Vengeance

Summary

HAPPY READING :D

WARNING:

Violence, Evil Konoha, Not Evil Naruto, OOC, AU, Don't like Don't Flame.

THANK YOU

DISCLAIMER

Sasuke is always belongs to Masashi Kishimoto sensei

CHAPTER I: It's Time For Vengeance

I

Prologue

200 tahun setelah perang terbesar dalam sejarah manusia terjadi, para manusia mulai kembali membangun dunia mereka. Sebuah kota besar bernama Konoha pun didirikan. Konoha lalu menjadi pusat peradaban manusia sekaligus menjadi pusat pemerintahan di dunia. Konoha pun menjadi sebuah kota yang tentram, damai, dan aman. Namun, semua itu berubah ketika sebuah kudeta berdarah terjadi di kota tersebut. Pemimpin kota yang adil tewas dan digantikan seorang Tiran yang sangat kejam. Dia membunuh siapapun yang berani melawannya. Tapi ada suatu ramalan bahwa suatu hari nanti akan ada seseorang yang akan menghentikan kekejaman Tiran tersebut. Seseorang dari suatu klan yang bernama…

Uchiha…

May 13, 2215. Di suatu desa terpencil

"Kakak, Aku ingin ikut belajar 'memanggil pedang'. . ." kata seorang Anak kecil yang kira-kira berusia 6 tahun kepada seorang pemuda yang kelihatannya sedang bersiap-siap ingin pergi ke suatu tempat.

Orang yang dipanggil kakak itu hanya diam. Dia lalu menoleh kepada adiknya. Terlihat wajah seorang pemuda dengan garis kerut panjang tersenyum.

"Kau masih terlalu kecil, Sasuke-kun, lagian kakak pergi latihannya jauh, nanti kamu malah kecapekan . . ."Kata sang kakak sambil tersenyum kepada adiknya.

Wajah sang adik merengut, dia lalu berkata lagi.

"Tapi kan kakak pas seuumuranku sudah bisa melakukannya, aku juga ingin kakak," kata anak kecil yang bernama Sasuke itu.

Sang kakak terdiam, Kemudian dia melihat ke arah adiknya yang kini wajahnya terlihat sangat memelas. Mata Sang AdikTerus memandangnya dengan penuh harap. Memang, kalau adiknya sudah begini dia sudah tidak dapat menolak lagi.

"Yah baiklah, tapi izin dulu sana sama Ayah dan Ibu. Kakak tidak mau dimarahi gara-gara membawamu tanpa izin," kata sang Kakak akhirnya dengan nada pasrah.

"Horeee, Kak Itachi memang baiiiik! OK aku izin sama Ayah dan Ibu dulu ya kak. Jangan ditinggalin," kata Sasuke yang langsung lari menuju ruangan di dalam rumah.

Sang Kakak yang bernama Itachi itu hanya dapat terdiam pasrah, dia pun kembali menyiapkan barang-barang perbekalan yang akan dibawanya saat latihan nanti. Sebuah tas besar berisi perbekalan pun selesai disiapkannya. Sang kakak lalu keluar dari kamarnya untuk menuju pintu depan rumah sambil menenteng tas besar. Baru saja sang kakak akan keluar dari dalam kamar, Sasuke kembali datang sambil lari-larian.

"Kakak, kata Ayah dan Ibu, aku boleh ikut . . ." kata Sasuke dengan nada riang yang lucu.

Itachi lalu tersenyum kepada adik satu-satunya itu. Dia benar-benar bisa bersyukur karena memiliki adik selucu Sasuke. Sasuke memang sangat terlihat sangat tampan, walau dengan rambut berdiri yang seperti pantat ayam. Yah walau begitu, rambut tersebut malah terlihat sangat cocok dengan Sasuke. Terkadang Itachi sendiri iri dan mencoba membentuk rambutnya yang belah tengah menjadi seperti Sasuke dan akhirnya malah berakhir tragis dengan ditertawakan Keluarganya habis-habisan.

"Kalau begitu siap-siap sana, kakak akan menunggu di depan rumah," kata Itachi sambi menenteng tas besarnya keluar rumah.

"Sip kakak,"kata Sasuke sambil pergi berlari ke kamarnya.

Itachi lalu berjalan perlahan keluar rumah. Dia lalu duduk di depan rumahnya yang terbuat dari kayu itu, Dia pun lalu bersandar santai ke dinding rumah untuk menunggu Sasuke yang masih bersiap-siap.

