"KIM JONGDAEEEEEEEEEE!"

Seorang gadis SMA baru saja memarahi adik— ralat, pacarnya karena datang terlamat. Sebenarnya, orang yang bernama Kim Jongdae itu selalu datang terlambat jika ada janji dengan pacarnya itu

"Gomen ne Min-noona, busnya terlambat TwT"

"Bohong. Kau pasti tidak tidur semalaman karena habis nonton anime 'kan?" tanya gadis yang dipanggil Min-noona itu

Jongdae menggaruk-garuk tengkuknya —yang tidak gatal—.

"ne~ maafkan aku, Minseok-noona?" tanyanya dengan wajah memelas

Sungguh, Minseok akan benar benar melempari pacarnya dengan garam batu jika berani-berani datang terlambat dan membawa alasan yang tidak tepat— juga.

Nyatanya, dia itu berhati baik —apanya—.

Dan, tidak ada orang greget yang berani melempari orang lain dengan garam batu selain Inaba Hiroshi.

"baiklah, jadi hari ini kita akan pergi ke—"

"WAAAAAAAA TOKYO GHOUL EPISODE KEDUA SUDAH TAYANG! SIAL, AKU LUPA MENONTONNYA TTATT" pekik Jongdae over

"...Kim Jongdae, kupikir aku akan benar-benar melemparimu dengan garam batu." gumam Minseok seraya menahan kesal karena dicuekin lagi.

Sudah kubilang, dia itu tidak baik.

.

.

Title : Ota-kun

Length : Oneshot

Cast : ChenMin as maincast, beberapa pair untuk selingan. Intinya semua member EXO lah wkwk

Genre : Romance / Friendship / Fluff (mungkin?)

Rate : T

Warn : Genderswitch, typo bertebaran dan lain-lain~

Disclaimer : Semua cast disini hanya milik Tuhan YME dan agensi-agensi yang menaungi mereka. Dan Airi hanya meminjam mereka untuk meramaikan fic ini XD

Note : Jika readersdeul benci dengan GS, Airi persilahkan untuk tidak membacanya. :)

Selamat membaca!

.

.

Tadinya, Minseok berencana mengajak pacarnya ke tempat spesial.

Dan, yang terjadi malah seperti ini.

" Jika kau berniat ke gamecenter seperti ini lagi lebih baik tidak usah ajak pacarmu!" rutuknya sambil memandangi Jongdae dari kejauhan yang sedang asik bermain pump— dikelilingi anak-anak SMA sebelah pula.

Lengkaplah sudah penderitaan gadis berpipi chubby ini.

"mati aja kamu, Kim Jongdae :(" gumam Minseok kesal sambil memukul-mukul buku bawaannya

Dan, datanglah kedua orang yang sukses membuyarkan imajinasinya tentang memukul-mukul Jongdae—dia jahat ya.

"AH, XIUMIN-JIE! Lagi ngedate sama Chen ya~?" tanya seorang gadis sambil menunjukkan dimple andalannya

"Apanya yang ngedate, pacarnya dicuekin gini. Kamu sendiri emang lagi ngapain sama Suho?" Minseok bertanya balik

Gadis yang bernama Lay —dia ini sepupunya Minseok— menjawab sambil terkekeh,

"oh ini~ Lagi nganterin Zelo sama Gongchan buat beli keperluan sekolah. Tapi, ujung-ujungnya pada main di sini juga sih kk"

Minseok memutar bolamata dengan malasnya, alesan mainstream nih— pikirnya.

Suho mendekati mereka berdua,

"hai Min-noona! Mau double date?"

Pertanyaan macam apa ini— batin Minseok kesal

"hei! Apa ini terlihat seperti ngedate, ya?" tanya Lay ikut kesal. Tapi terlihat pipinya sedang merona. —ciee cieee wkaka /slap/—

"Sudahlah! Ayo double date!" kata Suho lagi

"aku tadinya juga ingin begitu, hanya saja—" Minseok memandang kesal kearah Jongdae yang sibuk mencoba permainan lain

"—dia dan dia adalah penggemar berat anime. Kau ingin pacarmu diajak nonton anime berjam-jam oleh pacarku?" tanyanya lagi sambil menunjuk Jongdae dan Lay

Di kehidupan Minseok, pacarnya otaku. Sepupunya juga otaku. Adiknya penggemar berat drama Korea pula. Hanya dia yang normal— ini bukan pengakuan saya.

"terimakasih tapi aku tidak ingin mengambil resiko. Ayo, kita pulang." tolak Suho —sambil menarik Lay keluar dari gamecenter itu—

"t-tunggu, Gongchan da— HEI JANGAN SEMBARANGAN MENARIK LENGAN ORANG LAIN!"

Minseok menghela nafas berat,

"kapan ya~ Jongdae bisa sekeren Suho? Haaaah~" gumamnya sambil memandangi pacarnya yang sekarang asik selfie bareng siswi-siswi SMAnya.

Saranku, lebih baik terus mengawasi dari kejauhan, Kim Minseok.

Sebelum, ada orang tak dikenal menikungmu dari belakang.

.

.

