Wig merah? Check.

Lensa kontak berwarna hijau? Check.

T-shirt longgar? Check.

Celana panjang bahan jeans? Check.

Ransel?

Tunggu, ranselnya tidak ada. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling, berharap menemukan ranselnya tergeletak di sudut-sudut kamar atau yang lainnya, tapi tidak ada. Mengerikan.

"Hina—Takumi? Sudah selesai, belum?" seruan perempuan mampir di telinganya.

"Tunggu sebentar, ranselku belum ketemu."

Ransel indigo sialan itu akhirnya ditemukan juga. Sang pencari menggeleng gemas kemudian menyambar ranselnya. Ia menyusul si perempuan keluar dari kos-kosan menuju kampus mereka.


Sexchange

(Naruto and both of chara belong to Masashi Kishimoto)

-Aya pinjem doang, yak, Om Kishi^^-

(Warning: OOCs, sudut penceritaan pindah-pindah)

(Pairing: GaaHina)

(Rated: T... semi M?)


Wig indigo? Check.

Lensa kontak cobalt? Check.

T-shirt longgar lengan pendek? Check.

Rok selutut? Check.

Ransel?

Oh my Jashin, ranselnya di mana? Sang pencari ransel pusing sekarang. Ia membongkar-bongkar lemari penyimpanannya, tapi ranselnya tidak ada. Kemudian ia sadar, ransel gendutnya tidak mungkin muat dalam lemari penyimpanannya tersebut—laci-laci mungil tempat menaruh scrapbook dan semacamnya. Ah, bodohnya.

"Gaa—maksudku, Haruka! Ayo cepat!" teriakan cempreng seorang pemuda yang sudah menunggu di depan pintu nyaris membuat telinganya pengang.

"Baka, makanya sabar sedikit. Ranselku belum kelihatan."

Ransel lecek berwarna marun itu akhirnya tertangkap basah juga, sedang bersemayam manis di bawah kolong meja belajarnya. Sialan! Ia menyusul si pemuda yang masih setia menunggunya dan bergegas pergi ke kampus mereka.

.

.

Tato kanji yang tersampir di kening gadis itu sedikit mengerut manakala melihat beberapa mahasiswa bernarsis ria di depan ponsel berkamera mereka. Ada yang gaya monyong-monyong, lah, ada yang melindungi jidat lebarnya, lah, dan lain sebagainya. Eit, bukan berarti ia tidak respek dengan kekreatifan style mahasiswi dalam dunia fotografi, melainkan tontonan seperti itu justru jadi semacam hiburan untuknya—mengakibatkan tawa terpingkal-pingkal yang berakhir pada jitakan di kepalanya. Tapi ia sedang tidak terhibur dengan apapun, bahkan misalkan mahasiswi [sok] imut itu bergaya lebih imut lagi di depan ponsel.

Benarkah ia seorang gadis? Wajah juteknya, tubuhnya yang tinggi semampai dan ekspresinya yang nyaris tidak berbentuk. Dataaar saja. Dan mata yang terlapisi lensa kontak cobalt sungguh menginginkan kebebasan untuk beberapa saat. Paha yang selalu bersentuhan dengan bahan rok terkadang membuat kulitnya gatal.

Anggap saja ia seorang gadis. Namanya Arizume Haruka, mahasiswi Fakultas Psikologi yang konon kabarnya, belum pernah pacaran dan masih jomblo. Entahlah, apa mungkin ada kandidat pacar yang bersedia menerimanya apa adanya dan mengabaikan segala ke-emotionless-an si gadis bertato kanji ini? Masa bodoh. Toh ia pun tak peduli.

Sepertinya lebih baik ia melajang, daripada pacarnya nanti menyesal.

"Haruka-chan, sst," panggil pemuda bermata safir di sampingnya. Namanya Uzumaki Naruto. Teman terdekatnya. "Perhatikan penjelasannya. Sst."

Ah, bagi Haruka sendiri, penjelasan sekarang ini tidak begitu penting. Di depan kelas ada mahasiswa bernama Kuro Takumi dan mahasiswi bernama Haruno Sakura yang sedang mempresentasikan makalah skripsinya. Kuro Takumi, mahasiswa dengan lensa kontak hijau dan rambut merah terbakar—cukup menarik buatnya. Sayang, pemuda itu cukup pemalu dan introvert. Tertutup gitu, maksudnya.

Sebentar. Tumben banget seorang Uzumaki Naruto begitu amat sangat memerhatikan presentasi di depannya. Demi mendapat reputasi bagus, nilai memuaskan, atau agar menarik perhatian Haruno Sakura si gadis pink, ya?

.