"Lama juga Sasuke . . ." kata Itachi yang masih bersandar santai.

Itachi yang bosan menunggu Sasuke lalu melihat-lihat sekelilingnya, Dia melihat banyak rumput di depan rumahnya, Dia lalu mengedarkan pandangannya ke arah dapat melihat di kanan dan kiri rumahnya terdapat rumah-rumah kayu berbentuk lingkaran dengan atap ilalang yang merupakan rumah milik warga-warga di desanya. Itachi berdiri dari tempat duduknya,Dia berjalan sebentar dan melihat ke arah rumahnya. Dia lalu melihat sebuah bangunan kayu besar dengan sebuah papan besar bertuliskan "Uchiha" bergantung rapi di atas pintu utama bangunan itu.

"Hmph, Ternyata rumahku memang lebih besar daripada rumah-rumah orang lain," katanya sambil tersenyum setelah membanding-bandingkan rumahnya dengan orang lain.

"Kakak kenapa senyum-senyum aneh begitu . . ?" Kata Sasuke yang tiba-tiba muncul di depan Itachi sambil membawa tas berukuran sedang.

Sang Kakak yang terkejut karena dilihat oleh adiknya hanya terdiam malu.

"Ti-ti-tidak, bukan apa-apa . . ." kata sang kakak yang malu dengan nada panik.

Sasuke hanya terdiam bingung dengan kelakuan Kakaknya itu.

"Oh ya kak, aku sudah siap, kapan kita berangkat?" tanya sang adik dengan sangat bersemangat.

Itachi terdiam sebentar, dia lalu mengambil tasnya yang ada di depan rumah.

"Kita berangkat sekarang."

Kedua kakak beradik itupun lalu berjalan meninggalkan rumah mereka, beberapa penduduk sekitar rumahnya yang melihat kepergian mereka berdua menyapa dengan ramah dan dibalas senyuman oleh sang kakak. Mereka berdua lalu sampai padaa batas desa tersebut.

"Kakak, kita sebenarnya akan pergi kemana?" tanya Sasuke polos.

"Kita akan pergi ke gunung itu, tempat kakak latihan sehari-hari," jawab sang kakak sambil menunjuk sebuah gunung di depan mereka yang terletak agak jauh.

"Ooohh"

"Nah jadi ayo berangkat," kata Itachi tersenyum sambil menenteng tangan Sasuke pergi.

Mereka berdua lalu berjalan meninggalkan desa mereka, perlahan makin jauh. Langit yang tadinya berwarna kebiruan kini bewarna kemerahan, menandakan waktu sudah beranjak sore. Mereka berdua akhirnya sampai ke tempat latihan tersebut.

"Huff akhirnya sampaiii," kata Sasuke riang.

"Iya sih sampai, Tapi kenapa kakak harus ngegendong kamu kayak gini!" kata Itachi yang lalu menurunkan adiknya dari punggungnya.

"Habis aku kan capek kakak, harus naik gunung," kata Sasuke sambil pasang muka Innocent.

Itachi hanya dapat terdiam, Dia tadi terpaksa menggendong Sasuke yang terus mengeluh kecapekan karena naik gunung.

"Yah baiklah, karena kita sudah sampai, kakak akan menjelaskan bagaimana caranya 'memanggil pedang'" kata sang kakak sambil meletakkan tasnya yang dari tadi dia tenteng dengan tangan.

Itachi lalu berjalan sebentar, dia mengedarkan pandangannya ke sekitar tempat latihan tersebut seperti ingin mencari sesuatu. Pandangannya terhenti pada sebuah tali tambang yang terlihat tergeletak di tanah. Itachi lalu mendekati tali tersebut dan menariknya. Tiba-tiba tanah bergetar, dari tengah-tengah tempat latihan tersebut muncul Boneka jerami. Sasuke hanya dapat terdiam kagum.

"Nah Sasuke, sekarang kakak akan menjelaskan bagaimana caranya 'memanggil pedang' . . ."kata Itachi sambil mengarahkan tangannya kearah boneka jerami.

"Tubuh setiap manusia memiliki sebuah elemen dasar; Tanah, Api, Air, Listrik, Angin, Cahaya, dan Kegelapan. Elemen-elemen tersebut akan menjadi tehnik dasar kekuatan manusia, yang menentukan tehnik bertarung seseorang. Contoh bila orang berelemen api maka dia dapat mengeluarkan api dari tubuhnya . . ." kata Itachi sambil menjetikkan jarinya.

