Suatu hari, ketika ue membaca fic-fic narto di ao3, gue kepikiran—gimana kalau narto dan kakashi post war terdampar di dunia di mana kakashi yang mati di kanabi bridge, terus gimana modelnya narto tumbuh dengan kedua ortunya, dan gimana perasaan kakashi. And so, jadilah hasil fic ini. Wkwkwkwkwk. Also, gimana kalau uzushio hancur tapi mereka sempat ngeluarin sebagian besar rakyat uzu keluar dari sana, dan uzumaki jadi klan resmi konoha. Hohohohoho.

Aku nulis ini untuk memenuhi kuota keinginan kakanaru berkualitas saia yang mana sangat sepi di sini. Unch, my babies.

Warning: out of character, GARY STU, and other standar warning. Don't like this, don't read this. I don't have the patience to deal with the people who will complain about the elements in this story. Write your own goddamn story if you don't like this one. Thanks.

Also, when Obito finally died for real, Kakashi still have his eyes since it's his gift for him, and he can deactivate it which is really handy.


A place not like our home

A Naruto Fan Fiction

Naruto © Masashi Kishimoto

I did not own Naruto, nor it's world. If I do, Naruto would kiss Kakashi the second he got the chance to. I make this for fun, so I hope you guys will have fun reading this too. Lastly, I did not get anything from this Fan Fiction, so please bear with me when I am being overly difficult with update time. Thank you.


1

Naruto membuka matanya pada langit biru yang membentang luas di angkasa. Dia lelah, begitu lelah karena chakra yang dia miliki entah bagaimana bisa berkurang cukup drastis. Dia tidak pernah merasa seperti ini sejak—sejak dia bangun dari pertarungannya dengan Sasuke sesaat setelah mereka selesai memenangkan Perang Dunia Shinobi ke Empat.

Dia mencoba duduk, memegang kepalanya ketika vertigo menyerang. Apa yang sebenarnya terjadi sampai dia merasa seperti ini? Naruto memuntahkan isi perutnya ke samping ketika pusing yang melandanya membuat reseptor muntahnya menggila. Wajahnya mengernyit parah ketika rasa pahit menyelimuti sekujur lidahnya.

Ew.

Dia bergeser ke samping, menjauh dari muntah yang dia keluarkan. Lalu dia mencoba untuk menyeimbangkan dirinya, melawan vertigo yang berperang dengan dirinya. Rasanya lama sekali sampai dia bisa memastikan bahwa dunianya tidak lagi berputar. Dia menarik napas dalam-dalam, meludahi rasa pahit di mulutnya, lalu membuka mata dan melihat ke sekelilingnya—

Dan membeku ketika matanya bertemu dengan tubuh diam Kakashi yang terbaring di rerumputan.

Bayangan-bayangan memori tentang apa yang terjadi menyerang kepalanya, penyergapan ketika mereka berdua beristirahat di malam hari, orang-orang pingsan dan mati di sekeliling mereka, tawa dan godaan saling dilemparkan ketika ancaman berhasil dinetralkan, lalu—satu orang mengaktifkan sesuatu, jurus terlarang lalu dia mati, dan jiwa mereka berdua ditarik paksa dari tubuh mereka. Rasanya seperti saat melawan Pain dulu, dan Naruto—Naruto sanggup melawannya karena Kurama, tapi Kakashi—

Kami! Jangan Kakashi! Jangan Kakashi karena dia—dia adalah orang paling berharga dalam hidup Naruto. Naruto tidak ingin, tidak lagi mau kehilangan orang-orang terdekatnya. Dan Kakashi, Kakashi senseinya, Kakashi Hokagenya, dan Kakashi suaminya—Naruto tidak sanggup apabila Kakashi meninggal.

Dia merangkak dengan panik, tangannya dengan linglung menggenggam lengan Kakashi untuk mengecek nadinya. Denyut lemah menyambutnya, dan Naruto mengeluarkan napas lega sambil berbaring di sampingnya.

Kali ini dia bisa merasakan chakra Kakashi, begitu sedikit namun masih di sana. Kehabisan chakra, well, sesuatu yang sering terjadi di kehidupan mereka. Dia masih lelah, namun dia perlu memindahkan Kakashi ke tempat yang aman, tempat di mana mereka tidak perlu mempertaruhkan nyawa seperti ini.

Naruto duduk kembali, memproduksi satu kage bunshin tanpa segel tangan, dan merasakan ringisan dari chakranya. Dia merasa ditampar dengan betapa rendah chakra di dalam tubuhnya. Satu buah kage bunshin dan tubuhnya memprotes begini, ugh!

Dia dan klonnya mulai mengumpulkan chakra alami dari sekelilingnya untuk mengembalikan simpanan chakranya. Kesadarannya mulai melebar, jauh dan jauh hingga dia bisa merasakan setiap chakra dari orang-orang yang ada dalam radius seratus kilometer darinya. Tidak ada yang berada dekat dengannya. Dia bisa merasakan lebih jauh dari ini, tapi hal itu membutuhkan kerja yang lebih—sesuatu yang tidak ingin Naruto lakukan sekarang.