"SUDAHLAH, BUNUH SAJA HAYATI DI RAWA-RAWA GINGHAM CHECK. HAYATI SUDAH TIDAK KUAT MAS :')" gumam Minseok kesal karena masih dicuekin pacarnya

Sekarang sudah dua jam Jongdae bermain di gamecenter. Saking keasikannya, dia tidak melihat jam dan mengganggap baru dua menit berlalu.

Oke, Kim Jongdae. Kau terlalu berlebihan karena banyak mendiamkan pacarmu.

"tau gini mending tadi ikut numpang ke mobilnya Suho. Eh, nanti jadi obat nyamuk gimana ya. Au ah gelap!" rutuknya lagi

Terlihat Jongdae sibuk bermain pump bersama gadis lain,

"Kim Jongdae~ why are u being so careless?" lirih Minseok

Sebenarnya, tidak sekali duakali Jongdae bersikap seperti ini. Bahkan setiap acara ngedate mereka, Jongdae selalu punya alasan mengapa ia terlambat dan dimana tempat ngedate yang hanya menghibur baginya.

Minseok tahu,

Jongdae sangat tidak suka dikekang.

Maka ia tidak pernah mengekang pacarnya sendiri.

Faktanya, Jongdae yang seakan mengekang Minseok selama ia sibuk fanboyingan.

Ngedate pun, sebenarnya bukan Minseok yang merencanakan.

Intinya,

Jongdae yang membuat janji, Jongdae pula yang pertama melanggarnya.

Kruyuuuk~

'ini apalagi. Baru juga makan dirumah =_= tau ah.' batin Minseok kesal sambil meninggalkan gamecenter —alasan klasik, mau ke foodcourt. —

Lain lagi dengan Jongdae yang belum menyadari kepergian noonanya itu.

Kim Jongdae,

kau egois sekali.

.

.

"HAAAAA~ MASHITA!" seru Minseok kegirangan sambil menyantap bentonya

Berhubung dia memesan porsi bento yang lebih sedikit, jadi Minseok hanya perlu 5 menit untuk menghabiskan semuanya —termasuk sayuran dan shrimp rollnya—.

Sesudah membereskan mejanya sendiri, ia beranjak untuk membeli float dan terpaksa harus menahan kesal lagi karena—

"YO! MIN-NOONA AYO IKUT MAKAN BERSAMA KAMI!" seru seorang siswa dari salah satu meja. Dilihat dari nametagnya, Park Chanyeol.

"Ah, aku sudah makan, Chanyeol-ah." tolak Minseok halus

"sudahlah unnie, ayo makan. Chanyeol yang traktir kok!" sahut siswi yang bernama Byun Baekhyun —iya dia pacarnya Chanyeol.

'sial. Aku akan menjadi obat nyamuk diantara mereka!' batin Minseok horror

Namun apadaya, sepertinya dewi fortuna sedang berpihak pada pasangan tersebut.

.

.

"Baekkie~ ayo makan."

"tidak mau. Aku tidak sedang mood untuk makan cake."

"Ayolah~"

"sekali kubilang tidak, tetap tidak."

Chanyeol berfikir,

"ah, mungkin kupakai cara itu saja."

"a-apa yang kau la— HMPPFH! UHUK!"

dan,

Baekhyun tersedak hanya karena cake.

Chanyeol tersenyum kemenangan, Minseok memutar bolamata malas.

'tuhkan, jadi obat nyamuk lagi.' batinnya kesal

"sudahlah Baek, lebih baik makan saja." nasehat Minseok

"tidak mau! Aku sedang diet unnie~"

"kau diet atau tidak pun, aku tidak akan meninggalkanmu Baek~" goda Chanyeol, terlihat pipi pacarnya memerah —itu tandanya Chanyeol memang lagi beruntung—.

'sudah kuduga endingnya seperti ini. Hasst! Aku pulang sajalah.' batin Minseok kesal

Saat Minseok bangkit dari kursinya, Baekhyun menahannya.

"unnie marah, ya?"

Baru saja Minseok ingin menjawab "BODOH! KAU TIDAK MENGERTI POSISI KU SEPERTI APA YA?! KALAU PACARAN SEBAIKNYA JANGAN DIDEPANKU!" namun ia urungkan.

"aku baik-baik saja, Baek. Hiks" jawabnya sedikit terisak

Dan ini sukses membuat Chanyeol dan Baekhyun kalap.

.

.

"yo! Sebenarnya apa yang kita lakukan sih?" tanya Chanyeol sedikit berbisik pada pacarnya

"sudah kubilang jangan sembarangan menyuapiku. Kau tidak mengerti resikonya ya?"

Sekarang,sudah sejam berlalu Minseok berdiam diri di foodcourt. Padahal, waktu dia makan hanya memerlukan 5 menit.

"sudahlah noona, lebih baik cari saja pengganti Chen." nasehat Chanyeol —sedikit mengompori—

"hei, jangan jadi PHO, bodoh." Baekhyun menjitak kepala pacarnya

Sebenarnya, Minseok memang tidak menangis akibat ulah Chanyeol.

Dia terlalu banyak memikirkan Jongdae hari ini.

Jika dia tidak memikirkan batin Jongdae, pasti Minseok sudah memarahinya di tempat umum, memukulnya, atau apalah itu.

Masalahnya, Minseok sudah terlanjur percaya pada Jongdae.

Dia memikirkan—

—bagaimana sikap Jongdae terhadapnya dulu.

