Unconditionally
Story by C.C
.
Naruto © Masashi Kishimoto
Shingeki no Kyojin © Isayama Hajime
.
Cover Fanart © byBlackRose
I don't take any profit from this fict!
.
Shingeki no Kyojin!AU, lil' bit OOC-ness & Fluffy.
Romance General
.
A Birthday Fict for Hydrilla a.k.a Nara
.
Hope you can enjoy it and give me your feedback? :)
.
Plaaak!
Suara tamparan keras itu terdengar menggema di sekitar bangunan-bangunan tua yang sudah tak terpakai lagi. Beberapa orang berseragam coklat karamel dengan lambang sayap kebebasan di belakangnya, tercengang melihat pemandangan di hadapan mereka.
"Teme, sudahlah!" Seorang pria berkulit tan dan berambut pirang mencengkram sebelah tangan milik seorang pria berambut hitam kebiruan di sampingnya. "Sakura-chan, kau juga kembalilah ke posmu!" perintahnya pada seorang gadis berambut pink di hadapannya yang tengah memegang sebelah pipinya yang memerah. Kedua mata emerald gadis itu menatap tajam sepasang onyx milik pria berambut hitam kebiruan yang tangannya tengah ia tahan.
"Tch! Tak perlu memerintahku, Naruto! Kau jaga saja laki-laki temperamen ini agar dia tidak memukul wanita lain," ketus gadis merah muda bernama Haruno Sakura itu. Ia lalu berbalik dan berjalan meninggalkan kedua pria itu menuju sebuah bangkai titan yang baru saja dibunuh oleh pria yang menamparnya tadi.
"Sakura, kau tidak apa-apa?" tanya seorang teman wanitanya yang berambut blondie— Yamanaka Ino.
"Aku sudah terbiasa dengan temperamennya itu," jawab Sakura dengan nada datar.
"Tapi Sasuke tidak pernah menggunakan fisik padamu, 'kan? Atau tanpa sepengetahuan kami dia—"
"Tidak, baru kali ini dia seperti itu," potong Sakura cepat. "Ah, sudahlah! Jangan membicarakannya lagi, mood-ku rusak total! Kita kembali ke garis depan," tukasnya kemudian. Ketua dari squad penelitian itu lalu menaiki kudanya dan bergerak menuju ke arah di mana sang commander berada.
"Kau tahu? Kali ini kau keterlaluan, teme," tukas pria berambut pirang tadi— Uzumaki Naruto. "Aku tidak tahu kau suka bermain fisik pada wanita," sambungnya lagi. Agak ragu ia mengatakan kalimat itu sebenarnya, tapi ia ingin melihat reaksi pria tampan yang berjalan di sampingnya dalam diam. Apakah setelah ini ia akan pulang dengan selamat atau dengan kondisi patah tulang? Ia tak tahu.
"Aku kelepasan," kata Sasuke pelan. Setelah itu, ia melenggang pergi dari hadapan Naruto tanpa mengucapkan kalimat pembelaan apapun atas apa yang tadi dilakukannya pada Sakura.
"Dia tidak mengamuk..." Naruto menatap punggung Sasuke heran. Ia menghela napas sejenak sambil menggeleng pasrah, lalu segera menyusul langkah Sasuke untuk kembali ke formasi.
.
.
.
Sakura masih mengurung diri di dalam ruang kerja pribadi miliknya setelah semua anggota survey corps kembali dari ekspedisi ke-47 beberapa hari yang lalu. Ia masih menulis laporan tentang perilaku titan abnormal yang hampir ia tangkap hidup-hidup dalam ekspedisi itu. Tapi seorang pria angkuh yang sangat dikenalnya merusak rencana itu dalam sekejap. Suara ketukan di pintu ruang kerjanya mengusik kegiatannya sejenak.
"Siapa?" tanyanya dari dalam.
"Ini aku, Sakura." Terdengar suara feminin yang dikenalnya dari balik pintu.
Wanita yang identik dengan musim semi itu lalu beranjak dari kursi kerjanya dan berjalan menuju pintu dengan langkah yang diseret.
Cklek!
Bayangan seorang wanita cantik berambut pirang yang sedang tersenyum manis, langsung ditangkap oleh kedua manik hijaunya. "Ada apa pagi-pagi begini kau mendatangi ruang kerjaku, Ino?" tanyanya dengan nada malas.
