'Cause I'm Yours
Disclaimer : CAPCOM
Pairing : Motochika, Masamune
Warning : OOC, Typo, Bahasa tidak terlalu baku, agak lebay (emang lebay sih)
Chapter 1 : Dirimu
'Tuk tuk tuk'
Suara ketukan jari jempol menemani kesunyian malam di kamar Chosokabe Motochika. Gelak tawa terdengar saat ia memainkan handphone-nya. Dia sedang sharing kebahagiaan kepada teman-teman kampusnya di group chat.
-Group chat-
C. Motochika
Keberuntungan datang padaku :D
Ieyasu
Cieee yang lagi seneng :v dapet apaan, mhank? :v
Cowo ganteng ya si Keiji namanya
Tumben beruntung. Biasanya kan situ ketiban sial mulu XD
C. Motochika
Kepo lu :v -Ieyasu
Dikau kali yang sial mulu mah :v Eh, anjay nama lu alay coeg XD -Keiji
Ieyasu
Xianying, kalo lagi bahagia aja lu gitu ke ane :'u awas ye kalo lu lagi susah, kagak bakalan ane temenin :'u
Magoichi
Ditinggal sebentar dah rame aja nih gc. Btw, kau dapet apaan? Motochika
Cowo ganteng ya si Keiji namanya
Magoichi :* gak kepo sama aku? :*
C. Motochika
Aduh, banyak yang kepo :3 okok lah ane kasih tahu.
Magoichi
Maaf aku alergi sama cowo alay macam kau. -Keiji
Ieyasu
BHAK! :V
Cowo ganteng ya si Keiji namanya
Kok nyesek ya :""
C. Motochika
Ane ga bakalan ngasih tahu secara detail. Ane dapet hadiah liburan selama 1 minggu ke Paris dari undian coba-coba :3
C. Motochika mengirim 1 foto
Cowo ganteng ya si Keiji namanya
Wedew mhank :v ane ikut dong ^^
Ieyasu
Wooah! :O ajak ane lah, mhank ;)
C. Motochika
Duh sorry banget, guys. Tiketnya cuma 1 doang.
Ieyasu
Weeh, gak seru ah :'u
Cowo ganteng ya si Keiji namanya
Pundung ah pundung :""
C. Motochika
Hadiahnya cuma segitu mau gimana lagi. Ane mau off, mau packing dulu :D bye~
Magoichi
Have fun aja :) bye.
-End group chat-
Motochika mengakhiri chatting-annya. Dia melihat kembali hadiahnya, yaitu tiket pesawat untuk ke Paris. Motochika berbohong pada teman-teman di gc-nya barusan. Sebenarnya ada 3 tiket yang ia dapat. Alasan pria bersurai perak berbohong itu, dia malas mengajak Ieyasu dan Keiji, karena pasti selama liburan akan terasa membosankan, juga Motochika ingin mengajak orang yang belum pernah pergi berlibur dengannya.
"Sama siapa, ya? Duh, jadi bingung sendiri." Motochika berkali-kali memikirkan dengan siapa dia akan pergi.
Bagaimana dengan pacar? Ah, Motochika baru saja putus 3 hari yang lalu.
"Nanti sajalah pikirinnya. Pusing juga lama-lama." Motochika kembali memainkan hp-nya, untuk Facebook-an. Di berandanya tak ada yang aneh, saat mengklik 'Pemberitahuan' tak ada yang aneh juga, kebanyakan yang meng-Like status dan fotonya saja.
Ia melirik ke 'Saran teman', alisnya naik dan bergumam, "Sepertinya aku kenal." Motochika mengklik akun tersebut, dan munculah profil yang sangat dia kenal. Yup, pemilik akun itu adalah Katakura Kojuuro, kakak kelas semasa sekolahnya. Langsung saja dia meng-add dan mengirim inbox pada akun itu, Menanyakan kabar, misalnya. Basa-basi.
'Aku ajak saja dia' batin Motochika.
Muncul pemberitahuan di inbox-nya, cepat juga respon orang itu. Kojuuro juga menanyakan hal yang sama padanya. Motochika to the point saja menawarkan ajakan liburan, tak lupa memberitahu kapan tanggal dan hari keberangkatan padanya. Kojuuro pun menerima ajakan Motochika, sekalian reuni teman se-geng, katanya.
-Chat-
Kojuuro Katakura
Hey, aku boleh mengajak seseorang?
C. Motochika
Tentu boleh! Kebetulan tiketnya untuk 3 orang :D
Kojuuro Katakura
Baiklah kalau begitu. Aku juga akan beritahu dia soal ini. Oh btw, aku off dulu, banyak pekerjaan. Jaa.
