Bibir pucat yang berdarah itu tak henti-hentinya bergetar karena menangis dan bahkan mata sipitnya tak mampu lagi mengeluarkan airmata. Ia tengah bersembunyi di gedung tua yang sudah tak terpakai. Setidaknya ia bisa menghindar dari siksaan yang tak berhenti menghampirinya saat berada di rumah besar itu. Ia ketakutan sekarang. Tubuh mungilnya bergetar ketakutan.
"Bersembunyi dariku?"
.
BUGH!
Satu tendangan telak dari kakinya tepat mengenai kepala pria dihadapannya. Nafasnya tampak terengah-engah setelah berlari cukup lama untuk mengejar bajingan-seperti yang biasa ia sebut untuk para penjahat- yang sudah tersungkur dihadapannya. Kemudian tangannya memborgol tangan pria itu dibelakang punggung.
"Tuan Kim Shin Myeong, pada tanggal 10 Mei 2014, sekitar pukul 21.10 dengan berdasarkan bukti kuat melakukan tabrak lari, yang menyebabkan kematian korban sesuai dengan diterbitkannya surat perintah penangkapan oleh kantor kejaksaan distrik pusat seoul, kami ditahan pada tanggal 16 Mei 2014, pada waktu setempat 22.35. Kamu berhak untuk berkonsultasi dengan pengacara dan membuat pernyataan kapanpun."
Lalu ia memaksa bajingan itu untuk bangun dan di depan ujung gang tersebut, muncul rekan kerja sesama polisi tersenyum lega.
"Bawa bajingan ini!" Min Yoongi. Pria itu mendorong penjahat tersebut pada rekannya yang diketahui bernama Kim Namjoon.
"Yakk! Kenapa harus aku? Kau harus ingat aku ketuamu! Aish!" Namjoon hanya menggerutu melihat kelakuan anggota timnya yang sungguh sangat menyebalkan itu.
.
"Aku pulang!"
Suara serak yoongi terdengar di apartemen yang tengah dipenuhi suara berisik dari dapur. Siapa lagi kalau bukan kerjaan namja manis yang merupakan kakak sepupunya itu? Yoongi menghempaskan tubuhnya pada sofa yang berada di ruang tamu setelah sebelumnya melepas sneakers yang entah sudah berapa lama terpasang dikakinya. Tubuhnya terasa ambruk.
"Minumlah teh hijau ini." Namja manis yang bernama kim seokijin itu memberikan segelas teh hijau hangat dan yoongi bangun kemudian meneguknya.
"Terima kasih hyung!" Yoongi mengembalikan gelas kosong itu dan kembali berbaring di sofa.
"Hei Sugar Police yang terkenal dengan senyuman manis untuk mengelabui penjahat diluar sana dan selalu berkata dengan tenang kepada masyarakat ternyata punya sifat seburuk ini? Dan...ARGH! Sudah berapa lama kau tidak mengganti kaos kakimu hah?"
Yoongi menutup matanya dengan lengannya dan menjawab pertanyaan seokjin. "Oh ya, aku baru ingat kalau belum menggantinya sejak empat hari yang lalu. Sudahlah hyung! Aku terlalu capek gara-gara suamimu yang kelebihan akal itu! Sudah menyuruhku menyelidiki cctv berjam-jam, dan tadi dia malah cidera saat mengejar pelakunya."
Seokjin menghela nafas dan menepuk pelan rambut yoongi. "Tidurlah. Argh..." Ia mengipas-ngipaskan hidungnya agar bau tidak sedap dari kaos kaki yoongi menghilang.
"YOONGI HYUUNG!" Teriak namjoon saat membuka pintu apartemennya.
"BERISIIIIKKK!" Itu adalah gabungan lengkingan seokjin dan suara datar yoongi dengan posisi yang masih sama.
.
Seokjin menatap kedua lelaki dihadapannya dengan tatapan yang tidak percaya. Ini sudah lima hari sejak mereka tidak pulang dan seokjin mungkin bisa memaklumi suami serta sepupunya itu.
"Makan apa saja kalian lima hari belakangan ini?"