"Aku membawakanmu sarapan. Kau pasti akan melewatkan sarapanmu lagi kalau aku tidak membawanya ke ruang kerjamu," sahut Ino ringan. Ia lalu menjatuhkan dirinya ke atas sofa merah panjang yang ada di sudut ruangan.
"Terima kasih," ucap Sakura yang ikut duduk di samping Ino. Ia melepaskan kacamata minusnya dan meletakkannya di atas meja.
"Sampai kapan kau akan menghindarinya, huh?" Ino bertanya tiba-tiba.
"Hah? Apa maksudmu dengan menghindar?" Sakura berusaha mengelak dari pertanyaan Ino yang sebenarnya tepat sasaran itu.
"Tidak usah berpura-pura bodoh! Kau tahu apa maksudku yang sebenarnya, Sakura," sahut Ino yang memutar bola matanya bosan.
Sakura mendengus pelan. "Tch! Pagi-pagi begini kau sudah membicarakan hal menyebalkan itu!" keluhnya sambil memberengutkan wajah.
Ino tertawa lepas mendengar keluhan dari sahabat sekaligus partner-nya itu. "Tuh, 'kan! Kau langsung mengerti maksudku," ucapnya yang masih tertawa. "Baiklah, baiklah ... Kita akan menghindari topik itu dulu," tukasnya kemudian saat manik emerald Sakura menatapnya tajam.
Sakura kembali memusatkan perhatian pada sarapannya di atas meja. Sesekali ia membaca kembali laporan yang akan ia berikan pada sang commander, Hatake Kakashi. "Ino, apa yang kaulakukan?!" Sakura memprotes tindakan Ino yang merebut kertas laporan di tangannya dan menyimpannya di laci meja kerja miliknya.
"Aku hanya membereskan laporanmu saja. Seharusnya kau berterima kasih, Sakura, karena kau bisa menikmati sarapanmu dengan tenang," tukas Ino ringan. "Oh, ya! Makanan penutup nanti siang strawberry pie kesukaanmu. Kalau kau mau, pergilah ke kantin. Aku tidak akan membawakannya untukmu. Nah, setelah ini bersihkan dirimu dan istirahatkan tubuhmu sebentar. Okay?" Setelah berkata seperti itu, Ino pun beranjak pergi dari ruang kerja Sakura.
Wanita yang identik dengan pink itu menghela napas pasrah. "Dasar si Ino itu! Dia sengaja memancingku dengan strawberry pie agar aku keluar dari ruang kerjaku. Ah, tapi memang sudah lama juga aku tidak makan strawberry pie kesukaanku itu," ujarnya pelan. Ia lalu menggulung lengan kemeja putih panjangnya dan mengangkat kedua tangannya ke atas tinggi-tinggi. "Baiklah, saatnya memanjakan diri," tukasnya kemudian.
Kaki jenjangnya lalu membawa Sakura memasuki area kamar mandi yang dilengkapi dengan bathub air hangat di sisi lain ruang kerjanya.
-oo-
Sosok Sakura yang sedang menikmati strawberry pie di hadapannya, tak menggubris bisikan-bisikan para prajurit survey corps yang duduk di sekelilingnya. Ia tahu, para prajurit itu pasti sedang membicarakannya yang masih menjadi bahan gunjingan 'panas' untuk dibicarakan dalam seminggu ini, atau mungkin untuk beberapa bulan ke depan. Tapi ia tak peduli. Toh, Sakura memang bukan tipe orang yang suka membuang-buang waktu untuk memikirkan hal-hal sepele seperti itu.
Sebelah alis Sakura sedikit naik saat telinganya tak lagi mendengar gunjingan-gunjingan yang tadi didengarnya. Ia sudah akan mengangkat wajahnya saat wangi mint yang sangat ia kenal membaui indera penciumannya. Kursi kosong yang ada di sampingnya bergeser, dan seseorang sudah duduk di sana. Sakura memilih tak mengacuhkan orang itu dan masih fokus pada strawberry pie miliknya ketika sepiring strawberry pie yang lain digeser ke hadapannya.
'Tch! Dia kira bisa membujukku dengan makanan kesukaanku? Dasar pria kolot!' batin Sakura jengkel.
"Sampai kapan kau menghindariku?" Akhirnya setelah sekian menit didiamkan oleh Sakura, orang yang tadi duduk di samping gadis itu bersuara juga.
