~Summary~

Cinta memang dapat membutakan segalanya. Namun, alangkah baiknya kita membiarkan orang yang kita cintai bahagia bersama pilihannya. Tapi, apabila hati tak menginzinkan, akankah cinta itu berubah menjadi obsesi?

~Genre~

Drama, Hurt/Comfort

~Rate~

T (Rate dapat berubah sesuai keinginan author ^^v)

~Warning~

Boys Love, Angst, Psychopath

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

Cinta. Cinta datang tanpa mengenal kepada siapa ia akan tercipta. Jika cinta telah melekat tak ada yang mampu untuk mengubahnya.

Namun, hanya satu. Cintailah seseorang sewajarnya. Jika tidak, hal buruk akan terjadi.

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

You're Mine Dear

.

.

~PROLOG~

.

.

BRUK

"Ah, mianhamnida."

Engkau terpana. Terpana ketika mendengar suara lembutnya dan semakin terpana ketika ia menunjukkan wajahnya. Wajah manis yang penuh rasa bersalah dan kau dibuat tak berkutik.

"Tuan?" tanyanya dengan kepala dimiringkan sedikit-bingung-.

Dengan sedikit tegurannya, kau kembali dari dunia khayalanmu tentang pemilik wajah itu.

"Ah, ne gwenchana." Kau tersenyum kikuk dan dia berlalu setelahnya.

.

.

.

.

Musim dingin. Kau bertemu kembali dengannya. Yang kau herankan dia bersama seorang pemuda tampan dengan tangan mereka yang berangkulan erat. Kau awalnya ragu unntuk menyapa tapi akhirnya kau menyapanya juga.

.

.

.

.

"Siap namamu?" tanyamu ketikka kalian mulai berbicara satu sama lain.

"Lee Sungmin imnida, kau?"

"Cho Kyuhyun imnida. Bangapseumnida. Err, dia?"

"Ah, dia tunanganku. Hei, perkenalkan dirimu dengan teman baruku."

"Choi Siwon imnida."

.

.

.

.

"Chukae Sungmin hyung." Teman-temannya berbaris mengucapkan selamat padanya. Dan engkau hanya mampu melihatnya dengan tatapan sendu.

.

.

.

.

"Sung-Min."

"Le-paskan." Serunya, tapi engkau tak memperdulikannya. Kau hanya menatapnya dan secara perlahan berjalan menuju dirinya yang teriakat di sudut ruangan.

Ya. Kau menculiknya. Kau mengurungnya di salah satu kamar yang ada dirumahmu yang jauh dari keramaian kota Seoul. Mengurungnya dengan tangan dan kaki terikat di atas ranjang Queen Size yang telah engkau siapkan. Tak lupa dengan dinding kamar yang telah kau cat dengan warna kesukaannya dan pernak-pernik kelinci yang mmendominasi.

.

.

.

.

"Hiks." Dia menangis, menangis karenamu.

Kau membenci itu.

"Diamlah Sungminnie," desismu seraya menempelkan benda tajam dikulit wajahnya.

Dia terdiam dan menatapmu dengan raut ketakutan.

"Jangan menatapku seperti itu hyung."

Diam, dia hanya diam.

.

.

.

.

Kau murka, sangat murka saat melihatnya memporak-porandakan kamarnya yang nyaman. Dan kau semakin murka ketika ia menyebutkan nama itu. Nama namja yang menjadi rival abadimu.

"Siwon." Bisiknya lirih.

"Diam atau pisau ini menggores kulit wajahmu yang mulus ini, hmm."desismu. Walaupun terdengar kejam kau tak betul-betul dengan ucapanmu.

"atau—kau mau pisau ini melukai orang yang kau cintai?"

"Kau gila."

.

.

.

"YA! ANDWEEE." Jeritnya pilu. Kau menyeringai puas melihat isi video itu. Video yang memperlihatkan bahwa ia-rivalmu- telah mati ditanganmu.

.

.

.

"Engh, le-paskan akuhh, ahh." Desahnya saat kau mengerjai tubuhnya.

Kau memaksanya. Kau memaksanya meminum jus yang telah kau campurkan dengan Viagra. Kau menyeringai puas, melihatnya terbaring pasrah dengan tangan yang terikat di sandaran tempat tidur.

"Kau milikku Minnie. Milikku."

.

.

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

TBC/END?

.

.

.

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.

Anyeong Chingudeul...

Saya kembali dengan membawa Fanfic lain, padahal yang satu lagi belum kelar.

Hehehe*ketawa tanpa dosa.

Ini, baru prolognya. Ceritanya akan menyusul jika Chingu menginginkannya. Ini tergantung review yang akan saya dapat. Karena dengan review dari kalian saya jadi tambah semangat menjalani proyek ini. Yuhuuu ^^

Mind to review?