.

"Sakura-chan, merhatiin apa, sih?" gerutu sang pemuda berlensa kontak hijau. Warna mata asli atau hanya lensa kontak, ya?

"Oh... t-tidak, kok... Duh, gomennasai, aku jadi nggak memerhatikan presentasi, ya?" yang ditanya malah berceletuk. Entah makan apa semalam, gugup si pemuda malah berpindah pada partner kuliahnya—alias si gadis pink—alias Haruno Sakura.

Si pemuda hanya mengangkat bahu.

Kelihatannya, Sakura terkesima akan cowok yang paling pirang dan paling periang di angkatannya, yaitu Uzumaki Naruto. Tapi, Sakura menjaga gengsinya tetap selangit, demi menyelamatkan predikatnya sebagai cewek ter-pinky—eh salah—terberingas di angkatannya. Partner-nya sih manut-manut saja.

Kali ini, giliran Uzumaki Naruto dan pasangannya Arizume Haruka yang menyampaikan presentasi. Bukan, bukan pasangan berarti pacaran. Entahlah. Yang jelas, mereka amat dekat... tapi hubungannya hanya sebatas teman satu jurusan. Siapa tahu, di balik layar mereka sudah berpacaran. Si pemuda berlensa kontak hijau terkikik kecil. Haruka yang emotionless tentu tidak serasi dengan Naruto yang hiperaktif.

"Btw," bisik Sakura setelah bisa mengontrol inner-nya. "Sampai kapan kamu mau berpakaian seperti ini?"

"Seperti... a-apa?" tanya si pemuda—Kuro Takumi—tidak mengerti.

"Seperti Kuro Takumi," bisik Sakura lebih pelan dari tadi.

"Oh," Takumi tertegun. "Aku tidak tahu... Mungkin, s-sampai suasana sudah aman." Yang berarti, "kekerasan hatiku sudah melunak."

Anggap saja pemuda ini adalah Kuro Takumi, masih jomblo. Mahasiswa Fakultas Psikologi. Semua sudah tahu bahwa mata jade-nya hanya lensa kontak, tapi belum ada satupun yang tahu warna mata aslinya. Tapi itu bukan masalah.

.

.

17.58

"Gaara, cepetan ganti bajunya!" teriak Naruto yang sedari tadi hanya cengo menunggu sahabat karibnya sedang berganti baju di toilet Konoha Central Plaza. Terdengar erangan marah dari dalam.

Bukan itu masalahnya, melainkan Naruto yang ngeri mendapati toilet ini terletak jauh di pojok plaza, sedangkan suasana di sekitarnya sunyi senyap. Tidak ada yang memakai toilet selain mereka. Hal itulah yang membuat Gaara leluasa berganti kostum di toilet wanita. Namun di mana pun tempatnya, tetap saja yang namanya ganti kostum itu lama.

Eh? Kostum?

"Makanya, sifat sabar itu dipelihara," komentar seorang pemuda yang baru keluar dari toilet. Kini, Arizume Haruka telah berubah menjadi Sabaku no Gaara.

Sweater marun yang membalut tubuhnya tidak berubah, tapi rok selutut bermotif kotak-kotak tersebut kini menjelma menjadi celana jeans panjang yang pas dengan tubuhnya. Tidak ada lagi rambut indigo tergerai panjang berponi rata, tergantikan dengan rambut merah darah acak-acakan khas Gaara. Mata cobalt berkat lensa kontak berubah menjadi mata jade yang menatap sekeliling dengan datar.

Hanya satu yang sama—ekspresinya tetap datar.

"Nah, begitu lebih baik," Naruto tidak memedulikan perkataan Gaara barusan. "Ayo balik!"

.

.

"Fiuhh. Hampir saja kita ketahuan orang-orang tadi," Sakura menarik nafas lega.

Takumi mengangguk, mengajak Sakura keluar dari tempat persembunyiannya. Toilet sepi. Setelah dirasa aman dari khalayak umum, Takumi masuk ke salah satu bilik toilet dalam toilet laki-laki di salah satu sudut Konoha Central Plaza. Tempat shopping yang terkeren untuk saat ini. Tapi Takumi tidak ingin shopping, melainkan berganti kostumnya yang sedari tadi digunakan.

Sakura diminta untuk berjaga-jaga, kalau-kalau ada orang lewat. Ia menunggu dengan sabar sembari membaca majalah wanita yang diam-diam dibawanya. Sakura menangkap salah satu headline pada majalah.

Seks Bebas Kian Merajalela

"Judulnya nggak sedap dipandang," Sakura bergidik. Ia mencari berita lain.