Sakura menghentikan kegiatan makannya, menoleh ke samping dan menatap sinis kedua onyx yang sekarang malah sibuk dengan makan siangnya. "Siapa juga yang menghindar? Sudah kebiasaanku mengurung diri di ruang kerjaku setelah selesai melakukan ekspedisi ke luar dinding," tukas Sakura dengan nada sinis.
"Tak menghindariku, tapi menolak untuk menemuiku dan menolak semua makanan yang kusuruh bawahanku untuk mengantarkannya padamu," balas pria Uchiha itu dengan nada tak kalah sinis.
"Kalau memang mau minta maaf, lakukan dengan benar!" Setelah berkata seperti itu, Sakura bangkit dari tempat duduknya dengan membawa nampan yang berisi piring bekas makannya. Ia tak menyentuh strawberry pie yang tadi disodorkan Sasuke padanya. Padahal dalam hatinya, ia ingin sekali melahap habis pie tersebut.
Sasuke yang melihat pergerakan Sakura langsung menangkap pergelangan tangan kanan wanitanya itu. "Kita belum selesai bicara, Sakura," ujarnya dengan sedikit penekanan saat ia menyebut nama gadis itu.
Sakura menepis kasar tangan Sasuke, "Sudah kukatakan dengan jelas tadi, jika kauingin meminta maaf, lakukan dengan cara yang benar!" balasnya dengan nada penuh penekanan juga. Ia lalu berbalik meninggalkan Sasuke yang menggeram kesal menuju meja konter untuk mengembalikan piring kotornya. Sebuah senyum licik terukir di bibir tipisnya.
-oo-
Sakura baru saja keluar dari ruangan sang commander— Hatake Kakashi— setelah memberikan laporannya mengenai ekspedisi mereka yang lalu. Ia bersenandung ria dalam perjalanannya menuju kamar pribadinya. Tapi di tengah jalan, ia tertarik untuk mengunjungi kamar seorang pria yang sangat dikenalnya, Uchiha Sasuke. Mungkin sudah saatnya ia menyudahi perang dingin antara dirinya dan lelaki yang dicintainya itu. Apalagi tadi siang pria itu menunjukkan tanda-tanda ingin meminta maaf padanya.
"Seperti biasa, selalu rapi!" gumam Sakura setelah masuk ke dalam kamar Sasuke. Ia bisa dengan mudah masuk ke dalam kamar Sasuke karena ia memang memegang kunci duplikat kamar pria itu. "Sasuke?" panggilnya pelan. Emerald-nya menelusuri setiap sudut kamar Sasuke. "Apa dia sedang mandi?" gumamnya kemudian.
Tapi saat ia sudah berada di dekat kamar mandi, Sakura tak mendengar tanda-tanda seseorang yang sedang menggunakannya. "Ah, mungkin dia sedang keluar," simpul Sakura. Ia lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang Sasuke dan mencium aroma tubuh prianya itu dalam-dalam. Meskipun mulutnya menyangkal, ia sebenarnya sangat merindukan pria Uchiha itu.
"Ah, tidak, tidak, tidak! Kali ini aku tidak mau kalah darinya. Kalau dia menemukanku di sini, dia pasti akan tersenyum puas." Sakura lalu bangkit dari rebahannya, dan segera keluar dari kamar Sasuke.
-oo-
Sakura membuat gerakan seperti tengah mematahkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Ia sudah mengganti baju seragamnya dengan kemeja putih panjang kesayangannya begitu tiba di kamar pribadinya. "Ah, sepertinya kata-kata Ino benar juga. Aku tidak tidur selama beberapa hari ini, jadi sekarang waktunya untuk beristirahat," gumamnya pelan. Ia lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan menggeliat pelan.
Kedua kelopak mata Sakura sudah menutup saat ia merasakan sesuatu melingkari pinggulnya. Sontak, ia langsung membuka selimutnya dan terkejut saat melihat sosok Sasuke yang tengah berbaring di ranjangnya dengan keadaan topless. TOPLESS! Sepertinya Sakura perlu menggarisbawahi kata itu.
"Sa-Sa-Sa-Sasuke! Apa yang kaulakukan di sini?!" seru Sakura pada Sasuke yang masih menggeliat nyaman di tempat tidurnya. Sebelah lengannya semakin erat melingkari pinggul Sakura.
"Hmm? Kau sudah kembali?" gumam Sasuke yang masih menutup kedua matanya.
Plaak!
