Summary: Di mana Ciel dan Sebastian menapakkan kaki di realitas The Ark. Game!AU.

Warning: Banyak istilah game dan bahasa Inggris bertebaran. Agak slashy, mungkin.

Disclaimer: Bukan punya saya.

Playing Reality

.

Seorang pemuda jangkung berambut hitam legam berjalan malas kembali ke rumahnya. Banyak remaja lain akan bersemangat ketika bel tanda sekolah selesai berdering, dan beberapa bahkan berlarian pulang. Namun tidak pemuda itu, Sebastian. Baginya, tidak ada yang menarik di rumah yang dapat ia kerjakan. Bukan berarti ia suka sekolah. Sebastian juga tidak tertarik dengan sekolah maupun pelajaran yang diajarkan di sana. Tidak ada yang menarik minatnya, dan semuanya bisa ia kerjakan tanpa usaha keras. Pergaulan di sana juga bisa ia tebak dengan mudah. Polanya dapat ia prediksikan, ia tahu apa yang mereka inginkan darinya.

Singkatnya, ia hanya… tidak termotivasi.

Sebastian menyeret kakinya, memperlambat perjalanannya. Sesekali ia menendang kerikil yang kurang beruntung berada di jalannya. Ia hampir tidak memperhatikan jalan, kemana ia melangkah, kakinya menapaki rute familiar yang selalu dilewatinya ketika pulang sekolah. Seperti biasa semuanya berjalan berulang, seperti hari kemarin dan hari-hari sebelumnya. Bibi penjaga toko buku akan keluar untuk mengelap kaca, Penjual ikan di seberangnya akan membalik tanda buka di pintu tokonya pada jam ini, Lalu toko elektronik di sebelahnya…

Langkah Sebastian terhenti. Toko yang biasanya cenderung sepi itu kini dikerumuni banyak orang, sebagian besar masih muda. Sebastian mengangkat alis, menguatkan niat untuk pulang… tetapi rasa keingintahuan mengalahkannya. Jadi ia ikut merengsek maju untuk melihat apa yang dilihat orang-orang di etalase toko itu hingga berjejalan seperti ini.

Sebastian tidak berhasil maju sampai ke depan, namun karena posturnya yang tinggi, ia dapat melihat benda apa yang dipamerkan di jendela dan diamati orang-orang.

Di etalase tampak sebuah kotak berdampingan dengan sebuah kacamata hitam yang bila dipakai akan menutupi setengah wajah.

Ia akhirnya teringat berita di televisi tentang teknologi baru yang memungkinkan memainkan game dengan lebih realistis. Sebuah alat yang bisa dipakai ketika tidur dan akan mempengaruhi gelombang otak agar 'memimpikan' game yang sudah diprogramkan. Alat itu (dan realitas yang diciptakannya) disebut Dreamscape.

Tentu saja alat ini jauh dari sempurna maupun memuaskan. Meskipun teknologi sudah sangat maju dan banyak orang yang menginginkan (dan komik yang menceritakan) bermain game secara 'langsung' dengan realitas mendekati seratus persen, manusia tetap memiliki batas, paling tidak untuk saat ini. Kalaupun bisa mungkin tidak dalam seratus tahun lagi, tidak dalam waktu yang lama.

Dreamscape mampu menstimulasi agar otak memvisualisasikan sensasi kelima indera, tetapi sensasinya tentu saja tidak seasli yang bisa dirasakan di dunia nyata, meskipun mungkin penggunanya tidak menyadarinya. Hal ini karena sinyal yang dihasilkan Dreamscape sangatlah kecil, agar tidak membahayakan dan hanya untuk member efek sensasi saja. Tentu saja dengan demikian, Dreamscape tidak bisa mengubah realitas asli di kehidupan nyata, sehingga meskipun pengguna merasakan sensasi 'sakit' dan 'lelah' orang tersebut tidak akan mendapatkan memar atau merasa pegal ketika bangun. Dreamscape sama sekali tidak mempengaruhi level hormon maupun daya kerja otak sehari-hari. Apabila pengguna memiliki kegelisahan yang memicu mimpi sungguhan yang cukup kuat (seperti mimpi buruk) atau ada yang melepas Dreamscape dari kepala pengguna, maka pengguna akan secara otomatis 'log out' dari game.

Karena faktor yang menyebabkan ketidakstabilan login inilah, meskipun bermain menggunakan Dreamscape terdengar menyenangkan, turnamen-turnamen profesional tetap dilakukan menggunakan mouse dan keyboard. Selain itu juga terdapat beberapa regulasi untuk memastikan keamanan Dreamscape seperti lama penggunaan, apa yang harus dilakukan apabila timbul gejala seperti pusing, mual, hidung berdarah dan sebagainya.

Game yang dibuat untuk dapat dimainkan dengan Dreamscape barulah sedikit, Kebanyakan permainan olahraga atau bertarung. Namun kabarnya baru-baru ini ada MMO yang dibuat untuk Dreamscape, agar orang-orang dapat mengalami 'realitasnya'.

