Ini adalah cerita tentang aku dan orang-orang di sekelilingku, yang kusebut keluarga.

.

NEW COMERS

Cast are ALL MEMBER BTS

they're belong to themself

This is just FICTION

all about this story wasn't releted to reality

.

Namaku Jungkook, member termuda yang tampan. Aku bisa menari, rap, bahkan bernyanyi. Suaraku tak sebanding dengan suara V, iya karena dia seorang lead vocal. Jadi intinya aku itu,

"Menyebalkan."

Apa?!

Aku mendelik ke arah suara Suga yang sedang memijat pelipisnya. Mengganggu narasiku saja. Suga terlihat kelelahan, kami sedang istirahat setelah berlatih. Aku duduk bersandar pada kaca yang mengelilingi setengah ruangan beralas kayu ini. Sesekali rasa asin terasa diujung lidah saat membasahi bibir. Hapasku berat, seluruh tubuhku terasa terbakar, namun ada sensasi gembira yang terlepas saat seluruh tubuhku bergerak mengikuti aluran musik.

"Hyung," panggilku menghampiri Suga. Suga membuka matanya, hanya mengintip siapa yang memanggil lalu tertutup kembali.

"Hyung." Aku tak menyerah. Ia sedikit terusik dan janya menggumam sebagai respon. Ku perhatikan seluruh ruangan, beberapa keluar untuk mencari udara segar, hanya tinggal aku, Namjoon, Jin, dan Suga.

"Ramen yuk!" Aku mengajaknya dengan suara riang seperti anak kecil.

Aku tahu Jin dan Namjoon sedang menatap kemari, bahkan Suga kini menaruh setengah atensinya padaku dengan wajah yang terlihat kesal.

5 tahun bersama, tidak mungkin aku tidak tahu apa yang yang disukai dan tidak oleh seluruh anggota bukan. Ya aku ini memang jenius yang pandai mencairkan suasana, mengubah mood.

"Kau gila ya?" Respon Suga yang dingin menandakan Suga PMS, bukan, seperti wanita PMS. Sial.

"Hyung, aku hanya mengajak makan ramen. Ayolah sehabis latihan membuat aku lapar."

"Pergilah sendiri, atau ajak Jin hyung."

"Aku?" Jin merespon. Ia sedang mengelap keringat dengan handuk di depan cermin kini menghadapkan tubuhnya pada kami.

"Kau kalah main ya hyung?" Aku kini mulai menebak sumber kekesalannya.

Suga berdecak, "bagaimana bisa?"

"Mau ku bantu?"

Suga terlihat menimang, lalu mengeluarkan ponselnya. Jari tangannya bergelak lincah di atas layar ponsel, lalu muncul gambar log in permainan. Kedua sudut bibirku tertarik.

"Ini mudah," ujarku lalu mengambil alih pinselnya. Aku duduk bersebelahan dengan Suga. Kini Suga telah menaruh seluruh atensinya padaku. Aku mencoba memberikan info mengenai karakter di game dan kekuatannya juga trik untuk mengalahkan lawan. Kak Suga terlihat mendengarkan.

"MENANG!" Seru kami bersamaan.

Aku dan Suga saling berhadapan. Wajah Suga sudah membaik. Jika aku wanita mungkin aku tidak akan kuat menahan manis senyum Suga saat ini. Matanya yang menyipit, lengkungan bibir yang indah.

"Terima kasih," ucapnya lembut dengan suara yang terdengar berat.