Title : Hell's Hot for Some Reason

A Fanfiction By CussonsBaekby

Warning : YAOI, Boy x Boy, Drama, Klise, Rated Anu

.

.

Happy Reading~

.

Chapter 1 : We met, not great

..."Lepas, atau aku akan menggantikan orang itu untuk membunuhmu."...

.

"Kumohon Paman, jangan buang aku di sini. Tolong pulangkan saja aku ke Korea. Setidaknya di sana aku bisa berbicara dengan nyaman dengan orang-orang di sekitarku."

Leeteuk menghela napas berat. Ia memang jahat, begitu banyak dosa yang telah ia perbuat tapi ia juga punya hati nurani. Lelaki mungil di hadapannya adalah Tuan Muda yang selama ini dianggapnya sebagai anaknya sendiri, bocah yang disisihkan oleh keluarganya karena merupakan buah hasil kesalahan orang tuanya di masa lalu.

Bukan pilihan Baekhyun menjadi seorang anak dari pasangan yang tidak direstui oleh banyak pihak. Ayah Baekhyun adalah penerus sebuah perusahaan besar sedang ibunya hanya seorang pelacur yang beruntungnya dicintai oleh ayahnya.

Namun sang kakek jelas tidak menerima hubungan keduanya, saat ayahnya mati karena kecelakaan tunggal, ibunya dibunuh dan Baekhyun diasingkan. Kakeknya terlalu takut keberadaannya akan mempengaruhi agio disagio saham mereka.

Hari ini, seminggu setelah kakek byun meninggal, Leeteuk mendapat perintah dari Byun Haekyung, Paman Baekhyun, untuk membuang Baekhyun bahkan jika perlu membunuhnya.

Dan sekarang bocah itu tengah berlutut padanya, dengan pandangan memohon dan tangan yang saling menggenggam. "Kumohon, Paman."

"Kau berjanji tidak akan muncul di hadapan mereka?"

Raut wajah Baekhyun penuh harapan, berseri-seri saat mendengar kalimat yang seolah memberinya kesempatan ke kehidupannya yang baru, tidak lagi merasa asing di tempat tinggalnya sendiri. Sudah seumur hidupnya dia belajar memaafkan perbuatan keluarganya. Setidaknya Baekhyun merasa beruntung karena alih-alih membunuh Baekhyun, mereka justru mengasingkannya.

Baekhyun mengangguk beberapa kali sambil tersenyum lebar, memeluk Paman Leeteuk dengan erat dan menjawab dengan suara riang. "Ya, ya! Kupastikan mereka tidak akan melihatku!"

.

.

Baekhyun mendongak sekali lagi sambil memegang erat gagang kopernya, menatap dengan penuh pertimbangan tulisan 'Love Hotel' yang tertulis jelas di atas tempatnya berdiri. Ia tiba di Korea larut malam, dan setelah meminta pendapat pada supir taksi tentang tempat penginapan murah yang masih buka di jam seperti ini, supir taksi itu mengantarnya ke tempat ini. Uang yang diberikan cuma-cuma oleh Paman Leeteuk tidak boleh ia hamburkan, harus digunakan sebaik dan sebijaksana mungkin.

Besok ia akan mencari tempat sewa murah dengan uang sisa pemberian Paman Leteeuk.

Di mana saja, asal dia tidak ditemukan oleh keluarga yang tidak menginginkan kehadirannya. Itu bisa membahayakan dirinya juga orang-orang yang sudah bersusah payah menolongnya.

"Permisi." Baekhyun melongok ke meja resepsionis, seorang wanita paruh baya mendongak menatapnya, menaruh tatapan curiga saat melihat koper yang dibawa Baekhyun, juga karena wajahnya benar-benar terlihat polos seperti anak kecil. "Aku pesan kamar satu."

Wanita itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling Baekhyun dan lagi-lagi terheran karena tidak ada orang lain yang datang bersama lelaki polos ini. "Hanya untuk satu orang?"

Lelaki manis itu mengangguk, Baekhyun ingin cepat-cepat beranjak dari sini dan tidur dengan nyaman setelah menghabiskan waktunya di penerbangan kelas ekonomi, namun sepertinya wanita itu terlalu ingin tahu urusan orang lain.

"Dia bersamaku." Baekhyun menoleh ke samping dan mendapati leher seseorang sejajar dengan pandangannya. Ketika Baekhyun berniat melihat wajah seseorang di sampingnya, lelaki itu melirik pada Baekhyun dan pandangan mereka bertemu. Untuk pertama kalinya, Baekhyun jatuh cinta pada mata seseorang selain miliknya, mata bulat dengan tatapan dingin yang mendominasi, menggetarkan. "Ya, kan?"

Baekhyun mengangguk pelan, dua kali, tanpa sadar.

