Disclaimer: semua yang familiar di sini berarti milik S. Collins.

Madge berpikir ia bisa melakukan sesuatu untuk Prim dan Nyonya Everdeen. Ketidakhadiran Katniss pasti berat buat mereka. Baik secara emosional maupun... material. Ia tahu ibu Katniss hanya bekerja bila ada orang yang butuh keahliannya dalam obat-obatan dan penyembuhan, uang yang mereka dapat tentu tidak cukup untuk keperluan hidup mereka sehari-hari. Dan Prim, oh, Primrose, Madge tak bisa membayangkannya masuk ke hutan berburu rusa liar.

Jadi, dengan tekad bulat Madge membawa keranjang piknik dan mengisinya dengan roti, susu, mentega, bahkan selai stroberi, ke rumah keluarga Everdeen, melintasi jalanan kotanya hingga ia mencapai jalanan Seam yang berbatu dan penuh debu tambang.

Rumah Katniss yang sederhana—jauh lebih sederhana dibanding mansionnya—mulai kelihatan dan tak berapa lama Madge mengangkat tangannya untuk mengetuk sebelum seseorang memanggil namanya. Ia memutar kepalanya dan menemukan Gale Hawthorne memandanginya.

"Gale," ujar Madge membalikkan seluruh badannya hingga kini ia berhadapan dengan si mata abu-abu.

"Undersee," ia membalas cepat, mengkerutkan dahinya seolah Madge adalah spesies binatang liar yang baru Gale lihat. "Apa yang kaulakukan?"

"Mengunjungi Prim."

Dari pengalamannya, Madge tahu tidak ada gunanya berbasa-basi dengan Gale. Ada bagian dari Madge yang merasa terintimidasi tiap kali ia berada dekat dengan sosok laki-laki itu. Dan apa gunanya basa-basi kalau Gale bahkan sudah mengecapnya sebagai anak walikota manja yang hanya punya 5 entri nama tahun ini di Hunger Games.

Mungkin Gale sedang membandingkan betapa terlalu beruntungnya ia daripada Katniss sekarang.

"Aku dan Katniss, kami berteman, aku ingin melihat keadaan Prim dan ibunya," Madge menambahkan.

Tapi sial, hal itu malah memberinya tatapan sinis dari Gale, "Oh ya? Sambil membawakan makanan untuk mereka? Wow, Undersee, sudah mulai mau membagi makananmu untuk yang berkekurangan?"

Seketika pandangan Madge jatuh pada keranjang yang dibawanya.

Gale memperhatikan, "Sebaiknya jangan."

Masih belum hilang rasa sakit di hati Madge akibat sindirin tajam laki-laki bermata abu-abu itu, sekarang ia tak mengerti apa yang Gale maksud dengan 'sebaiknya jangan."

"Aku bisa mengurus Prim dan Nyonya. E," ujar Gale menjelaskan tanpa Madge memintanya untuk melakukan itu. "Kau tidak perlu menyusahkan dirimu sendiri dengan merasa terbebani hanya karena Katniss adalah temanmu di sekolah."

"Kubilang aku ingin," Madge menekankan, meski ia yakin Gale akan bertahan pada asumsi bahwa Madge menganggap keluarga Everdeen sebagai kasus kemanusiaan yang kalau ia tidak membantu mereka maka ia akan kesulitan tidur di malam hari.

Sebuncah amarah merasuki tubuh kurus Madge. Dan seakan ia siap meledakkan tubuhnya pada Gale.

Gale Hawthorne hanya mengendus dan menyeringai, memperhatikan Madge dari ujung kaki sampai ujung kepala. Hal itu membuatnya tidak nyaman tapi Madge lebih tahu dari siapapun Gale melakukan itu atas dasar kesengajaan.

Gale ingin membuatnya tidak nyaman dan buru-buru pergi dari Seam.

Tadinya Madge kira kontes saling pandang ini akan berlangsung sampai sedekade, namun suara pintu yang terbuka menginterupsi.

"Gale," itu suara Prim, Madge langsung berbalik badan. "Oh, Madge, kau berkunjung."

Madge ingin memeluk Prim, karena gadis itu terlihat seperti ia butuh pelukan dan karena Madge bahagia, Prim menyelamatkannya dari Gale. Tapi ia urung, alih-alih, Madge memberi senyuman lebarnya dan berkata, "Hai, Prim, boleh aku masuk?"

Prim, yang memang sudah tabiatnya ramah pada semua orang, membalas senyum Madge sama lebarnya dan mengangguk mempersilahkan Madge.

"Dan, Gale, apa yang kau lakukan di situ?" tanya Prim berteriak. "Ayo masuk!"

