.
"Hurt
.
NARUTO © Masashi Kishimoto
Hurt © Aiko Blue
.
"Saya mendapat keuntungan berupa kepuasan batin atas pembuatan fanfiksi ini."
.
.
.
"Sakitkah?" Neji bertanya.
"Apanya?" Tenten balik bertanya, matanya menuntut seribu penjelasan atas pertanyaan tak jelas yang terlanjur terlontar dari bibir Neji.
"Terus menyendiri, sementara semua orang berkeluarga dan hidup bahagia. Sakitkah?"
Ngilu. Ngilu sekali. "―Ya."
Singkat. Tenten yakin Neji mendengarnya. Satu pengakuan bernada kejujuran.
Mereka bertatapan— tersenyum pahit.
"Kalau begitu, buka hatimu dan mulailah hidup baru bersama orang lain."
Tenten tertawa tanpa suara, menggelengkan kepala penuh drama. "Sulit." Kegetiran dalam suaranya melebihi rasa maja. "Kau tahu betapa sulit dan mustahilnya bagiku melakukan itu, bukan?"
Itu retoris. Tenten menatapnya dengan senyum jujur benapaskan kepedihan. Neji membeku, semua pembendaharaan kata dalam otaknya lenyap dimakan ledakan realita.
"Lagi pula," Ujar Tenten, Neji kembali menoleh. Gadis berdarah China itu tersenyum tipis. "Kau sendiri yang mengajariku setia padamu, hingga aku lupa caranya jatuh cinta pada orang lain, Neji ."
Neji mendengus, dan tersenyum. Namun senyum itu tak menyentuh matanya. Jika ia tak kelewat bodoh, mungkin ia bisa paham suatu perasaan yang ia simpan di antara secuil ruang antara Tenten dan kematiannya. Penyesalan.
Tenten menarik napas panjang, mengirup sesaknya kerinduan. Matanya sekali lagi mematri sosok setipis kabut itu lekat-lekat. Sampai sosok berdenyar tipis yang dikenalnya sebagai Hyuuga Neji itu perlahan mulai memudar terhisap udara dan cahaya matahari. Lenyap tak bersisa, meninggalkan Tenten seorang diri bersama bayang kerinduan yang menjelma menjadi abadi.
Cinta yang tumbuh di garis batas dua dunia.
.
.
.
FIN
.
.
.
A/N: Ngerti nggak? :333
