Hello Stranger
by
Achan jeevas
.
.
.
.
.
.
.
.
Summary :
Hanya dua orang asing yang tidak sengaja bertemu dan melakukan malam panas bersama. Seongwoo seorang CEO dan Daniel hanyalah anak yatim piatu lulusan SMA, Keduanya harus rela terikat dengan hal bernama pernikahan. Cast : OngNiel aka Ong Seongwoo x Kang Daniel, BaekRen, 2Hyun.
.
.
.
.
.
.
.
.
Cast :
OngNiel = Ong Seongwoo x Kang Daniel [Bot!Niel] = [Lee] Woojin
BaekRen = Baekho x Ren
2Hyun = Kim Jonghyun x Hwang Minhyun
.
.
.
Warning :
Typo, OOC, Alur Lambat karena tidak mungkin dua orang asing langsung jatuh cinta dalam beberapa hari. semuanya butuh proses dan cinta itu pasti butuh proses untuk tumbuh dalam hati maisng-masing.
Boys Love aka BOY X BOY : Yang nggak suka silahkan menjauh dari story ini
Mpreg aka Male Pregnant : Yang nggak suka n merasa aneh silahkan menjauh sejauh-jauhnya dari story ini
Yang nggak suka couple dan posisi Seme Uke nya silahkan back dengan damai.
Yang nggak suka sama semua hal diatas maka saya persilahkan untuk tidak membaca dan mundur dengan teratur.
.
.
.
.
.
.
.
Chapter 1
.
.
Seongwoo menghela nafas kasar dan turun dari mobilnya untuk memasuki minimarket. Ia butuh rokok sekarang. Moodnya hari ini memburuk karena koleganya yang bekerja sama dengan perusahaannya membatalkan kontrak kerjasama mereka secara mendadak.
Seongwoo ingin sekali membawa kasus ini ke pengadilan atas tuduhan pemutusan kerjasama secara sepihak namun Baekho –Tangan kanannya sekaligus suami dari sepupunya menenangkannya dan mengatakan jika perusahaan koleganya tersebut yang akan rugi karena memutus kerjasama mereka.
Seongwoo membuka pintu minimarket tersebut dengan sedikit kasar dan langsung menuju meja kasir.
"Berikan aku rokok." Ujarnya tanpa memandang sang kasir sama sekali.
"Rokok apa, Tuan?"
"Malboro."
Sang Kasir –yang juga tidak memandang Seongwoo segera mengambil rokok tersebut.
"Totalnya jadi–" sang kasir yang merupakan seorang pemuda dengan pipi tembem tidak melanjutkan kalimatnya ketika melihat wajah sosok didepannya.
Seongwoo yang juga sudah mengeluarkan uangnya dan menyodorkannya pada sang kasir ikut terdiam melihat pemuda didepannya.
Dua orang itu saling berpandangan dalam diam. Masih teringat jelas kenangan satu bulan yang lalu. Malam panas yang mereka lakukan didalam mobil Lamborghini Seongwoo. Dua orang asing yang pada pertemuan pertama mereka sudah mengecap rasa tubuh masing-masing. Dua orang asing yang kini dipertemukan lagi.
"Ambil semuanya." Ucap Seongwoo menaruh uangnya dan mengambil rokoknya.
"Tu-tuan." Pemuda manis itu memegang tangan Seongwoo sebelum sosok itu berbalik pergi namun dengan segera ia melepaskannya ketika CEO tampan itu memandang tangannya. "Maafkan saya tapi apa kita bisa berbicara sebentar? Hanya lima menit, saya janji."
Seongwoo terdiam selama beberapa saat namun ia akhirnya mengangguk. "Kapan shiftmu selesai?"
Pemuda manis itu dalam hati bernafas lega mendengarnya. "Setengah jam lagi."
"Aku akan menunggu di café depan."
.
Seongwoo tengah menghisap batang rokok ketiganya, sudah dikatakan di awal jika hari ini moodnya buruk jadi biarkan dia melepaskan stressnya sebentar dengan sebungkus rokok diatas meja café kecil itu.
Laki-laki tampan yang baru menginjak usia 25th itu memandang ke arah pintu café ketika pemuda manis –yang merupakan kasir tadi masuk dan tampak celingukan mencarinya namun karena ini adalah café kecil sudah jelas pemuda itu langsung menemukannya dan segera berjalan ke arah mejanya yang ada di sudut ruangan.