Hot News: Seorang Pemuda Menikahi Tiang!

"Alamak," Sakura melotot. Hilang sudah seleranya membaca. Ia menutup kembali majalah itu kemudian memasukkannya ke ransel.

Suara pintu bilik toilet terbanting terdengar, kemudian muncul seseorang dari dalam toilet.

Kuro Takumi telah berubah menjadi Hyuuga Hinata. Tidak ada lagi rambut merah terbakar, terganti dengan indigo sepunggung tergerai manis di bahunya. Celana jeans yang lebih ketat menggantikan celana jeans gombrong yang tadi dikenakannya. T-shirt longgar melorot itu masih tetap di tempatnya.

"Sakura-chan, a-pa aku lama?" tanya Hinata gugup.

"Tidak, justru amat cepat," geleng Sakura. "Ayo, kembali ke habitat kita." Ia menggandeng telapak mungil Hinata dan menariknya ke tujuan asal mereka. "Lebih lama dari ini dan ibu kos akan marah."

.

.

Gaara heran melihat Naruto menyantap ramen yang sepertinya tidak ada habis-habisnya. Bukan, bukan tidak pernah habis, melainkan Naruto yang selalu minta tambah. Mungkin si pirang tengah mengidap ramen freak tingkat akut. Gaara yang sedari tadi hanya memesan seporsi ramen, itupun hanya seporsi kecil, mulai malas bertahan di Kedai Ichiraku ini lebih lama lagi.

"Naruto, ayo pulang," pinta Gaara pelan.

"Ayame, seporsi lagi, ya!" celetuk Naruto tiba-tiba. Ia tidak mendengar permintaan Gaara.

"NARUTO! KAU DENGAR AKU, TIDAK?" teriak Gaara pias.

Naruto tergelak-gelak. "Wah, akhirnya seorang Sabaku no Gaara bisa teriak sekeras itu, ya?" celetuk Naruto polos. Namun, saat melihat air muka Gaara yang kembali datar seperti biasa, ia ciut juga. "Gomen, Gaara. Ramen ini enak sekali."

.

.

18.20

Hinata sedang berkutat pada tugas dari Kurenai, salah satu dosennya. Ia meminjam laptop Sakura untuk itu, karena laptop-nya sedang diservis. Sehingga ia kemungkinan harus menginap semalam di kamar kos Sakura.

"Sakura-chan, boleh lihat contoh laporan yang diminta Kurenai-sama, tidak?" pinta Hinata.

Namun, tidak ada jawaban. Hinata menoleh pada Sakura yang ternyata sedang sibuk senyum-senyum sendiri sambil menatap langit kamar.

"Sakura-chan," panggil Hinata lembut.

Tetap tidak ada jawaban.

"SAKURA-CHAN!" teriak Hinata putus asa.

"A-apa?" tanya Sakura buru-buru. Setelah berhasil mengendalikan kekagetannya, ia justru nyengir. "Ternyata seoramg Hyuuga Hinata bisa teriak sekeras itu, ya?" godanya. Hinata memerah karena gemas. "Ada apa?"

Ada apa? Hinata melotot. Sebenarnya otak Sakura sedang melanglang buana ke mana, sih tadi? "B-boleh lihat contoh laporan yang... diminta Kurenai-sama, tidak?" ulang Hinata. Mencoba sesabar mungkin pada gadis pink satu ini.

"Tentu saja. Ada di folder pribadiku—tahu kan, namanya?" Hinata mengangguk. Setelah insiden memalukan tadi terlupakan, Sakura merebahkan kepalanya ke atas bantal kembali dan senyum-senyum lagi.

Hinata hampir tersedak saat mengetahui nama folder pribadi Sakura adalah...

AwwWh I WuUvv HiiM SoO MuCH!

.

.

sexigurl1243: hi

Notagal: hi

sexigurl1243: u sexi

sexigurl1243: wanna sex cam wif me

Notagal has left the chat.

Brak! Refleks, Gaara membanting laptop Naruto yang sedang dipinjamnya. Untung jatuh ke atas kasur. Dasar perempuan murahan, menjual dirinya kepada setiap orang secara online. Ia memutuskan tidak tergoda keinginannya berselancar di dunia maya hari ini, kembali serius pada tugasnya.

Naruto tadi keluar, entah ke mana. Mungkin membeli seporsi—salah—lima porsi ramen lagi untuk mengganjal perutnya yang tidak pernah kenyang akan ramen itu. Awas Naruto, kau bakal sakit perut nanti, pikir Gaara dalam hati.

Wah, Kurenai menyebalkan. Gaara akan begadang semalaman untuk mengerjakan tugas darinya. Padahal ia butuh tidur cukup karena setiap hari pun, aktivitas kuliahnya memang amat melelahkan. Lupakan.