C. Motochika
Cie yang sibuk :v okok lah. Jaa.
-End chat-
Akhirnya, Motochika mendapat orang untuk diajaknya liburan. Dia tak sabar untuk bertemu senpai-nya, juga penasaran dengan seseorang yang akan dia ajak bersama nanti.
Bosan bermain handphone, Motochika beranjak dari kasur lalu berjalan menuju rak buku dan mengambil novel apa saja yang menurutnya menarik.
"Hm?"
Motochika melihat foto yang terselip di antara buku-buku itu. Dia memandangnya sebentar lalu kembali ke kasur untuk tidur, tidak jadi membaca novel.
"Kenapa juga ada foto dia itu di rak buku ku. Jadi nggak mood." Dari pada mood-nya jelek, Motochika pun memilih tidur.
Di foto itu terpotret dirinya bersama orang yang pernah ada dalam hidupnya 4 tahun yang lalu.
Ya, masa lalunya...
.
.
.
5 hari kemudian, hari keberangkatan.
Chosokabe dan Kojuuro bertemu di bandara. Senyum cerah menghiasi pertemuan antar mantan kohai-senpai ini. Mereka memuji satu sama lain Namun, senyuman itu tak lama, Motochika langsung membeku ketika bertemu dengan seseorang yang Kojuuro ajak.
"Nah, Chosokabe. Perkenalkan ini adikku, Date Masamune," kata Kojuuro memperkenalkan Masamune pada Motochika. Lelaki yang bernama Masamune itu pun membungkuk sopan padanya, dan...tersenyum.
Motochika jadi gugup, dia bingung harus bersikap seperti apa. Senyuman itu malah membuatnya salah tingkah. Motochika akhirnya memperkenalkan dirinya juga, "Hai, aku...Chosokabe Motochika. Senang...berkenalan denganmu."
Kojuuro merasa heran dengan sikap Motochika. Dia pun menepuk pundak temannya, "Hei, ada apa denganmu, bung."
"A-ah, aku tidak apa-apa. Jangan khawatir," balas Motochika, senyuman terpaksa pun ia tunjukkan.
Kojuuro tahu kalau ada yang disembunyikan dari Motochika. Tapi mengurungkan niatan bertanyanya. Dia mencari waktu yang tepat untuk betanya pada Motochika.
.
.
.
Motochika, Kojuuro dan Masamune sekarang sudah di dalam pesawat. Motochika beruntung mendapat kelas VIP, di perjalanan pun terasa nyaman. Selama perjalanan, pria bersurai perak dan pria bercodet di pipi kiri ini tak hentinya mengobrol, dari pekerjaan sampai jodoh. Sedangkan Masamune, dia tidur duluan. Chosokabe Motochika masih berstatus Mahasiswa, yang sedang magang di perusahaan pamannya. Katakura Kojuuro bekerja di salah satu rumah sakit terkemuka Tokyo, sebagai dokter Ahli saraf. Masamune? Semenjak lulus SMA, dia tak berniat untuk kuliah dan belum mau bekerja. Lebih banyak di rumah.
"Kau tahu, saat aku mengatakan ingin mengajak Masamune berlibur, dia sebenarnya sulit diajak," ujar Kojuuro.
"Oh, benarkah? Kenapa dia sampai seperti itu?" tanya Motochika.
"Yaah, dia mengekang dirinya sendiri, jarang keluar rumah, jarang bersosialisasi, Masamune hanya mau berbicara denganku. Di sekolahnya pun, dia selalu sendiri. Dia selalu mengatakan; 'Mereka membenciku' dan 'Aku tak pantas berteman dengan mereka'. Seperti itulah alasannya," jelas Kojuuro mengenai Masamune. Penjelasannya membuat hati Motochika sesak dan gelisah.
"Untunglah sekarang dia mau ikut. Meskipun membujuknya sangat sulit," lanjut Kojuuro.
Ribuan pertanyaan bermunculan di kepala Motochika. Mengapa pula saat mendengar penjelasan temannya begitu...menyesakkan.
.
.
.
Berjam-jam kemudian, mereka bertiga sampai di tempat tujuan, yakni Paris. Mereka pun menuju hotel dan beristirahat dari perjalanan panjang. Mereka satu kamar.
"Masamune, barang-barangku sekalian bereskan, ya. Aku mau mandi," kata Kojuuro yang cepat ngacir ke kamar mandi.