Pemuda manis itu mendudukan dirinya didepan Seongwoo, hidungnya mengernyit menhirup asap rokok Seongwoo namun dia tidak mengatakan apa-apa.
Seongwoo sadar jika pemuda didepannya itu tampaknya tidak menyukai asap rokok namun ia tidak peduli dan masih terus menghisap putung rokoknya. "Apa yang ingin kau bicarakan?"
Pemuda bergigi kelinci itu menundukan kepalanya sambil meremas kaos lusuhnya.
"Aku tidak memiliki banyak waktu. Cepat katakan." Ujar Seongwoo kesal.
Pemuda manis itu tersentak mendengar suara bernada kesal itu. Ia lalu mengambil sesuatu dari saku celannya dan meletakan benda kecil diatas meja. Seongwoo mengambil benda tersebut dan wajah tampannya langsung keruh melihat benda apa itu.
"A-aku hamil."
Hening kini menyelimuti keduanya.
Pemuda manis itu masih menundukan kepalanya matanya sudah panas dan siap mengeluarkan crystal beningnya. Dia tidak menginginkan ini, sungguh. Dia hanya pemuda berusia 19th yang hanya lulusan SMA dan tidak melanjutkan kuliahnya. Untuk menghidupi dirinya sendiri saja ia begitu kewalahan bagaimana menghidupi makhluk lain yang bersarang diperutnya ini.
Seongwoo melemparkan benda yang ia pegang tadi dengan kasar diatas meja dan kembali menghisap batang nikotin itu dengan keras. Ia tidak memandang pemuda didepannya –yang bahkan tidak ia ketahui namanya itu.
Pemilik perusahaan ternama di Seoul itu memejamkan matanya. Ini samua salahnya, salahnya yang datang ke sebuah club malam setelah dicampakan oleh Minhyun yang lebih memilih Jonghyun ketimbang dirinya dan membuatnya mabuk berat hingga meniduri sosok didepannya –yang saat itu mencoba membantunya didalam mobilnya sendiri.
Ia bahkan tidak memakai Lamborghininya lagi selama dua hari setelah persetubuhan itu karena setiap kali Seongwoo memasuki mobilnya yang satu itu ia selalu dibayang-bayangi dengan suara desahan dan tubuh pemuda didepannya namun untungnya karena kesibukannya sebagai pemilik perusahaan mengalihkan pikirannya, ia mungkin sudah melupakan kejadian itu andai saja hari ini mereka tidak bertemu.
Seongwoo mengambil ponselnya dan menaruhnya diatas meja. "Tulis nama dan nomormu disitu."
Sosok yang lebih muda darinya itu menatap wajah Seongwoo dan ponsel itu bergantian dan dengan ragu mengambil ponsel pintar diatas meja itu dan menulis nomor ponselnya sendiri serta tidak lupa dengan namanya. Setelah selesai ia memberikan ponsel itu pada pemiliknya.
Seongwoo mengambil ponselnya tersebut dan melihatnya sepintas lalu memasukan kembali ponsel tersebut disaku jasnya.
"Namaku Ong Seongwoo, aku akan menghubungi nanti… Daniel-sshi." Adalah kalimat terakhirnya sebelum ia berdiri dan keluar dari café kecil itu meninggalkan pemuda manis yang diketahui bernama Daniel. Lebih tepatnya, Kang Daniel.
.
.
Daniel berkumur didepan wastafel apartement kecilnya setelah ia kembali mual-mual untuk kesekian kalinya pagi ini dan ini sudah tiga minggu ia terus muntah namun tidak ada yang keluar dari perutnya selain cairan bening.
Crystal bening keluar dari mata indahnya dan membasahi pipinya yang kian tirus, rona kemerahan sudah digantikan dengan pucatnya wajah manis itu.
Daniel memegang perutnya yang masih rata. Ini sudah hampir seminggu dan Ayah dari janin yang ada diperutnya masih tidak memberinya kabar sama sekali. Padahal setelah pertemuan mereka di café itu setiap menit Daniel selalu menatapi ponselnya dan membuatnya sering ditegur bossnya ketika bekerja.