Minseok masih mengingat dengan baik saat Jongdae ingin menjadikannya sebagai kekasih.

Jongdae sendiri sering bertanya apa Minseok mengingat first date mereka, dan Minseok menjawab, "maaf, sebagian besarnya aku lupa."

Pada kenyataan, Minseok ingat semua detailnya.

Dari mulai kejadian terpeleset di bioskop, tumpahan cappucino saat mereka ada di coffeeshop, semua cake yang tertinggal di lift, atau detail-detail kecil yang bahkan Jongdae sendiri tidak ingat.

Minseok ingat, saat itu Jongdae masih bersikap canggung. Terlihat bagaimana caranya yang gagal membawa suasanya nyaman saat first date. Yang diharapkan adalah first date seperti di drama Korea, malah kacau.

Minseok ingat, bagaimana sikap Jongdae yang clumsy seperti itu, membuatnya dengan mudah mengatakan, "i'll say yes."

Mengingatnya sekali lagi, membuat Minseok terisak kedua kalinya.

"Chanyeol! Ini semua ulahmu!"

"Aku salah apasih Baek :("

"ayo telfon si Kim Jongdae itu!"

Minseok bangkit dari kursi dan berkata,

"sudahlah, dia sedang asik bermain game. Telfonnya sudah di-silent biar tidak mengganggu. Aku duluan ya." Lalu ia pergi begitu saja.

Baekhyun terdiam, begitupun dengan Chanyeol.

"aku heran, apa yang membuat Chen sebegitu fanatiknya terhadap game.." gumam Baekhyun

"daridulu dia memang seorang otaku sekaligus gamers. Bahkan sebelum berpacaran dengan Min-noona." timpal Chanyeol

.

.

.

.

.

"Aku pulang." sahut Minseok sambil melepas sepatunya

"unnie!" seru adiknya riang

"Ah! Sohee, kau sudah makan siang?"

Sohee menggelengkan kepala,

"yasudah. Kau bereskan halaman, aku yang masak. Oke?" tawar Minseok pada adiknya

"Oke!"

Fakta menyedihkan lain dari kehidupan Minseok adalah, saudara kandungnya hanya Sohee seorang. Belum ditambah orang tua mereka yang menghilang sejak mereka masih kecil.

Bagi Minseok, kehidupan seolah tak henti-hentinya memberikan beban berat untuknya. Kedatangan Jongdae, yang ia harapkan menjadi pengurang beban itu, akhirnya malah terasa sama saja.

Selai kacang yang sudah terasa hambar, baginya makin terasa hambar setelah bertahun-tahun.

.

.

"unnie! Aku pergi dulu!"

"malam-malam begini? Kau mau pergi dengan siapa memangnya?" tanya Minseok khawatir

"Dengan Junho! Sudah ya, kalau ada apa-apa SMS saja!"

BLAM! Pintu pun akhirnya ditutup.

Minseok menghela nafas berat,

"kenapa hari ini banyak orang pacaran ya?!"

Lah, kaya sendirinya aja engga.

Memutuskan untuk menggalau semalaman, ia beranjak ke kamarnya di lantai atas.

"AH~ SEPERTINYA HANYA KAULAH YANG MENGERTI DIRIKU, OH KASUR TERCINTAAA~" senandungnya sambil berguling-guling diatas kasur

KRING! Handphonenya berbunyi.

Dae-ie calling.

"Tumben dia menelfon." gumam Minseok sekilas lalu menekan tombol accept

"NOONA! KAU ADA DIMANA?!" terdengar suara-suara kerumunan dari seberang sana

"kau sendiri masih di mall, kan?" tanya Minseok dengan nada malas

"aku baru selesai dari gamecenter, hehe~" jawab Jongdae seadanya

"Kalau begitu, jangan mencariku lagi."

"eh? Noona marah ya? EH JANGAN DIPUTUSKAN DULU SAMBUNGAN—" dan, Minseok menekan tombol end seakan well-it's-escalated-quickly. —Airi ketauan wancakers nih-_- —

"Dae, apa kau mengerti perasaanku?" lirihnya

Dan malam itu sukses Minseok gunakan untuk menggalau.

.

.

.

.

.

"unnie, handphonemu berbunyi, tuh."

Minseok yang baru bangun tidur pun mengernyit heran,

"siapa yang rajin menelfon orang sepagi ini, ya?"

"dari pacarmu. Sudah ya, aku mau nonton TV dulu!" kata Sohee sambil memberikan handphone kakaknya

'Jongdae? Kau tidak pernah menelfonku, apalagi sepagi ini.'

Klik.

"Annyeong?" sapa Minseok

"noona, bisa kau datang ke mall yang kemarin kita datangi? Aku ada sesuatu yang harus kita bicarakan."

Mendengarnya, Minseok langsung bangkit dari kasurnya.

"jam berapa?"

"sekitar jam 12an. Bisa kan?" tanya Jongdae sedikit ragu

"wakatta wa!" dan tidak sadar Minseok memakai bahasa Jepang —yang ia pelajari dari anime-anime tontonan Jongdae—

Setelah menekan tombol end, Minseok lalu meloncat-loncat kegirangan,

"KYAAAA~ APA INI ARTINYA DIA YANG NGAJAKIN NGEDATE? AAAAA~"

"UNNIE JANGAN KERAS-KERAS! QAQ"

"kan lagi seneng ceritanya :("

Dan, Minseok sukses meningkatkan persentase moodnya menjadi overload.