"Berkas dari namjoon, rekaman cctv dari namjoon, dan mengejar bajingan yang disuruh oleh namjoon." Jawab yoongi dengan santai dan kembali menyuapkan makanannya.
"Yakk hyung! Kau meninggalkanku setelah menangkapnya! Aku jadi terlambat pulang karena kau!"
"Aku kehilangan waktu tidurku karena kau!"
"Siapa suruh kau menolak jabatan sebagai ketua tim? Setelah aku yang menjadi ketua tim, malah kau protes dengan tugas-tugas yang aku berikan."
"Kalian ini! Kenapa sikap kalian berbanding terbalik saat di kantor dan di rumah eoh? Berkelahi seperti anak kecil! Memalukan!"
"Yoongi hyung yang mulai!"
"Kim Sialan Namjoon!"
Lagi-lagi seokjin hanya bisa pasrah. Setidaknya ia tidak akan mendengar ini untuk beberapa hari ke depan.
.
Lelaki jangkung itu tersenyum puas melihat ketidakberdayaan lelaki manis yang terbaring di ranjangnya. Kedua tangan yang terborgol di kedua sudut ranjang dan tanda keunguan disekujur tubuh lelaki manis itu membuatnya benar-benar puas.
"Kau benar-benar tidak akan pernah bisa lari dariku lagi, park jimin."
Seketika lelaki manis itu hanya bisa menangis dalam diam hingga lelaki jangkung itu menyelimutinya sebelum pergi.
.
Namjoon membawa berkas baru yang akan diselesaikan oleh timnya. Sepanjang perjalanan menuju mejanya, ia terus meneliti isi dari berkas tersebut hingga menemukan seonggok manusia dengan kulit pucatnya yang tengah bersandar di kursi dan memejamkan mata. Jangan lupakan kakinya yang tertata begitu manis diatas meja semanis senyumnya. Tapi sepertinya yoongi tampak gelisah dan terlihat jelas dari raut wajahnya. Namun semua kembali normal. Dengan tidak merasa berdosa, namjoon memukul kepala namja yang lebih tua satu tahun darinya itu.
"Ck! Sialan! Dimana sopan santunmu hah?" Gerutu yoongi dengan posisi yang masih sama.
"Hei! Bagaimana pun juga aku atasanmu disini hyung!" Namjoon mencoba melupakan pertanyaan yang akan ia ajukan.
"Iya, iya, iya." Yoongi mengubah posisinya dengan posisi duduk normal dan dimejanya sudah tersaji berkas baru. Foto seseorang yang bisa dibilang cukup tampan.
"Siapa dia?"
"Aku meletakkan berkas ini untuk kau baca hyung."
"Kau benar-benar..." Yoongi merasa kesal namun tetap membaca berkas itu dan mencoba memahaminya. "Kim Jongin, 32 tahun, otak dari pembunuhan orang-orang yang meminjam uangnya dan penyelundup barang gelap yang hanya sempat ditahan beberapa hari. Apa? Bagaimana bisa penjahat ini bebas begitu saja?" Begitulah kesimpulan yang yoongi dapat.
"Bukankah ini hal yang sangat biasa? Sepertinya dia tidak akan bebas lagi karena ini."
Berkas lainnya terpampang dimeja yoongi dan tampaklah sebuah foto yang cukup membuatnya terkejut.
"Pria ini hilang sebulan yang lalu. Diduga diculik oleh Kim Jongin karena orangtuanya yang berhutang pada jongin sudah dibunuh. Mereka menjadikan anak mereka sebagai jaminan. Dia sempat kabur dan akhirnya tertangkap oleh anak buah jongin." Namjoon menjelaskan panjang lebar dan bingung melihat ekspresi yoongi yang sulit diartikan olehnya.
"Hyung? Kau baik-baik saja?"
Seketika yoongi tersadar dari lamunannya. Ia sama terkejutnya dengan namjoon saat melihat tiga anggota lainnya yang bertanya secara serentak tadi. Namjoon dan yoongi menatap tajam mereka bertiga yang masih tersenyum seakan-akan tidak merasa bersalah.