Tubuh Daniel merosot karena sudah tidak bisa menahan beban tubuhnya lagi. Ia senderkan kepalanya di dinding kamar mandinya. Tangannya memeluk perutnya dengan erat.
"Maafkan aku… maafkan aku tapi aku tidak bisa memberikan kebahagiaan untukmu. Kau hanya akan menderita bila lebih lama denganku, aku tidak memiliki apapun dalam hidupku bahkan untuk mencari makan untuk diriku sendiri aku masih susah." tangan Daniel mengelus janin yang ada diperutnya.
"Aku tidak membencimu, aku menyayangimu karena kau adalah bagian dari diriku tapi aku tidak memiliki pilihan lain. Aku memang manusia paling hina di muka bumi ini." Daniel terisak pelan. "Maafkan aku, maaf tapi kau tidak akan melihat dunia ini."
.
.
Daniel menatap kosong lantai didepannya. Tangannya masih mengelus perutnya dengan lembut namun matanya yang berwarna merah –karena semalam terus menangis tidak memancarkan apapun. Tidak ada binar kebahagiaan yang dulu selalu ada disana, yang ada hanyalah kekosongan.
"Akhhhh!"
Daniel mendongak ketika mendengar suara teriakan wanita disalah satu bilik kamar rumah sakit kecil yang ia datangi ini. Wajah manisnya tidak memancarkan apapun karena sejak satu jam ia disini ia sering mendengar suara-suara penuh kesakitan itu.
Daniel menatap kertas ditangannya, diatasnya tercetak nama rumah sakit ini walaupun didepan gedung rumah sakit kecil ini tidak ada nama apapun karena rumah sakit ini adalah rumah sakit khusus aborsi yang keberadaannya sangat illegal dinegaranya.
"Kang Daniel-sshi."
Ia merasa jantungnya berhenti berdetak ketika namanya dipanggil.
"Kang Daniel-sshi."
Pemuda berusia 19th itu memejamkan matanya sejenak sambil mengelus perutnya.
"Maafkan aku." Ucapnya pada sang janin dan berdiri. Siap untuk mengakhiri nyawa embrio tak berdosa didalam perutnya.
"Daniel-sshi, kau siap?" tanya sang suster yang berdiri didepan ruangan dokter yang siap merenggut nyawa malaikat kecil didalam perutnya.
Ketika Daniel siap untuk mengangguk ia merasakan ponselnya bergetar. Daniel menatap layar ponselnya dan menampilkan sebuah nomor tanpa nama disana. Daniel sebenarnya ingin mematikannya namun entah kenapa tangannya malah menyentuh layar hijau disana.
"Daniel-sshi. Ini aku, Ong Seongwoo. Aku akan bertanggungjawab."
Pemuda manis itu seakan akhirnya bisa bernafas setelah sekian lama tidak bernafas ketika mendengar kalimat tersebut.
.
.
Seongwoo menghentikan mobilnya didepan alamat yang Daniel sebutkan lewat telepon mereka. Laki-laki tampan itu mengernyit melihat gedung dua tingkat yang ia sadari adalah sebuah rumah sakit namun tidak bernama sama sekali dan hanya ada sebuah alamat saja.
Daniel yang memang sudah menunggu didepan rumah sakit kecil itu langsung masuk kedalam mobil Seongwoo dengan canggung.
Seongwoo menatap Daniel yang sudah duduk disampingnya tanpa mengucapkan sepatahkatapun ia membawa mobilnya menjauh dari situ. Samar-sama ia ingat beberapa pegawai wanita di kantornya pernah membicarakan tentang rumah sakit kecil yang ada dipinggiran kota, sebuah rumah sakit illegal yang siap membantu para wanita dan submissive untuk membunuh janin yang ada diperut mereka.
.
Seongwoo menghentikan mobilnya didepan lampu merah. Sejak dari rumah sakit itu tidak ada yang membuka pembicaraan sama sekali. Demi Tuhan, mereka hanyalah dua orang asing yang kebetulan melakukan malam panas bersama dan menghasilkan embrio diperut Daniel.
"Tiga hari nanti kau akan bertemu dengan keluargaku. Kita akan membicarakan pernikahan."