...Kim Jongdae,

kuharap kau tidak mengecewakannya lagi.

.

.

.

.

.

Jam 10.30, Minseok sudah menunggu di halte dekat rumahnya. Dengan kemeja dan rok selutut, plus tas ransel berwarna putih, ia berencana mengejutkan Jongdae dengan penampilannya yang berbeda dari biasanya.

Ditambah moodnya yang —sebenarnya bagian ini tidak usah dibahas lagi, kita sudah tau dia mendadak hyperactive—, intinya Minseok lagi seneng-senengnya hari ini.

AH! Jangan lupa sebuah lagu yang mengalun dari earphonenya.

(BGM 2NE1 – Be Mine)

Meskipun kau selalu dingin

Meskipun kau sedikit bicara, Aku tahu

Jangan berusaha keras menyembunyikan hatimu

Sekarang, kau sudah menyembunyikannya terlalu lama

Tunjukan padaku ketulusanmu, jika aku hanya untukmu

Sesekali jemari-jemarinya ikut mengetuk-ngetuk layar handphone, mengikuti beat dalam lagu.

Semua yang ingin ku lakukan hanya bersamamu

Meskipun waktu berlalu jangan menghilang

Mempertahankan saat ini

Inilah yang aku tunggu-tunggu

Dan part favoritenya pun muncul.

Jadi diamlah dan jadilah milikku

Jangan menunggu lebih lama lagi

Muncul secara diam-diam, Itu cinta yang berjalan

Aku takut itu menghilang

Jadi diamlah dan jadilah milikku

Disini, didepanku

Jangan ragu raih tanganku sekarang

Kita akan berhasil melewatinya kau satu-satunya yang ku miliki

Mendengar bait terakhir, perlahan Minseok mematikan lagu yang ia putar.

Membuat suasana terasa hening kembali.

'kita akan berhasil melewatinya..? Kuharap jawabannya iya.' batinnya seraya menaiki bus yang baru saja datang.

.

.

.

.

.

"Annyeong? Dae-ie~?"

"annyeong noona! Aku ada dilantai 4 ya!"

"ah begitu? Aku segera kesana."

Baru saja menekan tombol end, tiba-tiba ia menemukan pemandangan yang familiar didekatnya.

Jongdae,

sedang bermain laptop di area WiFi,

bersama teman sekelasnya.

Well, mungkin Minseok tidak akan memarahi Jongdae seperti biasanya.

Tapi, yang kali ini...

Minseok melihat Jongdae sedang berduaan dengan gadis lain.

"Dae-ie, lihatlah. Aku tidak bisa mendownload anime yang ini T_T"

"Yang itu? Ah. Lebih baik kau copy dari laptopku saja!"

"serius? Arigatou!" Dan yang Minseok lihat sekali lagi, gadis itu memeluk Jongdae erat

"douita ne, Soohee-ya~" jawab Jongdae —ingat, bukan Sohee. Tapi Soohee. Ada bedanya kan.—

Yang Minseok dengar, gadis itu terus memanggil Jongdae dengan sebutan Dae-ie.

Setahunya, hanya ia sendiri yang boleh memanggil Jongdae dengan sebutan itu.

Karena tidak kuat dengan semua pertanyaan yang muncul tiba-tiba di pikirannya, Minseok mendekati mereka berdua.

"Dae-ie, Dae-ie~ Suaramu memekakan telingaku, bodoh."

Terlihat gadis itu terkejut, begitupun Jongdae.

"Jongdae-sshi, bukankah kau seharusnya ada di lantai 4? Ini lantai 3 kau tahu~"

..em, sebenarnya siapa yang mengeluarkan aura-aura mistis ini?

"ah~ dan sebenarnya siapa itu Soohee-ya~?"

Gadis itu bangkit dari kursinya,

"annyeong, Jung Soohee imnida. Bangapta~" katanya riang sambil mengulurkan tangan, namun langsung ditepis oleh Minseok.

Minseok yang masih menatap Jongdae tajam berkata,

"kau pikir.. aku tidak lelah atas semua yang kau lakukan padaku?" tanyanya dengan nada sarkastik, namun ada sedikit kesedihan disana

"noona, dia itu han—"

"cukup. Aku mau pulang saja."

—betewe kok ini makin mirip sinetron indo ye =_= auah gelap. —

Jongdae menahannya,

"jangan pergi." bisiknya

"cukup, aku lelah. Aku ingin segera pulang dan beristirahat, kau mengerti?"

"ada yang harus kita bicarakan, noo—"

"I SAID ENOUGH!" bentak Minseok

Jongdae terkejut lagi.

"..noona?"

"hh— Kaupikir, berpacaran dengan seorang otaku sekaligus gamers itu enak? Jawabannya, salah."

"Pertama, kau mengabaikanku di gamecenter. Kedua, kau tidak pernah mengabariku duluan. Ketiga, kau selalu mendahulukan anime anime favoritmu daripadaku. Maumu apasih?" tanya Minseok sarkastik

"udahlah ya, kamu emang gak ngerti keadaannya." tambah Minseok sambil menghapus airmatanya —oke ini keterlaluan. —

"noona.."