"Kenapa?" - Jung Hoseok
"Kalian terlihat serius." - Kim Taehyung
"Wah! Ada kasus baru!" - Ini Jeon jungkook. Anggota termuda dan selalu antusias dengan kasus-kasus baru sekaligus kekasih taehyung sejak dua bulan lalu.
Yoongi dan namjoon sama-sama menghela nafas melihat kelakuan anggota mereka.
.
Mereka berlima kini berada di depan sebuah rumah, mungkin lebih tepatnya sebuah mansion. Karena demi apapun, rumah itu terlalu besar. Di tambah lagi pagar tinggi yang menjadi satu-satunya gerbang untuk masuk. Jungkook yang duduk paling belakang tampak terpana dengan mansion itu begitu juga dengan taehyung dan hoseok yang duduk di bangku tengah. Lagi-lagi yoongi yang berada di bangku pengemudi melamun dan namjoon menyadari hal itu.
"Ada apa denganmu hyung? Tadi kau terlihat gelisah saat tidur, terdiam saat membaca berkas tentang korban penculikan itu, dan sekarang kau melamun disini. Apa kau mengenal salah satu dari orang yang ada di kasus kita kali ini?"
Yoongi terlihat terkejut dan perlahan tangannya yang sedari tadi mengepal kini mulai melemas. Ia menghela nafas.
"Dia adalah alasan aku memilih untuk sendiri hingga sekarang."
"Eoh? Hyungnim suka dengan seorang tersangka?" Tanya jungkook dengan polosnya. Mengundang tatapan tajam dari empat orang di dalam mobil itu.
.
Dengan selimut yang menutupi tubuhnya, ia berjalan dengan perlahan menuju kamar mandi. Luka fisik dan rasa sakit pada bagian bawahnya membuatnya harus berjalan dengan sangat hati-hati. Untuk kesekian kalinya ia menangis. Menangisi nasibnya yang begitu tragis dan mengkhayalkan seseorang untuk menolongnya. Ia tertawa miris dalam isakannya saat mengingat impian mustahilnya dan melihat bayangan dirinya yang begitu menyedihkan di cermin.
"Inilah karmamu park jimin."
Ia berjalan mundur dan menyandarkan tubuhnya pada dinding kemudian perlahan duduk. Tangannya mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Jika kau selama ini kau mengutukku, aku mohon akhiri ini. Aku benar-benar menyerah."
"Jimin? Kau ada di dalam? Jangan terlalu membersihkan dirimu. Nanti aku tetap akan mengotorinya."
Ia terisak tanpa suara. Kini dirinya benar-benar tidak berdaya.
"Maaf tuan. Ada yang ingin bertemu."
"Tunggu aku di ruang tamu."
"Baik tuan."
Sayup-sayup jimin mendengar pembicaraan itu. Setidaknya ia bisa bernafas lega kalau lelaki itu tidak mendengar tangisannya.
.
"Wah! Suatu kehormatan karena gubuk kecilku ini kedatangan tamu seperti anda, sugar police."
Suara berat menginterupsi yoongi yang sedari tadi tengah memperhatikan tiap sudut ruangan mansion itu. Dbibirnya tercetak senyuman miring saat lelaki itu berjalan mendekat kearahnya.
"Aku sering mendengar tentangmu yang menjadikan penjara sebagai hotel bagimu. Ternyata kau begitu tampan jika dilihat secara langsung, tuan kim jongin."
"Dan kau lebih terlihat manis. Jika kau ingin menangkapku lagi, silahkan saja." jongin berjalan mendekati yoongi dan berbisik dengan sensual ditelinganya. "Tapi aku ingin mencoba kalau tubuhmu semanis senyumanmu atau tidak."
Seringaian yoongi makin lebar dan ia menarik kerah jongin dengan senyuman yang memabukkan. Ia berbisik tak kalah sensual. "Aku tidak suka menjadi bawahanmu dan kau terlalu tampan untuk menjadi bawahanku."
Posisi mereka kembali normal dan sama-sama memperbaiki pakaian mereka yang sedikit kusut.
"Baiklah. Jadi apa tujuanmu mendatangiku?"
"Arggghhh...aku sangat lelah sebagai penegak hukum dan aku sangat membutuhkan pemuas. Apa kau bisa merekomendasikan untukku? Seorang lelaki manis." Yoongi duduk dengan santai di sofa empuk ruangan itu.
