Di mana mereka muncul, mereka selalu bersanding, dalam dua dunia yang berbeda, dengan satu 'identitas'. Berbeda jiwa dan tubuhnya, namun mereka selalu 'sama'. Tidak ada hubungan unik selain dari mereka itu. Bagi mereka berdua, itu adalah sebuah siksaan. Namun, apakah yang ada di dalam pikiran mereka, ketika mereka mengetahui bahwa mereka sama-sama lahir bukan dari dalam rahim ibu-nya, apalagi keduanya ternyata memiliki identitas yang 'sama', sebagai German? Apakah mereka akan saling menyakiti? Ataukah mereka justru menginginkan sesuatu yang berbeda?
.
.
.
Hetalia ~ Robotic and Angelic's Existence
Retrace 01 : Prologue – The Begins of the Conflict.
© Axel 'Sverige' Oxenstierna / Lee Chuin Honda-Kirkland / L'Anse-Saint-Jean
A/N : Halo, author gila ini datang lagi, untuk membayar hutang ff yang di-request sahabat teman RP-ku~ masih untung pas maen ECO SAGA 10, aku nemu salah satu ras yang udah di-input ke program ECO, yaitu DEM, ras robot gitu lohh… Apalagi ceritanya juga lumayan menyakitkan, antara Tita dengan DEM atasannya itu =_=a jadinya gue pengen coba mengkombinasikannya LOL~ di sini aku membuatnya jadi konflik antara PrussWest dan AmeRuss. (sebagai saingan tentunya, tidak ada unsur romatis sama sekali. Jika Anda menyukai unsur romantis, silakan angkat kaki dari fic saya ini!)
Happy Reading! With the love, Jeanne-Guillemette d'Bonnefay / Feliks Łukasiewicz #WOIWOI
Flame PROHIBITED. Yang ng-flame mending tenggelam ke palung Izu SANAAA! Gue gak terima FLAME!
[ Disclaimer : Hetalia © Hidekazu Himaruya selamanya!, WARNING : OOC, AU, DLDR, typo, gaje-abal, cuma FIKSI semata, tidak ada maksud menjelek-jelekkan PBB dan hanya saja dijadikan begini demi kelancaran plot / cerita semata. ]
[ Nama lain Gilbert Beilschmidt : Yurikov Gzelstevy, nama lain Ludwig Beilschmidt : Malsche Krüsschvary, Romania – Constantin, Yung-min – Staffnya Wang Yao, Liung-dzi – Mongolia, Fang Shuhei – Singapore, Sanya dan Melvina Halilović – Bosnia dan Herzegovina, Julius Adamec – Serbia. ]
.
.
.
Di Moskow, Russia…
A.D 2114, di mana kala semua nation-tan sudah terlampau maju, bebarengan juga dengan Nesia yang sudah memasuki era yang sangat modern ini. Namun, di antara semua kebahagiaan yang sudah diraih secara maksimal oleh para nation-tan, ada saja yang masih terlunta-lunta dalam penderitaan yang panjang.
Tahun itulah juga, Ivan Braginski sang Russia, akhirnya memutuskan untuk menciptakan sesuatu yang agak gila. Di saat personifikasi German sedang tidak ada karena personifikasi terdahulu-nya sudah tiada dan calon personifikasinya sudah hilang rimbanya duluan pada tahun yang hampir bersamaan dengan tahun dimana sang personifikasi German terdahulu telah tiada, dan untuk sementara itu posisi personifikasi itu diganti oleh kanselir German sembari menunggu pengganti yang tepat, Ivan malah ingin menciptakan proyek bio-robotic alias robot hidup yang benar-benar seperti manusia.
Meski begitu, di dalam tubuh bio-robotic itu tetaplah sebuah mesin canggih, yang bukanlah seorang 'makhluk hidup'. Ia adalah ciptaan para manusia, yang menciptakannya.
Tepatnya, di Moskow, terlihatlah Ivan yang sedang berjalan dengan pelan, namun terdengar sangat mengerikan, apabila dikombinasikan dengan dinginnya cuaca musim dingin di negerinya yang selalu abadi diselimuti salju. TAP TAP TAP. Ivan lalu berjalan menghampiri sebuah gedung biasa – yang benar-benar terlihat seperti gedung pemerintahan biasa.
Namun, apa yang dimasukinya bukanlah gedung pemerintahan biasa. Memang, gedung itu dirancang untuk menjadi tempat bekerja para staff bagian keuangan, namun apa yang ada di bawah gedungnya bukanlah tanah, sebagaimana yang kalian pikirkan. Ya, di bawah gedung itu ada sebuah laboratorium raksasa dan paling rahasia yang pernah ia dirikan bersama boss-nya.
Ivan lalu memasuki ruang tamu, lalu ruang kerja para staff tersebut. Mereka (para staff) langsung menunduk hormat padanya, dan segera memberinya jalan. Mereka tahu bahwa tujuan Ivan ke situ bukanlah hanya sekedar beramah-tamah, melainkan pergi ke ruangan itu. Mereka kerap menemuinya bersama para bossnya menuju ke sana. Tidak salah lagi, batin mereka yakin.
Ketika Ivan sudah sampai di dekat lift, ia segera menyadari bahwa ada seseorang yang terlihat sedang menungguinya. Bersamaan dengan itu pula, pria tua itu langsung menoleh ke arahnya, seraya tersenyum dan membungkuk di depannya dengan elitnya.
"Oh kau sudah ada di sini. Prussia Project sudah 90 persen selesai." ujar seorang lelaki berusia sekitar lima puluh tahun-an, yang terlihat sedang menungguinya di depan lift yang ada di samping ruang kerja para staffnya.
Ivan lalu memasang seringaian di balik wajah dingin dan penuh intimidasinya, dan berkata lagi dengan nada penuh antusias, "Oh ya? Bagaimana dengan chip itu? Apa sudah disiapkan dengan sebaik-baiknya? Kita harus memberi hadiah terbaik untuk kanselir payah itu. Dan jangan lupa–."
"Ya, saya mengerti. Semuanya demi Anda dan para boss Anda. Kita tidak boleh melupakan dendam kesumat kita yang terpendam selama satu abad lebih. Marilah, saya antarkan Anda ke ruang bawah tanah, Tuan Braginski…"
.
-00-
.
Di Washington DC, Amerika Serikat…
Di ruang rapat besarnya di Gedung Putih, seorang pemuda berambut pirang dan berkacamata, terlihat asyik memakan hamburgernya dengan rakusnya. Para pejabat Amerika Serikat yang lagi duduk di meja yang tersedia di ruangan itu, sudah kerap dibuat pusing oleh pemuda yang satu ini. Hadeh, kenapa nggak sekalian dipecat aja nih orang?
Tiba-tiba dari mulut pintu terbukalah daun pintu, dan terdengarlah sudah derap langkah seseorang. Eits, koreksi, beberapa orang, karena beberapa diantaranya menyusul mendampingi seseorang yang terlihat sangat berwibawa di mata pemuda penyuka hamburger itu beserta para pejabatnya.
"Good morning." sapanya lembut.
Para pejabatnya, minus pemuda penyuka hamburger itu, langsung berdiri dari kursinya masing-masing dan menundukkan punggungnya seraya serempak membalas sapaannya, "Good morning, Mr. President."
"Thank you. Alfred, apakah Anda sudah puas dengan itu?" sindir pria berusia kurang lebih lima puluh tahun-an juga, sembari menatap pria penyuka hamburger itu dengan sinisnya. Pria yang hobi memakan hamburger itu, langsung tersadar begitu mendengar Mr. President ngomong sekenanya.
Pria bernama Alfred itu, langsung berdiri paling akhirnya, sambil berkilah, "Ah Anda bisa saja, Mr. President. Nah sekarang, langsung aja ke pusat masalahnya. Aku nggak mau diulur-ulur, pekerjaanku banyak sekali."
"Baiklah. Kalian, please keluar dari Ruangan Oval ini sekarang."
Para pengawal yang bersama Mr. President itu, langsung menggangguk pelan dan mengundurkan diri mereka masing-masing dari hadapan Mr. President. Dua pengawalnya langsung menutup kedua daun pintunya dengan elitnya. KLEK. Terdengar suara pintu ditutup dengan sopannya.
Mr. President lalu beralih dari mulut pintu tersebut ke hadapan para pejabat dan Alfred itu, sembari berujar lagi dengan nada tegas dan datar, plus serius, "Semuanya, silakan duduk. Perlu kalian ketahui, pihak Russia hendak merencanakan sesuatu yang sulit dipahami. Dan ini berkaitan dengan Prussia Project. Kita tidak bisa membiarkannya, apalagi tidak mendakwakan bahwa mereka telah menciptakan proyek bio-robotic."
"Kita sendiri juga begitu kan?" sela Alfred yang mulai menampakkan wajah seriusnya, walau masih duduk dengan posisi yang sedemikian tidak sopannya. Mr. President hanya bisa terdiam ketika disogok dengan pertanyaan tajam olehnya.
"Well, ya."
Alfred mendengus puas, lalu berhenti melakukan aktivitas kesukaannya, seraya berujar dengan nada agak dingin dan terlihat senang, "Mr. President, kurasa kita telah menyulut Cold War II… Kita lihat siapa yang untung, dan siapa yang sial… Tidak bisa kutahan adrenalin liarku ini, dan marilah kita membesarkan Angelic Project melawan Prussia Project…"
.
-00-
.
Di Moskow, Russia, 3 bulan setelahnya, tahun 2115…
Ketika Ivan sedang asyik-asyiknya mengerjakan tugas-tugas resmi yang sedang menumpuk dengan suksesnya di awal musim semi pada A.D 2115, sebuah panggilan masuk sedang berdering di depan telepon kantornya. Ivan langsung mengangkat gagang teleponnya dengan cepat.
"Ini kantor Ivan Braginski, da. Ada apa?"
Di seberang, terdengar suara yang tenang dan penuh dengan pengharapan, akhirnya membuka suaranya, "Ya, Ivan. Cobalah ke sini segera, para boss-mu juga sudah ada di sini. Prussia Prjoect siap diluncurkan. Kita berharap agar balas dendam kita kepadanya bisa dilaksanakan dengan lancarnya."
Ivan mengulum seringaian puas pada wajahnya, lalu berujar lagi melalui telepon gagangnya, "Ya, tunggu di sana, da. Aku akan memanggil Natalya dan Yekaterina ke sana. Apa boleh? Kupikir mereka akan mendukungku untuk menciptakan Prussia Project ini?"
Suara di seberang teleponnya segera memberikan tanda setuju, "Tentu saja."
-00-
Sesampainya di gedung pemerintahan bagian administrasi Republik Russia, Ivan beserta Natalya, sang Belarus, dan Yekaterina, sang Ukraine, segera menghampiri ruang tamu gedung tersebut, lalu ruang kerjanya. Para staff lagi-lagi memberinya jalan sembari menghormat, plus seorang pria tua berusia lima puluh tahun-an yang tiga bulan yang lalu ditemuinya.
Pria tua itu lalu bergumam dengan pelan, "Silakan, Tuan Braginski, Nona Arlovskaya dan Nona Braginskaya. Apa perlu saya antarkan ke bawah sekali lagi, atau saya yang akan turun paling akhir?"
