Disclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Warning: OOC, AU

Usia Shikamaru dan Temari beda 1 tahun. Biar ga terlalu jauh kesannya. *plak

Genre: romance/ hurt/comfort

Rated: T

.

.

.

.

.

.

.

Memoir

Chapter 1

July 23th 1996 konoha city park

.

.

"kamu tahu tidak? Kalau di kota tempatku tinggal itu, disana-sininya pasir semua. Tanah seperti di konoha belum pernah kulihat di kotaku"

"oh ya? Wah..kalau begitu, nanti aku mau ke kota temari-chan ah. Aku mau buat istana pasir yang besar!"

"tidak bisa.."

"kenapa?"

"karena setiap kali aku coba membuatnya, istananya selalu hancur. Tou-san bilang, pasirnya tidak seperti pasir di pantai, jadi tidak bisa dipakai untuk bermain. Kau pernah ke pantai?"

"oh… ya, aku pernah ke pantai sama kaa-san ku. Temari-chan pernah ke pantai juga?"

"belum. Aku belum pernah melihat pantai. Pantai itu seperti apa sih?"

"pantai itu banyak pasirnya, ada laut luas juga ombak,, ada ikan warna-warni.. anginnya juga sejuk, udaranya hangat. Pokoknya Temari-chan harus ke pantai! Ayo kita ke sana sama kaa-san ku!"

May 18-2011.

Temari membuka matanya perlahan. Setelah otaknya memutar memori masa kecilnya untuk dijadikan mimpi, hal pertama yang ia rasakan adalah pening yang sangat menyiksa di kepalanya. Pelan-pelan ia coba fokuskan pandangannya yang kabur.

Dominasi warna putih di ruangan ini dan bau obat2an yang menggelitik penciumannya, maka hipotesanya adalah; "Rumah sakit?" itulah penafsirannya atas informasi yang ia terima dari matanya. "Dan siapa dia?" ia mendapati seorang pria yang tertidur di sofa dekat termpatnya berbaring.

"Ohayou Temari-san. Syukurlah kau sudah bangun." Datang seorang perawat ber-name tag 'Shizune' menghampirinya sambil tersenyum. Temari masih memperhatikan laki-laki itu; rambut dikuncir, wajahnya terlihat lelah, matanya sembab, tubuhnya meringkuk tanpa selimut.

"Apa saya masih di Konoha?" Temari mengalihkan pandangannya ke perawat Shizune yang sedang mencatat sesuatu diatas papan berjalan di tangannya.

"Eh? Ya, tentu. Oh ya, apa ada yang terasa sakit?" Shizune memeriksa denyut nadi temari.

"Kepalaku sedikit pening. Shizune-san, apa kau tahu dimana adik-adikku?" Temari mulai teringat akan adik-adiknya yang overprotektif itu. Biasanya dalam keadaan semacam ini, merekalah yang pertama dilihat Temari.

"Akan saya hubungi mereka. Tunggu sebentar ya, Temari-san" Shizune berlalu keluar kamar. Meniggalkan Temari yang masih mencoba mengingat-ingat penyebab dirinya berada di sini. Sayang, semakin dia mecoba mengingat, semakin kuat rasa sakit mencengkram kepalanya, sampai tak sadar ia merintih kecil.

"Temari..?" Pria itu mengucek matanya beberapa kali, seolah tidak percaya pada pengelihatannya.

"Astaga, Temari! Akhirnya kau siuman.." Laki-laki yang tak dikenalnya itu bangkit dan langsung mendekap Temari dalam-dalam. "..kau baik-baik saja? Katakan padaku, mana yang sakit?" Laki-laki itu melepas pelukannya dan menatap bahagia ke dalam iris hijau Temari. Perlahan senyumnya luntur, berganti khawatir dan heran mendapati Temari hanya menatap dan memperhatikan wajanya.

Laki-laki itu mencoba tersenyum lagi 'mungkin aku mengejutkannya.' Pikir laki-laki itu. "Oh ya, apa kau lapar?" Dia bertanya lagi

"Uh.. maaf.. apa aku mengenalmu?" Laki-laki itu mecoba mencerna pertanyaan balik dari temari.

"Maksudmu? Aku tidak mengerti.."

"Apa kau salah satu temannya Gaara atau Kankurou?" Seingatnya ia tidak pernah berkenalan atau melihat pria ini.

"Kau..tidak mengenaliku?" Rasanya ingin ia tulikan telinganya seketika setelah melontarkan pertanyaan itu. Tidak sanggup ia jika harus mendengar jawaban yang terburuk; 'ya'. Dan benar saja..

"Ya. kalau boleh tahu, siapa namamu? Dan.. apa kau tahu kenapa kita berada disini?"

Seketika hati laki2 itu hancur. Ia tertegun, Otaknya terus menyangkal semua fakta yang ada, berharap ia masih tertidur dan semua yang ia alami sekarang hanyalah mimpi buruk paling menyakitkan yang pernah terjadi dalam hidupnya. Ya, seandainya saja.

Ia mencoba tersenyum lagi pada Temari. Sangat miris. Ia tahan semua emosi di pelupuk matanya supaya tidak mengalir dan membuat temari bertanya; 'kenapa kau menangis?'. Itu hanya akan membuatnya tambah sakit.

"Aku Nara. Nara Shikamaru." Ia membelai halus pipi Temari.. "..tunggu sebentar ya, akan kuambilkan sarapan untukmu" Lalu beranjak keluar kamar, menghempaskan tubuhnya ke bangku terdekat.

'Ini aneh..' batinnya. 'Ia tidak mengenaliku. Sama sekali tidak mengenalku. Ini lelucon yang buruk. Dia tidak pandai membuat lelucon yang lucu!' Shikamaru berharap kalimat itu mempunyai artian ganda atau makna konotasi. Apapun asal bukan tetap 'Ia tidak mengenaliku.' Seiring ia kembali menyangkal semuanya, air matanya perlahan jatuh, mengalir mengikuti lekuk pipi dan hidungnya. Ia mulai mengingat kecelakaan yang dialami kekasihnya itu…

A/N: Akhirnya! *plak! Salam kenal untuk senpai-senpai dan readers, panggil saja saya Rikou atau Mika, terserah anda sajalah.. :) Saya newbie, jadi mohon dimaklumi sajalah tulisan saya yang acak-acakan ngga karuan. Maka dari itu saya menanti pendapat, kritik dan saran membangun dari senpai dan readers. Mohon bimbingannya, senpai :))

.

Thanks for read this chapter.

Review please?