Diana menaikkan alisnya saat melihat reaksi anggota tim Steve ketika mereka melihat seorang Diana Prince, yang secara vokal sering mengatakan kalau dirinya membenci mata-mata, namun dia bisa menemukan lokasi tersembunyi ini. Lokasi yang merupakan markas rahasia mereka.

"Aku tidak berhalusinasi 'kan?" tanya Sameer.

"Tidak, kau tidak berhalusinasi." Charlie menampar Sameer untuk meyakinkan sang aktor.

"Diana…" Steve menggaruk-garuk kepalanya.

"Oke," Diana menghela napas. "Aku benci mata-mata," semua orang yang ada di dalam ruangan menatapnya. "Tapi kita harus menghentikan rencana pembunuhan ibuku."

"Apa kau sudah bilang kepadanya soal rencana pembunuhan tersebut?" tanya Etta.

"Sudah, tapi dia bilang dia kana tetap pergi." Diana mengangkat bahu. "Dia bilang dia merasa bersalah karena aku yang harus menanggung semua beban kerajaan."

"Baiklah," Steve menghela napas sebelum berjalan menuju meja tempat Diana sedang duduk. "Ini biodata Dr. Poison, target kita adalah buku miliknya."

"Buku?" Diana bertanya tanpa melepaskan pandangannya dari biodata Isabel Maru, atau yang lebih dikenal sebagai Dr. Poison. Diana pernah mendengar desas-desus mengenai cerita dibalik nama julukan tersebut.

Sameer berdiri di sebelah Diana dan menatapnya dengan tatapan bahagia, Charlie menggerutu sambil berjalan ke sudut ruangan untuk membersihkan senapannya, Chief dan Etta masing-masing duduk di meja mereka sendiri. Ruangan ini diberikan oleh Sir Patrick sebagai markas operasi tim yang dipimpin oleh Steve.

"Ya," Steve mengangguk. "Dia menulis dengan detil semua scenario pembunuhan ibumu dan siapa saja yang terlibat dalam rencana tersebut. Kita bisa mendapatkan nama-nama orang yang ingin membunuh ibumu."

"Bagus," Diana loncat dari meja. "Kalau begitu, ayo pergi sekarang. Jam tujuh nanti akan ada acara amal dan aku diundang. Aku bisa membawa kalian masuk," Diana mengedipkan mata sebelum pergi.

"Setidaknya kita tidak jadi bergelantungan dari lantai lima belas," Sameer menepuk pundak Steve dan mengejar Diana.

"Jangan kau pikir hanya karena ada perubahan rencana, bayaranku jadi berkurang." Kata Charlie.

"Oh, aku harus mempersiapkan pakaian kalian." Etta buru-buru mengambil tas dan ponselnya dari meja.

"Saya bantu, Nona Etta." Kata Chief.

Steve melambaikan tangan kepada mereka berdua sebelum mematikan lampu ruangan.