"Lebih baik Anda bersama kami, da."
"Baiklah." Pria tua itu langsung membimbing mereka bertiga menuju lift yang sepintas terlihat biasa, namun begitu mereka memasuki lift itu, lift itu memang memiliki dua pintu yang terletak pada arah yang berlawanan. Plus, lantai yang tersedia bukan cuma lantai underground atau bahkan basement, melainkan lantai PP3 alias Prussia Project 3.
Itu dikarenakan lantai yang berada di atas lantai PP3 sudah dipakai untuk project lainnya. Bedanya, project-project tersebut sayangnya bukan merupakan bagian dari Prussia Project. Mengapa angka tiga disematkan juga pada Prussia Project? Ini disebabkan proyek mahaluarbiasa itu sudah mencapai tingkat final. Itulah sebabnya.
Kreek. Pas pintu lift mulai dibuka sejak mereka turun ke lantai PP3, Natalya dan Yekaterina hanya bisa terbengong-bengong, saking syok dan terkesiapnya. Di depan mata bening mereka berdua sudah nampak sebuah tabung raksasa berukuran tinggi sekitar dua puluh meter dengan diameter kurang lebih lima meter. Di dalam tabung raksasa itu terisi dengan cairan-cairan yang mendukung hidup sebuah ciptaan baru milik Russia.
Seorang pemuda yang bukanlah makhluk hidup.
Pemuda yang kelak akan memegang kendali sebagai personifikasi dari German begitu dia akan dihidupkan untuk pertama kalinya.
Pria tua itu lalu menoleh ke Natalya dan Yekaterina seraya menyambut mereka sekali lagi, dengan seringaian plus rasa bangganya terhadap tanah airnya, "Sekali lagi, selamat datang di proyek Prussia Project…"
.
-00-
.
Di Washington DC, Amerika Serikat, tahun 2115, hampir bersamaan dengan kedatangan Ivan dan kawan-kawan ke laboratorium raksasa dan paling rahasia Prussia Project…
Mr. President terlihat sedang mengerjakan tugas-tugasnya dengan santainya di pagi hari. Namun, ketenangannya seolah sudah rusak diretakkan oleh kehadiran, atau lebih tepatnya kehebohan yang terjadi setiap kali 'dia' membukakan pintu ruang kerjanya. Dasar anak yang nggak tahu sopan santun, batin Mr. President agak dongkol.
BRAK! Tiba-tiba kedua pintu yang menutupi ruang kerja Mr. President langsung saja dibantingnya, sehingga memperlihatkan keadaan yang nggak sedap, yaitu seorang pemuda berkacamata dengan kedua daun pintu yang sudah rusak dengan elitnya.
Pria muda itu langsung berteriak dengan kencangnya, "BERITA HEBAT, MR. PRESIDENT! ANGELIC PROJECT SUDAH SERATUS PERSEN SELESAI! AYO LIHAT RUANGAN ITU, PAK! UDAH BURUAN!"
"Benarkah?" Mr. President mengulum senyuman di depan pemuda itu, lalu berdiri dengan elitnya sembari berjalan mendekati pria tersebut, dan berbisik pada telinganya, "Bawa aku ke sana. Aku juga ingin lihat seberapa tangguhnya 'dia'. Ayolah, Alfred."
"Baiklah, Mr. President!"
-00-
Sesampainya di laboratorium raksasa di Universitas California, suara derapan-derapan langkah kaki yang terdengar memburu-buru, bergema di sana dengan hebatnya. Banyak mahasiswa-mahasiswi langsung mencibir tentang keberadaan para pejabat pemerintahan Amerika Serikat di Universitas kebanggaan dan milik Amerika ini. Ada gerangan apa mereka mau berkunjung ke sini? Begitulah pertanyaan yang mengusik alam pikiran mereka semua ini.
Alfred lalu segera berlari sembari mencari-cari ruangan yang baru saja dia datangi beberapa jam sebelum kedatangannya di Gedung Putih, dan ketika dia menemukan ruangan yang ditemuinya, dia langsung berteriak ke Mr. President, "Mr. President, ayo ke sini! Kuharap Anda tidak akan khawatir dengan pemuda itu!"
"Ya." Mr. President lalu mendekat ke Alfred, dan membukakan pintu ruangan besar tersebut dengan wajah tegang dan penuh pengharapan. Krek. Begitu pintunya mulai dibuka, Mr. President hanya bisa terkesiap melihat para dokter sedang selesai melakukan sesuatu pada tubuh seorang pria.
Seorang pria berambut pirang yang pada awalnya terkesan biasa-biasa saja, namun di dadanya ditutupi oleh perban-perban yang melilitnya. Pria itu juga masih hidup, namun siapa sangka dia dulunya pernah meninggal… Apalagi, dalam keadaan cukup tragis pula.
"Oh Mr. President, senang bisa bertemu dengan Anda. Kami baru saja selesai mengaktifkan Angelic Project. Kami ambil 'mayat' ini karena kasus pembunuhan yang terjadi tahun lalu, dan ketika kami memeriksa visumnya, dinyatakan cukup memadai untuk memasukkan Angelic's Pearl ke dalam dadanya." sambut salah satu kepala tim dokter tersebut, membungkukkan punggungnya di depan Mr. President.
Mr. President lalu mengulum senyuman khasnya, dan berkata lagi, "Begitukah? Baiklah, mari kita aktifkan proyek ini bersama-sama. By the way, siapa namanya? Kalau boleh saya tahu sih."
"Oh kalau Anda tidak masalah, kami akan memberinya nama 'Ludwig'. Yah, semua ini jelas demi menjaga hubungan kerjasama antara Amerika dengan German, bukankah demikian? Namun, bukan berarti Ludwig adalah nama satu-satunya dia. Kami juga memberi nama lain untuknya, yaitu Malsche Krüsschvary. Oh baiklah, biarkan kami yang 'membangunkan'-nya." jelas kepala tim dokter tersebut.
Beliau lalu menghampiri tempat tidur dorong dimana 'mayat' tersebut telentang dengan tenangnya, plus infus dan pelbagai alat pengamat tekanan darah dan jantungnya yang masih menempel pada tubuhnya, dan membangunkannya dengan mengetuk-getukkan telunjuk kanannya tepat di dada kiri pemuda malang itu beberapa kali.
BIP. Seketika saja suara diaktifkannya Angelic's Pearl dari dalam dada pemuda itu mengagetkan Mr. President dan Alfred. Perlahan-lahan, 'mayat' itu berubah status kehidupannya dari 'mayat' sebagai 'makhluk hidup'. Eits, maksudnya 'makhluk hidup buatan'. Penyebab? Iyalah, apalagi kalau bukan karena dia pernah mati satu kali. Angelic's Pearl bukanlah alat maha dewa yang bisa menghidupkan manusia seutuhnya. Angelic's Pearl hanya bisa menghidupkan manusia satu kali pemakaian, dan biayanya juga sangat mahal. Selain itu, resikonya juga banyak sekali, salah satunya orang yang ditanamkan itu, akan menjadi amnesia sepenuhnya.
Pemuda itu mulai membukakan matanya, sembari melirik-lirik orang-orang yang ada di sekitarnya. Pemuda itu mengernyitkan dahi, tidak bisa mengenali semua orang yang ada di sana dan mulai berbicara walaupun masih patah-patah, "Si-Si-Siapakah… Ka-Kaaa… Rii… Annn…?"
"Namaku Alfred F. Jones, senang bisa berkenalan sama kau!" sapa Alfred ramah sambil mengulurkan tangan kanannya di depan pemuda amnesia itu.
Pemuda amnesia itu hanya bisa terheran-heran, lalu mulai menyambut tangan kanan Alfred yang ramah dan hangat itu dengan tangan kirinya sembari berkata dengan lirih plus khawatir, terbukti dari raut wajahnya yang mengkerut dan matanya yang agak sendu, "Maaa… Lllsskaaaa… ckeee…?"
"Maksudnya Malsche." jelas kepala tim dokter tersebut berbisik di telinga Alfred.
"Apa tidak bisa disembuhkan wicaranya?" sela Mr. President khawatir.
Kepala tim tersebut hanya bisa tersenyum simpel, lalu menoleh ke Mr. President dengan elitnya dan menjelaskan sedetil-detilnya, "Bisa. Asalkan diterapi secara berkala setiap hari, wicaranya akan semakin berkembang, dan geraknya juga akan semakin cepat. Dia akan menjadi tumpuan harapan kalian kelak."
Mr. President hanya bisa mengulum senyuman penuh arti, sedangkan Alfred malah cepat akrab dengan pria berambut pirang tersebut. Pemuda pengguna Angelic's Pearl juga mudah akrab dengan Alfred tersebut, sehingga membuat kepala tim dokter dan Mr. President terheran-heran dengan suksesnya.
"Sepertinya Malsche akan lebih senang diterapi oleh terapis dan bersama Alfred sepanjang hidupnya. Asal Mr. President tahu, walau Malsche sudah sebesar ini, namun masih saja dia berusia satu tahun." gumam kepala dokter agak senang. Mr. President hanya bisa ber-facepalm bersama para pengawalnya, seraya mulai menyunggingkan senyuman misterius yang terlukiskan dengan indahnya di bibirnya.
.
-00-
.
Di Moskow, saat yang hampir bersamaan dengan Angelic's Pearl…
"Ini gila… Manusia bisa menciptakan manusia buatan?" tanya Natalya bergidik sambil mendekati tabung raksasa tersebut, sembari menyentuh kacanya dan mengamati sosok 'pemuda' yang akan menjadi personifikasi dari German tersebut.
Pemuda itu hanya bisa menutup mata, dan sekujur tubuhnya masih dipasang dengan berbagai infus dan alat-alat untuk mendukung organ-organ buatannya serta ingatannya. Rambut dan tubuh pemuda itu albino semua, batin Natalya heran.
Natalya lalu bertanya kepada pria tua itu dengan nada agak mengintimidasi plus menodongnya dengan pisau gede yang disembunyikannya di balik roknya, "Bagaimana pemuda itu bisa hidup, kalau begini akibatnya? Apa kau mau menghancurkan harapan dan impian Ivan-niichan yang sudah hampir terwujud sejak tiga bulan yang lalu, hah?"
"Tunggu sebentar lagi, Natalya–."
BIP. Baru saja terdengar suara desingan suatu bel peringatan yang bergema dari samping kiri tabung raksasa itu. Pria tua itu tersentak kaget dan mendongkak ke atas tutup tabung raksasa tersebut yang mulai membuka dirinya, "Oh, akan dilakukan pengeluaran tubuhnya. Semua organnya sudah siap. Ingatannya juga sudah siap. Memorinya juga sudah siap. Baguslah, semoga Prussia Project tidak akan mengecewakan kita semua." gumam pria tua itu agak senang.
Natalya tersentak kaget mendengar suara mesin-mesin yang membuka tutup tabungnya yang berada di atas tubuh pemuda itu. PIIP. KRAK KRAK KRAK KRAK. Terdengar beberapa suara keras yang berdampingan menggema di sana. Ketika tutup tabung raksasa itu mulai membuka dengan sendirinya, tubuh pemuda itu langsung dikeluarkan dengan menggunakan sebuah alat untuk mengambil tubuh proyeknya dengan lembut.