Daniel menatap Seongwoo seakan-akan sosok didepannya itu adalah makhluk aneh dari dunia lain. "A-apa?"
Seongwoo menatap mata Daniel dan ini adalah kali pertama mata mereka saling berpandangan. "Sudah aku bilang aku akan bertanggungjawab."
.
.
Dan disinilah Daniel, tiga hari kemudian. Duduk disamping Seongwoo –dirumah besar keluarga Ong sambil menundukan kepalanya karena mendapatkan tatapan tidak menyenangkan dari keluarga kaya raya itu.
"Siapa namamu tadi?" tanya Ibu Seongwoo tanpa bermanis-manis ria. Ia sendiri menatap rendah Daniel yang memakai baju lusuh yang mana menurut Daniel adalah baju terbaiknya.
"Kang Daniel, Ahjumma."
"Berapa umurmu?"
"19th."
"19th? Sudah kuliah? Kuliah dimana dan ambil jurusan apa?"
"Sa-saya tidak melanjutkan kuliah." Daniel masih betah menundukan kepalanya dan tangannya menyentuh perutnya yang menjadi kebiasaannya.
Wanita dewasa itu menatap Seongwoo dengan tajam, sedangkan putranya itu hanya diam saja dan asyik meminum kopinya. "Hanya lulusan SMA?"
"I-iya, Ahjumma."
"Apa orangtuamu tidak mengkuliahkanmu? Jadi apa kau jika hanya lulusan SMA? Dan tentang orangtua, mana Ayah dan Ibumu? Apa pekerjaan mereka hingga tidak bisa mengkuliahkanmu." Serentetan pertanyaan keluar dari bibir Nyonya Ong.
Air mata Daniel siap keluar kapan saja mendengar pertanyaan-pertanyaan tersebut. "Saya yatim piatu dan dibesarkan di panti asuhan sejak kecil."
Siwon –Ayah Ong menaikan alisnya mendengar jawaban Daniel, ia melirik sebentar putranya dan kembali focus pada berkas ditangannya, tidak terlalu peduli akan situasi didepan matanya.
Sooyoung langsung berdiri dari duduknya. Ia menatap penuh amarah putranya. "Apa ini lelucon?! Ong Seongwoo apa-apaan kau membawa pemuda seperti ini untuk menjadi istrimu, heh! Jawab Eomma!"
Seongwoo memutar matanya malas, ia memang belum mengatakan kalau Daniel hamil putranya dan hanya bilang pada Ayah, Ibu dan Neneknya jika ia akan membawa calon menantu untuk mereka.
"Eommaa…" ujarnya dengan nada malas.
Nenek Ong yang sejak tadi hanya diam dan memperhatikan kini berdiri dari duduknya dan duduk disamping Daniel yang masih menundukan kepalanya. Wanita paruh bayah itu memeluk punggung Daniel dan mengelusnya dengan lembut.
"Daniel… apa kau.. sedang mengandung?"
Dan pertanyaan orang paling tua dirumah itu langsung menghentikan adu cekcok antara Ibu dan Anak bahkan Siwon langsung meletakan berkasnya dan memandang Daniel yang tengah dipeluk Ibunya.
"Daniel.. Jawab pertanyaan Nenek, Sayang." Ucap Nenek Ong dengan lembut. Tangannya masih mengelus punggung Daniel.
Daniel melirik sebentar Seongwoo yang menatapnya tanpa ekspresi, ia sebenarnya ingin meminta persetujuan Seongwoo apakah ia harusnya menjawabnya atau tidak namun reaksi Seongwoo yang seperti itu membuat Daniel tidak memiliki pilihan lain selain mengangguk.
"Iya, Nek. A-aku hamil."
Plakkk.
Sooyoung langsung menampar putra tunggalnya itu dengan keras. "Ada milyaran gadis yang bisa kau dapatkan tapi kenapa kau harus menghamilinya!"
Seongwoo hanya mengelus pipinya yang terkena tamparan Ibunya. Daniel yang melihat itu ingin berdiri karena khawatir karena bagaimanapun juga Seongwoo adalah Ayah dari janin yang dikandungnya.
Namun niatnya ia urungkan ketika Sooyoung menatapnya dengan dingin. "Gugurkan bayi itu."