Sakura refleks menampar pipi Sasuke untuk membangunkan pria itu. "Bangun!" serunya pada Sasuke saat pemuda itu membenamkan wajahnya di perut rata Sakura. Ia merasa terserang demam tiba-tiba karena suhu pipinya yang memanas.
"Tck! Kau kenapa, sih?" Sasuke yang merasakan sakit karena tamparan keras Sakura di pipinya, akhirnya membuka kedua matanya. Ia bangkit dengan malas dari posisi tidurnya.
"Aku kenapa? Kau yang kenapa?! Masuk ke kamar orang dan tidur dengan ko-kondisi seperti ini!" hardik Sakura sambil menunjuk batang hidung Sasuke. Ia sempat tergagap saat menyinggung kondisi tubuh atas Sasuke yang polos, sepolos-polosnya.
"Memangnya kenapa? Aku sudah terbiasa seperti ini di kamarmu, Sakura," jawab Sasuke santai. Ia bangkit dari tempat tidur Sakura dan berjalan menuju kulkas kecil yang ada di sudut ruangan. Tanpa meminta izin, ia mengambil sebotol jus tomat yang selalu tersedia di kulkas milik wanitanya itu dan meneguknya pelan.
"Aku masih marah padamu, jadi jangan seenaknya bertingkah seperti itu!" tukas Sakura acuh tak acuh.
"Benarkah? Tapi wajahmu merah, Sakura. Kauingin membelai tubuhku, hmm?" Sasuke berkata dengan nada menggoda. Sebuah bantal langsung mengarah kepadanya dengan kecepatan tinggi, namun bukan Uchiha Sasuke namanya kalau tidak bisa menghindari lemparan cepat dari Sakura itu. Ia melangkah pelan menuju Sakura yang masih duduk di atas ranjangnya. "Tapi kaubilang saat makan siang tadi, kalau aku ingin minta maaf, aku harus melakukannya dengan benar. Dan sekarang aku sedang melakukan hal itu, Sayang," tukas Sasuke yang kemudian meniup telinga kiri Sakura.
"A-a-apa yang kaulakukan?" tanya Sakura gugup.
Sasuke mendengus pelan dan memutar bola matanya, "Dari tadi kau bertanya seperti itu terus. Aku hanya melakukan hal yang kausukai, Sakura," jawab Sasuke ringan. Sebuah seringai seksi— yang menurut Sakura menyebalkan— terukir di bibirnya. Tapi kemudian, seringai itu hilang saat kedua onyx-nya menatap pipi kiri Sakura. Sebelah tangannya lalu naik ke pipi wanitanya itu dan membelainya pelan. "Maaf," katanya pelan. Tersirat nada sesal pada ucapannya itu.
Hati Sakura langsung luluh hanya dengan mendengar satu kata yang sangat jarang diucapkan pria itu. Ia pun tersenyum kecil melihat tingkah Sasuke, lalu menggenggam tangan Sasuke yang masih membelai pipinya. "Akhirnya kau melakukannya dengan benar, huh?" ucapnya dengan nada mengejek. "Kyaa~" Sakura berteriak kecil saat Sasuke mendekapnya erat dari belakang.
Sasuke membenamkan wajahnya di punggung kecil Sakura. "Jangan menghindariku seperti itu lagi," gumam Sasuke di balik punggung Sakura. Ia lalu mengubah posisi wajahnya yang kini berada di pundak wanitanya itu. "Dan jangan pernah melakukan hal itu lagi! Kau bisa membuatku gila, Sakura!"
Sakura terkekeh pelan mendengar perkataan terakhir Sasuke. Ia mengerti benar dengan maksud 'tak melakukan hal itu lagi' yang diucapkan pria tampan itu. "Habisnya ... aku, 'kan, ingin membawa pulang bahan penelitian segar agar bisa menemukan kelemahan titan-titan itu. Semuanya demi kelangsungan hidup umat manusia, Sasuke," jelasnya kemudian.
Sasuke melepaskan dekapannya dan memutar tubuh Sakura untuk menghadapnya. "Lalu kau tidak memedulikan kelangsungan hidupmu? Demi titan bodoh yang sangat kausukai itu! Kau hampir saja dimakannya, Sakura! Kauingin aku mati berdiri saat melihatmu berada di dalam mulut titan itu?" Sasuke berseru dalam satu tarikan napas.
"Tentu saja aku tidak bermaksud seperti itu, Sasuke. Tapi kejadian kemarin itu memang di luar perkiraanku. Jadi aku juga minta maaf karena sudah membuatmu khawatir," ucap Sakura yang menempelkan dahinya di dahi Sasuke. Ia lalu memberi kecupan kecil di bibir pria itu.