Madge tahu Gale pasti mengomel di sela helaan napasnya, tapi ia tidak peduli. Madge adalah gadis yang bisa mengontrol emosinya, tidak seperti laki-laki itu. Ia bisa bersikap meski orang memperlakukannya bak ia dari Capitol. Masih jelas raut kekesalan di wajah Gale yang pasti salah satu penyebabnya adalah kehadiran Madge. Dan sekali lagi, Madge tidak peduli. Ia di sini untuk Prim, bukan untuk menyenangkan hati seorang Gale.

oOo

Kunjungan Madge berlangsung lebih lama dari yang ia rencanakan. Ia berakhir dengan menonton Games bersama keluarga Everdeen.

...Plus seorang Hawthorne yang merajuk.

Wawancara Katniss dan Peeta berlangsung baik dan Madge senang mereka melakukan konspirasi yang cerdas.

Maksudnya, siapa yang terpikir ide "kekasih yang sial" masuk ke dalam permainan maut akan menarik simpati orang Capitol begitu rupa? Madge diam-diam berpikir mungkin Haymitch kehabisan alkohol dan mulai waras sedikit.

"Itu ide bodoh," ujar Gale di sebelahnya, ketika Madge mengutarakan apa yang ia pikirkan.

Mereka berjalan bersebelahan menuju kota. Ada cukup jarak antara mereka untuk satu pick-up truck. Madge tidak tahu, mungkin Gale alergi jika berada terlalu dekat dengannya.

"Tidak," Madge menggeleng, meski ia yakin Gale tidak melihat itu, karena jalanan terlalu gelap—bahkan tidak ada bulan malam ini— "Tidakkah kaulihat orang Capitol menyukai kisah Katniss dan Peeta? Itu akan membawa mereka pada sponsor."

Gale mendengus lagi untuk yang kesekian kali. Sudah menjadi semacam kebiasaannya, mungkin. "Tak akan banyak membawa perbedaan."

Madge merasakan ketidaknyamanan Gale membicarakan hal ini. Gale memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan berjalan menunduk. Madge sadar Gale dan Katniss adalah teman dekat, terlalu dekat bahkan, pernah ia berpikir mereka berdua pacaran. Ia merasa kehilangan dan Gale mau Katniss kembali, tetapi kembali menjadi dirinya yang dulu. Bukan boneka hasil rekayasa Capitol yang seluruh distrik lihat di televisi.

Semua orang tahu, sekali kau masuk ke dalam Games, seluruh hidupmu akan berubah seketika. Kau hanya akan peduli bagaimana cara menyelamatkan dirimu. Meski itu artinya kau harus membunuh karaktermu terlebih dulu.

"Katniss kuat. Dia gadis terkuat yang aku tahu. Dia akan kembali, dan hal akan menjadi normal."

Dengusan lagi, tapi Gale tidak berkomentar. Madge bersyukur, ia sudah yakin Gale akan mengatainya naif.

Entahlah berapa lama lagi sampai mereka mencapai pinggiran kota, tapi Madge mulai merasa risih dengan keheningan di udara. Ia tak mau yang duluan membuka percakapan, karena ia tidak tahu topik apa yang bisa dibicarakan selain Katniss saat ini. Maka Madge terperanjat ketika Gale yang berinisiatif terlebih dahulu.

"Kenapa?" Gale memulai. "Kenapa baru sekarang kau 'ingin' membagi suplai makananmu?"

Gale tidak mengerti. Madge tidak mengerti bagaimana menjelaskannya.

"Kau pasti merasa bersalah, kau tahu, bukan sekarang saja mereka kelaparan, tapi sepanjang tahun, setiap tahun, saat kau punya seluruh persediaan makanan lengkap, berlebih malah, dan pakaian bagus, tempat tidur yang nyaman, dan seluruh kenyamanan lainnya. Kau bisa melakukan hal ini sejak dulu, Undersee. Tapi tidak, kau egois-"

Cukup.

"-kau tidak akan pernah peduli-"

Cukup.

"-pada apapun, sama seperti ayahmu yang sama sekali buta pada kondisi distriknya sendi-"

"Cukup, Hawthorne!"

Itu membuat Gale terdiam, dan berhenti berjalan.

"Jangan membawa ayahku ke dalam ini, beliau bekerja 24 jam seminggu mengurusi distrik, hingga ia bahkan tidak pernah mengecek kondisi putrinya sendiri. Percayalah, Hawthorne, kau tidak bisa menyalahkan semua hal padaku hanya untuk membuatmu merasa baikan. Itu rendah sekali."

Gale tertawa hambar, "Dan sekarang kau malah komplain tentang kurang perhatian dari ayahmu saat distrik mengeluh kekurangan segalanya, bagus sekali."

Madge ingin menggeram, ingin menangis, ingin meninju langit, ingin melempar sepatu flatnya ke wajah Gale, ia ingin melakukan apapun untuk meluapkan kekesalannya. Namun, ia mengerti lebih baik. Semua itu sia-sia.