Perlahan-lahan tubuh pemuda itu mulai terpisah dari cairan-cairan yang sudah membantunya berkembang selama tiga bulan ini, dan didatarkan punggungnya di atas sebuah tempat tidur khusus yang mendatar. Dan tak lama kemudian,. tubuh itu akhirnya dibiarkan tenang di tempat tidur tersebut.
Pria tua itu lalu menjelaskan kepada Ivan dkk dan para boss Ivan dengan tenang, "Kita akan mengaktifkan Prussia Project ini dengan cara membisikkan kode sandi-nya pada salah satu telinga tubuh ini. Kode sandi-nya adalah Gilbert Beilschmidt. Kelak, dia akan mewakili kalian menguasai German. Aku percaya pada itu."
"Sudah cukup. Biarkan saya yang mengaktifkannya." potong Ivan seraya maju ke hadapan 'tubuh' yang masih belum terbangun juga tersebut. Perlahan-lahan dia menundukkan kepalanya sejajar dengan telinga kanan tubuh tersebut, lalu mengucapkan kata sandi-nya di sana. Sepersekian detik, perlahan-lahan kedua mata tubuh itu mulai membuka dengan sendirinya.
"Ya Tuhan… Ini mustahil sekali…" desah Yekaterina ketakutan, sambil memegang pundak kanan Natalya dengan tangan kirinya, sembari menampakkan wajah penuh kekhawatiran dan ketidakpercayaan tingkat akut. Ya iyalah, siapa yang nggak percaya kalau kita bisa membangunkan bio-robotic tersebut?
Perlahan-lahan, 'tubuh' itu mulai mampu bangun dari tidurnya yang panjang, sembari silih berganti menatap para boss, pria tua itu, Ivan, Natalya dan Yekaterina sendiri. Ia lalu mengucapkan sesuatu dengan patah-patah, plus dengan raut wajah datar, "Hei – apa yang harus saya lakukan pada hari dimana saya pertama kalinya diciptakan oleh kalian? Haruskah saya membunuh seseorang, atau apa?"
"Kau harus menguasai posisi personifikasi dari German, you know it, Yurikov Gzelstevy?" kata pria tua itu sembari memberi pria bio-robotic itu pakaian yang pantas, dikarenakan pria itu tampil sangat telanjang. (Maklum baru saja dikeluarkan dari tabung raksasa itu -_-)
Pria bernama Yurikov Gzelstevy itu lalu menggangguk pelan, "Saya paham."
"Good." Pria tua itu lalu mengelus-elus kepala Yurikov sembari menoleh ke Ivan dan kawan-kawan, seraya berkata dengan datar, "Kenalkan, namanya Yurikov Gzelstevy, kode produksi YG-09. YG kepanjangan dari Yurikov Gzelstevy, nama pertamanya sebelum Gilbert Beilschmidt."
Yekaterina lalu mencoba menyapanya dengan pelan. Boing boing. Sesekali dada Yekaterina bergoyang pelan saat dia hendak memperkenalkan dirinya di depan pria albino tersebut, "Ha-Hai. Namaku Yekaterina Braginskaya, senang bisa mengenal dirimu, Yurikov Gzelstevy."
Yurikov lalu menggangguk pelan sembari menatap Yekaterina dengan datar, "Y-Ya. Bip. Yekaterina Braginskaya. Bip. Asal usul Ukraine. Ya, senang bisa mengenali Anda, Katyusha."
Pria tua itu lalu menoleh ke Yekaterina yang hanya bisa terbengong-bengong, sembari menjelaskan dengan detil pula "Yurikov bisa mengenali semua nation-tan di dunia ini dengan memorinya. Sekali berkenalan, dia juga bisa langsung mengingat nama, wajah, suara, dan kebiasaannya. Mirip sekali dengan manusia, cuma, ya, dia itu bio-robotic. Nggak bisa mandi dengan cara biasa."
"Boleh juga tuh, da." komentar Ivan senang.
.
-00-
.
Di sebuah kota di negeri Nordics, bersamaan dengan Prussia Project dan Angelic Project, A.D 2115 …
TAP TAP. Di sebuah gedung parlemen di sebuah negara kerajaan yang sangat makmur, terdengar suara seorang manusia yang berambut jabrik, terlihat sibuk berjalan ke suatu ruangan. Semua staffnya segera menghormat padanya, walaupun pemuda berambut jabrik tersebut justru tidak mempedulikannya. Ya iyalah, dia sendiri dalam keadaan gawat darurat.
Bukan karena akan adanya bom teroris! Atau bahkan agresi militer oleh negara lain, melainkan jauhlah lebih gawat dari semua itu. Kini, semua negeri-negeri di dunia ini akan diperlihatkan dengan sebuah sandiwara yang jauh lebih mengerikan dari World War itu. Tentu saja, pemuda berambut jabrik itu juga sudah tahu tentang itu.
BRAK! Terdengar suara pintu ruangan rapat yang sukses dibanting dengan kerennya oleh pemuda ini. Sekejap saja semua pejabat penting dan bahkan raja negeri tersebut tersentak kaget oleh kehadiran pemuda yang agak nggak sopan ini. Pemuda berambut jabrik itu langsung menjerit dengan kerasnya, "TUAN! APA AKU HARUS MENGURUS SEMUA INI?"
Tuan yang disebutkan oleh pemuda tersebut, lalu berdiri dari kursi antiknya di depan pemuda tersebut, sembari menjawab dengan suara penuh wibawa, "Mathias Køhler sang Danmark, silakan Anda duduk. Kami siap melayani semua kritikan-kritikan pedasmu, tidak peduli dunia ini sedang dalam keadaan gawat. Ada apa, Mathias Køhler? Adakah sesuatu yang mengganjal dalam kepalamu?"
"Tentu saja, Tuan!" Mathias langsung maju ke depan meja yang sudah tersedia, dan menumpukkan semua dokumen-dokumen yang kelihatannya sangat penting di atas meja tersebut dengan kasarnya. Para pejabat negeri Danmark itu sudah naik darah untuk menghajarnya karena nggak sopan di depan bossnya sendiri, namun karena adanya Raja dari Danmark itu, mereka terpaksa 'gatal tangan sembari diam' alias menahan amarahnya. Pemuda berambut jabrik bernama Mathias itu mulai melontarkan kata-kata pedasnya di depan bossnya dengan ganasnya.
"Anda mungkin mengganggapnya remeh, namun apa daya, engkau sudah memintaku menjerumuskan diri kita semua dalam sebuah masalah besar! Apa daya, engkau sudah memintaku mencari-cari informasi tentang itu–." sambung pemuda bernama Mathias itu marah.
Raja tersebut langsung memotongnya dengan agak tinggi nadanya, "Sabarlah anakku Mathias, semua ini karena dugaan Eduard dan Berwald, sahabat kita kan? Lagian, aku mendapat informasi sepintas yang cukup mengerikan. Posisi personifikasi German sedang kosong, dan diduga Russia sedang menginvasi German lewat 'itu'. Kau tahu kan maksudku, anakku?"
Mathias menelan ludah, dan mulai melunak. Ia lalu duduk di kursi antik yang sudah disediakan, dan mulai menatap boss-nya dengan tatapan pasrah dan sedikit rasa tidak percaya. Ia tahu betul apa yang sedang dibicarakan oleh bossnya, dan ia tidaklah sedang dilanda kestressan mengenainya. Namun, apa yang tengah berdengung di kepala dan kedua telinga Mathias adalah nama dari 'itu'. Prussia Project…
"Ya, aku tahu itu. Namun, apa yang mau dikata, Tuanku, semua ini mustahil. Masa Russia bisa menciptakan senjata maha mengerikan macam Prussia Project? Dia akan menjadi batu sandungan yang paling menyusahkan kita! Kudengar Amerika juga–." jawab Mathias sembari mengatupkan kedua tangannya. Kedua kakinya dan juga sekujur tubuhnya seolah dipenuhi oleh lautan keringat lantaran ia sangat tahu masalah krusial itu.
Raja itu langsung memotongnya, "Angelic Project, bukan? Iya, harus kita akui, kedua negara adidaya itu sedang memulai Cold War kedua lagi, dalam kurun waktu hampir dua abad dari tahun itu. Tepatnya sekitar 171 tahun yang lalu itu, bukankah demikian?"
"Ya…" Mathias lalu menghela nafas, sembari merebahkan dirinya pada sandaran kursi antik yang didudukinya. Mathias langsung mengisyaratkan para pejabat pemerintahan negeri yang disayanginya untuk segera mengambil map-map berisi dokumen rahasia dan diserahkan kepada Rajanya.
"Kuharap Anda tidak salah ambil jalur, Bang. Aku nggak mau tahu kalo kau bakalan menjerit pada akhirnya dan malah justru merengek-rengek ke abang Sverige, awas kale lo!" ancam Mathias sedikit dongkol dengan ketenangannya bossnya.
Bossnya hanya bisa tersenyum simpel, "Tenang aja, Mathias anakku."
.
-00-
.
Di Wina, Austria, A.D 2115…
Tepatnya di sebuah rumah mewah yang cukup sejuk, seorang pemuda berusia sekitar 26 tahun masih saja berkutat dengan piano kesayangannya. Pemuda itu tampak menikmati lagu baru hasil ciptaannya, ketika seorang wanita tiba-tiba mengetuk pintu ruangannya dengan sopan.
TOK TOK. Pemuda itu langsung menggumamkan sesuatu begitu mendengar suara desahan pintu diketuk, "Masuklah! Tidak dilarang kok, Elizabeta."
Tiba-tiba pintu pun dibuka secara perlahan-lahan oleh seorang perempuan muda berusia sekitar tiga tahun lebih muda darinya. Perempuan itu menatap pemuda keturunan Austria itu dengan pandangan penuh khawatir. Tampaknya, akan ada sesuatu yang membuat mereka berdua akan repot lagi…
Pemuda itu merasa heran melihat pandangan wanita yang sudah sangat lama melayaninya sejak North Italy meninggalkannya, begitu dia menoleh ke arahnya. Pemuda itu lalu menanyainya sambil masih duduk di kursi khusus pengguna piano dengan lembut, "Ada apa, Elizabeta? Adakah sesuatu yang gawat di luar sana?"
"Ya…" Wanita bernama Elizabeta itu langsung berlari menyambut pemuda itu, dan membisikinya dengan ngos-ngosan. Sedetik kemudian, kedua mata pemuda tersebut langsung melotot mendengar sebuah berita tidak menyenangkan dari wanita itu.
Pemuda itu langsung melirik Elizabeta, "Benarkah itu, Elizabeta?"
"Ya, Tuan Roderich…" Wanita itu menggangguk pelan sembari menampakkan wajah sedih dan penuh ketakutan. Pemuda bernama Roderich itu akhirnya memahami semuanya, yang membuat Elizabeta sedih. Berita itu…Roderich tidak bisa membiarkannya kacau lagi, sejak 171 tahun yang lalu. Sejurus kemudian, dia teringat kasus tahun yang lalu itu.