"Ish, dasar. Nggak mau ah, bereskan sendiri!" balas Masamune, nada suaranya terdengar kesal.
Kojuuro membuka sedikit pintu kamar mandi, "Aku lelah." kemudian menutup pintu kembali.
"I'm tired too! Punya kakak nyebelin banget, ya!" marahnya. Ujung-ujungnya Masamune menuruti perkataan Kojuuro dan membereskan barang-barang kakaknya.
Motochika menyimak saja pertengakaran adik-kakak tersebut, dia tertawa kecil, seru juga menonton orang yang bertengkar. "Dari dulu sikap Katakura tidak berubah. Suka menyuruh orang seenaknya, haha," katanya, dibuat setenang mungkin saat mengatakannya.
Masamune tidak merespon atau pun melihat ke arahnya, tetap sibuk membereskan barang. Masamune jaga jarak dan seperti...takut padanya?
...dia mengekang dirinya sendiri...
Terngiang ucapan Kojuuro tadi di kepalanya. Motochika menebak-nebak apa yang bisa membuat Masamune bisa seperti itu.
Ketiganya selesai membersihkan diri dan makan malam. Sekarang waktunya bagi mereka on the way ke king size bed dan alam mimpi, agar acara jalan-jalan besok lebih bugar.
"Kojuuro, aku ingin tidur di sisi," kata Masamune, mendorong Kojuuro ke tengah.
"Aku maunya di sisi. Kau di tengah saja," balas Kojuuro.
"Tidak mau tidur di tengah, nggak bebas gerak."
"Di tengah saja."
"Di sisi!"
"Di tengah."
"Di sisi!"
"Di tengah."
"Di sisi! Ngalah dong, Kak!"
Kojuuro memandangnya malas, "Di tengah."
"Hey, hey berisik! Bisakah kalian langsung tidur saja? Aku tidur di kursi saja," lerai dan tegur Motochika.
"Woh, jangan seperti itulah. Maafkan sifat Masamune yang keras kepala ini," ujar si dokter, merasa tak enak pada temannya.
"Baiklah, aku tidur di tengah." Masamune terpaksa mengalah karena tak enak juga pada Motochika. Dia pun berbaring di tengah, "Jangan menghimpitku."
"Tidak akan, tenang saja, Masamune," ucap Kojuuro.
Di sisi lain, jantung Motochika berdetak cepat. Posisinya memunggungi Masamune, dia jadi tak bisa tidur. Ada apa dengannya? Kenapa kehadiran Masamune dia jadi begini? Motochika mencoba menutup matanya dan menghiraukan hal mengganjal di pikirannya.
.
.
.
Esoknya, pagi hari.
Motochika, Kojuuro dan Masamune pergi berjalan-jalan, mengunjungi tempat-tempat menarik di Paris. Lagi, Masamune jaga jarak dengan Motochika. Kojuuro tak bisa terus memaklumi keanti sosialan Masamune. Dia juga bertujuan menjadikan Motochika sebagai teman untuk Masamune.
Mereka beristirahat di cafe Les Deux Magots, mereka memesan makanan dan minuman yang menurut mereka menarik dan enak. Seperti kemarin, yang paling sering mengobrol adalah Motochika dan Kojuuro saja, sementara Masamune sibuk dengan smartphone-nya, sambil makan.
Katakura Kojuuro merebut smartphone milik Masamune, "Makan ya makan, jangan sambil main gadget," tegurnya.
Masamune mengulurkan tangan kanannya, meminta hpnya dikembalikan, "Smartphoneku. Aku belum selesai melihat fotonya."
"Lebih baik habiskan dulu makananmu," saran kakaknya.
Lelaki bersurai coklat itu ngambek, posisi tangannya tidak berubah. Bukannya mengembalikan handphone-nya, Kojuuro memasukkan benda canggih itu ke dalam saku kemudian berdiri, "Aku izin ke belakang dulu. Chosokabe, kau ajak ngobrol dia, ya." dia pun berlalu pergi.
Masamune ingin sekali berteriak pada Kojuuro, tapi dia sadar ini di tempat umum dan pasti akan memalukan kalau marah-marah di tempat ramai seperti ini.
"Kalian sering bertengkar, ya?" tanya Motochika tiba-tiba. Masamune hanya mengangguk. "Lucu juga menonton pertengkaran kalian," sambungnya, mendapat tatapan heran dari Masamune.
"Kenapa setiap kali aku bicara padamu kau diam saja? Kau...takut padaku?" Motochika menatap Masamune lekat.
Masamune menggeleng dan menunduk sebagai jawaban.
