About Us
Gadis itu berusia 3 tahun ketika hal itu terjadi, dimana kehadirannya begitu tidak diterima setelah kecelakaan yang membuatnya menjadi buta. Bukan kecelakaan biasa, melainkan sebuah kecelakaan yang sengaja dirancang oleh ibu tirinya agar gadis itu dan ibunya segera mati. Beruntung gadis itu masih hidup, meski akhirnya harus buta, sementara ibunya koma. Sejak kejadian itu, ayahnya mengacuhkannya, menganggap kehadiran gadis itu sebagai pembawa sial, karena menyebabkan Hana, istri tercinta sang ayah terbaring koma, hal ini disebabkan hasutan dari sang ibu tiri karena ingin gadis kecil itu lenyap agar putrinya bisa menguasai harta sang suami. Kejadian itu menyebabkan sebagian keluarga gadis itu iba, terutama kakek & kakak gadis itu, yang kemudian sering merawatnya, mengajarkannya banyak hal, bahkan karate. Berangsur-angsur gadis itupun bisa berjalan tanpa bantuan, tanpa tersandung ataupun terjatuh, karena indranya sudah sangat peka akibat latihan keras yang diterimanya dari sang kakek tercinta. Namun lagi-lagi, sial bagi gadis itu, karena ketika ayah, kakak dan kakeknya tidak ada, sang ibu tiri lagi-lagi berusaha mencelakainya, dan tidak tanggung-tanggung, ia sengaja meracuni gadis itu kemudian membuangnya ke jurang.
Namun demikian, apa yang didapati sang istri diluar dugaannya, karena pada hari yang sama sang suami pulang bersama Hana, istri tercintanya, dan mengetahui segala kebenarannya. Hal ini menyebabkan kemarahan sang suami dan berjanji, tidak akan ada harta sepeserpun untuk anak dari istri keduanya tersebut, bahkan sang kakek pun telah mewariskan hartanya untuk sang cucu tercintanya yang buta & kakaknya, membuat tubuh sang istri kedua lunglai seketika, karena apa yang dilakukannya sia-sia, dia tidak akan mendapatkan apa-apa.
"tidak ada sepeserpun dari hartaku untukmu dan anak-anakmu, jika anak itu tidak kau temukan dengan selamat..." kata sang suami.
Hana hanya bisa menangis sambil memeluk putra sulungnya, meratapi ketidakmampuannya menjaga puteri tunggalnya, sementara sang istri kedua diam, tak mampu berkata apa-apa. Hari itupun, dilakukan pencarian di daerah tempat gadis itu di buang, namun tidak ada apapun yang ditemukan, kecuali baju yang tersobek-sobek dan darah yang berceceran. Meski begitu, Hana tetap percaya jika sang puteri tercinta masih hidup.
Di bandara Bandara Konoha...
"ara-ara... aku harus bergegas menuju apartemen... sebelum ibu marah, karena aku terlambat memberi kabar..." seorang gadis berambut merah muda berjalan dengan agak terburu-buru, sehingga membuatnya tertabrak dengan seorang gadis berambut Merah yang sebaya dengannya, menyebabkan gadis Merah itu terjatuh.
"kalo jalan hati-hati dong..." ujar gadis berambut Merah itu ketus.
"eto... saya minta ma'af... saya terburu-buru tadi..." ujar gadis merah muda sopan seraya membantu gadis Merah itu berdiri.
"ah-tidak apa-apa... aku juga sedang terburu-buru..." ujar gadis Merah itu melunak.
"ah iya, aku Sakura... Hyuuga Sakura..." gadis merah muda itu mengulurkan tangan memperkenalkan diri.
"aku Karin... Akasuna Karin..." gadis Merah itu menyambut tangan Sakura yang terulur.
"ah aku lupa, aku terburu-buru... "ujar Karin melepaskan tangan Sakura. Sakura tersenyum melihat Karin yang segera berlari.
"see you... Karin-chan..." Teriak Sakura yang di balas lambaian oleh Karin.
