanya melompat tak karuan kesana kemari dengan pelaku yang berada tepat dihidungnya, tarantula. (author menjauh mundur 15 langkah dari kejadian)
Lengan kirinya terluka akibat goresan dengan batuan tajam dan tak sengaja meneteskan darah diatas pola pentagram di lantai gua yang kasar. Sebastian mengabaikan luka di lengannya. Semakin dibiarkan, kudanya yang kece mungkin akan lari luntang-luntung ke hutan.
"Hey! Tenang!" teriak Sebastian, menenangkan kudanya yang terkejut karena seekor tarantula muncul didepan hidung kuda.
Tak butuh lama kudanya kembali tenang. Sebastian menghela nafas lega. Tapi kelegaannya tak berakhir begitu saja.
Pola pentagram yang didasar gua mulai mengeluarkan cahaya berwarna topaz dan menerangi gua. Mata rubynya menatap takjub tanpa menyadari bahwa ialah penyebab fenomena ini terjadi. Makin lama cahaya tersebut membentuk kabut dan wujud seorang manusia bergender laki-laki yang lebih tinggi dari dirinya. Ralat. Tingginya sama dengan dirinya. Hanya saja, topi unik membuat ia lebih tinggi 10 cm.
TAP TAP TAP
Ketuk langkah berirama menuju Sebastian. Membuat gema didalam gua yang lembab.
TAP TAP SREK
Pria misterius tersebut berhenti—menjaga jarak 5 meter dari Sebastian. Memperbaiki jas unik dan kacamata yang ia gunakan. Matanya yang sewarna dengan topaz menatap lurus dan menunduk hormat tak lupa menyematkan telapak tangan di dada kirinya.
.
.
"Salam kenal, wahai tuanku yang baru….
—sedikit mendongak kepalanya sembari menunjukkan tatapan mata topaznya yang tajam—
..Sebastian Michaelis.."
.
.
That Story, Beginning [END]
.
.
.
Omake?
"Disebut begitu karena para peri—bla bla bla bla", Francis masih mendongeng dengan khusyu (?). Tidak menyadari, kedua anaknya diam-diam berbisik,
"Kakak, aku mau tanya…" bisik bisik bisik
"Apa?" bisik bisik bisik
"Cinta diantara saudara disebut incest 'kan?" bisik bisik bisik innocent
Hening
"L-lizzy….dengerin cerita ibu dulu deh, yuk?" bisik bisik bisik hening
Lalu keduanya menyudahi bisik-bisik yang (lagi-lagi) tidak disadari oleh Francis dan lanjut mendengarkan cerita Francis. Sedangkan Edward masih merutuk 'kenapa dengan adikku? Kenapa dengan adikku?' berulang-ulang di dasar hatinya.
Yah, kau tidak akan pernah membayangkan masa depan adikmu yang manis nan lugu, Edward.
[omake? End.]
Dibalik Layar 'Pangeran Raven dan Putri Tsundere':
Ah, readers yang berbaik hati telah membaca ULANG story saya, arigatou gonzaimasu~ \(u_u)/
benar kan? Ceritanya beda kan? Saya tulis ulang lagi, karena datanya udah LUDES. Emang sih, saya rombak dikit di bagian awal #duagh
Yak, mari kita bahas PRPT (Pangeran Raven dan Putri Tsundere). Mengenai orangtua Sebastian, disini memakai OC. Blaire (as Sebastian father a.k.a King of Englandriaf) dan Tatiana (as Sebastian mother a.k.a Queen of Englandriaf).
Btw, nama negeri dan kerajaannya sama. Asal-usul (?) nama Englandriaf adalah plesetan dari nama England (Inggris). Jadi settingnya nggak jauh-jauh dari negeri Inggris (apanya? =.=a )
oh ya, rasanya pasti anda sekalian tau siapa pria misterius ini ^w^ (berhubung sudah kasih sedikit spoiler pada cerita -_-a *laugh*).
Ceritanya kependekkan? Tenang, ini masih prolog. Ehehehe (^_^)7
Setelah melalui proses berkepanjangan (iye, ane ngaku kalo ane lagi mikir itu suka kelamaan), fanfic ini gak jadi buat steampunk SebasCielDay. Kenapa? Kalau ketauan siapa pengantin Sebby, ceritanya udah ketauan dong? Jadi bosenin dong? Jadi, saya tidak tahu endingnya (hah!?). mungkin aja dari kelompok Shinigami tuh atau madam Red gitu =w= #nyeahahahaha
btw, saya juga dilema sama genre PRPT yang bingungin 7 keliling… adventure/drama atau adventure/parody ? atau ANGST? Ada yang mau kasih saran?
Notesnya jadi kepanjangan. Yah, udah ciri khas saya. Suka bikin penjelasan panjang, ruwet, dan gak jelas. Yang penting itu sudah menjadi trade mark saya, biar lain daripada yang lain #authortukangmaksa #ditembakmassal #menghindaralapaparusia (?)
Setidaknya, setelah membaca, bisakah meninggalkan jejak review agar membuat saya lebih semangat untuk melanjutkan fanfic PRPT ? RnR yak~ folfave diterima, diusahakan jika nge-flame pakai kata-kata sopan dan gak boleh pakai bahasa kotor ^^
.
.
THANKS TO READ AND REVIEW, READERS AND SILENT READERS TOO~!
MERRY CHIRSTMAS and HAPPY NEW YEAR 2013!
Rainbow 'Walker' Castle
