Disclaimer : I do not own Hunter x Hunter
WARNING : 1. Fanfic ini mungkin OOC
2. Cameo
Hint : hampir seperti sekuel dari fanfic Pangeran Petaka
MUNGKIN BILA NANTI
A tale of siblings, of relationship, of anger and memories
21.00 p.m.
"AWAASS!"
Seorang cowok hampir saja tertabrak kereta api. Rel kereta api di desa ini memang cukup 'rajin' menelan korban karena lampu peringatan yang rusak. Apalagi kalau malam seperti ini.
"Terima kasih…" jawab lelaki itu singkat.
"Tentu, kau baik-baik saja?" tanya pemuda yang menyelamatkannya.
"Ya… aku bai-
"KAU!" pekik cowok bernama Kurapika itu, saat mendapati siapa yang menolongnya.
"Tenanglah, aku tidak punya niat buruk…" balas orang yang menolongnya ringan.
Kurapika menjauh dari pemuda yang menyelamatkannya yang tak lain adalah Kuroro.
"Tidak mengambil kesempatan? Kurapika…?" tanya Kuroro menyeringai.
"Aku enggan mengotori tanganku…" jawab Kurapika dan berlalu meninggalkan Kuroro.
Kuroro mengawasi Kurapika yang berjalan pergi.
"Anak yang angkuh… hhhmm…" Kuroro tersenyum dan segera berjalan ke arah yang berbeda.
Kurapika bergegas masuk ke kamarnya dan tidur, hari ini terlalu panjang, terlalu melelahkan dan terlalu menyebalkan. Sebelum tidur ia mengganti kemejanya dan mencuci muka.
"Ku pikir ia sudah meninggalkan York Shin, atau mungkin ia telah kembali? Tapi Judgement Chain yang ku pasang di jantungnya belum hilang. Aku tak perlu khawatir."
Dan sesegera mungkin ia terlelap, masih ada esok untuk ia 'selesai'kan.
"Kupikir ia sudah meninggalkan York Shin, ternyata ia menetap. Dasar keras kepala… Tapi itulah bagian terbaiknya… Aku pun tak mengharapkan ia mencabut Judgement Chain ini. Semakin hari semakin mengancam nyawaku dan itulah bagian terbaiknya…" ujar Kuroro dengan nada yang senang tapi juga tenang.
Morning
Matahari di langit, pepohonan di bumi. Tubuh kami terbuat dari tanah. Jiwa kami dari surga. Matahari dan bulan menyinari langkah kami. Bumi membasahi tubuh kami. Menyerahkan tubuh ini pada angin yang berhembus. Terima kasih atas keajaibanMU TUHAN. Dan klan Kuruta berharap untuk kedamaiaan abadi dalam jiwa kami. Aku berharap untuk mencurahkan kebahagiaan dengan kawanku dan akan mencurahkan kesedihan mereka. TUHAN berkatilah selalu klan Kuruta. Izinkan kami menggunakan bola mata merah kami…
Dan Kurapika pun memulai pekerjaannya, segera ia kenakan jas putih dan menyiapkan stetoskop juga beberapa kertas resep. Hmm, ya… Kurapika memang seorang dokter sekarang. Namun karena masih pemula, ia hanya bekerja di sebuah klinik, walau cukup ramai memang. Saat pasien berdatangan, Kurapika menangani mereka dengan professional, penuh senyum dan memberi sedikit semangat. Hari ini banyak sekali pasien berdatangan.
Tok… Tok…
"Dokter… permisi, bagaimana ini? Ada pasien yang tak mampu menebus resep" tutur Ai-chan, apoteker di apotek klinik tempat Kurapika bekerja.
"Kenapa ia tidak bisa menebusnya, Ai-chan?" tanya Kurapika.
"Sepertinya ia dari kalangan menengah ke bawah, haduh… dokter tau maksud saya kan?" tanya Ai-chan resah.
"Kalau dokter izinkan, saya akan mengganti obat tersebut dengan generiknya saja, saya tidak tega dokter…" sahut Ai-chan khawatir.
Kurapika tersenyum lalu tertawa kecil, Ai-chan bingung.
"Haha… kamu memang apoteker yang paling mengkhawatirkan pasien yang pernah ku temui."
Ai-chan tersipu antara malu, bingung dan senang dapat pujian dari dokter Kurapika. Lalu Kurapika mengambil kertas resep.
"Tunggu, saya akan menuliskan resep baru…"
Ekspresi wajah Ai-chan begitu lega.
"Terima kasih dokter… Dokter Kurapika juga yang terbaik deh :D"
Dan dengan segera apoteker muda itu berlari menuju apoteknya. Lalu pasien lain mulai berdatangan lagi. Tampaknya hari ini akan menjadi hari yang melelahkan.
"Ini resepnya nyonya, silakan di tebus di apotek. Nha, Hiro, cepat sembuh ya…" hibur Kurapika pada pasiennya.
"Apa aku dapat bermain sepak bola lagi dokter?"
"Tentu… tapi, untuk 1 minggu ke depan kau harus istarahat dulu, oke?" tanya Kurapika dan mengancungkan kelingking kanannya.
"Okeee ^_^" jawab anak lelaki tadi senang dan membalas janji kelingking Kurapika.