Boneka Jerami di depan Itachi langsung terbakar terkena percikan api dari jentikan jari tersebut

"Nah, kemampuan klan kita, klan Uchiha adalah kita mampu untuk mengendalikan elemen dasar itu dan merubahnya menjadi senjata, walau hanya dalam waktu terbatas . . ." Sambung Itachi lagi sambil mengarahkan tangannya ke arah Boneka jerami yang kini entah bisa muncul kembali.

Tiba-tiba mata Itachi berubah berwarna kemerahan, muncul percikan-percikan api di sekitarnya. Percikan-percikan itu kemudian menyatu dan membentuk sebuah pedang berwarna merah membara yang melayang di samping kepala Itachi.

". . .Dan kau juga bisa mengontrol pedang atau senjata buatanmu itu sesuka hati . . ." Sambung Itachi sambil menerbangkan pedangnya kesana kemari.

"Kau dapat menggunakannya untuk perisai atau untuk . . ."kata Itachi sambil mengarahkan tangannya ke boneka jerami.

"Menyerang!"

Pedang Itachi yang berwarna kemerahan itu langsung terbang dan menusuk keras boneka jerami tersebut hingga tertancap kuat.

"Saat pedangmu itu menusuk lawan, kau dapat mengembalikannya ke bentuk semulanya," kata Itachi sambil menjentikkan jarinya.

Pedang berwarna kemerahan yang menancap pada boneka jerami itu langsung berubah menjadi api kembali dan membakar habis boneka jerami tersebut.

"Saat kita memanggil pedang, darah uchiha kita bergejolak dan sel-sel darah merah kita akan berkumpul di mata, itulah yang menyebabkan mata kita berubah kemerahan . ."

"Jadi, apa kau mengerti?"Tanya Itachi sambil berbalik melihat ke arah Sasuke.

"Zzzzzzzz . . ."Sasuke ternyata tertidur.

"OOIIII BANGUUUUUUUUUNNN!" tereak Itachi stres karena adeknya sudah tertidur dari tadi.

Sasuke yang mendengar teriakan Itachi langsung kaget dan terbangun, Dia langsung memasang senyum Innocent-nya.

"Hehehe maaf, soalnya kan aku capek . . ."kata Sasuke sambil mengucek matanya.

"Huff ya sudah, jadi kamu sudah dengerin sampai mana?" tanya Itachi

"Umm . . . Sampai bagian setiap manusia memiliki elemen dasar . . ."jawab Sasuke yang langsung membuat Itachi syok berat

'Itu kan bagian yang paling pertama . . .'batin Itachi sweatdrop

"Jadi gimana tadi caranya?" tanya Sasuke lagi.

"Aaahhh ya sudah, ayo sini . . ."kata Itachi memanggil adiknya.

Sasuke lalu berdiri disamping Itachi.

"Pertama kau harus fokus, kosongkan pikiran dan pikirkan bentuk pedang . . ."kata Itachi.

Sasuke memejamkan matanya dan mulai berkonsentrasi.

"Sekarang fokuskan tenagamu pada bentuk yang kau pikirkan itu . . ."

Sasuke mulai menggerakkan tangannya ke depan seperti yang dilakukan Itachi. Tiba-tiba muncul kilat-kilat listrik berwarna kebiruan di sekitar Sasuke.

"Bagus, terus bayangkan kalau kau sedang mengisi sebuah tabung berbentuk pedang dengan energimu . . ."

Kilat-kilat listrik tersebut mulai menyatu dan sedikit demi sedikit membentuk pedang.

"Yaaaa sedikit lagii . . ." kata Itachi melihat pedang Sasuke yang mulai terbentuk.

DHAAAR! tiba-tiba pedang yang Sasuke buat meledak dan sukses membuat Itachi kesetrum terkena ledakan tersebut. Sasuke membuka matanya yang kini kembali berwarna onyx hitam.

"Kakak kenapa?" tanya Sasuke kepada kakaknya yang kini terlihat gosong dengan muka Innocent.

Sang kakak hanya terdiam. Lalu merapikan dirinya.

"Tidak, tidak apa-apa . . ."jawab sang kakak pasrah.

"Tadi berhasil tidak kak?" tanya Sasuke lagi

"Hampir, ayo latihan lagi . . ."jawab Itachi

Langit yang berwarna kemerahan tadi mulai berubah menjadi biru gelap, dan semakin gelap hingga muncul bulan. Kedua kakak beradik itupun terlihat masih berlatih.