Kasus yang menghebohkan, tepatnya A.D 2113, dimana sang personifikasi asli dari German telah diculik dari tempat semestinya, menuju suatu tempat dan tidak pernah diketahui rimbanya… Tentu saja skandal besar itu sampai merembes ke luar negeri, namun para organisasi intelijen dunia jugalah yang mencium gelagat aneh mengenai tingkah laku para pejabat Rusia dan Amerika ketika mendengar berita luar biasa itu. Pasti ada udang di balik batu, batin Roderich sembari berpikir keras.
TOK TOK. Beberapa ketukan kedua setelah Elizabeta, berdendang di pintu depan ruangan milik Roderich itu. Perlahan-lahan, kedua pintu pun mulai dibuka oleh seseorang. Orang itu ternyata seorang pria juga, namun mengenakan topi kecil dengan berbagai pita mengikat topi kecilnya. Kedua matanya berwarna merah. Kulitnya tampak sangat pucat sekali.
Pemuda itu lalu menghampiri Roderich dan Elizabeta sembari berujar dengan sopannya seraya melemparkan banyak buku dan kertas-kertas ke arah Roderich, "Tuan Roderich dan Nona Elizabeta, aku mendapatkan kabar mengerikan, hi hi hi…"
"Jangan berkelakar seperti itu, menjijikan." sindir Elizabeta memangkukan kedua tangannya seraya memandang pemuda itu dengan tatapan jijik.
"Sudahlah, Elizabeta… Hm, kasus Prussia Project ya?" sela Roderich sembari membaca laporan yang tertulis di kertas-kertas dan buku yang dilemparkan oleh pemuda itu. Sejurus kemudian, waktu seolah berhenti ketika Roderich mulai membaca satu per satu informasi yang ada di sana. Elizabeta juga ikut membacanya, dan lagi-lagi waktu serasa berhenti, dan jantungnya juga berhenti berdetak.
Roderich lalu mendongkakkan kepalanya searah dengan pemuda berkulit pucat itu, lalu mengintimidasinya dengan serius, "Constantin, seriuskah ini? Apa dikau tidak sedang berbohong? Sampai seberanikah kau melaporkan semua ini… Yang sangatlah mengerikan semuanya… Sudahlah!"
Roderich langsung berdiri sembari menggertakkan giginya, menggeram marah. Ia langsung meremas-remas kertas-kertas yang terpegang dengan eratnya di tangan kanan dan kirinya, dan membuatnya rusak-rusak, saking marahnya. Apa gerangan semua negara mulai menunjukkan lagi taringnya, seperti Constantin itu? Oke, Roderich cuma terlalu mendramatisir kejadian ini. Namun, apa yang ada di kertas-kertas itu beserta bukunya, membuat Roderich tidak habis pikir. Siapa sih yang menyulut Cold War ini? Amerika apa Russia? Tapi, satu pertanyaan yang membuat Roderich paling pusing untuk sekarang ini. Yaitu, UNTUK APA ADA PERLAWANAN DENGAN MENGGUNAKAN TUBUH 'BUATAN'?
"Roderich! Oh Tuhanku, Constantin! Kaulah yang harus mempertanggung-jawabkan kekacauan hati Tuan Roderich! Dasar vampire sialan! Oh tidak!" teriak Elizabeta panik sembari memapah Roderich yang terserang migrain akibat terlalu pusing memikirkan calon (?) skandal maha besar itu.
Pria bernama Constantin itu lalu berkilah dengan datarnya, "Itu kan kewajibanku juga sebagai bekas korban siksaan dia. Lagian, Vash dan Lili mau datang ke sini untuk merundingkan masalah pertahanan kita jika salah satu dari mereka akan menyerang kita."
"Itu soal nanti! Oh tidak, kau harus memikirkan SOLUSINYA!" seru Elizabeta sambil menunjuk diri Constantin sembari memeluk Roderich yang masih pusing. Constantin makin dongkol dengan perlakukan tidak sopan itu. Ia langsung maju ke hadapan Elizabeta sehingga jarak di antara mereka hanyalah kurang dari satu meter dan mulai memaki-makinya dengan kasar.
"Elizabeta Héderváry, kaulah yang harus TUTUP MULUT dan JAGA MULUTMU! Kau itu semakin memperkeruh saja suasana! Ini keadaan gawat, tahu! Dasar nona tak tahu diatur! Tak tahu diri! Apalah arti pendidikan yang diberikan oleh Tuan Roderich kesayanganmu kalau dikau tidak tahu cara menjaga mulutmu sendiri! Kau sendiri tahu kan Prussia Project? Lantas kenapa kau malah diam saja?" umpat Constantin.
Elizabeta hanya bisa terdiam, dan merasa agak minder mendengar umpatan Constantin. Harus dia akui, apa yang dikatakan Constantin sungguhlah benar. Tanpa cela dan tanpa dosa. Bukannya dia nggak peduli sih, namun dia tidak tahu apakah itu kelak akan mengganggu situasi pemerintahannya di negaranya. Elizabeta sendiri cuma bisa pasrah. Pasrah. Pasrah terhadap keadaan, tepatnya.
Constantin lalu berhenti mengomeli Elizabeta setelah melihat sikap pasrahnya Elizabeta yang masih memeluk Roderich. Perlahan-lahan, dia mulai menurunkan tangan kanannya yang dari tadi terus-menerus menunjuk ke diri Elizabeta berkali-kali. Ia lalu mendengus sembari memalingkan kepalanya sembilan puluh derajat ke kanan, "Cih."
"Ma-Maafkan saya, Constantin-san…" gumam Elizabeta sambil meneteskan air matanya.
"Tidak apa-apa. Mari kita duduk bersama untuk menyelesaikan masalah ini. Ayo, Elizabeta dan Constantin. Constantin, panggil Vash dan Lili ke ruang rapat di ruang sebelah." kali ini Roderich yang angkat bicara sembari mengelus-elus rambut Elizabeta dan beradu tatap dengan Constantin dengan seulas perasaan bangga.
"Siap, Tuan Roderich. Tak mengapa dikau bisa meredakan situasi ini." ujar Constantin seraya membalikkan tubuhnya membelakangi Roderich dan Elizabeta dengan segudang perasaan yang saling bercampur. Antara senang dan sedih, marah dan gundah dan berbagailah perasaan yang ada di dalam diri Constantin. Dalam hati dirinya, dia diam-diam sudah mengetahui sesuatu yang akan menjadi marabahaya yang bakal terjadi… Dan untuk sementara, dia sama sekali tidak bisa angkat suara mengenai ini…
Kelak, tanah Jerman akan menjadi ajang pertumpahan darah, dan hanya dua dari semua tanah dan darah daging Jerman yang selamat. Namun, semua takdir seolah berbicara dengan angkuh dan dingin mengenai jalan yang berada di atas kedua kaki masing-masing kedua belah pihak…
.
-00-
.
Di Beijing, A.D 2115, sehari setelah pertemuan yang diadakan oleh Austria, Hungary, Romania, Switzerland dan Liechtenstein…
"Tuan Wang! Tuan Wang!" seru salah satu staff pemerintahan Distrik Beijing sambil berlari-lari dengan paniknya. Staff lain juga bertindak sama, dan saling berhubungan dengan bawahan atau atasan dengan paniknya. Saling bertukar informasi, dan saling bertukar perasaan gundah. Mereka lagi-lagi direpotkan oleh berita mengejutkan itu.
Bahwa Rusia siap meluncurkan proyek paling berbahaya di dunia ini setelah berbagai percobaan gagalnya pada Cold War I, yaitu Prussia Project. Dunia dibuat geram oleh kegilaan yang baru saja dibuat oleh Ivan dan para bawahannya, termasuk Wang sendiri. Namun, apa boleh buat. Semuanya sudah terlambat untuk menghentikan kegilaannya.
Staff tersebut segera membanting pintu ruang kerja Wang, dan BRAK. Pintunya juga sukses dirusaknya dengan AWESOME-nya, sehingga staff tersebut melihat Wang yang malah dengan santainya bermain catur dengan seorang pemuda yang berambut pendek dan hanya selalu menampakkan wajah datarnya.
Wang lalu melirik ke staffnya, sambil menggeleng-geleng kepalanya dan menyindirinya dengan halus, "Kau itu, sampai kapan akan selalu mengacaukan acara santaiku dengan Honda? Bicara soal 'itu', serahkan saja pada bossku. Ia tahu apa yang harus dilakukan."
"BUKAN ITU, TUAN WANG B.E.G.O! He-Hei! Kau tahu, Wang…."
Wang langsung mengangkat tangan kirinya dan menempelkan telunjuk kirinya ke mulutnya, "Diamlah, Yung-min. Kau itu staffku, jadi jangan memberitahu yang lain, ya? Kalau mau, kau boleh ngomel padaku nanti saja. Habis, tanggung nih mau ngalahin Honda."
Staff bernama Yung-min itu hanya bisa mendengus kesal, sembari menutup pintunya yang ternyata masih berfungsi, walau sudah ditendang dengan sekeras tenaga olehnya. BLAM. Sehabis menutup pintunya, ia lalu berbalik menghadap Wang dengan tatapan dongkol.
Honda, yang bermain dengan Wang, lalu menyelanya dengan cemas, "Wang, kau boleh mendahulukan staff-mu dariku. Kurasa masalah krusial seperti Prussia Project. Iya kan, Yung-min?"
"Benar, Kiku-san. Wang… Atau kalian juga boleh, akan saya beritahu bahwa 'dia' SUDAH lebih dulu menyandera Turkmenistan! Tadi Liung-dzi dengan paniknya mendatangi kantor perbatasan wilayah ini, dan berkata bahwa dia tadi baru saja disamperin Kyrgyz-san, yang mengabarkan bahwa 'dia' menyandera Turkmenistan!" jelas Yung-min dengan mimik wajah yang penuh dengan perasaan kalut dan khawatir.
Wang mencermati setiap kata yang dilontarkan Yung-min, lalu merebahkan dirinya ke sandaran kursinya sembari berkomentar dengan sinis, "Wah, wah, yang mana ya, Ivan ataukah–."
"Kurasa Ivan, mungkin. Aku sendiri tidak bisa memahami kondisi politik dan diplomasi serta situasi saat ini, meski sudah berkali-kali disiarin sama reporter kita." sahut Yung-min seraya mengambil kursinya yang kosong di salah satu sisi ruangan Wang, lalu menempatkannya di antara Wang dan Kiku dan mulai mendudukinya.
Honda lalu menyelanya dengan datar, "Besar kemungkinan akan ada pertempuran berbahaya lagi. Yang penting kita suruh anak-anak ASEAN jangan ikut campur, atau paling tidak panggil Fang Shuhei untuk membantu kita mengamankan situasi. Wang…"
"Ya, ya. Kurasa Kiku benar." potong Yung-min yakin sambil mengepalkan tangan kanannya di depan Wang dan Kiku.
"Tidak. Di mataku, pertarungan macam itu terlalu berbahaya. Masalah krusial ini tentu saja tidak bisa kita cegah, apalagi si bodoh PBB itu. PBB itu kan meski dibangun demi persatuan bangsa-bangsa, namun tetap saja dijadikan alat dengan mudahnya oleh boss si Alfred tukang hamburger itu. Bicara soal Angelic Project dan Prussia Project, yah… Kurasa Fang bisa menyelesaikannya." bantah Wang sambil masih memainkan pion caturnya dengan santainya.
