Puisi Berantai
Bleach (c) Tite Kubo.
.
.
.
Malam berbulan di sebuah kota bernama Karakura. Nampak 3 pemuda kece badai berambut nyentrik tengah bersantai-ria di sebuah pos ronda(?).
— Ehm, ralat sedikit; bukan 'bersantai-ria', melainkan 'bergalau ria'.
Dan sedikit perkenalan, Pemuda pertama bernama Szayelapporo. Wajahnya perpaduan antara cantik dan tampan. Ternyata ia adalah Pangeran Cinta(baca: Playboy). Eh? Pangeran Cinta pun bisa galau? Ckckck, ironis.
Pemuda kedua bernama Grimmjow Jeagerjaquezz. Jangan tertipu! Walaupun baik wajah maupun namanya sumpah-keren-banget, namun profesi utamanya hanyalah tukang tahu(?).
Dan yang terakhir, seorang pemuda berambut pirang kecoklatan bernama Tesra Lindocruz. Ia adalah pejuang kemerdekaan Indonesia(?!) yang entah kenapa bisa nyasar kesini. Daritadi—entah kenapa—ia terus memeluk sebuah bambu runcing. Hm, ganteng-ganteng kelakuannya aneh.
Mereka bertiga terus bergumam tentang kemalangan hidupnya. Tanpa sadar kata-kata mereka membentuk seuntai kalimat tak jelas namun lucu.
.
.
.
Szayel : "Nemu, wajahmu cantik bagai bulan bersinar di malam hari. Tubuhmu seksi seperti gitar Spanyol. Matamu yang bening, dan bibirmu yang indah menawan seperti—"
Grimmjow :"—Tahu goreng, tahu goreng... Aku adalah tukang tahu. Setiap hari, tanpa kenal lelah aku bekerja membuat tahu. Kusiapkan adonan lalu—"
Tesra :" —Kutembak dengan senapan. Penjajah harus diusir dari negri Indonesia! Untuk mengusir mereka, kusiapkan senapan yang canggih; lalu kuisi senapanku dengan—"
Szayel :"—Bunga mawar. Harum semerbak di taman, indah di pandang mata. Nemu, andai kita menikah nanti, kau akan kubelai, kusayang, kucium, lalu—"
Grimmjow :"—Aku godok dengan air mendidih. Isi tahuku unik, lho. Biasanya aku isi tahuku dengan daging atau bakso. Bahkan, kadang-kadang aku isi tahuku dengan-"
Tesra :" —Pelor. Banyak penjajah yang berhasil aku usir. Portugis kalah karena ku usir dengan senapan; Belanda kalah karena ku usir dengan bom. Dan Jepang kalah karena—"
Szayel :" —Kucumbu penuh kemesraan. Duhai Nemu... Andai kita menikah, aku akan mengajakmu berbulan madu. Kita bersenang-senang. Mari kita berbulan madu ke—"
Grimmjow :"—Gerobak tahu. Hari ini gerobak tahuku rusak. Aku ingin sekali membeli gerobak tahu yang baru. Tapi, apa daya? Uangku habis. Sudah dua hari ini aku tidak makan nasi. Aku sehari-hari hanya makan—"
Tesra :"—Bambu runcing yang besar dan tajam. Dadaku bergetar saat melawan para penjajah. Darahku mengalir panas melihat kekejaman mereka. Tekadku membara; dengan penuh semangat, aku berteriak—"
Szayel :"—Nemu...!" disini Szayel berdiri, "Aku sayang padamu, aku cinta padamu. Tapi harapanku musnah. Babehmu galak; ibumu tak merestui. Aku pun patah hati. Aku kini seorang diri. Biarkan aku mati bunuh diri; dan terkubur di bawah tumpukkan—"
Grimmjow :"—Tahu-tahu basi. Kini aku merana. Daganganku ludes; badanku lemes; perutku mules; akupun males. Ah... Apes. Semoga doaku terbales. Dalam tidurku aku berdoa lirih..."
Tesra :"—Ganyang para penjajah!" ikut berdiri, semangat berkobar. Tesra pun menjadi OOC. "Habisi para penjajah! Hingga tetes darah penghabisan! Aku akan tetap berjuang! Hanya untuk tanah tumpah darahku... Tanah Air Indonesia."
.
.
.
~The End. Review?