"Kakak, kok aku melihat asap malam-malam begini?" tanya Sasuke

"Mana Asap?" tanya sang kakak

Sasuke menunjuk kepulan asap besar dari bawah gunung. Terlihat bercahaya kemerahan.

"Itu dari Desa!" teriak Itachi kaget.

"Kenapa kak?" tanya Sasuke bingung.

"Aku punya perasaan buruk tentang hal ini, kita harus cepat pulang!" jawab Itachi dengan cepat sambil membereskan barang-barangnya.

Sasuke lalu ikut panik dan ikut membereskan barang-barangnya.

"Cepat Sasuke!"

"Ya kak!" jawab Sasuke cepat.

Kedua kakak beradik itupun selesai mengemasi barang-barang mereka. Mereka lalu berlari turun gunung secepat yang mereka bisa untuk pulang ke desa.

'Ayah, ibu, semuanya, semoga kalian baik-baik saja' batin Itachi panik

Mereka akhirnya sampai ke pinggiran desa. Itachi melihat banyak tentara bermasker dengan persenjataan lengkap sedang berkumpul di desanya. Beberapa dari mereka terlihat sedang menembaki para Penduduk desa yang berlarian ketakutan kesana kemari. Itachi yang melihat keadaan yang berbahaya itu langsung menutup mata Sasuke agar tak melihat adegan pembantaian tersebut.

"Sasuke, kau sembunyi dulu . . ."suruh Itachi pada adiknya dengan cepat.

"Tapi kalau kakak kenapa-kenapa bagaimana?" tanya Sasuke khawatir.

"Kakak tidak akan kenapa-kenapa, kakak hanya ingin mengecek keadaan. Kamu disini saja, jangan kemana-mana, Nanti kakak pasti akan kembali lagi kok" jawab Itachi sambil tersenyum kepada adiknya itu.

"Janji kakak akan kembali?" tanya Sasuke sambil menunjukkan jari kelingkingnya.

"Yup, kakak janji." Jawab Itachi sambil mengait jari kelingking adiknya dengan jari kelingkingnya.

Sasuke lalu berlari ke arah semak-semak untuk bersembunyi, sementara Itachi berlari menuju desa. Itachi Perlahan-lahan masuk ke dalam desa dengan sangat berhati-hati agar tidak diketahui para tentara tersebut. Untunglah karena para tentara itu masih sibuk membunuhi para penduduk desa lainnya, Itachi bisa masuk desa dengan mudah. Di dalam desa, mata Itachi bergerak kesana kemari mencari seseorang . . .

'Ayah, ibu, . . .' batinnya

Itachi terus berjalan perlahan mencari Kedua orang tuanya, namun dia tidak mendapati orang tuanya di area desa tersebut.

'Rumah!' pikirnya cepat

Itachi langsung berlari ke jalanan setapak tempat rumahnya berada. Disana dia mendapati tempat yang telah ia tinggali seuumur hidupnya sedang dilalap api dengan dahsyat. Itachi terdiam, berarti kedua orang tuanya telah . . .

"i..i tachii—"tedengar suara parau yang bercampur dengan suara api yang membakar.

Itachi terdiam, dia memastikan kembali telinganya.

"Itu suara ayah!"

Itachi lalu dengan nekat berlari masuk kedalam rumah yang sedang terbakar tersebut untuk mencari sumber suara tersebut. Itachi terus berlari menghindari setiap reruntuhan yang akan menimpanya. Dia akhirnya sampai di ruang tamu dan menemukan kedua orang tuanya telah tergeletak sekarat disana. Itachi melihat keduanya telah tertusuk oleh senjata tajam. Itachi mendekati, mencoba mengecek apakah mereka berdua masih hidup atau tidak. Saat dia akan mendekat, tiba-tiba terdengar suara sang ayah

"Nak, syukurlah kau selamat . . ."kata sang ayah lirih.

Itachi yang terkejut llangsung mendekati sang Ayah yang tertusuk dibagian perut tersebut

"Ayah, kau terluka! Harus segera diobati!" kata Itachi panik melihat darah yang keluar dari mulut sang ayah

"Tidak perlu—ayah sebentar lagi juga akan.."jawab sang ayah terputus dengan suara batuk yang mengeluarkan darah.

"Ayah jangan bicara lagi! Aku akan membawa ayah keluar!" kata Itachi.

"Sudah ayah bilang tidak perlu! Sudah tak ada waktu lagi, ada sesuatu yang ayah ingin berikan padamu-"

"Tapi kondisi ayah . . ."