"Aku tidak bodoh, sersan min. Kau kesini untuk mencari bukti kuat agar aku tidak bisa keluar lagi dari penjara bukan? Lebih baik kau pulang sebelum aku hanya memulangkan namamu saja."
"Hyungnim! Aku sudah selesai!" Jungkook berteriak dari lantai atas dengan memegang dua anak buah jongin yang sudah lemas dalam keadaan terborgol.
"Perlakukan mereka dengan lembut kookie!"
"Baik hyungnim!"
"Hyungnim! Aku juga sudah!" Kini hoseok membawa lima orang bersama taehyung yang tersenyum bangga dengan dirinya sendiri.
"Kerja yang bagus!"
jongin mengepalkan tangannya saat seluruh anak buahnya yang tersisa berhasil ditangkap.
"Ketua kim? Mana hasil tangkapanmu?"
"Aku kehabisan mangsa. Bagaimana jika aku menangkapnya saja?"
"Ide bagus. Aku akan mengurus yang lain."
"Haish! Kau akan menyesalinya sersan min!" Teriak jongin dengan kesal saat namjoon memborgol tangannya dan yoongi yang menaiki tangga dengan santai.
"Aku tunggu tuan kim jongin yang terhormat."
.
Raut wajah tenang dan santai yoongi berubah seketika saat sedang mencari sosok yang dicarinya. Ia memasuki setiap ruangan yang ia masuki dan hanya meneriakkan satu nama.
"Jimin! Aku tau kau ada disini! Semua sudah berakhir! Kau aman sekarang! Aku mohon tunjukkan dirimu atau berteriaklah! Jimin!"
Lalu telinganya menangkap suara pintu yang dipuku secara brutal. Tanpa berfikir panjang, ia mencari dan menghampiri pintu tersebut. Terkunci.
"Jimin? Kau disini?"
Hanya ketukan yang menjawab pertanyaannya. Hatinya semakin yakin mengatakan kalau dibalik pintu ini adalah orang yang dicarinya sejak sepuluh tahun yang lalu.
"Menjauhlah dari pintu ini! Aku akan mendobraknya!"
.
Dengan susah payah jimin memakai baju kaos putih polos itu sebagai langkah terakhir. Ia juga memakai celana pendek berwarna hitam. Hanya itu pakaian yang disediakan jongin untuknya dengan alasan agar mudah menikmati tubuhnya. Lagi-lagi ia meneteskan airmata.
"Jimin! Aku tau kau ada disini! Semua sudah berakhir! Kau aman sekarang! Aku mohon tunjukkan dirimu atau berteriaklah! Jimin!"
Seketika tubuh jimin terpaku. Suara itu? Suara dari sosok yang sepuluh tahun lalu ia tolak kehadirannya? Yang selama sebulan ini ia khayalkan untuk menyelamatkannya? Jimin mencoba berteriak namun ia mendengar suaranya sendiri. Tidak ada cara lain selain menggedor pintu kamarnya. Ia terus memukul pintu itu dengan menangis tanpa bisa mengeluarkan isakannya.
"Jimin? Kau disini?"
Ia hanya bisa mengetuk pintu itu untuk menjawab pertanyaan sosok dibalik pintu tersebut.
"Menjauhlah dari pintu ini! Aku akan mendobraknya!"
Jimin menurutiya dan akhirnya pintu itu terbuka. Memperlihatkan sosok pria dengan kulit pucat yang masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Mereka sama-sama terpaku. Yoongi benar-benar tidak sanggup melihat sosok dihadapannya ini dan ia langsung merengkuh tubuh itu dalam pelukannya. Yoongi pun menangis.
"Kau kemana saja? Aku mencarimu bertahun-tahun."
Dia mencariku setelah apa yang aku lakukan padanya?
"Kau menghilang setelah kita lulus dan kabar buruk tentang orangtuamu membuatku semakin khawatir."
Susah payah jimin menahan ketakutan dengan suaranya.
"M-maaf..."
Setelah itu yoongi melihat jimin tak sadarkan diri dipelukannya.
.