'Apa karena waktu itu? Ah, Sial! Kenapa kejadian waktu itu teringat lagi!' rutuknya dalam Hati.
"Apa kau...masih mengingat teman semasa SMA mu?" Motochika berusaha mengajaknya ngobrol.
Diam. Masamune tak memberi respon sedikitpun padanya.
"Kalau memang tidak takut padaku, setidaknya jawab 'Ya' atau 'Tidak'. Didiamkan itu tidak enak," ujarnya, memancing Masamune untuk berbicara.
"Tidak." Masamune akhirnya merespon, "Teman saja aku tidak punya, bagaimana mungkin aku ingat."
Heran dengan ucapannya, dia bertanya lagi, "Tidak punya teman? Lalu Keiji, Ieyasu dan Yukimura kau anggap mereka apa?"
"Aku tidak kenal dengan orang-orang yang kau maksud."
"Apa? Mereka itu temanmu di SMA Basara. Jadi begini caramu melupakan teman-temanmu. Dengan menghilang selama 4 tahun!" nada suaranya meninggi.
"I don't get it. Apa maksudmu 'menghilang'? Aku benar-benar tidak kenal mereka. Dan juga aku tidak sekolah di SMA Basara!" Masamune mulai kehilangan kesabaran.
"...Masamune." Motochika menatapnya tajam.
"Kau...membuatku takut..."
Di suasana tegang seperti ini, Kojuuro datang kembali dan mencairkan ketegangan ini, "Chosokabe." pria bersurai hitam itu menepuk pundak Motochika, "Jangan membuat emosinya memuncak," sambungnya.
"Kojuuro, aku ingin pulang," ucap Masamune.
"Kita baru satu hari di sini. Chosokabe sudah berbaik hati mengajak kita ke kota indah ini."
"Nggak betah," kata Masamune datar.
Chosokabe Motochika menenangkan diri, kemudian berkata, "Maaf kalau aku membuatmu tidak nyaman. Aku hanya ingin memastikan saja, dari kemarin banyak yang mengganjal di pikiranku, dan aku orangnya juga cepat naik darah."
"Seharusnya kami yang minta maaf, ini liburan spesialmu tapi aku dan Masamune malah menghancurkannya," sanggah Kojuuro.
"Tidak apa-apa. Hei, setelah ini kita ke Museum Louvre, aku dari dulu penasaran dengan museum itu, haha." Motochika mencairkan suasana.
"Tentu. Aku juga penasaran. Ayo, Masamune."
"Hn."
Mereka menyudahi istirahatnya, ke kasir untuk membayar dan menuju Museum Louvre. Setelah sampai, mereka ber'wow' ria mengagumi kemegahan museum tersebut. Saat di dalam museum pun ketiganya terus merasa kagum. Setiap traveler yang datang ke sini tentunya akan seperti mereka.
Yang paling kagum diantara tiga orang ini adalah Masamune, dia sangat suka sejarah serta barang unik dan antik yang bernilai artistik juga masterpiece. Motochika sedari tadi menyaksikan Masamune memfoto koleksi di museum ini, bibirnya membentuk senyuman kecil.
'Deg, deg, deg'
Jantungnya berdegup kencang lagi, Motochika tak bisa mengendalikan degupannya. Rasa yang dulu ia buang, kini hadir kembali di hatinya. Motochika benci momen seperti ini, dimana dia harus mati-matian menyembunyikan perasaan sesungguhnya.
Orang itu berbalik, berjalan ke arahnya. Semakin dekat ia melangkah, Motochika semakin gelisah. Masamune tepat di depannya.
"Fotoin aku di dekat lukisan itu," ucapnya meminta untuk difoto pada...Kojuuro.
Ah, ternyata di sebelahnya ada seorang Katakura Kojuuro. "Oh, baiklah, mana kameranya?"
"Nih. Harus bagus ya hasilnya." Masamune menyerahkan kamera kepada Kojuuro.
"Iya, hasil jepretanku selalu bagus, kok."
"Sombong~"
"Cepat pose sana. Nanti lukisannya keburu luntur," canda Kojuuro.
"Maunya full body," pinta Masamune.
"Iya. Punya adik bawel banget, ya."
"Punya kakak nyebelin banget, ya."
Lelaki bersyal biru itu berdiri di dekat lukisan, Kojuuro pun memfoto Masamune. Tak hanya Kojuuro, Motochika juga ikut memfoto lelaki itu. Secara refleks kamera Motochika men-zoom dan memfokuskan ke wajah Masamune saja.