"Sooyoung!" Nenek langsung berdiri dan menatap marah menantunya itu. "Apa yang kau bilang tadi? Gugurkan? Wanita macam apa kau ini."
"Eomma, apa Eomma mau memiliki dia sebagai bagian dari keluarga ini? Yang ada malah keluarga kita yang dipandang rendah karena memiliki pemuda yang tidak jelas asal usulnya ini menjadi bagian dari keluarga kita."
"Siapa yang berani merendahkan keluarga kita? Siapa? Tidak ada dan tidak akan ada yang berani."
Siwon berdiri dan menenangkan istrinya itu. "Sooyoung masuklah ke kamar."
"Tapi, Siwon…"
"Aku bilang masuk ke kamar." Ucap Siwon dengan nada yang tidak bisa di ganggu gugat.
Sooyoung terdiam sebentar lalu masuk kedalam kamar meninggalkan Ibu mertuanya, suaminya dan putranya bersama Daniel.
Siwon menarik nafas lalu mendudukan dirinya lagi. "Jadi, kau mau kapan menikahi Daniel, Seongwoo?"
.
Dua minggu setelahnya Ong Seongwoo dan Kang Daniel telah resmi menjadi pasangan pengantin baru di depan tamu undangan yang jumlahnya tidak sampai tiga puluh itu karena hanya orang-orang tertentu saja menghadiri upacara pernikahan mereka.
.
.
Seongwoo menghentikan mobilnya didepan rumah yang sudah ia tempati sendiri beberapa tahun terakhir ini. Ia lalu keluar dan membuka pintu rumahnya, tanpa perlu menengok kebelakang Seongwoo tahu jika Daniel mengikutinya sambil menggeret kopernya.
Daniel menatap takjub rumah Seongwoo, rumahnya memang tidak lebih besar dari rumah mertuanya namun rumah ini begitu rapih dan semua barangnya tertata dengan semestinya.
"Ini kamarmu, ada di bawah karena aku tidak yakin kau akan kuat untuk naik turun tangga." Ucap Seongwoo sambil melirik sebentar perut Daniel. "Kamarku ada dilantai atas."
Daniel mengangguk mengerti, hatinya sedikit menghangat karena kalimat Seongwoo yang secara tidak langsung memperhatikan kondisinya.
"Besok pagi aku akan kerja jadi kau bisa mengelilingi rumah ini." Seongwoo menatap tubuh Daniel dari atas kebawah, sosok yang lebih muda beberapa tahun darinya itu masih memakai tuxedo berwarna putih. "Jika tidak ada yang ditanyakan aku akan ke atas."
Daniel mencengkeram ujung tuxedo berwarna hitam suaminya.
"Seongwoo-sshi, a-apa kau mau… kita… malam ini.." Daniel menundukan wajahnya yang memerah hingga ketelinganya menanyakan hal seperti ini namun mau bagaimana lagi, ini memang salah satu kewajibannya melayani suaminya.
"Tidak." Ucap Seongwoo sambil berlalu pergi menuju kamarnya meninggalkan Daniel yang bernafas lega karena Daniel sendiri memang belum siap untuk melakukan itu lagi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
END/TBC?
20 February 2018
.
.
A/N :
Ok, Achan tau kok masih ada dua ff yg belum end tapi ini malah bikin fic baru. tapi sumpaaaaahhhh tangan gatel pengen bkin OngNiel dgn suasana baruuuu. inget yah suasana baru alias alur baru kalau yg PWF kan sambungannya Eternal Love heheheh. btw awalnya sih ff ini cast nya 2hyun tapi di pikir lagii ff 2Hyun Achan udah lumayan n pengen banget bikin OngNiel jadi achan ganti deh castnya heheheheh.
Mian yah buat 2Hyun Shipper coz Achan tuh kalau sekali pengen sesuatu (dalam hal ini nulis OngNiel) maka Achan pastiii mikirin terus selama beberapa hari dan mumpung alur di otak lagi lancar jaya maka langsung Achan tuangkan dalam Ms. Word.
Udah segitu ajah deh cuap-cuap Achan. Bye Guys, see you di ff lain atau di next chapter. nggak tau ini bakal oneshoot or berchapter.
.
.
.
.
Thank You
Bye Bye Bye
L.O.V.E Ya
