Mine

.

.

Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto

Mine © Petra

Warn: Typo(S), over-dramatization, and et cetera and et cetera…

.

.

Sasuke pernah bermimpi tentang sebuah tempat yang luas yang dikelilingi kaca dan dia ada tepat di tengah-tengahnya, menikmati sinar matahari yang hangat dan desiran angin yang entah datang dari mana. Lalu dia juga menemukan sebuah pintu tanpa daun di sana, dengan tirai kerang yang berkilau dan indah. Dalam mimpinya, selain dia, Sasuke juga membayangkan orang lain di sana. Dia membayangkan Hinata.

Anak perempuan itu tidak banyak bergerak. Dia hanya akan ada di sana, duduk di sebelahnya sambil bergumam tentang sebuah lagu yang Sasuke tidak ingat judulnya. Mereka duduk, diam, dan menikmati waktu yang sepi namun menyenangkan.

Sasuke tidak begitu ingat sejak kapan dia bermimpi tentang hal ini, yang dia tahu, ini sudah lama. Dia menginginkan Hinata.

Mereka adalah teman sejak kecil. Sasuke selalu jadi temannya untuk pergi dan pulang sekolah karena mereka memang bertetangga. Seingat Sasuke, Hinata adalah anak perempuan yang akan selalu menangis di pojok kelas saat serombongan anak perempuan menjahilinya dan bilang bahwa dia lebih mirip anak laki-laki karena rambutnya yang pendek. Hinata juga anak perempuan yang tidak terlalu banyak bicara, dan yang paling penting, dia satu-satunya anak perempuan yang mau bermain dengan ulat dan kepik. Sasuke pikir dia memang berbeda dengan anak perempuan kebanyakan, karenanya dia tidak keberatan saat Hinata berjalan bersamanya di sepanjang jalan menuju dan dari sekolah.

Ketika keluarga Hinata memutuskan untuk pindah, Sasuke yang memang tidak punya teman banyak merasa sedikit sepi. Tapi seperti kebanyakan Uchiha yang lain, Sasuke bisa menjalani masa kecilnya dengan baik. Anehnya, ketika Hinata kembali, Sasuke justru merasa dirinya menyedihkan. Perlahan, Sasuke mulai kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Dia bisa tiba-tiba diam seperti orang bodoh saat Hinata muncul dan tersenyum malu-malu, Sasuke juga bisa tersedak ketika Hinata bertanya tentang tipe gadis impiannya di saat mereka makan siang, dia bahkan bisa berubah jadi seorang psikopat (dalam hati) saat senyum bodoh Naruto membuat Hinata merona.

"Sasuke kenapa?" dia ingat suara kebingungan Hinata waktu itu. Sasuke juga ingat bagaimana kesalnya dia saat mendengar Naruto mengajak Hinata makan malam di sebuah restoran mewah saat mereka berdua, dia dan Hinata, sedang ada di toko buku menghabiskan sore.

"Aku tidak suka!"

Dia ingin menertawai dirinya yang waktu itu. Dia bertingkah konyol malam itu dengan membuntuti Hinata dan duduk di belakang mereka. Tapi Sasuke tidak menyesalinya. Ini juga karena Hinata. Karena dia, Sasuke jadi orang yang menyedihkan seperti ini. Pria yang paling digilai wanita lajang di Konoha membuntuti seorang Naruto yang bukan siapa-siapa dan teman kencannya. Ah…

"Sasuke-kun…?"

Dan setelah melihat bagaimana si payah Naruto mencoba meraih tangan Hinata yang bertumpu di atas meja, Sasuke kehilangan kesabaran dan sisi rasionalitasnya. Dia berdiri, menggeser kursinya dengan kasar dan menarik Hinata menjauh.

"Aku tidak suka, Hinata…."

"…"

Sasuke kesulitan mengatur dirinya sendiri malam itu. dia meraih rambut gelap yang ada di wajah Hinata, menyingkirkannya untuk bisa melihat wajah kebingungan gadis itu lebih jelas. Tangannya bermain-main dengan ujung helaian rambut itu sebelum menundukkan wajahnya, mendekat...

Kiss…

Dan waktu seperti berhenti.

Sasuke seperti mendengar letupan kembang api di kejauhan, Hinata merasa kehilangan pegangan.

Mine…

.

