Jangan Pakai Hati
Prolog
.
.
.
Namanya Oh Sehun, umurnya baru 8 tahun ketika kedua orang tuanya bercerai.
"Sejung, apa kau sudah gila? Bagaimana dengan Sena dan Sehun?" Sehun masih ingat saat itu. Sejak berumur 6 tahun kedua orang tuanya memang sudang sering bertengkar dan puncaknya adalah malam itu.
"Aku sudah tidak tahan SeJoong, kemiskinan ini, dan semua beban hidup ini membuatku gila." Begitu yang dikatakan oleh Ibu Sehun.
Sehun hanya menonton dari pojok ruang tamu ditemani kakaknya, Sena yang berumur 12 tahun kala itu. Sena menangis dengan cucuran airmata, "Ibu, jangan tinggalkan kami." nihil, Ibunya bahkan tak memberikan tatapan terakhir pada Sena dan juga Sehun.
Semenjak hari itu Sehun tidak mempunyai Ibu. Kasih sayang yang diberikan Sena tak akan cukup. Apalagi Ayahnya menjadi semakin sibuk bekerja seolah-olah dia ingin melupakan mantan istrinya dengan bekerja. Dia tidak sadar kalau dia masih mempunyai dua tanggung jawab dirumah.
Sehun tumbuh menjadi namja pendiam berbeda dengan Sena yang tumbuh menjadi gadis periang.
"Sehunnie, nanti Noona ada kencan dengan Jongdae. Kau bisa kan pulang sendiri?"
Sekarang Sena tumbuh menjadi seorang gadis cantik dengan sikap yang lemah lembut. Dia kuliah jurusan fashion design semester 5. Sejak Ibunya pergi otomatis semua pekerjaan rumah dia yang menghandle. Walaupun terkadang melelahkan tapi gadis itu kasihan melihat Ayahnya yang bekerja siang malam demi menghidupi dirinya dengan Sehun.
"Hmm."
Sena tersenyum miris melihat sang adik. Sehun itu tampan, tinggi, putih, banyak yang suka dengannya. Sena sering menerima coklat dari penggemar Sehun hampir setiap hari tapi tak satupun yang menarik perhatian Sehun. Bisa dikatakan tak ada yang menarik didunia ini bagi Sehun.
"Sehunnie, mana senyum untuk Noona?" Sena menampilkan senyum lebarnya. Ini semacam ritual bagi mereka untuk memulai hari. Bagi Sena, hari yang indah diawali dengan senyum cerah.
Sehun menampilkan senyum lebarnya, sesuatu yang tidak pernah dia tampilkan pada siapapun bahkan pada sang Ayah. Hanya Sena yang bisa melihat senyum itu.
"Baiklah Noona berangkat dulu ya, sampai nanti Sehunnie." Sehun hanya membalas gumaman untuk Sena yang tentu saja tidak didengar oleh kakaknya.
.
.
.
Sehun berjalan menuju rumahnya seorang diri. Dia sudah terbiasa dengan kesendirian mengingat dia tidak mempunyai teman. Sifatnya yang pendiam dan tertutup membuatnya tak mendapatkan teman. Untung saja penampilannya tidak seperti nerd, itulah sebabnya banyak yang menyukainya. Langit sudah mulai gelap jadi dia mempercepat langkahnya supaya tidak kemalaman sampai rumah.
"Tapi kenapa Jongdae? Kukira hubungan kita baik-baik saja. Kenapa kau ingin berpisah?"
Sehun berhenti berjalan dan memperhatikan sang kakak yang menangis didepan rumah dengan seorang namja. Kim Jongdae, pacar Sena selama hampir 5 tahun.
"Maafkan aku Sen, tapi Ayahku menjodohkanku dengan anak sahabatnya. Aku tak bisa menolaknya."
Jongdae itu anak yang baik, dia begitu mencintai Sena dan juga menyayangi Sehun. Sehun juga sudah merasa nyaman dengan kehadiran orang asing dalam hidupnya, hal yang jarang dia rasakan pada orang lain semenjak Ibunya pergi.
"Maafkan aku, aku benar-benar tidak bisa menolaknya. Kuharap kau bahagia dengan namja lain."
De javu.
Sehun seperti melihat Ayah dan Ibunya dulu. Bedanya kini pihak yang ditinggalkan adalah perempuan.
Sehun menghampiri kakaknya yang masih menangis sesenggukan. Dia memeluknya tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.
Pagi harinya Sena membuatkan sarapan untuk Sehun seperti hari biasanya, namun ada yang berbeda. Mereka melupakan ritual senyuman mereka mulai hari itu.
.
.
.
Ini cuma prolog dulu untuk chap 1 tergantung respon kalian. Untuk cast pendukung lainnya akan muncul dichapter 1, so...
comments are love for me^^