"gadis yang baik... sepertinya aku familiar... tapi... tidak mungkin aku punya kenalan di Jepang, kecuali teman-teman Hanabi..." gumam Sakura kembali melanjutkan perjalanannya.
Di tempat Karin...
"gomenosai... Sasori-nii..." Karin terengah-engah ketika sampai dihadapan kakaknya, Akasuna Sasori. Sementara Sasori hanya menatap datar adiknya itu.
"ayo pulang..." ujar Sasori setelah mengacak-acak rambut Karin. Karin tersenyum, karena kakaknya memang tipe orang yang tidak bisa menunjukkan kasih sayangnya lewat ekspresi, namun tindakannya.
"kakak... aku tadi berkenalan dengan seorang gadis, dia cantik... sekali. Ramah, baik hati dan tidak sombong... dan lagi dia berambut seperti Hana okaa-san... namanya Sakura Hyuuga..." kata-kata Karin itu membuat langkah Sasori berhenti seketika.
"kakak kenapa?" tanya Karin kaget dengan kakaknya yang tiba-tiba berhenti di depannya.
"Karin... jangan mengatakan hal ini pada Hana okaa-san... aku tidak mau dia sedih..." ujar Sasori. Karin tersadar dari kesalahannya, dia tidak seharusnya mengatakan hal-hal yang membuat ibu tirinya itu sedih, mengingat saudara tirinya yang hilang 12 tahun yang lalu.
"ha'i... Sasori-nii..." ujar Karin menyesal. Sasori segera melangkahkan kakinya untuk pulang. Dia tidak suka jika harus mengingat tentang adiknya yang telah tiada, membuat hatinya begitu sakit. Karena hingga hari ini, ia masih sangat membenci ibu tirinya, Sara, meski dia bisa menyayagi Karin sebagai adiknya.
"tadaima..." gadis merah jambu itu berdiri di depan sebuah rumah mewah dengan gaya minimalis berwarna putih. Sebuah suara dari dalam rumah menjawab agar Sakura menunggu. Sambil menunggu Sakura memperhatikan rumah itu, ia menyukai penataan tamannya di halaman depan yang minimalis. Dia tersenyum, mengingat bahwa adik ibunya itu sangat menyukai tanaman.
"astaga... Sakura-chan... Sakura-chan sudah tiba..." teriak Nadeshiko, bibi Sakura ketika melihat keponakan tercintanya.
"ara-ara... baa-chan... selalu saja berisik jika melihatku... " ujar Sakura sambil menggelengkan kepalanya, pura-pura tidak suka.
"ah, Sakura-chan..." Nadeshiko segera memeluk keponakannya itu, sambil mengajaknya masuk. Orang-orang dalam rumah segera menyambut Sakura dengan suka cita, terutama Hanabi, sepupu Sakura.
"kami rindu padamu... Sakura-nii..." ujar Hanabi ketika memeluk Sakura. Merekapun segera menjamu Sakura, bak seorang putri.
Di tempat Sasori...
Sasori dan Karin segera disambut oleh keluarganya. Hana memeluk putranya senang, begitu juga Sasori, ia sudah rindu sekali pada ibunya.
"okaeri... Sasori-kun..." Sara memberi ucapan yang hanya dibalas anggukan datar Sasori. Sara sadar betul dengan sikap putra tirinya itu, bahwa Sasori belum bisa memaafkan perbuatannya.
Merekapun juga memulai perjamuan itu, tanpa menyadari, bahwa orang yang selama ini mereka cari-cari... mereka rindukan... begitu dekat dengan mereka.
Gadis jelita itu memandang Kota Konoha yang sudah lama tidak ia lihat, yang entah kenapa selalu ia rindukan. Namun begitu, ada rasa takut dan sakit yang terasa di dadanya. Seperti ada sesuatu yang hilang dan tak bisa ia temukan disini.
"Sakura-nii..." suara Hanabi dari balik pintu terdengar. Sakura melangkahkan kaki jenjangnya menuju pintu dan membukanya.