Lalu lelaki tinggi itu mengeluarkan beberapa uang tunai dan menukarnya dengan sebuah kartu kunci.

.

.

.

"Apa kau akan berdiri di situ sampai besok?"

Mendengar suara yang berat itu, Baekhyun seperti orang linglung. Setelah mengikuti lelaki tinggi itu memasuki ruangan yang dipesan mereka, Baekhyun hanya bediri di belakang pintu yang sudah tertutup. Lelaki tinggi yang masuk bersamanya itu sudah menanggalkan jasnya, menyisakan kemejanya yang sudah kusut dan dasi yang sudah tidak terpasang dengan rapi. Itu terlihat sangat berantakan tapi Baekhyun berdebar karenanya. Lelaki itu terlihat sangat panas dengan penampilan seperti itu.

Baekhyun merasa malu karena pemikirannya sendiri.

Melihat lelaki tinggi itu duduk dengan bersandar headbed dan menatapnya, Baekhyun menelan ludahnya gugup. Ia bahkan belum sempat berpikir kenapa lelaki ini membawanya masuk bersama, di kamar yang sama, tanpa mengenal satu sama lain, dan yang lebih parah, Baekhyun menerimanya tanpa pertimbangan di sana-sini.

Ini love hotel, apa lelaki itu mengajaknya untuk seks? Untuk tujuan apalagi lelaki dewasa pergi ke love hotel selain untuk menghabiskan malam panas bersama seseorang?

"Apa kita akan melakukan sesuatu, Paman?" tanya Baekhyun dengan hati-hati. Ia berjalan selangkah mendekati ranjang. Walaupun secara tidak langsung lelaki ini telah menolongnya, Baekhyun harus selalu bersikap waspada pada orang ini. Ia melihat alis lelaki itu terangkat, entah karena apa. Baekhyun melepaskan pegangan pada kopernya dan berdiri dengan gugup.

"Apa tujuanmu menginap di tempat seperti ini?" lelaki itu bertanya dengan nada sarkastis, seolah membalik pertanyaan pada lelaki mungil itu, lalu melirik koper yang dibawa Baekhyun. "Apa kau anak nakal yang kabur dari rumah?"

Baekhyun menggeleng cepat-cepat. Bingung ingin menjawab jujur atau berbohong, atau bahkan hanya diam. Lelaki itu terkekeh tanpa tahu penyebabnya. Jika dilihat dari pandangan mata dan cara berbicaranya, Baekhyun mengira jika lelaki itu sedang sedikit mabuk. Ia pernah melihat orang mabuk beberapa kali di tempat dimana dia tinggal dulu, dan bahasa tubuhnya hampir sama dengan lelaki yang tengah berada di ranjang itu sekarang. Benar saja, baru saja Baekhyun akan berbicara, lelaki itu sudah ambruk tertidur dengan posisi aneh.

"Paman." Baekhyun menggoyangkan tubuh lelaki itu, namun dia tidak juga sadar. Maka dari itu Baekhyun membenarkan posisi tidur lelaki itu dan berbaring di sebelahnya setelah itu. Setidaknya jika lelaki ini tertidur seperti ini sampai pagi menjelang, Baekhyun akan aman. Itu yang membuat perasaan Baekhyun jauh lebih baik. Urusan besok akan ia pikirkan besok.

.

.

.

Baekhyun tidak tahu yang dilakukannya itu benar atau tidak. Sekarang dia tengah menarik jas salah satu orang lelaki tinggi berjas hitam di hadapannya. Lelaki yang tadi malam menolongnya dari keingintahuan resepsionis tentangnya. Juga lelaki sama yang tidur di sampingnya semalam. Lelaki itu menoleh ke belakang, menatapnya dengan alis mengernyit, lalu melirik ke arah ujung jas yang Baekhyun tarik.

"Paman, kumohon bantu aku," bisik Baekhyun lirih, lengkap dengan raut wajah menyedihkan dan getaran mata yang sangat kentara. "Please, help me."

Chanyeol bukan orang baik, apalagi suka menolong orang. Hidupnya saja yang pas-pasan sudah membuatnya penuh, muak. Dia bukan reinkarnasi superhero yang mungkin akan beraksi jika seseorang mohon bantuan padanya.

Maka dari itu, Chanyeol melepaskan cengkeraman lelaki itu pada jasnya, walaupun sangat sulit karena genggamannya begitu kuat, namun penolakan Chanyeol jelas lebih dari kuat.

"Lepas." Suara berat itu tidak ada bedanya dengan tatapan intimidasi yang tengah Chanyeol layangkan pada lelaki mungil itu.

"Kumohon sembunyikan aku sebentar saja, beberapa orang ingin membunuhku dan - "

"Lepas atau aku akan menggantikan orang itu untuk membunuhmu."