Hmm, satu pop up permintaan chatting muncul di browsernya. Sambil memikirkan segala resiko yang ada, Gaara menekan Accept.

.

.

LadyHyuu: hi!

Notagal: hi

LadyHyuu: I found you on my online latest-chat list.

Notagal: mmhmm.

LadyHyuu: seem you're a good person. what's name?

Notagal: ASL?

LadyHyuu: :) 19/F/Jap

Notagal: kenapa tidak bilang dari tadi, bodoh.

Notagal: kalau begitu, kau tidak perlu bicara bahasa Inggris seperti tadi.

Tidak muncul jawaban untuk beberapa saat. Seketika Gaara menyesal karena membalas terlalu kasar, padahal sang "LadyHyuu" sudah menyapanya dengan ramah.

LadyHyuu: baiklah. wbu?

Notagal: 19/M/Jap

LadyHyuu: wow. tunggu sebentar.

Dasar kebetulan. Citra muncul dalam benaknya; "LadyHyuu" yang kembali ke kamarnya dengan segelas air di tangan, menghampiri laptop dan mulai mengetikkan balasan untuknya.

LadyHyuu: apa kamu kuliah?

Notagal: ya. University of Konoha.

LadyHyuu: bagus. itu universitas yang bergengsi. fakultas apa? kalau aku, Psikologi.

Notagal: siapa namamu?

LadyHyuu: Hinata :) nice to meet ya.

Notagal: hmm, pretty. namaku Gaara.

.

.

07.57

"Hei, kau tahu? Proyek itu..." perkataan Sakura menggantung.

Sudah menjelang siang dan gerombolan mahasiswi di belakang mereka masih ribut bergosip. Tentang cowok? Fashion launching terbaru? Yang jelas, hanya sedikit di antara mereka yang menyebut-nyebut kata 'studi' atau 'proyek'. Takumi yang ada di sebelah Sakura menunggu lanjutan kalimatnya dengan sabar.

"... Aku akan bekerja sama dengan si pirang itu!" sambung Sakura, lirih nyaris tidak terdengar.

Wajahnya memerah karena semangat—atau malah malu. Takumi maklum, ini pertama kalinya Sakura jatuh cinta, well. Sama si pirang bermata safir yang amat sangat hiperaktif dan menurutnya amat sangat tampan itu? Untuk ukuran gadis se-'royal' Sakura, masih ada kali', cowok yang lebih nggak pecicilan dikit. Misalnya, Chouji Akamichi, mungkin?

Namun, dirasakannya satu kejanggalan.

"Sakura, s-siapa yang mengatur siapa-dengan-siapa untuk studi ini?" tanya Takumi bingung. Kalau Sakura saja dipasangkan dengan Naruto, ia dipasangkan dengan siapa? Seantero kelas juga tahu, Takumi cuma nyaman berteman dengan Sakura. Ia tertutup untuk anak lain.

"Kamu tidak tahu?" Sakura menutup mulutnya karena terkejut. "Sang 'ketua kelas'," Sakura menuding pada mahasiswa bernama Nara Shikamaru yang sedang tertidur pulas di mejanya—entah karena terlalu malas mengikuti kuliah kali ini atau memang mengantuk—"memasangkan kamu dengan Arizume Haruka. Mahasiswi emotionless itu."

JGERR! Petir di otak Takumi—atau lebih tepatnya, di otak Hinata.

Wah, Shikamaru minta ditabok, nih.

.

.

To be continued.


*) ASL? = Age, Sex Location?

Nyahaha, iseng bikin fict lagi, padahal yang Teman Khayalan belom diselesain X)

Btw, bagi yang belom jelas;

Hyuuga Hinata menyamar jadi cowok dan memakai nama Kuro Takumi. Tapi sifatnya sih gak jauh beda, tetep pemalu-pemalu juga. Dia pake wig pendek warna merah dan lensa kontak warna jade, buat nutupin mata lavendernya.

Sabaku no Gaara menyamar jadi cewek dan memakai nama Arizume Haruka. Sifatnya tetep pendiam dan kadang-kadang kasar. Dia pake wig panjang warna indigo berponi rata dan lensa kontak warna cobalt.

Maaf masih terlalu pendek. _ _

Kritik dan saran boleh banget. Oh iya! Karena Aya bukan mahasiswa, jadi minta pengalamannya dong buat reader/author yang udah kuliah. Soalnya bikin fict universitas gini agak ribet dan hanya bermodalkan cerita gila dari Okaa-san semasa kuliah X)

Review?