Sebastian menggaruk dagunya, kini mengetahui apa fungsi kacamata yang menarik minat banyak orang itu. Lalu bagaimana dengan kotak di sebelahnya? Memayungi wajahnya dengan tangan agar tidak silau akibat matahari senja, Sebastian menyipitkan matanya untuk membaca deskripsi yang tertera di kotak tersebut, dilatarbelakangi sebuah kapal besar dengan layar terkembang mengarungi lautan lepas.

'Bergabunglah dengan dunia luas tanpa batas yang menegangkan. Dengan kombinasi class yang mencapai ratusan terbuka kemungkinan tak terbatas dan menantang kemampuan para pemain untuk menjadi yang terhebat. Sistem profesi tanpa limitasi memungkinkan pemain menjadi apapun yang ia inginkan. Pelajari berbagai macam skill atau jadilah master di salah satunya. Bangun kerajaanmu bersama teman-temanmu, taklukkan daratan dan lautan, hanya di Noah's Ark!'

"Dunia tanpa batas? Menarik juga."

Sebastian menyembunyikan seringainya di belakang telapak tangannya, untuk mencegah anak-anak yang juga berkerumun di sana lari ketakutan.

'Mungkin, mungkin saja game ini bisa menghilangkan kebosananku. Siapa tahu takdir mempertemukanku dengan orang-orang yang menarik di sana,' batinnya.

.

"Surprise, Ciel!"

Yang dipanggil Ciel, seorang anak laki-laki berambut keabuan hanya mengedip perlahan. Lalu memalingkan wajah sehingga hanya bagian wajahnya yang berbalut putih yang terlihat pengunjungnya.

"Mou, Cieeel!" jerit gadis belia berambut pirang yang tadi bicara, nyaring.

"Lizzie," panggil Ciel.

"Ya, yaa?" jawab Lizzie bersemangat.

"Ini rumah sakit, diamlah."

Si rambut pirang langsung berkaca-kaca, "Huaaaaa, Cieeeeel, kau dingin sekaliii!"

"Sssssh!" terdengar desisan dari belakang Lizzie, menyebabkan gadis itu menoleh. Seorang suster bertampang galak melotot dari ambang pintu, jari telunjuknya di depan bibir. Lizzie menelan ludah pelan, lalu nyengir sambil membungkuk meminta maaf.

"Kubilang juga apa," gumam Ciel dari tempat tidurnya setelah perawat itu pergi.

Lizzie merengut, namun kemudian berwajah cerah lagi. "Ciel, Ciel, lihat apa yang kubawa!"

Ciel hanya menatap Lizzie dengan pasif, tahu bahwa sepupunya itu akan melanjutkan tanpa perlu diminta. Benar saja, tiba-tiba di pangkuannya terdapat sebuah kotak besar berhiaskan pita biru. Ciel menyentuhnya bingung, lalu mendongak ke arah Lizzie, yang mengangguk menyuruhnya untuk membukanya.

Tanpa perlu disuruh dua kali, tangan Ciel telah bergerak menarik pita dan merobek kertas kado gemerlapan yang dipakai Lizzie untuk membungkus kotak tersebut. Di dalamnya ada dua kotak yang lebih kecil. Satu kotak bergambarkan sebuah kacamata hitam, sementara kotak lainnya…

"Noah's Ark?" ujar Ciel membaca judul di kotaknya.

Lizzie hanya tersenyum dikulum.

Tbc…

A/N. Saya lagi nungguin satu game baru untuk keluar, tapi game ini udah bertahun-tahun ga keluar melulu ;'(, jadi saya terinspirasi nulis fic ini. Aspek-aspek di dalamnya ga akan jiplak banget game itu, tapi basenya memang dari situ (gimana juga caranya coba mau jiplak, maennya aja belum pernah x_x). Jadi gameplay dan isinya akan diadaptasi dengan animenya dan terserah wangsit yang saya dapet aja :P. Ga bisa janji kapan fic ini akan diupdate (walaupun beberapa chapter pertama udah ditulis, tinggal di edit-edit dikit) karena saya plot aja ga ada ^^, maksa banget tapi pengen nulis iniii…

Saya sih nganggapnya reader semuanya udah pada pinter, tapi apa perlu dikasih keterangan yang mana percakapan, pikiran, instruksi dalam game? Apa saya perlu cantumin juga keterangan jargon-jargon game? Kalau ada yang mau kasih ide soal plot, tempat, atau bahkan IGN (in-game name/nama karakter/alias dalam game) juga boleh (misalnya, Pluto: HellHound13, lol :P).

ADD: Perbedaan antara class, profesi, skill:

Class adalah jenis/keahlian seorang karakter dalam bertarung, misalnya yang paling dasar adalah warrior (petarung pedang), mage (penyihir), archer (pemanah), priest (penyembuh). Profesi adalah pekerjaan/keahlian untuk menghasilkan uang, misal: farmer (petani), merchant (pedagang), mercenary (pengawal/orang bayaran), juror (juri hukum). Skill adalah keahlian untuk pekerjaan sehari-hari, bisa untuk mendukung profesi, misalnya farming (bertani), logging (menebang kayu), cooking (memasak), alchemy (membuat ramuan).