"Sakura-nii... aku ingin jalan-jalan... dan ibu bilang aku harus mengajakmu..." ujar Hanabi dengan senyum manisnya ketika mendapat persetujuan dari Sakura. Kakinya melangkah masuk mengikuti Sakura yang berbalik untuk bersiap-siap.
"ne... Sakura-nii... bagaimana kabar jii-san dan baa-san?" tanya Hanabi sambil membolak-balik novel yang tergeletak diatas tempat tidur.
"baik... mereka rindu sekali kepadamu... kapan-kapan ikutlah aku ke Amerika, mereka pasti sangat senang..." jawab Sakura.
"aku mau sekali..." ujar Hanabi riang.
"ne... ayo kita berangkat..." ujar Sakura yang mengenakan celana jeans ¾ dengan kaus biru langit dan cardigan senada. Ia tampak begitu menawan dalam tampilan casualnya.
"sukoi... kenapa Sakura-nii tidak jadi model saja?" puji Hanabi kagum dengan kecantikan sepupu tercintanya itu.
"kau ini... sudahah... ayo pergi! Aku agak bosan dirumah jika tidak ada kakakmu yang selalu mengajakku bertengkar. Kapan dia pulang?" tanya Sakura mengalihkan topik.
"ah.. iya... Nejii-nii titip pesan, jika Sakura-nii sudah sampai dia akan pulang 3 hari kemudian..." ujar Hanabi dengan ekspresi berfikirnya. Nejii adalah Kakak Hanabi, orangnya agak cuek, seenaknya sendiri tapi sebenarnya baik.
"ok... nanti saja aku menghubunginya... sekarang, ayo kita pergi..." Hanabi pun beranjak turun dari ranjang dan berjalan mengikuti Sakura.
"Sasori-nii... ayo kita pergi... aku ingin makan diluar bersama kakak..." ujar Karin dengan wajah melasnya. Sasori hanya memandangnya datar, namun begitu ia segera beranjak mengikuti adik kecilnya itu.
Sakura... seandainya kau masih hidup... kau pasti sebesar Karin, dan mungkin kau akan secerewet dia juga. Tapi... aku tidak bisa mencintai Karin sebagaimana aku mencintaimu, karena kaulah adikku yang sesungguhnya, adik yang selalu tersenyum padaku meski merasa sakit... adik yang selalu tersenyum meski diperlakukan tidak baik...
Merekapun pergi berjalan-jalan dengan mobil sport Sasori. Karin duduk dengan manis disampingnya, sambil membaca buku. Mobil yang Sasori kendarai melaju dengan kecepatan standart, namun begitu mobil itu tetep mengerem tiba-tiba dan menimbulkan bunyi derit yang nyaring, mengagetkan beberapa orang yang lewat/menyebrang, bahkan Karin sendiri.
"Sasori-nii... ada apa?" tanya Karin yang terkejut.
Tidak mungkin... tidak mungkin itu tadi dia...
"tidak apa-apa... aku sedang melamun... gomenosai..." ujar Sasori kembali melajukan mobilnya, berusaha menghapus harapan yang sempat timbul ketika melihat seorang gadis yang sangat ia rindukan.
Sakura dan Hanabi berjalan-jalan disekitar pertokoan di Harajuku. Melihat-lihat berbagai macam accesories, baju dan peralatan kecantikan. Mereka sesekali berhenti dan membeli beberapa barang yang mereka sukai.
Tiba-tiba seseorang memeluk Sakura dari belakang, membuatnya terkejut dan hampir saja memukul orang itu, jika dia tidak menangkap sesosok orang yag dia rindukan itu.
"aku rindu sekali padamu..." ujar suara itu lembut.
Astaga... jangan bilang dia...
"nii-san..." Sakura berteriak memanggil sosok yang ada diseberang jalan, mangabaikan orang yang memeluknya.
"nii-san..." sakura melepaskan diri dari pelukan orang itu dan berusaha mengejar sosok yang ia rindukan.
TBC
gomenosai minna~
ini fic pertama Nasya, jadi masih amburadul... beberapa bagian ada yang Nasya perbaiki... semoga kalian suka, Terima Kasih.