"Kubilang sudah tak ada waktu lagi! Cepat ambil dan pergi! Ayah dan Ibu tak akan dapat bertahan lebih lama lagi . . ."

Itachi lalu mengangkat karpet yang ditunjuk sang ayah, disana dia mendapati bahwa lantainya dapat dibuka. Dia pun menemukan sebuah pedang katana berwarna biru.

"Jaga pedang katana itu baik-baik, dan tolong jaga Sasuke . . ."kata sang ayag yang lalu menghembuskan nafas terakhirnya.

Itachi langsung panik dan mendekati ayahnya yang telah meninggal.

"Ayah jangan mati! Ayah!" kata Itachi

Sosok yang diajak bicara hanya terdiam, hanya sebuah senyuman beku yang membalas teriakan putus asa Itachi. Itachi terdiam sebentar, tidak, ini tidak mungkin terjadi!, ini pasti mimpi, aku harus bangun!. Kembali dia memandangi sosok pahlawan yang telah membesarkannya. Rasanya tak mungkin secepat ini! Aku belum siap!. Batin Itachi terus bergejolak dengan kesedihan tiada tara. Perlahan air matanya menetes, Dia tidak sedang bermimpi, Sosok yang sangat dia hormati itu telah berpulang. Kembali Itachi teringat kenangan-kenangan indah bersama ayah ibunya, bagaimana ia belajar, tertawa, bercanda, seluruh ingatannnya. Dia belum memberikan balasan apapun untuk orang yang dia sayangi ini. . .

Tiba-tiba suara runtuhan gedung menyadarkannya.

'Aku harus keluar dari sini' batin Itachi.

Itachi lalu mengambil katana tersebut dan berlari secepat yang dia bisa dari rumah yang kini sudah sangat parah terbakar, dia menghindari setiap reruntuhan kayu yang akan menimpanya. Dia terus berlari sambil sesekali mengusap air mata yang terus keluar tanpa henti dari matanya. Akhirnya dia pun berhasil mencapai pintu depan rumah lalu dengan paksa mendobrak pintu rumah tersebut.

"Huh?" beberapa tentara mendengar suara dobrakan keras dari suatu rumah

Terlihat Itachi, yang baru berhasil keluar dari rumah yang terbakar tersebut dalam keadaan lemah. Tentara itu langsung mengarahkan senjata apinya ke arah Itachi yang masih terhuyung kelelahan setelah menyelamatkan diri dari rumahnya yang kini telah runtuh habis dilalap api.

"Masih ada yang tersisa, Cepat bunuh!" teriak Prajurit tersebut sambil menembakkan senjata api laras panjangnya dengan brutal ke arah Itachi.

Itachi langsung memandang prajurit tersebut dengan penuh kebencian, matanya berubah menjadi crimson merah dan seketika itu pula muncul lima pedang merah dihadapan Itachi yang melindunginya dari tembakan orang tersebut. Tentara itu terus menembaki Itachi walaupun pedang-pedang Itachi terus menghalangi pelurunya sampai ke orang tersebut. Itachi kali ini berjalan perlahan ke arah prajurit tersebut

"Kau . . ." kata Itachi dengan nada murka sambil mengarahkan tangannya ke arah prajurit tersebut

Tentara itu panik melihat mata Itachi yang sangat mengintimidasi, Dia lalu berusaha dengan cepat memanggil bantuan.

"Gawat, perlu bantuan disini, masih ada satu orang yang ter . . ." suara orang tersebut terpotong.

Kelima pedang yang ada di depan Itachi tersebut kini telah berpindah tempat dan menusuk tentara tersebut tanpa ampun. Itachi lalu menjentikkan jarinya dan seketika itu pula Pedang-pedang yang menusuk tentara itu berubah menjadi api dan membakar habis prajurit tersebut. Itachi berjalan dengan penuh hawa kemarahan dan kebencian. Matanya yang kemerahan bergerak murka kesana kemari mencari para pembunuh keluarganya. Saat itu dia lalu mendapati beberapa prajurit lain sedang mengarahkan senjatanya ke arahnya.

"Berhenti! Atau akan kami . . ." teriak seorang prajurit

Belum sempat menyelesaikan ancamannya, sebuah pedang berwarna kemerahan muncul di samping Itachi dan lalu terbang menusuk orang tersebut tanpa ampun. Kejadian tersebut sontak membuat tentara yang lain langsung panik.

"TEMBAK! TEMBAK!" teriak prajurit yang tersisa dengan panik.