"bye, aku pulang duluan."

Dan yang Jongdae dengar dari kejauhan, terdengar suara isakan kecil dari noonanya itu.

"Min-noona, mianhae..."

.

.

.

.

.

"sudahlah jie. Jangan menangis terus, lagipula kau juga harus makan siang."

Sepulangnya dari mall, Minseok terus menangis dan berusaha mengurung diri. Sohee yang tidak tahu harus berbuat apa-apa akhirnya menelfon sepupunya, Lay untuk datang.

"TIDAK MAU ESMERALDA! TTATT" raung Minseok

Lay berpandangan pada Sohee,

"..segalau itukah kakakmu?"

"yes she is." jawab Sohee mantap sambil mengetik sesuatu di handphonenya

"nah, sudah selesai!" katanya lagi

"apa?" tanya Lay penasaran

"aku menyuruh pacarmu datang kesini."

"e-eh? HAAAAAAAH?"

.

.

"..segalau itukah Min-noona?"

"ini pertanyaan yang sama yang dilontarkan pacarmu tadi oppa." jawab Sohee kalem sambil menunjuk Lay yang sedari tadi tertunduk —antara kesal bercampur malu, katanya. —

"ah, jadi kenapa aku datang kesini?" Suho mendekati Lay dan bertanya

"alasan yang sama kenapa dia menyuruhku kesini." jawab Lay sambil menunjuk Sohee yang sibuk SMSan

"AKU TIDAK APA-APA~ AKU HANYA TERPELESET DI KAMAR MANDI, ITU SAJA TwT" Minseok meraung-raung lagi

"hah! bagaimana cara kita menghentikannya?" tanya Lay frustasi

"mana kutahu. Sudah ya, aku mau pergi dengan Junho dulu. Bye!" seru Sohee

Hening sepergi adiknya Minseok.

"...kenapa Xiumin-jie punya adik seaneh dia, ya?" gumam Lay

"pertanyaan yang sama saat kau mulai sefanatik Chen terhadap game."

Dan perkataan Suho sukses mendapatkan pukulan beruntun dari pacarnya itu.

.

.

"IT'S OKE WAE, AKURAPOPO~ :'D"

Minseok yang tidak berhenti menggumamkan kata-kata tidak jelas —dia kaya orang kesurupan serius. — membuat Lay makin jengah.

"oppa, kau tangani jiejieku. Aku harus pergi."

"kau mau kemana?" tanya Suho khawatir

"ke tempat Jongdae, tentu saj—"

"APA KAU BERNIAT SELINGKUH?!"

"yang benar saja=_= aku yakin keadaannya tidak lebih baik dari Xiumin-jie." jawab Lay enteng

"OH JADI KAMU LEBIH KHAWATIR SAMA JONGDAE GITU?!"

"apasih, lebay amat=_= udah ya aku pergi, jalja~"

"HEII! QAQ"

.

.

Sesuai dugaanmu Lay, keadaan Jongdae sama parahnya dari Minseok.

Dan kalian harus tahu reaksi pertamanya saat memasuki apartemen Jongdae.

"ini... SEPERTI KAPAL PECAH! QAQ"

Dengan sigap Lay membersihkan apartemen Jongdae, tapi yang punya rumah saja menyuruhnya berhenti.

"TIDAK AKAN! NANTI KAU SAKIT BAGAIMANA?!"

'sial. Jika ada Suho-hyung disini, maka besok aku akan menjadi santapan anak-anak anjing milik Kai! Bagaimana pun aku harus menghentikannya!' batin Jongdae sambil bergidik ngeri

"sudahlah noona, jangan membereskannya—"

Lay balik menatap Jongdae,

"apartemenmu, biasanya tidak pernah seberantakan ini, 'kan?"

Jongdae menggangguk lemah.

"coba ceritakan masalahmu, Dae."

.

.

"keadaanmu terlalu parah, noona. Kau punya banyak masalah."

Disisi lain, Suho sudah melakukan sedikit pendekatan terhadap Minseok.

"aku punya terlalu banyak pertanyaan yang tidak ingin kutimbun terus menerus, Suho-ya."

"coba tanyakan padaku. Siapa tahu saja, aku punya jawabannya."

Minseok tampak berfikir.

.

.

"apa salah jika aku terlalu berharap pada seseorang?"

"apa yang harus kulakukan jika aku menghancurkan harapan seseorang?"

Dua pertanyaan berbeda,

dilontarkan oleh orang-orang yang berbeda pula,

but— they speak about the same topic: about hope.

.

.

Lay berfikir,

"hm~ masalahnya adalah, seberapa besar harapan orang itu padamu?"

"seberapa besar dia mencintaiku." jawab Jongdae dengan nada lemah

"ah! I see~ Sudah jelas kau mengecewakannya."

Raut wajah Jongdae yang sudah kusut, bertambah kusut mendengar ucapan Lay.

"Tapi! Ada sedikit pengecualian disini."

Jongdae menjadi penasaran,

"pengecualian seperti apa?"

"tidak peduli kau sudah berapa kali mengecewakannya, orang yang sudah benar-benar percaya padamu akan terus memegang kepercayaannya."

Jongdae tertegun,

"wah, kau sepertinya tahu menahu soal ini ya, noona!"