Baekhyun mengerut takut. Jantungnya berdebar-debar tidak karuan. Dengan sangat tidak rela Baekhyun melepaskan cengkeramannya pada jas lelaki tinggi di hadapannya. Ini lewat jam empat dini hari dan lagi-lagi ia bingung akan pergi ke mana.

Beberapa waktu lalu, saat Baekhyun menyadari bahwa seseorang yang tidur di sebelahnya sudah berkemas dan sudah membuka pintu kamar itu, Baekhyun tiba-tiba terserang panik. Tanpa sadar dia berlari menyusul lelaki itu dan berakhir di sini, Baekhyun mengikuti lelaki tinggi itu karena ia secara tidak sengaja melihat beberapa orang tengah mengintainya.

Ia sudah berusaha mengasingkan diri dari Seoul, tempat keluarga sedarahnya tinggal, dan kabur ke kota yang terpencil, namun sepertinya melacak keberadaannya adalah hal yang mudah. Namun ia tidak boleh menyerah, hidup yang Tuhan dan ibunya berikan padanya tidak boleh ia sia-siakan, tidak setelah ia terbebas dari penjara yang selama ini mengurungnya.

Baekhyun tersadar saat melihat lelaki tinggi itu berjalan menjauhinya. Dengan panik Baekhyun menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan keberadaan orang-orang yang sedang memperhatikannya. Ia takut. Ia takut sendirian, walaupun dari dulu dia selalu diasingkan. Jauh dari keluarganya, jauh dari negaranya, jauh dari kehidupannya, ia masih saja takut sendiri. Dia selalu mematuhi apa yang pendeta katakan, bersabar, berbuat baik, dan berusaha hidup penuh semangat. Ia selalu melakukan itu, namun sejauh ini ketakutanlah yang ia dapatkan.

Maka dari itu Baekhyun putuskan untuk memulainya dari awal. Ia harus bisa menjadi Baekhyun yang lebih berani jika ingin melawan arus hidup yang tidak sejalan dengan harapannya.

Matanya kembali terfokus pada punggung tegap berjas hitam itu. Dengan pelan ia berlari dan mengikuti langkah itu. Walaupun takut, Baekhyun tetap berjalan mengikutinya sampai lelaki itu berhenti di sebuah pintu flat. Baekhyun mengambil ancang-ancang, saat lelaki itu membuka pintu, tubuh mungil Baekhyun melesat masuk ke celah pintu yang terbuka hingga sang pemilik rumah hampir saja terjatuh karena tubrukan tidak terduga dari arah samping.

"Brengsek! Setan apa – "

"Please, please, please biarkan aku di sini sampai besok. Please..."

Baekhyun mengambil posisi berlutut dengan kedua tangan yang ia tangkupkan di bawah dagu. Ia tidak berani membuka mata karena takut lelaki di hadapannya akan menariknya keluar dengan paksa, bahkan bisa saja memukulnya, atau membunuhnya seperti yang lelaki itu katakan beberapa waktu lalu.

"Please, paman." Baekhyun terus saja mengulang kalimat itu hingga mulutnya berbusa rasanya, namun ia tidak mendapat tanggapan. Ketika kedua kelopak mata itu terbuka, hanya penampakan pintu yang tertutuplah yang ada di hadapannya. Tidak ada pria tinggi tampan yang dari tadi ia ajak bicara.

Kepala mungil Baekhyun menoleh ke belakang dan mendapati lelaki tadi tengah berdiri di belakang pantri dapur, dan sudah tidak mengenakan atasan apapun, telanjang di bagian atas. Baekhyun menelan ludahnya susah payah. Lelaki itu terlihat sangat seksi karena dadanya yang bidang, bahu tegap dan kulitnya agak kecoklatan untuk ukuran orang Korea. Baekhyun tidak tahu jika ia bisa berpikiran sekotor ini. Untuk pertama kalinya, Baekhyun merasakan hormonnya muncul sebagai pria dewasa.

"Hanya satu hari." Suara itu mengalihkan Baekhyun dari keadaan terpesonanya pada lelaki itu.

Baekhyun senang bukan main, ia bangkit dari posisinya dan berjalan cepat ke arah pantri, meraih telapak tangan lelaki tinggi itu dan menjabatnya tanpa persetujuan, sambil tersenyum manis sekali, memang senang karena dia seolah menemukan jalan di buntunya kehidupan. "Terima kasih, Paman!"

"Chanyeol," ujar lelaki itu sambil berusaha melepas jabatan itu. "Jangan memanggilku Paman. Aku tidak setua itu."

"Tapi aku tidak semuda itu untuk memanggilmu hanya dengan nama."