Honda terdiam, dan gantian Yung-min memprotesnya dengan wajah tegang, "Namun Tuan Wang, masih saja ada yang berspekulasi bahwa Prussia Project bakal digunakan untuk menguasai dunia. Kita tentu tidak bisa mengabaikan semua ini. Aku sudah menghubungi kedutaan Fang, dan mereka menyatakan kesanggupan untuk bekerja sama dengan kita dalam urusan intelijen. Bagaimana menurut Anda?"
Kali ini Wang yang terdiam sambil masih melanjutkan permainan caturnya alias masih cuek bebek dengan protesnya Yung-min, dan Honda yang menyahutnya, "Yung-min, bukannya Fang juga ahli dalam urusan merakit robot layaknya aku? Mengingat aku juga kadang mengajarinya begitu…"
"Kalian berdua terlalu naif. Ada dugaan bahwa Fang sudah disuap untuk ikut dalam proyek milik Rusia itu. Dan aku tidak bisa memaafkannya." bantah Wang sambil melempar pion yang baru saja didapatkannya dari Kiku dengan lemah.
Honda dan Yung-min terkesiap mendengar bantahan Wang yang terasa menusuk. Demi Tuhan, mereka tidak akan bisa menelan makanan seandainya mereka mendengar berita tidak mengenakkan itu. Namun, itu bukanlah sebuah fantasi. Ya, mereka kini ada di alam nyata sendiri! Mereka lalu memalingkan kepalanya secara perlahan menghadap Wang. Yung-min lalu bergumam dengan lirih, "Benarkah itu… Wang?"
Wang lalu menggangguk dengan mantap di depan Yung-min dan Kiku. Tanpa keraguan sedikit pun di dalam mata cokelatnya yang bening dan wajahnya yang sedemikian tegasnya.
Yung-min lalu perlahan mengganti raut wajahnya menjadi penuh amarah, dan mulai berdiri dengan kasarnya dan segera maju ke hadapan Wang, sambil mulai menarik-narik kerahnya sambil mengumpat dengan kasarnya! "Apa tidak elit kalo kau baru pertama kalinya memberitahu ke aku? TIDAK ELIT SAMA SEKALI! Bahkan boss kita sampai memerintahkan agar menghubungi Fang agar bisa membantu kita melakukan semua ini, dan nyatanya? Fang malah disuap Ivan sialan itu! Lalu salah siapakah di antara kita semua ini! Kau ataukah boss kita!"
"YA FANG ITU, YUNG-MIN BEGO!" teriak Wang dengan kencengnya.
"Sudah, sudah!" Honda langsung maju melerai pertengkaran mereka berdua sembari berujar dengan lirih, "Hentikan… Kalau perlu, biar aku sekalian saja yang bantu kalian berdua menyelesaikan masalah… Soal Prussia Project… Karena 'dia' sudah bangun, kita harus menghentikannya. Sekarang juga."
Wang dan Yung-min segera berhenti bertengkar, lalu Wang dengan berat hati mengucap sebuah kalimat, "Oke, tanggung jawab kalau itu salahmu juga, Honda Kiku."
.
-00-
.
Di Moskow, Russia, 6 bulan setelah pengumuman atas munculnya Prussia Project…
Kini, semuanya sudah berubah total. Negara-negara dalam keadaan kacau. Perekonomian jatuh alias terjun bebas ke titik nadir. Semua nation-tan saling berperang dan saling bersekutu dalam artian lain, yaitu berperang di jalur diplomasi, bukan militer. Jerman sendiri akhirnya jatuh juga perkembangannya. Inflasi naik. Kemiskinan melanda. Terrorisme menghantui setiap sudut wilayah Jerman yang pernah menjadi nation yang ditakuti dunia pada tahun 1940-an.
Di Moskow, tepatnya di kantor pemerintahan, Ivan hanya bisa bersiul-siul saking gembiranya. Rupanya dia barusan mendapatkan faks dari kantor pemerintahan di Jerman yang menyatakan bahwa dia sudah melakukan perintah pertamanya, dan menanti perintah keduanya. Anak pintar, batin Ivan bangga. Ia harus membanggakannya di depan para nationnya nanti. Kol kol kol kol…
"Ya, ya… Anak pintar, Yurikov." gumam Ivan terkekeh-kekeh sendiri di dalam ruangannya sembari membolak-balikkan kertas-kertas laporannya. Sejujurnya, kalau boleh, dia sangat kagum dengan daya ingat dan daya serap bio-robotic yang sangat memadai.
Ivan lalu memasukkan kertas balasannya ke mulut faksmilie, lalu mengklik tombol 'send'. KLEK KLEK KLEK. Perlahan-lahan kertasnya mulai dikirim. Kini, permohonannya terkabulkan dengan suksesnya. Ia tak sabar ingin bisa merampas pengetahuan mereka. Mereka yang nekat sekali mencoba menguasai Russia ini seratus tujuh puluh satu tahun yang lalu itu.
"Kuharap kau bisa menyelesaikan perintah keduaku yang kurasa agak lebih menyusahkan…" bisik Ivan pada dirinya sendiri. Semoga harapanku bisa tersampaikan dengan baiknya kepada Yurikov… Yang mempunyai nama asli Gilbert Beilschmidt…
Tiba-tiba pintu ruangan kerja Ivan diketuk oleh seseorang. Ivan langsung memalingkan kepalanya dari faksmilie itu ke pintu tersebut seraya berkata dengan tegas, "Masuklah, da."
Pintu itu mulai dibuka oleh seorang perempuan. Ivan mengenalinya sebagai Natalya, dan langsung memasang senyuman palsu. Ia tahu, dia sangat takut dengan perempuan yang obsesif terhadap dirinya sendiri. Ivan lalu bertanya kepadanya dengan lembut, "Ada apa, Natalya? Mau vodka, da?"
"Ah, nggak usah, niichan. Sebentar lagi juga aku mau balik ke negaraku. Nih, ada dokumen penting. Katanya dari bossmu yang lagi melawat ke region Wang itu. Dimohon segera membukanya, demikian amanat dari bossmu." sergah Natalya sambil menyodorkan Ivan seberkas amplop besar berwarna cokelat yang dibungkus dengan tali berwarna hitam.
Ivan lalu mengambil seberkas itu, lalu menundukkan kepalanya dan mengucapkan terimakasih padanya. Natalya hanya bisa tersenyum sambil berbalik dari ruangan Ivan tanpa mengeluarkan satu pun kata-katanya.
PLEK. Amplop tersebut langsung dibukanya tanpa secuil pun keraguan di dalam hati Ivan. Ia sudah lama sangat mempercayai Natalya, yah meski dia juga terkadang memanfaatkan ke-obsesi-an Natalya untuk menyuruhnya melakukan macam-macam. Kurasa tak ada salahnya… Ivan lalu mengambil beberapa buku yang sudah dijilid, dan membacanya satu per satu.
Perlahan-lahan, Ivan mulai menutup buku yang baru saja dibacanya dengan mimik dan perasaan kalut. Baru kali ini dia menemukan sesuatu yang akan menjadi penghalang besar rencana mereka menguasai German. Bangsat…
"Dasar tukang hamburger, da. Kita lihat siapa yang kena batu ntar." gumam Ivan marah, yang dibalut dalam wajah yang penuh intimidasi.
.
-00-
.
Di London, 6 bulan setelah pengumuman Prussia Project…
Di Istana Kerajaan Inggris, tiba-tiba Ratu Elizabeth II langsung berjalan di atas koridor sembari mencari-cari seseorang. Ratu yang perkasa tersebut lalu celingak-celinguk di antara banyaknya pelayannya, seraya bertanya dengan datarnya, "Mana Arthur Kirkland? Saya mau bicara dengannya."
"Yang Mulia Ratu, Arthur sedang ada di perpustakaan besar di lantai satu." jawab salah satu pelayannya sembari membungkuk di depan Ratu Elizabeth. Beliau lalu menepuk-nepuk pundak pelayannya dengan pelan.
"Terimakasih, Bill." ucap Ratu Elizabeth II datar.
Pelayan tersebut langsung minta diri, dan Ratu Elizabeth segera menuruni tangga lantai dua dengan sedikit tergesa-gesa. Baginya, sekarang kondisi dunia sudah memasuki titik gawat. Selangkah lagi, bakalan masuk titik nadir dan tamatlah sudah.
Namun, dugaan Bill ternyata sedikit meleset, batin Ratu Elizabeth II ketika beliau melihat seorang pemuda yang baru akan menaiki tangga itu. Alhasil, mereka terlihat saling berhadap-hadapan, dan kedua-duanya juga sama-sama memasang mimik khawatir.
"Oh Yang Mulia… Ada apa si-sih?" gumam pemuda beralis tebal itu mangap-mangap.
Ratu Elizabeth II langsung mendekati pemuda itu sembari menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan kasarnya, "Arthur! Kau kucari-cari dari tadi, tahu! Si tukang hamburger itu…! Aku nggak tahu pastinya, tapi dia dan bossnya akan memulai suatu perang! Kau tahu itu, tidak… Arthur…?"
Arthur langsung terkesiap begitu Ratu Elizabeth II berhenti menggoyang-goyangkan tubuhnya, dan menjawabnya dengan penuh kekalutan yang terlukiskan di wajahnya, "Ratu Elizabeth II… Aku tadi barusan mau mengabarkan itu… Yang Mulia, jujur aja saya baru tahu kalo si tukang hamburger itu mau melakukan macam-macam dengan German… Padahal…"
"Saya tahu, Arthur Kirkland… Tapi kita tidak membahas itu! Dengar baik-baik, Arthur… Tadi saya mendapat telepon dari boss si tukang hamburger itu, katanya mereka akan kemari dengan membawa sesuatu. Tolonglah, saya tidak mau negeri yang nenek moyang ciptakan dengan susah payah berpuluh-puluh tahun yang lalu, dan mengakibatkan kau terlahir abadi jadi begini, jadi hancur lagi!" pinta Ratu Elizabeth II sambil mengelus-elus dagunya yang mulus dengan tangan kanannya, plus menampakkan wajahnya yang kalut.
"Baiklah…" desah pria bernama Arthur tersebut menggangguk pelan. Tiba-tiba di bawah mereka berdua dihampiri salah satu pelayannya.
Pelayan tersebut berlari dengan ngos-ngosan dan membisiki mereka berdua dengan suara lirih dan penuh ketakutan, "Yang Mulia Ratu Elizabeth II dan Sir Arthur Kirkland, Sir Alfred Fitzgerald Jones dan Mr. President sudah datang! Kami tidak bisa memperkirakan kedatangan mereka yang secepat ini!"
"Oh tidak! Pelayanku, kau tahu, aku juga baru dapat telepon dari mereka tadi jam delapan pagi! Sekarang jam sembilan pagi! Kok bisa ya, wahai pelayanku?" jerit Ratu Elizabeth panik setengah mati. Di lantai satu juga terlihat banyak pelayan-pelayan lain panik ketika mendengar berita kehadiran Alfred dan kawan-kawan ke Istana Kerajaan Inggris itu.