"Jimin mengalami trauma berat. Luka fisik yang didapatnya begitu parah. Begitu juga dibagian intimnya. Dari ceritamu, jimin sepertinya sudah takut dengan suaranya sendiri. Aku akan menganjurkan terapi padanya setelah kondisinya membaik. Kau tenang saja. Banyak hal yang bisa menyembuhkannya. Termasuk dengan cintamu."
Matanya yang sayu semakin sayu dan kantung mata berwarna hitam begitu kontras dengan kulit pucatnya. Baru saja dua hari melalaikan waktu tidurnya hanya karena seorang lelaki manis yang terbaring tak sadarkan diri. Untunglah kepala polisi memberikan mereka libur seminggu karena berhasil mendapatkan kembali seorang buronan yang begitu sulit ditangkap.
"Hyung, lebih baik kau pulang dan beristirahat. Kepala polisi park memberikan kita waktu istirahat selama seminggu. Setelah itu kita akan bekerja lagi."
Yoongi beranjak dari duduknya dan pergi memasuki ruang rawat. Mengabaikan namjoon yang mungkin sedikit kesal karena diabaikan begitu saja.
"Jimin, aku pulang dulu. Sebentar saja. Aku akan segera kembali. Kau cepat sadar ya? Hm...aku mencintaimu." Yoongi tanpa ragu mengecup dahi jimin yang masih setia memejamkan matanya.
.
Yoongi keluar dari kamar mandi dengan memakai jeans hitam, kaos putih polos, dan jaket hitam miliknya. Tangannya masih sibuk mengeringkan rambut hitamnya dengan handuk. Kakinya ia langkahkan menuju meja makan. Di hadapannya seokjin menghidangkan sup ayam kesukaannya dan ia kini sibuk memilih sayur yang ada di dalamnya.
"Hei! Kau tidak boleh membuang makanan seperti itu!"
"Hyung tau kan aku tidak suka sayur? Aku bukan sapi!"
"Terserah kau saja! Oh ya, ambil dan pakai ini." Seokjin mengeluarkan sesuatu dari saku celemek pink kesayangannya yang merupakan hadiah pernikahan dari yoongi.
Yoongi mengambil bungkusan itu dan menatap bingung ke seokjin sambil tetap mengunyah makanannya. "Apa ini hyung? Bentuknya aneh sekali."
"Masker mata."
"Hah?"
"Kulitmu sangat kontras dengan kantung matamu yang menghitam itu."
"Tapi aku bukan yeoja."
"Aku tidak perduli apa jenismu. Aku hanya tidak ingin kau terlihat buruk dengan keadaanmu."
"Baiklah."
Seokjin kembali diam dan memperhatikan yoongi yang sedang makan. Sedari tadi otaknya sudah penuh dengan satu pertanyaan. Siapa orang yang berhasil membuat sepupunya menjadi berantakkan seperti ini?
"Hyung? Kau kenapa?"
"Aku ingin bertanya."
"Tanya saja." Ujar yoongi dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.
"Astaga! Jangan bicara saat mulutmu masih penuh! Nanti kau tersedak."
Yoongi hanya mengacuhkannya.
"Apa kau mencintai seseorang yang terlibat dikasusmu kemarin?"
Uhuk! Uhuk!
Cepat-cepat seokjin mengambil air dan langsung diteguk oleh yoongi. Yoongi terdiam sesaat dan seokjin fikir kalau yoongi akan marah. Tapi anehnya yoongi malah tersenyum begitu tulus.
"Tentu saja. Bahkan aku sudah mencarinya selama bertahun-tahun. Aku tidak akan membiarkannya pergi dariku lagi."
.
Waktu libur yang diberikan kepala polisi sudah habis dan yoongi dengan berat hati meninggalkan jimin yang masih belum siuman. Pagi-pagi sekali sebelum matahari menampakkan dirinya, yoongi sudah bangun hanya untuk menghampiri jimin. Setidaknya melihat wajah jimin memberikan sedikit semangat untuknya karena sudah jarang tidur.
"Kau harus berterima kasih padaku nanti. Aku jadi jarang tidur karena kau." Yoongi menghela nafas dan tersenyum kemudian mengecup dahi jimin cukup lama. "Aku mencintaimu. Cepatlah bangun."