Gadis itu hanya memijit pangkal hidungnya dengan terlalu keras, "Asal kau tahu, hidup kami tidak semewah yang kau kira, semuanya diatur oleh Cap-"

"Yeah, tentu, mereka pelit menyetok suplai-"

"Stop, Gale," Madge mengangkat tangannya, mengambil satu langkah mendekati Gale. "Biarkan aku bicara."

Mengapa Gale sangat susah dibuat mengerti?

Baru saat Gale diam Madge memikirkan kalimat simpel yang tak akan membuat laki-laki itu mengeluarkan hinaan lagi.

"Kami membenci Capitol, Gale," kata Madge berbisik, kalimat tadi adalah hal tabu untuk diucapkan lantang. "Sama seperti seluruh distrik,"

"Mereka mengatur hidup kami, lebih ketat dari siapapun, karena kami budak mereka. Tidak banyak yang kami miliki. Semuanya milik Capitol."

Madge berhenti untuk melihat Gale memutar matanya, sebelum Gale bisa komentar, ia melanjutkan, "Sesedikit apapun yang kalian punya, itu milik kalian. Tapi tidak bagi kami."

"Tetap saja, Undersee, keluargamu mendapat banyak keuntungan dengan hanya melakukan sedikit hal suruhan Capitol, mengapa kalian tidak pernah membantu kami?"

Gale mengambil satu langkah maju, dan sulit bagi Madge untuk tidak menghiraukan kedekatan jarak mereka. Ia menolak untuk mundur. Meski konsekuensinya adalah ia bisa mencium aroma tubuh Gale, dan radiasi dari tubuhnya yang membuat Madge sulit untuk fokus. Ia tak mengerti kenapa.

"Apa kautahu bagaimana kondisi distrik lain?" Madge mendongak agar ia bisa menatap iris Gale langsung. "Oh-aku tahu Gale, seluruh informasi terkini selalu muncul di komputer ayahku. Informasi yang membuat kau berprasangka buruk sejauh ini."

"In-informasi apa?" tanya Gale, terintrik.

"Distrik 12 bisa jadi distrik yang paling beruntung. Sumber ekonomi distrik hanya dari tambang batubara selebihnya tak ada yang berharga."

"Dan bagaimana distrik ini bisa beruntung, hmm?"

Madge memutar bola matanya, "Karena tidak ada yang spesial di sini maka pengawasan Capitol tidak seketat di distrik lain," kemudian ia melempar tangannya ke udara, lelah. "implikasi mudah seperti ini, dan kau tidak— itu mengapa kau bisa bebas berburu bahkan melakukan barter di Hob. Ayahku bisa menyalakan aliran listrik di pagar pembatas, tetapi dia tak melakukannya karena dia tahu kau dan Katniss menjual stroberi hutan untuk kami."

Madge berpaling lalu berjalan dengan kesal, menyilangkan lengan di depan dada. Ia tidak mengerti kenapa ia berteriak, kenapa ia seperti kehilangan kontrol, kenapa ia tidak menjadi dirinya jika ia berada di dekat Gale.

"Aku bisa berjalan sendiri dari sini," kata Madge ketus tanpa melihat Gale yang mulai mengekor di belakangnya. "Lain kali kau tidak usah menuruti suruhan Prim untuk mengantarku pulang."

"Aku tidak bisa menolak Prim, lagipula."

Madge mendengus, "Yeah, tentu."

"Jadi..." Gale baru mulai bicara ketika Madge berhenti berjalan.

"Maaf aku meneriakimu tadi. Tadi itu sepenuhnya hal yang tidak perl-"

Gale hanya mengangkat bahunya, walaupun Madge tidak bisa melihat itu.

"Hey, Undersee, kautahu jalan pulang ke rumahmu, kan?"

Tidak, tidak kalau jalanan gelap begini.

"Oh ya, tentu saja, Hawthorne,"

"Pembohong," Gale berjalan melewatinya. "Kau salah arah, sekarang biarkan aku yang memimpin jalan."

"Capitol mengawasi gerak-gerik kami, sekali ada hal yang mereka anggap mencurigakan, maka resikonya akan diterima seluruh distrik. Kuharap kaumengerti," kata Madge di tengah-tengah keheningan. Gale tidak merespon, namun ia menganggap kalau Gale bisa mengerti.

Akhirnya mereka mencapai perbatasan Seam dan Kota. Lampu jalanan Kota memang lebih baik dibanding Seam, sehingga Madge yakin ia bisa pulang sendiri.

"Terima kasih sudah menemaniku."

"Ya."

Sejenak mereka hanya berdiri di situ, memandangi sekitar namun tidak pada lawan bicara mereka. Tidak yakin apa yang harus dilakukan. Madge menggaruk tengkuknya lalu memutuskan untuk bicara, "Sampai jumpa."