"Ma-Maafkan kami! Kami benar-benar tidak bisa mendeteksi keberadaan mereka sampai mereka tiba bandara itu!" jerit pelayan tersebut panik. Ratu Elizabeth mencium sesuatu yang terasa aneh. Bagaimana mereka bisa sampai ke sini secepat kilat itu? Bukankah butuh kira-kira delapan sampai sembilan jam ke sini…
BRAK! Tiba-tiba pintu depan istana tersebut dibuka dengan kerasnya. Dari sana terlihatlah seorang pelayan lain yang segera berteriak dengan paniknya, "GAWAT! MEREKA SUDAH MENCAPAI SETENGAH DARI PERJALANAN BANDARA KE ISTANA INI! LALU LINTAS DI PUSAT KOTA MENDADAK MACET KARENA KEBERADAAN MEREKA!"
Sekonyong-konyong semua pelayan, Ratu Elizabeth II dan Arthur Kirkland membeku berjamaah. Sepermenit kemudian, mereka langsung bertindak dengan cepat, dan tidak karuan! Ratu Elizabeth II yang dari tadi baru saja bangun pagi, langsung balik ke kamar pribadinya dan segera mandi. Arthur sendiri segera menyusul ke lantai satu bersama para pelayan lainnya dan menyusun protokol kedatangannya.
Pelayan lainnya juga buru-buru membersihkan seisi istananya sehingga membuat heboh orang lain. Kekacauan pun terjadi sudah, sehingga membuat kepala Ratu Elizabeth II dan Arthur Kirkland bertambah pusing.
"Cepat ulur waktu sambil melihat keadaan Yang Mulia! CEPAAAAT!" seru Arthur panik sambil sibuk menyusun protokol kedatangan mereka di depan laptopnya. Ia sampai rela meninggalkan jam minum tehnya gara-gara kedatangan mereka. Bangsat, kenapa nggak sekalian aja nelepon dari jauh-jauh hari?
"Sir Arthur! Yang Mulia Ratu Elizabeth sudah siap! Bagaimana selanjutnya?" sergah pelayannya yang lain sembari maju ke hadapan Arthur.
Arthur menggangguk pelan, "Bagaimana dengan dekorasinya? Sudah siapkah? AARGGHH BELUM KE-SAVEEEE! HUAH STRESS GUAAA! SIAPAPUN BANTUIN GUE SEKARANG JUGA!"
"Si-Siap!" Pelayan tersebut akhirnya membantu Sir Arthur membereskan dokumen protokol-nya dengan paniknya…
-00-
Jam sepuluh pagi, rombongan Alfred sudah tiba di Istana Kerajaan Inggris. Mereka langsung digiring ke pintu depan Istana mewah tersebut. Perlahan-lahan, dari dalam mobil mewah berwarna hitam dan berpelat khusus, Alfred mulai turun dari mobil itu. Alfred lalu mengulum senyuman khasnya.
Dari pintu depan istana tersebut sudah menanti Arthur Kirkland, yang terpaksa menjadi protokoler kedatangan mereka. Alasan? Iyalah, karena semua pelayannya segera kabur ketika diadakan sayembara (?) tentang kesediaan menjadi protokoler acara mendadak ini.
"Yo, UK-e!" sapa Alfred tertawa terkekeh-kekeh melihat penampilan Arthur yang betul-betul 'wah' dan 'beda' banget. Nggak biasanya Arthur berpakaian ala pelayan, batin Alfred ketawa di dalam hati.
"Apa lo liat-liat, hamburger git! Kau itu datangnya terlalu tiba-tiba tahu!" umpat Arthur sambil mencak-mencak ke Alfred. Alfred makin keras tawanya, sehingga mengalihkan perhatian para security yang lagi berjaga-jaga di sekitar Istana itu.
Tiba-tiba emosi Arthur padam pas pundak kirinya ditepuk oleh seorang wanita tua. Iyalah, siapa lagi kalau bukan Ratu Elizabeth II. Arthur langsung berubah sikap seratus delapan puluh derajat begitu dia membalikkan kepalanya dan melihat Ratu Elizabeth II berdiri dengan perkasanya di belakang Arthur.
"Ma-Maafkan saya, Yang Mulia…" pinta Arthur pasrah.
"No problem, Sir Arthur. Sir Alfred, silakan masuk…" jawab Ratu Elizabeth II sopan di hadapan Arthur dan Alfred.
"Bentar, kami bawakan sesuatu untuk Anda, Yang Mulia…" sela Alfred sembari menundukkan dirinya dan mencium telapak tangan kanan Ratu Elizabeth II selayaknya seorang pangeran. Eits, dia bukan pangeran kok. Cuma bersikap elegan di hadapannya.
Ratu Elizabeth terkesiap mendengar selaan Alfred, lalu bertanya dengan nada heran, "Sesuatu? Kelihatannya akan menjadi barang yang sangat penting, benarkah?"
Alfred hanya bisa mengulum suatu senyuman yang sulit dipahami maknanya, sembari menjawabnya dengan penuh keyakinan, "Ya, sangat penting Yang Mulia… Sebuah proyek dari Angelic's Project… Kami ingin Anda mengujinya sedikit, demi sebuah kepastian bahwa benda itu 'dapat digunakan'…"
.
-00-
.
Di negeri-negeri Balkan, A.D 2116…
Setahun setelah pengumuman Prussia Project, Jerman masih diliputi ketakutan. Kini, semua negara-negara Balkan sudah sangat paham mengenai peristiwa maha mengerikan tersebut. Benar, posisi Presiden, Kanselir sekaligus personifikasi dari German telah direbut oleh satu orang. Satu orang yang telah membunuh Presiden, Kanselir dan personifikasi itu sendiri.
Negara-negara Balkan itu juga tahu, bahwa kini orang itu memerintah secara otoriter, diktator atau apalah. Pokoknya serba mengerikan. Sebegitu teganya orang itu menyakiti hati banyak warga German, sehingga banyak warga German harus mati bergelimpangan dengan sia-sianya di atas tanah airnya sendiri. Apalagi orang itu katanya juga tidak bisa dikalahkan dengan mudah.
Intinya, negara-negara Balkan ini berniat memperkuat pertahanannya sejak terjadi penindasan luar biasa yang terjadi di sana. Ya iyalah, demi keamanan negara-negara mereka sendiri. Kalau bekerja bersama, tentunya akan lebih mudah untuk saling bahu-membahu mempertahankan negaranya daripada bekerja sendirian, bukan? Apalagi kalau-kalau orang itu ternyata menyerang mereka semua itu.
"Tidak! Kita harus rasional!" teriak seorang pemuda berambut pirang yang menjadi pembuka acara rapat raksasa yang sangat rahasia di bawah tanah kota Sarjevo, Bosnia-Herzegovina. Beberapa manusia lain tampak terkesiap dengan teriakan pemuda itu, dan sisanya hanya bisa terdiam saking tidak punya idenya.
"Begini, kita memang harus bekerja sama dalam rangka mempertahankan negara kita dari serbuan Der Führer yang mengerikan itu. Masalahnya, kalau sampai dia menyuruh pasukan tak berperikemanusiaan itu menyerang negara-negara kita ini, tamatlah kita semua! Pertahanan kita jauh di bawah German! Yang terkuat di antara kita harus mengayomi yang lemah sembari membuatnya jauh lebih kuat!" sela seorang perempuan berambut pirang dan bergelombang dengan nada khawatir.
Pemuda itu terkesan dengan usul perempuan itu, "Baguslah, Sanya-chan. Semoga dengan usul Sanya kita bisa mempertahankan negara-negara kita ini. Siapakah yang kira-kira merupakan negara terkuat di grup kita?"
"Bukannnya KAU?" tanya perempuan lain yang sama-sama berambut pirang dan bergelombang. Bedanya, poni dia ada di sebelah kiri.
Pemuda itu langsung terdiam, sembari melirik pemuda lain yang berada di sampingnya. Beberapa detik kemudian, pemuda itu akhirnya mau membuka suaranya juga, "Baiklah, baiklah, gue yang terkuat, puas kalian berdua, wahai Bosnia dan Herzegovina? Adakah yang lain, yang setuju dengan pendapat Melvina Halilović ini?"
"Begini, kau sebagai yang terkuat, harus bekerja sama dengan kekuatan Central Europe yang diketuai oleh Tuan Roderich-tukang-main-piano-melulu itu. Dia sedang mengumpulkan kekuatan Central Europe, termasuk mengajak duo Italy itu bergabung sama mereka. Enam bulan yang lalu kelompok Skandinavian juga sudah membentuk pos pertahanan dan memulai kerjasamanya mempertahankan negara Skandinavia dari serbuan Der Führer itu." usul Melvina sambil mengeluarkan sebuah buku panduan strategi.
Pemuda berambut pirang itu langsung berteriak saking bahagianya, "TERIMAKASIH MELVINA-CHAN! GUE MAU MENIKAH SAMA LO, MELVINAAAAAA~"
Keburu pemuda berambut pirang itu langsung digebuk habis-habisan dengan sebuah harisen oleh pemuda yang ada di sampingnya, "Lebih baik nggak usah mengigau di tengah-tengah rapat rahasia seperti itu, Julius. Melvina-san, hayolah, apa informasi berikutnya?"
"Hm, setahuku, kemarin aku mendapatkan informasi bahwa Spain, Portugal dan France abstain dalam pertempuran kali ini. Memang, dikarenakan lokasi mereka cukup jauh dari lokasi pertempuran. Aku tidak bisa mengkonfirmasi kepastian mereka soal persiapan awal kalau-kalau ada serangan mendadak. Oh ya, Nether dan Belgie juga memutuskan untuk abstain, meski lokasi mereka rawan terserang oleh pasukan German." jelas Melvina sambil mengetuk-getukkan jarinya di atas meja rapat itu dengan wajah pucat pasi.
"Cukup sulit ditebak juga tuh tindakan Nether dan Belgie…" komentar seorang pemuda lain. Pemuda ini berambut hitam dan mengenakan badge Kroasia yang tersemat di lengan kanan bajunya.
Julius lalu menegurnya dengan keras, "Hush! Kita ke sini bukan buat berkomentar. Ada ide, Kroasia?"
Kroasia menggeleng kepala dengan yakin. Untuk saat itu, dia sama sekali tidak memiliki sedikit pun ide untuk menyelamatkan situasi negara-negara Balkan melawan negara yang memiliki kekuatan militer yang cukup tangguh itu. Bukan cukup tangguh tapi MEMANG sih.
"Yah, padahal kupikir Kroasia cukup pintar dalam urusan geografinya…" keluh Julius seraya memangkukan kedua tangannya dengan tatapan wajah sedih yang terlukiskan di wajahnya.
Kroasia hanya bisa menunduk dengan lemah. Tanda dia sudah menyerah mencari cara untuk mendapatkan idenya lagi. Harus Kroasia akui, dia memang tidaklah sepintar Melvina Halilović itu. Melvina, kau itu dikasihi Tuhan, batin Kroasia puas.