"Umur?" Baekhyun berniat akan menjawab sebelum matanya dengan tidak sengaja melihat botol minuman keras di atas pantri. Itu adalah minuman yang belum pernah disentuhnya, karena pendeta bilang itu akan membuatnya hilang akal dan bisa membuatnya bertingkah seperti bukan manusia.

Tapi Baekhyun sudah tidak mau mengingat nasihat pendeta itu lagi. Ia ingin melepas semua, ia ingin mencoba apa yang belum pernah ia coba, sebelum ia tidak bisa menikmatinya.

Dengan cepat Baekhyun meraih minuman itu, duduk di atas kursi dan meneguk alkohol itu dari botolnya. Wajahnya mengernyit dengan mata terpejam erat saat ia berusaha meminum tiga tegakan minuman itu lalu dia meletakkan botolnya dengan menimbulkan suara keras dari meja.

"Aaaaarrhhht pahit!"

"Kaupikir apa yang sedang kaulakukan?" Chanyeol melebarkan matanya sambil meraih botol itu, berdiri lalu menyimpannya di lemari pendingin.

"Aku hanya ingin mencoba alkohol, dan itu tidak enak."

"Baru pernah? Memang berapa umurmu?"

"Dua puluh!"

Chanyeol bukanlah orang yang suka mencampuri urusan orang lain. Melihat wajah Baekhyun yang manis, terkesan polos dan kecil itu sebenarnya membuat Chanyeol meragukan apa yang dikatakan lelaki itu mengenai umurnya. Tapi masa bodoh, lelaki itu hanya akan menumpang di sini sehari, setelah itu ia bukan lagi masalah untuk Chanyeol.

"Kata pramugari noona, bahasa koreaku masih kaku, hehe..." Baekhyun mulai meracau tidak jelas sambil terkekeh-kekeh. Dia baru saja menenggak beberapa teguk alkohol dan sudah mabuk. Chanyeol berdecak, tiba-tiba merasa kesal karena membiarkan orang yang tidak dikenalnya masuk bahkan menginap di tempat tinggalnya. "Tapi aku senang bisa kembali ke tempatku lahir, tidak lagi di desa itu. Tapi di sini dingin sekali. Tapi di sini tidak ada sapi. Aku suka memerah sapi."

Ini musim gugur dan sangat wajar jika suhu agak terasa dingin, tapi ini masih jauh berbeda dengan musim dingin di Korea. Chanyeol sempat bertanya-tanya di manakah tempat tinggal Baekhyun dulu, mengapa dia bisa merasakan kedinginan bahkan menggigil di suhu seperti ini. Mengapa lelaki itu menggeret koper di love hotel, atau mengapa dia ingin dibunuh oleh seseorang? Sepertinya Baekhyun bukanlah seorang kriminal.

Chanyeol menggelengkan kepalanya beberapa kali. Ini seperti bukan dirinya yang biasanya. Tapi ketika itu, saat melihat lelaki mungil yang kebingungan seperti anjing tersesat di sebuah hotel terlarang seperti itu, tiba-tiba tubuhnya bergerak mendekati lelaki itu dan membawa lelaki itu bersamanya.

Memikirkan itu Chanyeol menjadi bingung. Untuk apa ia mengurusi orang lain? Bahkan sekarang dia sedang menampung orang asing di tempat tinggalnya.

"Argh, masa bodoh!" Chanyeol mengacak rambutnya acak lalu beranjak. Berjalan pergi meninggalkan Baekhyun yang tertidur dengan kepala yang terjatuh di meja pantri.

"Paman Chanyeol! Aku tidur di mana?" rengekan Baekhyun sungguh membuat telinganya panas.

"Terserah!" jawab Chanyeol sebelum masuk ke satu-satunya kamar di sana dengan membanting pintu.

"Apa kau akan membiarkan aku tidur di luar, Chanyeol?"

"Chanyeol, please..."

"Di sini sangat dingin. Bisakah – "

"Jika kau masih saja mengeluarkan suara lagi, sedikit aja. Aku akan menyeretmu keluar dari rumahku," teriak Chanyeol dari dalam kamarnya. Baekhyun tetap merengek tapi tidak memanggil nama Chanyeol lagi. Ia merintih, merengek, memeluk tubuhnya sendiri dan mengadu, mengapa ia harus mengalami kehidupan semenyedihkan ini.

To be Continue...

.

Hai, setelah beberapa waktu, aku nyoba buat nulis lagi dan semoga ini selesai dalam waktu yang singkat. Ngga setahun kayak biasanya ;D

Mohon maaf untuk Rascal Chanyeol, A Pink Colour between Bliss and Sin, dan A Bit Bad Assy udah end ya teman... Terima kasih karena sudah menagih lanjutannya ;D

Malam ini update bareng senpai preciousca dengan fic seriesnya, Paman Chanyeol.

Brida lagi molor, tapi harus ikutan update :D