.
Yoongi sampai di kantor sekitar pukul enam. Ia melirik ke sekitar dan mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Barang yang sudah lebih dari lima hari berada di jaket hitam kesayangannya. Masker mata pemberian seokjin.
"Hyungnim!"
"Astaga! Kookie!"
"Hehe...maaf hyungnim. Ngomong-ngomong, dimana ketua kim? Tumben sekali hyungnim tidak bersamanya."
"Mungkin sedang bermain bersama istrinya." Ujar yoongi santai sambil menuju kursinya. Apa dia tidak sadar hampir merusak pikiran polos maknae ditimnya?"
"Ya ampun!"
"Kenapa?"
"Ketua kim seperti anak-anak saja. Masa istrinya diajak bermain. Mereka kan sudah besar. Memalukan."
Dan benar kalau jungkook masih polos.
"Kau datang ke kantor sepagi ini?"
"Aku sangat merindukan kantor hyung." Jungkook tersenyum dan duduk di samping yoongi. Perlu diketahui hanya jungkook yang berani -mungkin lebih tepatnya karena kepolosannya- duduk di sebelah yoongi. Hoseok dan Taehyung yang notabene anggota lama tidak mau memperpendek umur mereka jika berdekatan dengan yoongi. Dia sangat galak sesama rekan dan akan menjadi malaikat jika bersama masyarakat. Tatapan jungkook beralih pada barang yang dipegang yoongi. Bagaimana ia tidak tertarik, yoongi sedari tadi menatap bingung barang itu. "Masker mata?"
"Kookie, kau tau benda ini?"
"Tentu saja hyung. Mataku juga seperti hyung sekarang kalau kurang tidur."
"Berarti kau tau cara menggunakannya."
"Tentu saja. Hyungnim cuci muka dulu sana. Nanti aku bantu."
.
Jungkook dengan telaten memasangkan masker itu dibagian kantung mata yoongi. Sementara yoongi begitu menikmati sehingga menutup matanya. Jangan lupakan kebiasaannya yang menjadikan meja kerjanya sebagai tempat pemajangan kakinya.
"Jimin hyung begitu istimewa kah sampai hyungnim- "
"Hyung saja kookie. Kita belum bekerja."
"Ah hyung! Apa jimin hyung begitu istimewa sampai hyung rela seperti ini? Padahal hyung sering tertidur kalau sedang memeriksa berkas di kantor." Jungkook selesai memasang masker tersebut dan duduk di kursinya. Ia menahan tawanya melihat yoongi yang menggunakan masker mata.
"Tentu saja dia sangat istimewa." Yoongi tersenyum lepas.
"Ternyata."
"Kenapa?" Tanya yoongi galak.
"Hyung bisa jatuh cinta juga. Tapi, bukankah hyung bilang 'hatiku hanya untuk masyarakat' iya kan?"
"Terserah kau saja. Bangunkan aku kalau mereka sudah datang."
.
Yoongi menguap untuk kesekian kalinya setelah lebih dari 12 jam memeriksa cctv hanya untuk mencari seorang anak sma yang menghilang sejak dua hari yang lalu. Warga korea sangat beruntung karena selama 24 jam mereka diawasi. Ponselnya pun berbunyi karena ada sebuah panggilan masuk.
Baekhyun hyung is calling...
Cepat-cepat ia menggeser tombol hijau.
"Iya hyung. Aku akan segera kesana!" Yoongi segera beranjak dan tak sengaja bertemu kepala polisi di depan pintu masuk.
"Sersan min!" Teriak namjoon yang membawakan kopi untuk para anggotanya.
"Namjoon, sepertinya lelaki yang bernama park jimin itu sudah sadar. Baekhyun hyung yang menghubunginya tadi."
"Wah! Orang seperti hyungnim bisa seperti itu juga ya?"
"Maksudmu apa kookie?"
"Tae, tadi pagi yoongi hyung tersenyum lepas saat membahas lelaki itu."
"Kenapa mengobrol? Selesaikan pekerjaan kalian!"
"Siap ketua kim!" Jawab mereka bertiga serentak.