Mereka lalu menembak Itachi dengan brutal, namun pedang Itachi selalu muncul melindunginya setiap tembakan tersebut akan mengenainya. Itachi berjalan pelan ke arah prajurit-prajurit yang putus asa tersebut. Dua puluh pedang berwarna kemerahan muncul dengan ganas di belakang Itachi. Para Tentara tersebut hanya dapa terdiam pasrah saat Itachi mengarahkan tangannya ke arah mereka.

"Kalian akan membayar . . ."Ucap Itachi

Dua puluh pedang tersebut lalu langsung melayang terbang menuju mangsa mereka yang kini lari tunggang langgang. Lalu terdengar suara jeritan kematian dimana-mana. Tak ada yang selamat.

Itachi kembali berjalan mencari prajurit-prajurit yang tersisa. Matanya kembali bergerak mencari korban kemarahannya. Tiba-tiba sebuah rudal terbang mengarah dirinya. Itachi menoleh, dia memandangi rudal tersebut dengan tatapan penuh kebencian. Suara ledakan terdenga, rudal tersebut tepat mengenai tubuh Itachi. Asap hitam bercampur debu mengepul kemana-mana, bila ada yang melihat hal tersevut pasti tak akan ada yang mengira ada yang bisa selamat.

"Hahaaha rasakan itu" kata seorang prajurit yang membawa senjata rudal.

Kepulan asap bercampur debu itu mulai memudar. Dari dalamnya terlihat Itachi masih berdiri tanpa terluka sedikitpun. Di arah tepat rudal tersebut meledak, terdapat tumpukan lima pedang yang bersilang menahan tembakan tersebut. Tentara yang melihat hal tersebut hanya dapat menganga tidak percaya.

"Tidak mungkin . . ."

Belum hilang kekagetan orang tersebut, pedang-pedang yang tadi telah menjadi perisai Itachi tersebut lalu melayang mengarah tajam ke arahnya. Si tentara hanya dapat terdiam pasrah.

"ja-jangan bunuh aku-" terdengar suara putus asa dari tentara tersebut.

Pedang-pedang Itachi langsung terbang mengarah pada tentara tersebut. Tentara itupun menutup matanya dengan pasrah. Satu detik- dua detik, tak terjadi apa-apa. Tentara itu membuka matanya dan dihadapannya terlihat seseorang bermata merah mengancam menatapnya dengan penuh kemarahan.

"Katakan. . ." kata orang tersebut.

Si tentara terdiam masih belum paham apa yang dimaksud pria yang ada dihadapannya itu.

"Kubilang Katakan!" kata pria itu sekali lagi.

Dengan panik tentara itu langsung berbicara dengan nada bergetar

"Ka-kami hanyalah pa-pasukan kecil yang di-diprintahkan Danzo-sama u-untuk memusnahkan k-klan Uciha . . ."

Itachi terdiam, Danzo? Dia seperti pernah mendengar nama tersebut. Belum sempat berpikir apa-apa, tiba-tiba prajrurit yang dia ancam tadi berkata lagi dengan nada ketakutan.

"Ma-maf k-karena me-melakukan i-ini, kami ha-hanya takut di-dihukum oleh Danzo, ja-jadi to-tolong biarkan aku hi-hidup"katanya dengan terbata-bata.

Itachi memandang tajam tentara tersebut, lalu lima pedang kemerahan yang dari tadi mengurung si tentara menghilang menjadi jilatan api kemerahan. Itachi lalu berpaling dari tentara yang langsung terduduk lega tersebut.

"Pergi dari sini! Dan katakan pada Danzo jangan pernah menganggu kami lagi!" kata Itachi.

Tak terdengar suara jawaban dari arah belakang Itachi, hanya terdengar suara tertawa 'Kukuku' dari arah belakang. Itachi berpaling kaget, baru saja dia akan berpaling, sebuah suara tembakan terdengar. Tentara yang tadi dimaafkannya itu ternyata langsung menembakkan semacam peluru kejut listrik ke arahnya yang berpaling. Itachi terjatuh, sensasi kesemutan menyebar ke seluruh tubuhnya. Dia merasakan tubuhnya benar-benar lumpuh. Kali ini dia mencoba menggerakkan jarinya untuk memanggil pedang, namun rasa kesemutan tersebut menghalanginya untuk melakukan itu. Saat itulah dia melihat tentara yang dikasihaninya tadi berdiri dengan angkuh dihadapan matanya.

"Kukuku benar-benar na'if—"kata tentara tersebut dengan nada mengejek

Itachi terus berusaha bergerak sekuat tenaga, namun tetap gagal.

