AKU, DIA DAN MEREKA

Summary : Kesepian, adalah salah satu luka besar yang tersimpan lama di relung hatinya. Penolakan dari keluarga yang selalu di banggakannya membuatnya hancur untuk kesekian kalinya. Bisakah 'anak itu' berharap akan kematian saja? Dan melupakan pahitnya dunia yang fana ini?

.

.

.

Character Disclaimer : Tite Kubo

Pair : GrimmIchi

Warning : Typo bertebaran, alur kecepatan, newbie dan fanfict pertama ku.

.

.

.

~Please Enjoy~

.

.

.

_Prolog_

Kejadian yang selalu membuat hati sakit dan hancur terjadi lagi. Ketika sang mentari mulai menjauhi langit dan kembali ke persinggahannya, kalimat 'itu' terucap lagi dari bibir indahnya. Melukai hati seorang anak yang telah lama memendam luka batin. Orang itu tak mengetahui fakta akan kelainan mental yang diderita oleh sang anak. Orang itu hanya mengetahui bahwa sang anak telah menginjak tahun yang sudah bisa dikatakan 'Dewasa'. Tapi orang itu tak pernah mengetahui apa yang sang anak lalui selama ini. Masalah hidup telah menuntun 'anak itu' menjadi sesosok yang tegar. Kegelisahan dan kegundahan hati yang kadang-kadang didapatnya membuat 'anak itu' lebih bisa mengendalikan emosinya dan memasang 'topeng' senyum palsu andalannya di depan publik.

Kamarnya.. Kamarnya adalah saksi bisu akan kegundahan hati yang selama ini di pendamnya. Spring bed yang menenangkan kegelisahan hatinya, Laptop yang selalu menghiburnya. mempunyai banyak teman adalah salah satu obat untuk menyembuhkan sedikit luka yang telah lama mengidap di hati 'anak itu'. Kesepian, adalah salah satu luka besar yang tersimpan lama di relung hatinya.

Akankah hidupnya berubah? Akankah dunia sedikit memihak pada keadaannya sekarang?. 'anak itu' terus berusaha untuk terlihat "baik-baik saja" pada jutaan pasang mata yang menatapnya simpatik. 'anak itu' memilih menutup hati nya untuk kesekian kali. Luka hati yang beransur membaik, kini kembali terluka dan semakin terluka. Genangan air dipelupuk matanya kini kembali jatuh dan membentuk anak sungai di kedua pipi tirusnya.. 'anak itu' menangis, menangisi nasibnya yang selalu berakhir seperti ini. Penolakan dari keluarga yang selalu di banggakannya membuatnya hancur untuk kesekian kalinya.

Bisakah 'anak itu' berharap akan kematian saja? Dan melupakan pahitnya dunia yang fana ini?

To Be continue or Discontinue ?


~Please Review Minna-san~

~. . . . . ~