Sedangkan di pihak Melvina, harus Melvina akui, keadaannya cukup menyulitkannya untuk mencari cara menyelamatkan kondisi kondusif yang sudah lama menghinggapi situasi keseluruhan negara-negara Balkan sebelum kedatangan diktator brengsek itu. Herakles si Greece juga dipaksa bergabung sama kelompok Turkish dengan alasan yang tidak bisa dimasukkan ke akal, yaitu dengan iming-iming kucing yang memang merupakan hal yang sangat disukai Greece itu.
Tampaknya perang kali ini akan lebih menyusahkan dari memerangi terrorisme dan penyelundupan narkoba, batin Melvina agak khawatir.
.
-00-
.
Di kantor pemerintahan German, A.D 2116…
TAP TAP TAP. Suara derapan langkah kaki yang tegas terdengar menggema di dalam kantor pemerintahan. Kini, situasi di dalam pemerintahan itu berubah menjadi sangat mengerikan, dalam artian situasi di sana tidak memungkinkan semua orang bebas berkomentar mengenai Der Führer mereka.
"Hei kalian! Kerja yang bener kek!" tegur seseorang dengan nada angkuh dan sombong.
Para staff pemerintahan di Jerman itu langsung bergidik dan ngacir dari hadapan orang ini. Maklum, orang yang menegur mereka berdua bukanlah orang sembarangan. Dia adalah Der Führer dari German, sang percobaan dari Prussia Project, Yurikov Gzelstevy!
"Dasar budak-budak menyebalkan. Mending sekalian dibunuh dan diganti dengan Prussia II Project saja… Cuma saja…" Kata-kata pemuda sadis itu berhenti sampai di sana. Ia tidak bisa melanjutkan lagi, dan ia tahu apa kelanjutannya. Dari faks-nya, diyakini Ivan tidak akan membuat Prussia II Project lagi. Padahal dia sangat berharap akan itu.
Dan dia melakukannya bukan atas paksaan. Tanpa disadari oleh banyak orang, termasuk Ivan dan koloninya, bio-robotic yang pada awalnya tidak memiliki 'perasaan' dan 'emosi', kini sudah memiliki dua hal yang mustahil pada bio-robotic itu. Entah bagaimana jadinya, dia menjadi mampu merasakan apa yang dirasakan oleh manusia lain. Mungkin karena adanya chip lain atau semacamnya, yang pasti dia sangat bersyukur akan itu.
Pria robotic itu lalu menyelidiki setiap sudut koridor itu, dan mulai berjalan sembari memeriksa satu per satu staff yang bekerja padanya. Harus dia akui, tidak semua para staff yang bekerja padanya berguna. Tentu saja dia masih berstatus robotic, namun sudah memiliki perasaan 'marah' dan 'benci', yah pokoknya hal-hal yang berkaitan dengan rasa ketidak-sukaan. Sekarang saja dia masih kesal lantaran para staff-nya terlalu lelet baginya.
"Lebih baik aku turun tangan sendiri! KALIAN, PERGI KE PENJARA SANA DAN TOLONG PERGI KE ALAM BAKA! SESUKAMULAH NAMUN SAYA TIDAK AKAN MENGIZINKAN KALIAN HIDUP!" teriak sang Der Führer kesal setengah mati sambil mengeluarkan dan menodongkan kepada semua staff pedang mengerikan miliknya yang terpasang dengan perkasanya di pinggangnya.
Para staff menjadi ketakutan, dan segera berhamburan pergi darinya. Sayang beribu sayang, sebelum melangkah keluar dari kantor pemerintahan itu, semua staff malang itu sudah dibunuh dengan sadisnya menggunakan pistol yang diciptakan secara otomatis dari tubuhnya. Kalian tidak akan pernah bisa lolos dari tembakan sang Führer ini, pasalnya dia menggunakan banyak senapan dalam satu tubuh. Betapa mengerikannya dia ketika dia mulai menembak setiap staff yang ada di dalam gedung pemerintahan itu dengan sadisnya. Setelah menikmati pemandangan tak sedap di tempat yang sedang banjir darah itu, pria itu lalu mengibaskan mantel hitamnya dan berbalik pergi ke suatu ruangan.
Suatu ruangan yang baginya sangat berharga, dan tidak boleh sedikit pun disentuh oleh orang-orang membusukkan dari luar sana. Bagi pemuda itu, dunianya terbagi atas dirinya sendiri dan binatang. Dan para binatang yang dia maksud adalah para manusia lain yang ada di sekitarnya! Jadi dia bebas menyiksa atau membunuh setiap insan manusia yang dia anggap binatang. Tidak peduli laki-laki atau perempuan atau anak-anak. Sungguh kejam sudah pemuda ini.
Krek. Pintu ruangan itu mulai dibuka oleh pemuda itu, dan ketika dia membukanya, mata merah darahnya menatap tajam dengan suatu benda yang ada di meja kerjanya. Kalau boleh, dia sangatlah bosan dengan model ruangan yang dia anggap jelek dan memualkan. Namun dia rela menahan diri karena di depannya ada sebuah kotak kayu yang terlihat sangat berharga di matanya.
"Aku datang, Michaelle. Kau satu-satunya tempat di mana aku akan selalu berpulang." gumam Yurikov itu memancarkan sinar penuh kesedihan…
.
-00-
.
Di Washington DC, A.D 2116…
Pada saat yang hampir bersamaan dengan permulaan penyiksaan Yurikov itu, Malsche Krüsschvary mulai sering berlatih menembakkan senapan laras panjangnya di lapangan tembak di halaman belakang Gedung Putih. Karena dia adalah harta karun yang sangat luar biasa dari pihak Alfred, maka dia (Alfred) sengaja merahasiakan keberadaan pemuda itu dari serbuan paparazzi yang haus akan berita-berita yang hot dan luar biasa.
"Malsche, latihannya cukup di sini. Kau boleh istirahat." seru Alfred pelan sambil menepuk pundak Malsche dengan lembut.
Malsche lalu menggangguk pelan sembari menyarungkan senjata laras panjangnya ke pinggangnya, lalu berbalik ke Alfred dan bertanya tanpa basa-basi, "Alfred, kau belum bercerita padaku tentang masa laluku. Katakan, apa yang terjadi pada masa lalu itu dan mengapa engkau melibatkanku dalam pasukan khusus militer USA? Bukankah kau punya teknologi yang jauh lebih hebat dariku…"
Alfred hanya bisa terkekeh-kekeh mendengar pertanyaan basinya Malsche, lalu balik bertanya dengan santai, "Berapakah lama kau hidup, menurut kau?"
Malsche hanya bisa menggeleng kepala, seraya menjawab dengan kaku, "Saya tidak tahu, Alfred."
"Fuh, kalau kau tidak mengetahuinya, lebih baik kau diam saja. Suatu kelak aku akan memberitahumu. Aku janji. Memang masih lama, kurasa. Namun aku pasti akan menepati janjiku. Atau ada kemungkinan kau akan mengetahuinya sendiri tanpa perlu bertanya padaku. Yang penting ayo tingkatkan kemampuan militermu, aku menggantungkan harapanku padamu." jawab Alfred santai seraya memakan hamburger dengan rakusnya.
Malsche hanya bisa mengkerutkan dahi ketika mendengar jawaban Alfred, seraya mengelus-elus dada kirinya. Ia selalu penasaran dengan dada kirinya, yang terasa cukup sakit ketika dipegang-pegang terlalu keras. Ia merasa ada sesuatu yang dimasukkan oleh seseorang – entah siapa, dan dia masih ragu akan itu.
"Tapi aku sudah cukup banyak merasakan stress saban malam karena bertanya akan identitasku yang sebenarnya. Kepala tim dokter itu juga sudah berkali-kali memberitahuku bahwa nama asliku adalah Malsche Krüsschvary, namun masih saja aku ragu akan itu. Apa maksud semua ini, Alfred? Apa ada konflik yang sedang berlangsung di sini sehingga kalian memanfaatkan-ku?" tanya Malsche datar.
Alfred kontan saja berhenti bersikap santai, lalu membuang hamburgernya dan menatap Malsche dengan tatapan serius. Serius dalam artian lain, dia merasa terusik dengan pertanyaan bertubi-tubinya Malsche. Bukan soal berapa pertanyaan sih, namun apa yang ditanyakannya. Baginya, itu sama saja dengan membuka kotak pandora di depan musuhnya sendiri. Tentu saja Alfred tidak bisa membuka mulut seenak jidatnya di depan Malsche ini.
"Kubilang juga apa, tahan semua pertanyaan itu hingga suatu hari kau akan mengetahuinya." perintah Alfred dengan tatapan sangar.
Malsche hanya bisa menelan ludah. Ia kini tidak berani bertanya lagi padanya. Ia merasa sudah cukup diperintah-perintah olehnya. Namun apa daya, Alfred tidak mengizinkannya mengetahui masa lalunya. Malsche lalu menghela nafas dan mulai menaruh senjata laras panjangnya di dekat pohon yang dekat dengan dirinya. Alfred lalu kembali melanjutkan acara makan hamburgernya.
Tiba-tiba ada sebuah derap langkah lain yang menyapa mereka berdua di tengah-tengah hutan belantara di belakang Gedung Putih itu. Alfred langsung memalingkan kepalanya searah dengan arah suara derap langkah tersebut. Ia mengetahuinya sebagai langkah kaki seorang pemuda yang sangat akrab dengannya baik di masa lalu dan masa sekarangnya.
"Hai Alfred dan Malsche." sapanya.
"Hoh, Arthur! Apa kabar, my UK-e?" sapa Alfred iseng sambil memeluk pasangan uke-nya.
Arthur kontan saja memukul pipi Alfred hingga merah pas diisengin sebegitunya sama Alfred sambil mengumpatnya dengan sinis, "Huh, aku selalu berduka setiap hari Malsche harus diurus sama pria hamburger git macam kau, Alfred. Bagaimana kabar Malsche? Apakah wicaranya sudah banyak yang pulih? Jangan-jangan kau malah memperguna-gunainya?"
Alfred langsung berkilah layaknya HERO, "Hey, aku kan HERO! Mana mungkin dia bisa mandeg kalo nggak ada penyelamat macam gue sang HERO! Malsche? Dia baik-baik tuh. Kemampuan menembaknya tinggi sekali, dan wicaranya sudah banyak yang pulih sejak setahun yang lalu itu. Gara-gara terlalu banyak perkembangan hebat yang terjadi pada Malsche, dia sampai berkali-kali merayakan ulang tahunnya dalam setahun ini lho… HEH GUE NGGAK MENGUNA-GUNAI DIA! YANG ADA LO YANG MEMPERGUNA-GUNAINYA! AYO, AKUI! GUE EMANG HERO!"
"HEH HERO GADUNGAN! LO ITU BISANYA APA SIH! BIAR GUE AJARI MALSCHE SIHIR-SIHIR HEBAT! POKOKNYA HEBAAAAT!" kelakar Arthur kesal sambil menarik-narik kerah Alfred dengan hebatnya.
Alfred hanya bisa ketawa-ketawa lagi pas Arthur memaki-makinya. Malsche hanya bisa bingung melihat pertengkaran biasa yang bahkan bisa dibilang kayak tradisi sebelum berbicara dengan baik-baik ini. Arthur yang menyadari kalau dirinya menjadi sorot perhatian Malsche, lalu menoleh ke Malsche sembari tersenyum layaknya gentleman, "Hai Malsche. Kau kenal aku?"