Lay menopang dagunya,

"karena dulu aku pernah mengalaminya, bodoh."

"pernah mengalaminya...?"

"well, Suho-oppa dulunya pernah berbuat kesalahan kecil sepertimu."

.

.

"kau..? Pernah mengecewakan Lay?" tanya Minseok penasaran

"lebih dari itu." jawab Suho singkat

"hm, sudah saatnya kau yang bercerita."

"itu sudah lama, sekitar dari tahun pertama SMA kami berpacaran. Mengingat-ingat jaman itu, sifatku terlalu introvert. Ini lebih parah dari Jongdae, bukan?"

"mungkin? Setahuku Jongdae itu tidak introvert."

"benar. Garis besar sifat Jongdae adalah 'cermin' dari sifat Lay. Ceria, hyperactive, dan yang lain-lainnya bisa kau bayangkan sendiri. Saking terlalu peduli, setiap hari Lay membawakanku bekal, walau ujung-ujungnya tidak pernah kumakan sih hehe"

"setelah kupikir, kau sama parahnya dengan Jongdae." kata Minseok sambil berfacepalm ria

"karena dia terlalu sering membawakanku makan siang, lama-lama aku pun jengah dan tidak sengaja membentaknya di koridor."

Minseok terkejut,

"eh? Lanjutkan ceritamu."

"kubilang waktu itu padanya, jangan membawakanku bekal karena itu hal yang sia-sia dan kau mengganggu aktivitasku membaca buku." lanjut Suho

"Kau. Luar. Biasa"

"Keesokan harinya, Lay seperti punya 'kepribadian ganda'. Saat dikelas, ia belajar terlalu serius sampai disuruh pergi ke UKS oleh ketua kelas. Karena aku menganggap dia sedikit aneh, aku berinisiatif mengantarkannya. Dan, diluar dugaanku, dia berkata ini hal yang sia sia lalu pergi ke rooftop untuk menyendiri."

Mengingat Lay yang pernah bersikap seperti itu,

Minseok merasa ia melihat dirinya sendiri saat membentak Jongdae di tempat umum.

"beberapa hari setelahnya, dia tidak masuk sekolah seminggu tanpa sebuah alasan yang jelas. Karena aku panik, aku menelfonnya berkali-kali dan tidak diangkat. SMSku juga tidak ia balas. Karena tidak tahu harus berbuat apa, aku berkeliling di Seoul."

"apa disini bagian terpentingnya?"

"yap. Dan saat aku melewat kantor imigrasi.."

Suho memandang lawan bicaranya,

"ternyata, dia sedang mengurus paspor perpindahan."

.

.

"HAAAAA?! KAU WAKTU ITU PINDAH KE KANADA?! LALU, BAGAIMANA HUBUNGAN KALIAN SET—"

"kalem, Dae. Aku tidak pindah sekolah, kok." sahut Lay enteng

"lalu? Jadi apa yang kau lakukan di Kanada selama sebulan?"

"ada sedikit pekerjaan yang Kris-ge harus lakukan disana, dan sedikit liburan. Kkk"

Jongdae sweatdrop,

"Dan noona tidak memberitahu pihak sekolah?"

"tentu saja memberitahu lah!" Lay menjitak kepala Jongdae

"maksudku, dengan sedikit perubahan. Hehehe" lanjutnya lagi

"saat di Kanada, dia selalu mengirimiku SMS. Sampai inboxku penuh malahan. Tidak ada satupun yang kubalas."

"eh? Kenapa?"

"biaya SMS di sana mahal, Dae. Lagipula, aku terus membantu Kris-ge bekerja jadi tidak sempat membalasnya."

"kau kejam, noona." kata Jongdae sambil facepalm

"setelah dua minggu di Kanada, Luhan memberi kabar kalau Suho-oppa dirawat di rumah sakit. Dengan izin dari Kris-ge, aku mengambil tiket pulang ke Seoul. Dan langsung pergi ke rumah sakit tempatnya dirawat."

"bagaimana keadaannya, noona?" tanya Jongdae penasaran

"diluar dugaanku. Ia terlalu parah."

Lalu, Jongdae terbayang dengan keadaan Minseok sekarang.

'Min-noona pasti sedang drop sekarang...' batinnya sedih

"saat ia sadar, ia bertanya..."

Flashback.

"kau... bukankah kau sudah tidak peduli padaku?" tanya si pemuda yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit

Bau obat-obatan yang menyengat, suasana rumah sakit yang ribut diluar pintu, tidak menghalangi gadis itu untuk tetap tersenyum sambil berucap,

"aku peduli padamu, lebih dari kau memedulikan dirimu sendiri."

Sang gadis akhirnya mendudukan dirinya sendiri di kursi samping ranjang.

Pemuda itu, mengernyit heran, lalu bertanya,

"untuk kejadian saat aku membentakmu di koridor, kau seharusnya tidak lagi memercayaiku, bukan..?"

Gadis itu menggenggam lengan si pemuda dengan erat, tersenyum tenang lalu berkata,

"Aku percaya padamu. Aku percaya untuk setiap tindakanmu padaku, dengan begitu aku tidak akan terluka."

Senyuman itu...

Senyuman yang membuat si pemuda kembali menemukan tujuan hidupnya.

Seiring dengan genggaman tangan mereka yang mengerat.

Flashback end.