"Anda mau kemana sersan min?"
Yoongi membungkukan punggungnya sesaat.
"Saya harus menemui korban dari kasus kemarin. Dia sudah sadarkan diri."
"Baiklah. Silahkan pergi."
Yoongi membisikkan sesuatu di telinga kepala polisi itu. "Istrimu baru saja menghubungiku. Apa dia sudah menghubungimu hari ini?"
"YAKK! YOONGI!"
Teriakan kepala polisi bernametag 'Park Chanyeol' membuat para polisi disana menatap kearahnya. Ia segera berdehem untuk mengembalikan wibawanya. Bisa-bisanya ia cemburu kepada sepupun dari istrinya sendiri. Dia berfikir akan menagih jatah kepada istrinya malam ini.
.
Yoongi tersenyum sepanjang ia berlari menuju ruang perawatan jimin. Sudah cukup lama ia menunggu saat ini. Namun yang didapatnya hanyalah jimin yang kembali tertidur dan baekhyun yang menghela nafas sembari memasukkan kembali stetoskop miliknya ke saku jas dokternya.
"Hyung, ada apa ini?"
"Jimin sempat siuman dan tiba-tiba ia menangis. Melempar barang-barang dan berusaha menyakiti dirinya sendiri. Aku terpaksa memberikannya obat penenang."
"Seandainya saja aku datang lebih cepat." Yoongi terlihat menyesal dan meraih tangan jimin untuk ia genggam. "Maafkan aku yang tadi tidak ada disampingmu. Maafkan aku."
.
"Apa penjahat di kasus kali ini bukan manusia? Kenapa aku tidak menemukannya?" Hoseok berkata sambil meregangkan tubuhnya.
"Iya hyung. Kookie juga tidak menemukannya. Tae, bagaimana denganmu?"
BRAKK!
Namjoon yang sedari tadi diam pun ikut terkejut karena taehyung tiba-tiba menggebrak meja. Untung saja kantor hanya tinggal tim mereka saja karena sekarang sudah melewati tengah malam.
"Sersan kim!"
Taehyung hanya tersenyum untuk memohon maaf. "Aku baru saja mendapatkannya."
.
Jimin kembali tersadar. Ia melihat langit-langit rumah sakit dan bola matanya bergerak-gerak karena merasa gelisah. Tubuhnya bergemetaran dan saat ingin menarik selimutnya kembali, saat itulah dirinya tersadar kalau tangan kanannya yang tidak diinfus digenggam oleh seseorang. Orang itu tersadar dan tampak tersenyum bahagia saat jimin menatapnya.
"Akhirnya kau bangun juga." Tanpa sadar yoongi mengusap pipi jimin. "Oh ya, masalah permintaan maafmu tadi, aku tidak memperdulikannya. Aku sudah kembali bertemu denganmu saja, aku sangat senang. Jangan fikirkan apapun ya? Kau harus cepat sembuh."
Tidak ada jawaban dari jimin selain airmatanya yang mengalir.
"Jangan menangis." Yoongi menghapus airmata jimin. "Kau sudah aman bersamaku. Bajingan itu sudah aku jebloskan ke penjara. Apa kau lapar? Tunggu disini ya? Aku akan membelikanmu makanan." Yoongi hendak beranjak namun tangan jimin menahannya. Sebenarnya yoongi bisa saja tetap pergi karena tangan jimin begitu lemah. "Kenapa?" Jimin terlihat gelisah dan yoongi mengusap tangannya. "Aku tidak akan lama. Kau tidak perlu takut."
"Selamat malam jimin. Bagaimana keadaanmu?"
Yoongi menghela nafas lega begitu baekhyun datang. "Hyung, aku mau pergi membeli makanan."
"Pergilah. Aku akan menjaga jimin untukmu."
"Terima kasih hyung."
Sepeninggal yoongi, baekhyun langsung memeriksa keadaan jimin dan duduk di sampingnya setelah selesai. Jimin terlihat takut. Mungkin dia ingat kalau baekhyun tadi sudah menyuntikkan obat penenang untuknya.