"Lain kali kalau kauingin melakukan rencana untuk membawa pulang titan bodoh itu hidup-hidup, bicarakan dulu padaku. Kita harus membuat banyak strategi untuk melakukannya," tukas Sasuke yang lalu merebahkan tubuhnya kembali ke atas tempat tidur.
Kedua emerald Sakura membulat senang. "Benarkah? Kau setuju? Yeay! Kukira kau akan menolak rencanaku seperti yang dilakukan Kakashi danchou," serunya senang.
"Hn," sahut Sasuke datar.
"Terima kasih, Sasuke!" Sakura lalu refleks memeluk tubuh Sasuke yang terbaring dengan erat.
"Kalau begitu aku bisa meminta hadiahku lebih dulu, 'kan?" Sasuke menahan tubuh Sakura dengan menganggkat pinggul gadis itu. Sebuah seringai kembali terbentuk di bibirnya.
Sakura bergidik melihat seringai Sasuke yang berbeda dari yang tadi. Kali ini sepertinya ia tidak akan dapat menghindar dari serangan pria itu. 'Gawat! Sepertinya aku belum bisa tidur nyenyak malam ini!' batin Sakura miris.
.
.
.
Para prajurit survey corps sudah bersiap di atas kuda masing-masing. Di barisan paling depan, ada Hakate kakashi yang memimpin pasukan. Di belakangnya berdiri para taichou dari setiap squad; Sasuke dan Sakura salah satunya.
"Kau siap untuk perburuan hari ini?" tukas Sakura pada Sasuke dengan nada antusias.
"Jangan bertindak nekat seperti yang terakhir kali! Ikuti saja strategi yang sudah kususun," pesan Sasuke dengan nada datar.
Sakura menyeringai, "Kau tahu terkadang aku bisa jauh lebih keras kepala darimu, 'kan, Sasuke? Dan aku tidak keberatan kau menamparku lagi di depan semua orang, kalau kau akan melakukan permintaan maaf seperti waktu itu," ucapnya dengan nada jahil.
"Tch! Akan kubuat kau menerima hukuman lebih kalau kau merusak strategiku!" Dan setelah itu, Sasuke memacu kudanya lebih dulu dari Sakura.
"Ekspedisi besar ke luar dinding yang ke-48 dimulai!" Seruan tegas dari sang danchou membuat semua pasukan survey corps memacu kuda mereka masing-masing melewati gerbang dinding yang sudah terbuka lebar.
"Mari kita berburu titan hidup-hidup dan membawanya pulang! Demi kelangsungan hidup umat manusia!" seru Sakura semangat.
Sasuke yang sudah berada di garis depan, hanya menggeleng pasrah melihat tingkah Sakura yang sangat bersemangat hari itu. Tapi ia sudah sangat hafal dengan kebiasaan-kebiasaan Sakura yang sudah menyandang status sebagai kekasihnya sejak lima tahun yang lalu. Meski terkadang ia direpotkan dengan tingkah sembrono Sakura, tapi ia tetap memilih untuk mencintai wanitanya itu. Karena jika kita mencintai seseorang, itu berarti kita harus menerima segala kekurangannya tanpa syarat dan tanpa pamrih, 'kan?
-FIN-
Authors Note:
Oke, ini fict crossover pertama yang kubuat... x3
Idenya muncul saat sang pe-request bilang mau fict dengan Military!AU ... Yah, meskipun aku sadar kesan military-nya gak terlalu kerasa bagi orang yang gak ngikutin animanga SnK, atau mungkin memang bener-bener gak kerasa~ :')
Tadinya pengen kubuat angst, tp karna satu dan lain hal jadi kubuat fluffy, deh xD
Fict ini kupersembahkan utk birthday fict dedek Hydrilla a.k.a Nara yg berulang tahun pada ... ah, sudah sebulan lewat~ #sembunyi
Semoga kamu lulus UN dengan nilai yang bagus dan keterima di SMA/SMK atau sekolah setingkatnya yang kamu pengenin, ya, Nar... Amin!
Sukses selalu pokoknya :*
Dan semoga juga kamu suka ya sama fict-nya, maap melenceng jauh dari request-an kamu yg pertama :'(
Akhir kata, mind to give some concrit?
Sign,
C.C
08062014