"NOONA! KAU KEREN SEKALI!" pekik Jongdae sambil mengguncang-guncang bahu Lay

"tidak sebanding dengan keadaannya waktu itu, kkk." kekeh Lay sambil menengok jam tangannya

"AH! Sudah waktunya untuk pulang~"

Jongdae menghela nafas berat,

ia belum tahu apa yang harus dilakukannya untuk Minseok.

Lay menepuk pundak lawan bicaranya,

"Dae, separah apapun kau mengecewakan Xiumin-jie, dia selalu percaya padamu. Apapun yang kau lakukan."

"lalu.. Apa yang harus kulakukan..? Noona, yang kali ini sedikit ber—"

"kembalikan kepercayaannya yang sedikit luntur itu, kau pasti bisa Dae!"

Jongdae tersenyum,

ia tahu apa yang harus dilakukan.

Sambil mengeluarkan sebuah kotak beludru dari sakunya, ia berkata pada noonanya,

"Lay-noona, bisa kau bantu aku sekali ini saja..?"

"tentu saja, Dae."

.

.

"apa benar waktu itu Lay mengatakan hal seperti itu padamu..? Dia keren juga." gumam Minseok

"dan karena itu juga, aku sudah menyampaikan tujuan hidupku padanya." kata Suho sambil melempar-lempar sebuah kotak beludru —hampir sama dengan milik Jongdae. —

"Jangan. Bilang. Kau. Sudah. Melamarnya. Kim Suho!"

"sayangnya, aku sudah melamarnya seminggu yang lalu."

"JANGAN BILANG AKU SUDAH DIBALAP OLEH KALIAN BERDUA! QAQ" teriak Minseok

"tidak juga, kau pasti akan cepat menyusul kami, noona."

"..ha?"

Suho menatap Minseok intens,

"noona bilang, Jongdae sering berkumpul dengan gadis-gadis sesama otaku. Kenapa yang kali ini, noona tidak mau memakluminya?"

"ya karena, bagiku itu ber—"

Minseok berfikir lagi,

'Suho benar, ini tidak ada bedanya.'

"aku benar kan? Kalau begitu, kutanya sekali lagi. Kenapa noona lebih memilih untuk pulang lalu menangis daripada mendengar penjelasannya?" tanya Suho to the point

Mengingat kebodohannya,

Minseok lebih ingin menjeduk-jedukkan kepalanya ke pintu.

"well, ini sedikit aneh karena aku meminta nasihat dari orang yang lebih muda setahun dariku. Jadi Suho, apa yang harus kulakukan sekarang..?"

"bertemulah dengannya. Jongdae pasti khawatir dengan keadaanmu, mungkin juga sebaliknya. Dengan begitu, Jongdae bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, noona!"

Minseok tersenyum.

Ia tahu apa yang harus dilakukan sekarang.

.

.

.

.

.

Dengan perencanaan yang sudah dilakukan oleh Chanbaek, Minseok dan Jongdae disuruh datang ke Sungai Han —ini juga sudah direncanakan oleh Sulay. —

Padahal ini baru saja awal musim panas, dan malam itu Jongdae sudah menggigil kedinginan.

'kuatkan dirimu Jjong! Ini baru beberapa menit kau menunggu!' batinnya

Tiba-tiba, seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

Jongdae menoleh, dan mendapati Minseok memakai pakaian yang sama saat ia ke mall kemarin.

"sudah lama menunggu?" tanya Minseok hangat, seperti biasa

Perlahan namun pasti, hatinya ikut menghangat.

Menyadari Minseok tidak memakai jaket, Jongdae memakaikan jaketnya sendiri ke pacarnya.

"tidak usah, Dae. Kau lebih kedinginan daripadaku. Lagipula, kemeja ini hangat, kok."

Jongdae tersenyum mendapati keadaan noonanya lebih baik dari dirinya sendiri.

"AH! Noona mau cappucino?"

Dan..

Dibalik semak-semak, sepertinya aku menemukan beberapa orang yang suka mengintip.

"Baek! Lihatlah, mereka akan pergi ke coffee shop!

"Tenanglah Yeol, kujamin mereka akan tetap disana."

"kalian berdua, bisa diam sebentar?"

"Suho-oppa juga tidak di— KUSOO! MEREKA MENENGOK KE ARAH KITA!"

.

.

Segelas cappucino yang dibawa pulang, Jongdae dan Minseok menatap langit dan sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"kau tahu..." Minseok memulai percakapan

"apa?"

"tentang cappucino yang kita beli, aku ingat saat tiga tahun lalu, di firstdate kita kemejamu ketumpahan kopi! Hahaha."

Jongdae terkejut,

"noona bilang, noona tidak mengingatnya.."

"kau sendiri? Memangnya kau tidak mengingatnya?"

Tanpa sadar,

"Tentu saja. Aku ingat semuanya. Memang itu tidak penting, ya?" gumam keduanya bersamaan.

Menyadari itu, Minseok menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangannya, sementara Jongdae menatap lawan bicaranya penuh arti.

"noona mengingatnya ya?"

"tentu saja! Dan kau sendiri, seharusnya kau lupa dengan hal-hal detail seperti itu bukan..?"

Jongdae menatap sungai dibawah jembatan,

"seharusnya seperti itu."