Gale mengangguk dan Madge berbalik melangkah cepat tanpa sekalipun menoleh untuk melihat Gale yang masih diam memandangi punggung Madge, merasa bersalah akan ucapannya pada gadis itu.

oOo

Keesokan harinya Madge kaget mendapati sosok di balik pintu belakangnya adalah Gale, dengan sekeranjang kecil stroberi, terlihat canggung dan tak nyaman.

"Wow, kaudatang lebih awal."

"Ya, pulang sekolah aku ke hutan untuk melihat jebakanku, dan, stroberi sedang banyak, kupikir daripada membusuk atau, yah kautahu, dimakan binatang, uhm, mungkin kau, atau ayahmu, atau, well ibumu, mau membeli stroberi ini."

Madge tidak tahu laki-laki ini gugup atau apa, tapi Gale baru mengoceh satu paragraf, padanya! Untuk yang pertama kali, tanpa ada tuduhan dan sindiran.

"Tentu. Aku tidak tahu sedang musim stroberi sekarang. Yah, aku kan tidak pernah ke hutan." ia sedikit berlari menuju dapur, membuka salah satu laci dan mengambil beberapa koin dari dompetnya di situ, cepat-cepat kembali pada Gale dan menyodorkan koin padanya.

"Terima kasih," kata Gale seraya memberikan stroberinya pada Madge.

Jika ia tidak salah dengar, itu artinya Gale baru saja mengatakan "terima kasih". Ini luar biasa.

"Oh oke," ia membalas dan tersenyum.

Gale terlihat bingung seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan, berkali-kali membuka mulut untuk mengatakan sesuatu namun akhrnya hanya menutup mulutnya kembali.

"Masih ada yang kauperlukan?" tanya Madge mulai tak sabaran.

"Uhm, tadi Nyonya. E menitipkan pesan," Gale menatap mata Madge. "Untukmu, dia ingin mengundangmu makan malam, malam ini."

Satu lagi hal yang membuat Madge kaget, mungkin Ibu Katniss ingin membalas perbuatannya kemarin, ya, ia tahu bagaimana orang Seam selalu menganggap kebaikan orang lain sebagai hutang.

"Oke, aku akan ke sana nanti, jam tujuh?"

Gale mengangguk.

"Ada lagi, Gale?"

"Tidak."

"Oke." Mengapa Gale belum pergi juga?

"Prim pasti memaksaku untung mengantarmu pulang lagi, nanti, kau tidak masalah?"

"Kurasa itu oke."

"Oh, baiklah."

Cepatlah pergi, Gale.

"Gale,"

"Madge,"

Mereka berkata bersamaan, Madge membulatkan matanya, kaget, karena Gale baru saja memanggilnya dengan nama depannya.

Keduanya terkekeh kecil menyadari itu.

"Ada yang mau kaukatakan?" Gale bertanya.

"Tidak juga," Oh, Tuhan, betapa canggungnya situasi ini. "Aku baru mau permisi karena ada hal yang harus kukerjakan. Kau?"

"Oh, ya, aku baru mau pamit."

"Oke."

"Oke?"

"Ugh, Gale..." Madge menggeram. "Bisakah kau cepat pergi, karena aku mau membuat selai dari stroberi ini, seperti yang kautahu, Capitol pelit dan suka terlambat mengirim stok pada kami."

Itu membuat Gale tertawa. Suara tawa yang renyah, ringan, dan...lembut. Matanya menyipit dan seluruh gigi atasnya kelihatan. Madge tak pernah tahu ia akan menyukai suara tawa Gale.

"Oke, oke, kurasa aku menyita waktumu terlalu lama," kata Gale masih sambil tertawa.

Ini momen langka, pikir Madge. Ia belum pernah melihat atau mendengar Gale tertawa apalagi selama Hunger Games berlangsung, dan sekarang ia tertawa dan yang menyebabkan hal itu adalah Madge. Ia menyimpan momen ini dalam otaknya seperti kamera yang memotret tiap bintik di hidung Gale dan barisan giginya yang rapih.

Madge tersenyum pada dirinya sendiri.

"Jangan lupa untuk bawa setoples selaimu, oke?"

"Gale, apa kau juga ikut makan malam nanti?"

Gale tertawa lagi, "Tentu saja, Undersee, nanti siapa yang mengantarmu pulang?"

"Oh iya."

"Sampai nanti."

"Dah, Gale."

Madge mengamati punggung Gale yang makin lama makin mengecil saat ia berjalan menjauh. Mungkin Madge tidak mengetahui maksud dari perubahan sikap Gale padanya, namun Madge tidak keberatan sama sekali.

Malah ia menemukan dirinya menghitung mundur waktu sampai tiba saatnya acara makan malam di rumah Katniss.

.fin.