Jam demi jam berlalu, Kurapika bertemu banyak pasien baru, maupun pasien lama yang sedang check up atau sekedar konsultasi.
00.00
Kurapika melirik jam tangannya.
"Shiftku sudah habis, lebih baik beristirahat sebentar menunggu dokter Kaze datang…" gumam Kurapika.
Ia menyandarkan kepalanya ke telapak tangan dan memperhatikan foto di mejanya. Dirinya, Killua, Gon dan Yumi, 6 tahun lalu, Kurapika tersenyum.
"Bagaimana kabar mereka sekarang, semenjak lulus kuliah dan pindah rumah aku belum sempat mengabari maupun membalas surat dan email mereka. Rindu…" gumam Kurapika, lelahnya jadi semakin terasa.
Saat sedang tenang-tenangnya. Tiba-tiba pintu ruangannya di buka cepat dan kasar, ada pasien lagi. Tangannya berdarah! Terdapat luka sobek di bawah lengannya. Kurapika terkejut, bukan karena darah maupun pintu yang di buka secara kasar. Melainkan karena pasiennya!
Kuroro!
"Dokter, tolong paman ini, ia menyelamatkanku dari pencuri yang mencoba mengambil uang ibuku… " mohon seorang anak perempuan.
Kurapika mengenal anak itu, rumahnya dekat dengan klinik.
"Ya Nina tentu… Sekarang kamu pulang ya, minta antar sama Ai-chan okay? Hati-hati ya…"
Kurapika mengusap kepala gadis kecil itu dan segera menangani Kuroro.
Setenang mungkin Kurapika menghentikan pendarahan di lengan Kuroro, membersihkan luka tersebut, di beri sedikit anestesi dan menjahit sobekan yang cukup serius tersebut. Lalu ia balut dengan perban.
"Kau terampil juga Kurapika…" puji Kuroro ramah.
"Sudah tugasku…" jawab Kurapika datar.
Diam
Kurapika melanjutkan perban tersebut dan memakaikan penyangga di tangan Kuroro, saat itu juga dokter Kaze datang.
"Hei… kau boleh pulang, ini shiftku ^o^" sapanya ceria.
"Terima kasih dokter Kaze…"
"Kaze saja Kurapika, saat sedang tidak ada pasien tidak usah formal lah…"
Kuroro : sweatdrop, memang gua gak keliatan apa? #dalam hati#
"Tentu, tapi saya memang sedang menangani seorang pasien…" balas Kurapika sopan.
"Ah…oh… uhm… Maaf atas ketidaknyamanannya tuan…" kata Kaze gugup saat menyadari ada Kuroro.
"Tidak apa…" jawab Kuroro tersenyum seadanya.
"Selesai, saya sarankan anda tidak melepaskan penyangga ini dulu dan hindari luka dari air sedapat mungkin, saya akan berikan resep…"
"Tidak perlu, dokter… Terima kasih…" cegah Kuroro entah mengapa.
"Baiklah…
-nha dokter Kaze, saya pamit pulang. Selamat malam…" Kurapika pamit, padahal Kuroro saja belum keluar dari ruangan tersebut.
"Ma…lam…" jawab Kaze bingung melihat Kurapika dingin sekali pada pasiennya.
-mungkin dia lelah :/ ?"
Kurapika menuju apotek sebelum pulang.
"Pulanglah Ai, apa Marie belum datang?"
"Be…lum dokter."
"Hmm… ya sudah, saya duluan ya…"
"Hati-hati dokter…"
Kurapika pun pulang, ia tidak menggunakan kendaraan umum maupun pribadi. Rumahnya cukup dekat sehingga ia memilih berjalan kaki. Meski memakan waktu 15 menit. Ia berjalan dan terus berjalan, lalu ia behenti di belakang portal lintasan kereta api yang terbuka.
"Mengapa kau mengikutiku…?"
"Wah… ketahuan ya? Haha tanpa 'In' memang susah, apalagi mengelabuimu"
"Mengapa kau mengikutiku…?" tanya Kurapika sekali lagi, tanpa berbalik menatap Kuroro.
"Rumahku satu arah… aku baru pindah ke sini beberapa bulan lalu. Aku sering melihatmu melintas dan... —Kuroro menyeringai— "aku menawarkan kesempatan."
"Aku tidak ingin mengotori tanganku…" jawab Kurapika dingin.
"Hmmphh —Kuroro tersenyum— "Tentu, ya sudah. Hati-hati Kurapika, belakangan ini banyak kriminal-kriminal amatir, seperti yang memberiku luka ini"
"Apa pedulimu…" lagi-lagi di jawab dengan datar dan dingin.
Kurapika melanjutkan jalannya, Kuroro masih berjalan di belakangnya.
Persimpangan
"Duluan ya… Kurapika…" kata Kuroro.
Kurapika hanya terus berjalan tanpa berhenti, menoleh maupun menjawab.
~to be continued~
Author : Yuhuuuuu chapter 1 selesai… Baca terus yaaa ^^ Arigatou gozaimasu.
Kuroro: waahhh saya jadi tokoh utama :D
Author : hehe iya iya ^^ saya fansnya Danchou-sama nih :D
Kuroro: waahhh saya punya fans :D saya populer ya?
Author : populer banget Danchou-sama _ Danchou-sama ganteng sih #berbinar-binar#
Kuroro : hahahaha #ketawa#