"Percuma, sengatan listrik yang kuberikan tadi tegangannya mencapai seratus ribu volt. Orang biasa akan mati bila terkena sengatan tersebut—"

Si tentara mendekati Itachi yang berbaring tak berdaya, dia lalu tanpa perasaan menendang wajah Itachi sekuat tenaga. Belum puas, dia lalu mengambil sebuah pistol kecil dan menembakannya ke tangan Itachi. Itachi menjerit kesakitan. Melihat hal itu, si tentara lalu kembali menyiksa Itachi dengan menghantamkan wajahnya berkali-kali ke lantai.

"Hahahahaha, ini sangat menyenangkan" si tentara tertawa senang.

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari langit. Tentara tersebut lalu berhenti menyiksa Itachi. Dari atas dia melihat puluhan helikopter terbang rendah. Dari helikopter-helikopter tersebut turun para tentara-tentara berpakaian sama ke arahnya, Si tentara yang ada di depan Itachi hanya melambai-lambai senang. Dia yakin pasti dia akan mendapatkan sesuatu karena berhasil menangkap seorang Uchiha. Si tentara lalu mendekati kerumunan tentara yang kini ada di depannya tersebut.

"Lapor! Saya berhasil menangkap Uchiha!" kata sang tentara pada atasannya

Sang Atasan menoleh sejenak ke arah bawahannya itu, Dia lalu mengeluarkan sebuah pistol yang langsung mengarah ke wajah tentara itu, tepat diantara kedua matanya.

"Begitukah? Kalau begitu sekarang matilah" kata sang atasan sambil menarik pelatuk pistol.

Terdengar suara tembakan keras. Tentara tersebut lalu jatuh tersungkur. Darah keluar deras dari kepalanya yang kini berlubang.

"Misi kita bukanlah menangkap Uchiha, tapi MEMBUNUHNYA jadi bila ada yang membangkang, maka akan berakhir seperti dia!" kata sang atasan sambil menunjuk bangakai tentara tersebut.

Setelah memberikan intruksi tersebut, Si atasan lalu mendekati Itachi dan mengarahkan pistol yang dia gunakan tadi ke arahnya. Itachi terdiam pasrah, matanya menutup. Dia mulai teringat segala kenangannya dengan keluarganya. Hal-hal yang menyenangkan, menjengkelkan, muncul silih berganti. Namun kini dia sadar, bahwa kenangan itu akan segera lenyap.

'Maafkan aku ayah, Maafkan aku Ibu, Maafkan aku Sasuke' batin Itachi pasrah.

Namun secara tiba-tiba, tepat sebelum tentara tersebut menembakkan pistolnya, sebuah pedang biru muncul dari balik hutan. Itachi terbelalak kaget, pedang tersebut tepat menusuk tangan sang tentara. Tentu saja serangan tiba-tiba tadi membuat puluhan bahkan ratusan tentara lain menoleh. Mereka lalu mendapati seorang anak kecil dengan penuh air mata sedang menatap mereka dengan marah.

"Jangan ganggu kakakku!"kata Sasuke lantang sambil mengeluarkan satu pedang biru lagi yang langsung mengarah ke salah satu tentara yang masih bingung dengan apa yang terjadi.

"SASUKE!" teriak Itachi panik.

Pedang yang dikeluarkan Sasuke lalu berhasil menusuk salah satu tentara dan membuatnya tewas seketika, dan tepat seketika itu pula para tentara sadar akan kekagetan mereka dan langsung mengarahkan senjata mereka ke arah anak kecil tersebut.

"TEMBAK!" terdengar suara teriakan parau.

Momen berjalan dengan lambat, Sasuke dengan ketakutan menutup matanya. Terdengar suara peluru menembus tubuh. Namun Sasuke tidak merasakan sakit. Setelah bunyi berondongan peluru selesai, dengan berani sedikit demi sedikit dia membuka matanya dan mendapati kakaknya telah berdiri di depannya melindunginya dari setiap tembakan-tembakan tersebut.

"KAKAK!" teriak sang adik panik melihat kakaknya yang tertembak penuh luka

"Kau bodoh, sudah kubilang untuk tetap sembunyi kan?" kata Itachi lirih sambil berbalik tersenyum kepada adiknya yang ada di belakangnya.

"Ma-maafkan aku kakak . . ."

"Tidak apa-apa, kakak pasti akaan melindungimu sampai akhir . . ." kata-kata sang kakak terhenti lalu sang kakak terjatuh tepat dalam keadaan memeluk Sasuke.