"Sepertinya aku harus memperkenalkan diri. Aku dokter Byun-eh Park Baekhyun. Aku sudah menikah. Maafkan aku soal tadi siang. Sungguh aku tidak ingin menyakitimu. Kau mau memaafkanku kan? Terserah padamu saja. Aku tidak akan memaksamu memaafkanku. Sekarang aku hanya ingin menemanimu saja. Aku masih ingin hidup lebih lama. Jadi aku menuruti saja apa yang dia suruh."
Raut wajah ketakutan jimin berubah kembali menjadi datar. Baekhyun jadi takut sendiri dengan pemikirannya tentang apa yang jimin alami dari cerita yoongi. Wajar saja jimin jadi seperti ini.
"Yoongi itu memang aneh. Jika sudah marah, dia sama seperti beruang yang sedang berhibernasi. Eh! Ngomong-ngomong soal berhibernasi, itu salah satu kebiasaannya kalau sedang mendapatkan waktu libur. Kesimpulannya dia sangat suka tidur. Tapi, jika suasana hatinya sedang baik, dia seperti malaikat. Dia akan tersenyum dengan sangat manis. Sugar Police. Menurutmu apa julukan itu cocok untuknya? Kalau aku sih tidak."
Baekhyun merasa sangat canggung dan menggerakan bola matanya hingga ia menemukan yoongi yang mendekati ranjang jimin.
"Yoongi sudah datang. Makan yang banyak ya?" Baekhyun tersenyum manis kepada jimin dan yoongi sebelum pergi. Yoongi hanya menatap kepergian baekhyun dengan mata sayunya. Kemudian mendengus kesal sebelum duduk di samping ranjang jimin.
"Jimin, apa saja yang dia ceritakan tentangku? Pasti banyak kan? Nanti kau ceitakan ya?"
.
Setelah seminggu berada di rumah sakit, jimin diperbolehkan pulang. Hanya tubuhnya saja yang pulih. Tetapi tidak dengan perasaannya. Jimin masih berwajah datar. Walaupun terkadang para anggota tim yoongi termasuk si kepala polisi dan istrinya yang berkumpul diapartemen seokjin dan mengeluarkan candaan, jimin hanya diam menatap lurus ke depan. Tiba-tiba jimin hampir saja terjatu dibahu yoongi. Matanya yang sipit semakin sipit karena mengantuk.
"Kau mengantuk ya? Apa kau masih bisa berjalan?"
Jimin tak menjawab dan berdiri. Namun belum beberapa langkah dia terjatuh dan dengan sigap yoongi menangkapnya. Tanpa basa-basi yoongi menggendongnya ala bridal dan jimin mencoba mencari kenyamanan di dada yoongi.
Perlahan yoongi membaringkan jimin dikasurnya. Sejak kepulangan jimin, yoongi merelakan kamarnya untuk jimin. Apalagi dia juga sangat jarang pulang. Biasanya ia akan menginap di rumah salah satu dari ketiga rekannya. Ia menyelimuti jimin yang sudah terlelap. Mungkin karena nyaman karena gendongannya tadi. Lalu ia mengecup dahi jimin sebelum keluar untuk kembali bergabung dengan rekannya di ruang tamu.
"Kenapa menatapku seperti itu?" Yoongi menatap kesal tujuh orang dihadapannya. Menatapnya seakan-akan dia seperti pembunuh.
"Kau sudah membuat kami bingung selama dua minggu ini sersan min." Chanyeol membuka suaranya. Ia sudah sering mendengar tentang anak buah sekaligus adik sepupu dari istrinya ini.
"Aku pernah mengatakan kalau aku sudah mencarinya selama bertahun-tahun bukan?"
"Dan membuatmu rela aku menikah duluan hyung? Kau juga menolak semua orang yang menaruh hati padamu. Apa semua ini karena jimin?"
"Mungkin kalian akan terkejut kalau aku menceritakan apa yang terjadi sepuluh tahun yang lalu."
Sontak ketujuh makhluk disana memasang raut wajah antusias.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Untuk para readers yang merasakan kejanggalan atau hal-hal yang kurang tepat, atau ada hal yang igni ditanyakan, silahkan tuliskan semua di kotak review. Hehe...
Author hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.
Sekian dari author.