Lelaki yang difoto itu melihat hasilnya. Semua fotonya bagus, Masamune meminta untuk difoto lagi dan lagi, hal itu membuat Kojuuro facepalm. Motochika gemas sendiri melihat kelakuan Masamune.
Jauh di lubuk hatinya, tersimpan penyesalan terbesar dalam hidupnya.
.
.
.
Langit semakin gelap, suhu semakin dingin. Ketiganya pun memutuskan kembali ke hotel. Orang pertama yang menjatuhkan tubuhnya ke kasur adalah Masamune, dia benci suhu dingin, alasan Motochika dan Kojuuro ke hotel pun karena Masamune juga. Motochika mendapat informasi dari Kojuuro kalau sistem kekebalan Masamune lemah dan tidak tahan akan suhu dingin. Motochika mengerti kondisinya, dia juga tak keberatan.
Lagi-lagi Kojuuro dibuat facepalm, pasalnya Masamune naik ke kasur tanpa membuka sepatunya, Kojuuro pun melepas sepatu milik Masamune dan menyelimuti dirinya yang kedinginan. Motochika merasakan panas saat melihat temannya perhatian ke Masamune.
"Katakura," panggil Motochika.
"Apa?" sahut Kojuuro, selesai membereskan pakaian Masamune yang sudah tidur duluan.
"Aku mau mengetahui sesuatu darimu. Tentang...Masamune," ucapnya serius.
"Tentang Masamune? Boleh saja."
"Tapi jangan di sini, nanti Masamune terganggu."
"Bagaimana kalau di cafe dekat hotel saja?" saran Kojuuro, "Jujur, aku belum puas menikmati pemandangan kota Paris di malam hari," lanjutnya.
"Tentu. Tapi, dia tak apa-apa ditinggal sendiri?" Motochika khawatir jika Masamune sendirian di kamar.
"Tidak apa-apa. Aku sudah menyalakan penghangat ruangannya kok," respon temannya kalem.
"Baiklah kalau begitu. Otw-in ke cafe."
"Ok."
Di cafe
Suasana kota Paris masih ramai meski sudah larut malam. Motochika dan Kojuuro menikmati kopi hangat beraroma nikmat.
"Jadi, kau ingin tahu tentang Masamune?" Kojuuro membuka pembicaraan.
"Ya. Mungkin to the point saja," ucap Motochika. Dia harap segala yang mengganjal di pikirannya menghilang.
Kojuuro hanya mengangguk.
"Katakan padaku, kau tak ada hubungan darah dengannya, 'kan?" tanya Motochika intens.
Temannya terkejut oleh pertanyaan pria bertubuh tegap itu. Dia pun menjawab, "Iya. Sebenarnya kami tidak ada hubungan darah, alias dia bukan adik kandungku."
"Sudah kuduga. Aku tahu pasti dia bukan adikmu."
"Bagaimana bisa kau mengetahui kalau dia bukan adikku?" Kojuuro balik bertanya.
"Di keluarga aslinya, Masamune tidak punya kakak. Dia hanya punya satu orang adik."
Kojuuro tambah terkejut oleh perkataan temannya. Dia bersyukur kalau ternyata Masamune mempunyai keluarga. "Kau...pernah dekat denganya?" tanya Kojuuro lagi.
"Ya. Masamune temanku saat SMA, aku orang yang paling dekat dengannya. Tapi mengapa saat kami bertemu lagi setelah 4 tahun menghilang, dia melupakan teman-temannya, termasuk aku?"
"Menghilang?"
"Kumohon beritahu aku, Katakura. Apa yang terjadi padanya? Melihat dia terbaring lemah seperti tadi membuatku sakit!"
"Woh, Chosokabe tenangkan dirimu dulu."
Beberapa menit kemudian Motochika kembali tenang seperti semula, lelaki itu menarik napas panjang, dia menggumamkan sesuatu, "Aku baru sadar arti perasaan ini, kemana saja aku 4 tahun yang lalu? Waktu itu aku terlalu mengabaikannya..."
"Chosokabe..?"
"Aku mencintainya..."
"..." Kojuuro terus mendengarkan apa yang akan dikatakan Motochika.
"Masa laluku...Date Masamune..."
To Be Continued
A/N : Hollaaa, readers *lambai2 tangan* dah gitu aja *dinuklir*
saya kembali lagi~ membawakan fanfict MotoMasa yang ke...errr... ._.) *digebug*
untuk sementara rating T hehehe *tawa lucknut* rating akan berubah sesuai konten yang tersedia(?) di cerita.
okok! cukup ngemengnya. Review, kritik dan saran saya terima.
See You~