"Kakak! Bangun kakak! Kakak belum mati kan? Iya Kan!" teriak Sasuke putus asa.

Sementara itu para tentara sudah mulai selesai mengisi peluru mereka, mereka lalu kembali mengarahkan senjata ke arah Sasuke yang menangisi kepergian kakak yang dicintainya.

"TIDAAAAAAAAAAAKK!"terdengar suara keras dari Sasuke yang bahkan membuat para tentara terkejut.

Hawa kebiru-biruan gelap muncul disekitar Sasuke. Lalu sosok seperti iblis muncul di belakangnya. Iblis tersebut berbentuk seperti tengkorak membawa sebuah pedang. Sementara itu di tangan Sasuke, katana biru mengacung tajam, mengintimidasi siapa saja. Para tentara yang melihat hal itu langsung memberondong Sasuke dengan tembakan tanpa ampun. Namun entah kenapa, tembakan-tembakan tersebut seperti tertahan oleh suatu perisai kasat mata.

Mata merah Sasuke memandang kejam orang-orang yang telah membunuh kakaknya, katana yang panjangnya lebih panjang dari tubuhnya saat itu terpegang kuat di tangan kanannya.

"Kalian Akan Membayarnya!"

Suara Sasuke berubah menjadi dua suara, satu suara aslinya, yang kedua terdengar seperti suara orang dewasa yang parau. Para tentara yang menyadari bahwa mereka sedang menghadapi Iblis langsung lari tunggang langgang, Sasuke yang melihat itu langsung mengibaskan katananya dan membuat hembusan angin yang lalu langsung memotong tubuh beberapa prajurit yang berusaha kabur. Sisa-sisa prajurit yang lain berusah naik helikopter, namun tanpa di duga, muncul puluhan bahkan ratusan pedang biru yang mengarah ke helikopter-helikopter tersebut. Lalu tanpa jeda, seluruh pedang itu mencabi-cabik dan meledakkan setiap helikopter yang ada. Para tentar tersebut pun lalu terjatuh, Sasuke kemudian mendekati mereka dengan katana di tangan. Terdengar suara-suara jeritan kematian mengerikan yang belum pernah didengar sebelumnya.

Malam mulai berganti pagi, Matahari sudah setinggi tonggak kayu dua meter. Dari kejauhan terlihat sebuah desa yang telah rata dengan tanah, Di desa tersebut ada seorang anak kecil yang sepertinya sedang menggali suatu lubang. Anak kecil itu terus menggali dengan mata yang berlelehan air. Tepat disamping anak tersebut, terdapat tumpukan mayat ratusan orang. Lubang yang dibuat oleh anak kecil tersebut bukanlah untuk mereka, namun untuk beberapa orang yang dia sayangi. Anak kecil itu mengusap kembali air matanya, dihadapannya terdapat mayat penuh dengan luka tembakan. Anak itu lalu menyeret mayat terebut kedalam lubang yang dia buat, lalu menguburnya kembali perlahan. Setelah selesai, dia terduduk memandangi sebuah kuburan yang dia buat. Air matanya yang tadi sudah berhenti keluar kembali keluar dengan deras.

"Aku janji kakak, aku janji! Aku pasti akan membalaskan dendammu, aku pasti akan membunuhnya!"

Ya Sasuke memang mendengar percakapan kakaknya dengan seorang tentara, yang mengaku disuruh orang bernama Danzo.

"Aku akan memburumu! Aku pasti akan membunuhmu! Ingat itu, Danzo!" kata Sasuke sambil menatap langit yang cerah seolah mengejeknya.

Dia lalu berdiri, sebuah katana biru tergantung di pinggangnya, dia terus berjalan dengan mata balas dendam. Mencari orang yang telah bertanggung jawab atas kematian keluarganya.

Saatnya balas dendam!

To Be Continued

Author note:

Yo minna san, maaf nih lama banget gk ada update. Apalagi yang namanya Cursed Demon, sumpah pusing ngelanjutinnya, jadi kayaknya WB dulu. Yah daripada stress gk nulis malah kepikiran bikin beginian, bagi yang bingung Narutonya mana, dia bakal muncul di chapter 3

Oh ya terima kasih buat FF versus 13 yang ngasih inspirasi dari cerita ini, terima kasi juga buat DMC 4, DMC 3. Dan yang paling aku ingin berterima kasih adalah kepada para pembaca yang mau membaca fanfic ini

Jaa-neee