Namanya Sasuke…

… dan dia sangat, sangat, menyukai Hinata.

.

"Sas, kenal Ino?"

"Hm…"

"Dia kirim salam padamu."

"…"

.

Sas, Sakura bilang titip salam."

"…"

.

"Sas, cewek tadi cantik ya?"

Sasuke cuma meliriknya sekilas sebelum tekun dengan lembar pekerjaannya lagi.

.

"Sasuke…"

"…"

Twitch!

"Sas…"

"…"

"Saasss…"

Sasuke menghela napas, "Apa?" katanya sambil melirik Naruto.

"Kapan kau menyusul?"

"Apa?"

"Menyusulku menikah…" Naruto bilang sambil mendudukkan dirinya di depan si Direktur. Dia tersenyum sedikit, tapi mereka berdua tahu senyum itu tidak sampai ke matanya. "Dia tidak menginginkan ini, Sas…" Naruto bangkit lagi, dia berjalan menuju jendela dan bersandar di sana, "Dia ingin kau bahagia."

Sasuke mendesah lalu menyingkirkan pekerjaannya ke tepi meja. Dia kemudian membiarkan tubuhnya bersandar. Wajahnya mengadah ke langit-langit, "Aku hanya bisa bahagia jika mengenangnya," pemuda itu menyahut, lalu tersenyum.

Naruto berbalik ketika mendengar langkah kaki.

Sasuke telah mengambil tas dan kunci mobilnya, "Aku akan pulang," dia bilang sebelum Naruto sempat bertanya.

.

Sasuke sempat singgah toko kue dalam perjalan pulangnya menuju rumah. Dia ingat Hinata menyukai bolu kukus rasa pandan. Saat tiba di rumah, dia sengaja tidak menyalakan lampu dan langsung berjalan menuju beranda. Di sana, dia meletakkan kue yang dia beli dan menyalakan lilin. Jasnya dia letakkan begitu saja di samping pintu geser, bersama dengan tas dan barang-barangnya yang lain.

"Sepi sekali di sini," katanya entah pada siapa setelah agak lama duduk sendiri menatap orang yang seolah-olah duduk di depannya, "Aku kesepian, kau tahu?" Sasuke tertawa tanpa suara, matanya terpejam saat dia menangis.

Sasuke lalu beranjak dari sana. Dia memilih duduk berselonjor kaki di lantai, dengan punggung bertumpu pada dinding. Sasuke sempat merasakan sebuah genggaman hangat mengisi telapak tangannya sebelum dia menyerah dan tertidur.

Hinata…

.

"Sasuke…"

"…"

"Kenapa Sasuke mau berteman denganku?"

Pertanyaan itu membuat Hinata mendapatkan sepenuhnya perhatian Sasuke. Anak laki-laki lima tahun itu berhenti berjalan. "Memangnya kau tidak suka berteman denganku?"

"T-tidak!" Hinata berpaling. Mereka kembali berjalan. "Aku suka berteman dengan Sasuke," dia berbisik, "tapi takut jika suatu saat Sasuke bosan denganku."

"Ck! Berhenti berpikir konyol seperti itu."

"Apa itu artinya Sasuke tidak akan bosan?" Hinata menyahut cepat, " Apa kita akan terus seperti ini? Selamanya?"

Saat itu, Sasuke ingin mengutuk wajah Hinata yang terlihat begitu manis ketika anak perempuan itu kebingungan. "Ya," dan entah sejak kapan kata selamanya terasa begitu baik dan melegakan hatinya.

Sasuke memang tidak pernah bisa mengerti dirinya ketika ada Hinata di sana bersamanya.

.

.

"Oh baby, i'll take you to the sky,

Forever you and i…

And we'll be together till we die,

Our love will last forever and forever you'll be mine…"

(Mine, Petra)

.

.

A/n: I'm trying to find my rhythm again… jadi maaf jika fiksi ini terkesan rush dan pendek. 900 words bukan angka yang cukup untuk disebut sebagai fiksi, i know, so let's name it drabble or drabbles since it'll be more than one chapter.

The plot in this chapter based on Petra's song, "Mine". It's a beautiful song, and has made me fall in love again and again and again.

Oh, please let me know what's on your opinion about this chapter before I publish the next one.

Please hit the review button below!

Salam,

Marine