Baru saja Minseok hampir kehilangan moodnya, Jongdae berkata lagi,

"tetapi, hal-hal yang terjadi pada firstdate, itu semanis berada didekatmu noona. Yang jelas, aku tidak pernah melupakan momen saat kita berdua."

'Dae.. Sejak kapan kau suka mengatakan hal-hal seperti ini? Uh.' batin Minseok sambil menangkupkan kedua pipinya yang ikut memanas.

Sepertinya—

keempat orang yang sedari tadi mengintip, berpencar mengambil posisi masing-masing.

.

.

"Noona, sepertinya ada yang harus kubicarakan denganmu.." ucap Jongdae

"a-apa?"

"Untuk belakangan ini, aku meminta maaf atas sikapku padamu."

"ha?"

"tidak terhitung banyaknya, aku mengajakmu jalan-jalan. Dan pada akhirnya, aku mengabaikanmu. Dan aku juga tidak pernah mengabarimu dulua—"

"ssh. Ini semua salahku juga, terlalu egois padamu." Minseok mengisyaratkan pacarnya diam

"t-tapi—"

"Sudahlah, ini hanya masalah waktu, dan semua kembali seperti biasa." ucap Minseok kembali

Hening sesaat.

Jongdae melihat dari kejauhan, Lay sedang membuat beberapa isyarat padanya, yang berarti—

'sudah saatnya!' batin Jongdae gembira

Jongdae mengambil kotak beludru yang sedari tadi sudah disiapkannya, lalu berlutut di hadapan Minseok.

"Dae-ie, ada ap—"

"ini mungkin terlambat, namun ada banyak yang harus kuberitahu sekarang, noona." potong Jongdae cepat

"selama ini, aku sudah menjadi pacar yang buruk untukmu. Membuatmu menangis, menunggu lama, salah paham, dan akhirnya terluka. Namun—"

Jongdae membuka kotaknya, dan terlihat sebuah cincin yang selama ini tidak Minseok duga.

"jadi.. bolehkah aku mendapat kesempatan kedua? Maksudku.. sebagai pendamping hidupmu, tentu saja."

Minseok terisak.

Sementara itu,

"hyung, nyalakan lampu-lampunya!" perintah Chanyeol dari kejauhan pada Suho

Saat Suho menekan tombol on pada remote controlnya, maka munculah hal yang tidak disangka-sangka oleh semua orang.

Sungai Han,

sudah mereka buat terang bercahaya seperti di galaksi.

Sebelumnya, ada yang memasang beribu-ribu lampu LED di sepanjang sungai.

Dan jangan tanya, siapa yang berinisiatif membayar semua ini.

Pengunjung lain mulai terkagum-kagum tentang kejutan yang dibuat Baekhyun dkk, begitupun Minseok dan Jongdae.

"entah kenapa, aku merasa seperti pemeran utama di anime-anime, Dae.." gumam Minseok sambil tersenyum bahagia

"kau selalu menjadi pemeran utama di ceritaku, noona." sahut Jongdae

"YA! UNNIE, TERIMA LAMARANNYA!" teriak Baekhyun melalui speaker yang dibawa Chanyeol

"Baek, kau membuatku malu saja." kata Minseok sembari facepalm, wajar saja. Semua pengunjung akhirnya juga menoleh kearah mereka dan ikut-ikutan menyoraki.

"so.. will u marry me?" tanya Jongdae sekali lagi

"kau bodoh. Sembarangan, dan over optimis. Tapi, entah kenapa—"

"—aku ingin mengatakan, i will." jawab Minseok sambil memakaikan cincinnya di jari manis, diikuti sorak-sorai dari para pengunjung lain.

Jongdae tersenyum, memeluk pacarnya— ralat, calon istrinya erat,

"gomawoyo, noona.."

Minseok membalasnya,

"terimakasih juga sudah memercayaiku, Dae."

.

.

.

.

.

Sepertinya ada yang tertinggal.

"ya, anak-anak. Jadi kapan kalian menikah~?" goda Lay pada Chanbaek

"tidak mau. Aku terlalu muda!" jawab Chanyeol seadanya

"memang unnie sendiri mau menikah?" Baekhyun bertanya balik dengan kesalnya

Suho memegang lengan tunangannya erat,

"aku sudah melamarnya seminggu yang lalu. Kau mau apa?"

Baekhyun balik menatap Chanyeol.

Chanyeol membatu di tempat.

"Channie~"

"a-apa?"

'firasatku mendadak tidak enak, nih.' batin Suho dan Lay bersamaan

"AYO LAMAR AKU DISINI, SEKARANG JUGA!"

"BAEK, AKU TIDAK PUNYA CINCINNYA!"

"KALAU BEGITU PAKAI APAPUN!"

"MEMANGNYA BOLEH MENGHALALKAN SEGALA CARA?!"

"childish." gumam Lay

"memang kau sendiri ti— YAAMPUN BERHENTI MEMUKULIKU, KAU!"

— End.


Hai readers-deul~

Airi bawa FF Oneshot ChenMin spesial lebaran, nih xD

Gausah banyak basa-basi,

minta review sama favnya dong qaqa :3

AH! Satu lagi,

minal aidzin wal faidzin.

(P.S : Dengan senang hati saya juga menerima segala bentuk THR, bukan tugas hari raya ya.)