"Tidak."
"Oh baiklah, mungkin karena waktu itu kau nggak terlalu ingat sama aku. Aku Arthur Kirkland, salam kenal. Kau tentu Malsche Krüsschvary kan? Nama yang keren. Bagaimana kabarmu? Jangan hiraukan pria hamburger-holic itu. Nanti kau bisa kena sakit kepala setiap berurusan dengannya, lho?" sambung Arthur berbasa-basi padanya.
Alfred malah udah siap siaga dengan sebuah kursi antik diangkat tinggi-tinggi, dengan sorotan mata penuh dengan flasheyes. Arthur yang menyadari kalo Alfred lagi sakit hati lantaran udah terlalu banyak menyindirnya, langsung lari terbirit-birit sambil menggumamkan mantrranya, "Avkadabrakabraaaaa! (?)"
Kontan saja sihir yang muncul justru Ivan Braginski! Arthur Kirkland dan Alfred F Jones yang melihat hasil summon-nya Arthur, langsung terdiam membeku. Sepersekian detik kemudian, Alfred langsung menarik dan membawa Malsche kabur secepat kilat! Alfred langsung mengutuki Arthur habis-habisan, "ARTHUR BEGO! KENAPA MALAH SUMMON MAKHLUK MENGERIKAN MACAM IVAN BRAGINSKI HAH? LU TAHU KAN DIA KAN KOTAK PANDORA PUNYA GUE SAMA BOSS GUE! BESOK GUE TUNTUT LO DI PENGADILAN MILITER NTAR!"
Arthur yang berdiri di sisi yang berlawanan dengan Alfred, lalu menelan ludah sekali lagi. Sial banget dia hari itu, batin Arthur kesal. Udah dapet makian gratis dari Alfred, plus pas summon bukannya nongolin setan kek di film Harry Potter, yang ada malah Ivan! Ya ampun… Ah! Kayaknya itu kan kotak pandora-nya USA? WADUH! Arthur mengutuki dirinya yang nggak bisa menjaga rahasia USA itu!
"Hey Arthur, itu apa, da?" tanya Ivan seraya berbalik menghadapi Arthur sendiri.
"Ma-Maksudmu, Ivan…?" kelakar Arthur bergidik ketakutan.
Ivan lalu mengiriminya deathglare yang mengerikan melalui mukanya yang suangat 'wah' dan gila sambil bertanya lagi, "Makhluk yang ada di samping Alfred itu, da. Jangan-jangan, kau tahu tentangnya?"
"OH NO NO NO NO NO NO NO NO NO NO NO NO NO NO NO! Aku nggak tahu sama sekali tentang itu, sumpah demi peri yang ada di alam sanaaaa!" jerit Arthur mundur tiga langkah lebih jauh dari Ivan. Sialnya, Ivan malah menambah langkahnya dua kali. Jadinya hanya berjarak satu langkah di antara mereka berdua itu.
"BENARKAH, DA?" seru Ivan lebih keras lagi.
Matilah udah, batin Arthur ketakutan. Baiklah, akan kugunakan itu!, "ABRAKADABRAAAA!" jerit Arthur sambil berlari sembari menghilang di depan mata Ivan. Wusshhh… Beneran sosok Arthur menghilang di depan Ivan. Ivan hanya bisa mengangkat alis kanannya, lalu mengambil sesuatu yang ada di dalam saku jaketnya. Pas dia mengambilnya, eh tahunya HP! Ia lalu menekan tombol nomor HP Natalya dan menekan tombol 'call'. Akhirnya dia menelepon juga, "Tolong bawa aku kembali ke region-ku. Aku tiba di wilayah Alfred kayaknya."
Natalya langsung berteriak girang pas Ivan meneleponnya, "Mata-matai aja kenapa, niichan!"
"Tidak bisa, kayaknya aku ada di daerah Gedung Putih. Bakalan mati aku dipergoki mereka semua. Kau tahu kan 'neraka' yang kuceritakan waktu kecil pas aku pertama kalinya mampir ke region ini?" bantah Ivan menggeleng kepala sembari masih meneleponnya.
Natalya mendengus kesal di telepon Ivan, lalu bergumam dengan lemas, "Oke, niichan."
-00-
"HAH… HAH… HAH… APA-APAAN ARTHUR SI SCONE-MANIAC ITU? BERANI-BERANINYA MEMBAWA IVAN KE SINI! DASAR ABABIL!" kutuk Alfred kesal, dan dia sendiri dalam keadaan tepar sambil ngos-ngosan di depan Gedung Putih itu. Malsche hanya bisa geleng-geleng kepala sambil mengeluarkan tanda tanya besar di atas kepalanya.
Malsche lalu mengalihkan pandangannya ke Alfred yang masih tepar di depan Gedung Putih itu, lalu bertanya padanya dengan wajah dan suara datar, "Siapakah orang yang di-summon Arthur itu, Al?"
Alfred lalu menegakkan punggungnya, dan berbalik ke Malsche sambil masih duduk, seraya membisikinya di telinga kirinya dengan nada penuh kekhawatiran dan kekalutan, "Dialah calon musuh-mu kelak… Pokoknya kau tidak boleh tanya padaku kenapa ini bisa terjadi, meski aku memang tahu alasan kenapa kita menjadikan dia sebagai musuh kita… Satu alasan yang mungkin akan terdengar relevan pada saat sekarang ini, yaitu alasan perebutan wilayah yang kaya akan sumber daya alam…"
"Baiklah, Alfred. Aku tidak akan protes lagi." ujar Malsche seraya mengganggukkan kepalanya dengan mantap.
Alfred tersenyum simpel, "Bagus. Itu baru Malsche yang sebenarnya. Aku sebetulnya tidak tega kalau menyembunyikan banyak rahasia padamu, namun aku janji akan memberitahumu perlahan-lahan. Sekarang, kau jalani saja kehidupan damaimu sebelum akan merasakan kejadian yang mungkin akan terasa pahit. Sabar saja. Kita tunggu perintah Mr. President berikutnya."
"Baik."
.
-00-
.
Di Budapest, Hungary, A.D 2116…
Tap tap tap. Suara derap langkah kaki yang lembut terdengar di alun-alun kota Budapest yang indah itu. Seorang wanita terlihat asyik menyanyi di alun-alun itu, sehingga menarik perhatian para warga kotanya. Bahkan beberapa warga kota itu mengenalnya sebagai salah satu nona besar yang sangat terhormat di lingkungan negaranya.
"Wah, Nona Elizabeta bisa juga ya, dalam menyanyi." puji salah satu warganya kepada nona muda itu.
Nona muda bernama Elizabeta itu lalu menyunggingkan senyuman manis ala sang putri, lalu menjawabnya dengan penuh empati, "Ah Anda bisa saja, Malév. Kau sendiri sudah lama kenal sama saya, pasti dong kenal dengan kebiasaan saya!"
Warga bernama Malév itu hanya bisa tertawa terkekeh-kekeh sembari berkomentar dengan elegannya, "Iya juga ya. Apa kemampuan menyanyimu sudah banyak perkembangan? Aha, apa kabar Tuan Roderich? Apa beliau baik-baik saja? Kuharap kalian berdua bisa menjadi pasangan yang paling diberkati Tuhan di dunia ini!"
"Hihi, kau bisa saja Malév. Oh tidak, ini waktuku untuk pergi ke toko bunga di blok 3. Kuharap dikau sehat-sehat saja bersama keluargamu! Sampaikan salamku untuk Daniél dan Mariska ya!" pamit Elizabeta sambil berlari dengan elegannya di belakang Malév. Malév hanya bisa tersenyum dengan leganya mengetahui bahwa sahabat baiknya juga sehat-sehat saja.
"Ups, hampir saja kehilangan timing untuk mencari dia." gumam Elizabeta sedikit panik. Ia lalu mengambil dan melirik jam bandul yang tersimpan di saku bajunya. Jam sepuluh lewat lima belas, batinnya. Masih ada banyak waktu sebelum pertemuan resmi antara dirinya dengan seorang pemuda yang katanya datang dari Albania. Tak sabar baginya untuk membangun formasi penyelamatan negara-negara dari tangan kejamnya Der Führer itu, batin Elizabeta deg-degan.
Tiba-tiba ketika Elizabeta sudah sampai di toko bunga yang ada di blok 3, dia bertemu dengan pemuda yang kelihatannya dari negara Eropa Selatan yang nyaris menyentuh gagang pintu toko bunganya. Sejenis dengan Herakles, batin Elizabeta heran. Pemuda itu juga agak kikuk ketika melirik wanita yang hampir meraih gagang pintunya.
"A-Anda?" tanya Elizabeta heran.
"A-Ah! Namaku Ju-Julius Adamec, dari Se-Serbia… Aku ke sini mau merundingkan sesuatu yang harus diketahui oleh kalian. Ini tidak boleh bocor sekalipun." jawab pria bernama Julius Adamec itu kikuk.
Elizabeta hanya bisa menggangguk pelan sambil meraih gagang pintunya sembari buru-buru membantu sahabat lainnya yang kerepotan dalam berurusan dengan bunga-bunga kesayangannya. Masih untung masalah itu hanya berlangsung beberapa menit, dan tiga puluh menit setelahnya, Elizabeta keluar toko bunganya dengan beberapa uang tergenggam di tangan kanannya.
Setelah sukses membantu sahabatnya, Elizabeta lalu melirik pria Serbia yang masih membeku sehabis membiarkan Elizabeta masuk ke toko bunganya, dan bertanya dengan sopan, "Mau ngobrol tentang itu di mana? Biar saya yang traktir, kebetulan lagi dapat rezeki. Puji Tuhan."
"Di kafe saja dan di mana saja asal ada kafe itu." jawab pria itu kikuk juga.
-00-
Sesampainya di kafe di dekat toko bunga itu, Elizabeta dan Julius duduk dengan kikuknya. Bisa bahaya kalo Roderich tahu ini, batin Elizabeta khawatir, "A-Ada apa? Kayaknya sangat penting sekali… Memangnya kau tidak punya waktu untuk bertatap muka dengan Roderich-sama itu?" tanya Elizabeta sembari mengatupkan kedua tangannya dengan gelisahnya.
Pemuda Serbia itu menggangguk pelan sembari mulai menjelaskan sesuatu yang tidak pernah Elizabeta bayangkan sebelumnya, "Ya. Aku nggak punya waktu, karena aku harus sibuk membantu anak-anak Former Yugoslavia menambah frekuensi pertahanan mereka… Dengar baik-baik, ini sangat penting. Ini menyangkut masa lalu mereka berdua…"
Elizabeta tersentak kaget, lalu mendongkakkan kepalanya searah dengan pria Serbia itu, sembari bertanya dengan nada lirih, "Ma-masa lalu mereka berdua? Maksudnya siapa, Julius-san?"
"Siapalagi kalau bukan Malsche Krüsschvary dan Yurikov Gzelstevy… Mereka itu satu jiwa…" jawab Julius dengan nada penuh kepasrahan dan dari kedua matanya muncul suatu aura yang membuat Elizabeta bisa merasakan suatu kesedihan yang sangat luar biasa…
[ To Be Continued ]