Saat tubuhnya merasa bahwa chakra ini sudah cukup untuk sekarang, dia membuka lagi matanya dan melihat sekelilingnya. Bukan tubuh orang-orang yang menyambutnya, bukan tas maupun kantung tidur, ataupun tenda, melainkan hanyalah hamparan rumput luas dengan beberapa pohon di sekeliling mereka.

Dia ada di tempat yang sama dengan saat mereka di serang, namun—tidak ada tanda-tanda orang yang menyerang mereka, tidak ada tanda-tanda barang-barang yang mereka bawa.

Apa yang sebenarnya terjadi? Naruto bergidik, perasaannya benar-benar tidak enak sekarang.

Tapi ada hal yang lebih penting sekarang, jauh lebih penting. Konoha berada sekitar satu hari perjalanan dengan kecepatan standar perjalanan ninja, itu artinya dengan membawa Kakashi, dia bisa sampai Konoha paling tidak dalam dua hari.

Naruto benar-benar menyesali bagaimana dia belum menguasai dengan sempurna teknik hiraishin, karena bisa berpindah ke mana saja tampak begitu menarik sekarang. Mendesah keras-keras, Naruto mengangkat Kakashi dan menaruhnya di punggung. Setelah selesai memastikan bahwa dia tidak akan jatuh, dia bergerak.

Desa terdekat berada sekitar tiga puluh kilometer dari tempatnya. Populasi sekitar seratus orang, atau setidaknya itu yang Naruto rasakan dari chakra yang berada di sana. Dia bisa sampai di sana dalam tiga sampai empat jam. Sedikit istirahat, dan makan—dia benar-benar kelaparan. Mode petapa mungkin membantu mengembalikan chakranya, tapi tidak menghilangkan rasa laparnya.

Dia meninggalkan klonnya di sana, terus mengumpulkan chakra alami. Dia akan menghilangkannya ketika mode petapa yang dia miliki sekarang habis. Untuk sekarang, dia akan membiarkannya terus mengumpulkan energi alami. Chakra ini bisa membantu tubuhnya untuk mengembalikan simpanan chakranya.

2

Ada yang salah dengan orang-orang di desa ini. Dengan kemampuan sensornya, Naruto bisa merasakan sekitar tujuh puluh orang di desa ini. Hanya ada beberapa ninja di sini, dan mereka semua ada di satu gedung yang sama—penginapan kecil di antara beberapa rumah sederhana. Tempat ini adalah peristirahatan sementara dari orang-orang yang sedang dalam perjalanan, entah itu ke dalam maupun ke luar negara api.

Tapi Naruto tidak pernah singgah di tempat ini. Mungkin karena itulah dia was-was dengan orang-orang ini. Tidak ada emosi negatif yang dia rasakan dari mereka, kebanyakan hanya rasa penasaran. Namun cara orang-orang ini melihat mereka, seolah-olah mereka tidak pernah melihat Kakashi dan Naruto. Seolah-olah mereka tidak mengenali Naruto dan Kakashi (sebagai pahlawan yang menyelamatkan dunia ini, dan sebagai Hokage ke enam).

Mungkin dia saja yang terbiasa dengan orang-orang mengenalinya, atau Kakashi, atau Sakura, dan bahkan Sasuke. Tapi mana mungkin tidak ada satu pun dari mereka mengenali wajahnya. Bahkan ninja-ninja yang singgah di lantai bawah tadi tidak mengenali mereka. Yang ada malah mereka memberikan Kakashi dan Naruto tatapan penasaran dan curiga. Terutama ketika mereka melihat jubah Kakashi.

Dia punya prasangka yang buruk soal ini.

Naruto pikir, sembari dia melepas jubah Kakashi dan membaringkannya di tempat tidur, sesuatu benar-benar tidak beres. Lalu dia teringat sesuatu. Kepalanya benar-benar diam, tidak ada komentar apapun dari Kurama.

Sambil mengernyit, Naruto menarik dirinya ke dalam alam bawah sadarnya. Pemandangan yang menyambutnya tidak begitu berbeda dari biasa. Kurama... tidur.

Naruto menarik napas dalam-dalam, lalu berteriak, "KURAMAAAAA!"

Sang rubah membuka satu matanya, ekspresinya benar-benar emosi. "Jangan ganggu aku, Bocah. Aku benar-benar kelelahan. Kau dan Bocah Anjing itu menarik banyak chakraku. Biarkan aku istirahat, dan panggil aku saat kau benar-benar dalam keadaan genting dan hampir mati." Lalu dia kembali menutup matanya.

Naruto merenggut. "Kejam." Dia kembali ke dunia luar, mengusap perutnya yang kelaparan. Ah benar, makanan. Penjaga penginapan ini tadi bilang bahwa dia bisa mengambil makanan di bawah. Tapi sebelumnya, Naruto mengerutkan hidungnya, dia benar-benar harus mandi.

Masalahnya adalah, barang bawaannya dan Kakashi menghilang total. Yang tersisa hanya pakaian di tubuh mereka, termasuk jubah Hokage Kakashi dan Haori perjalanan Naruto. Untung saja gama-chan tercinta masih tersimpan aman di saku Naruto, kalau tidak—yeah, dia dan Kakashi akan berkemah di luar.

Melepaskan jubahnya, Naruto baru akan masuk kamar mandi saat dia ingat sesuatu. Orang-orang di bawah sana membuatnya sedikit paranoid. Naruto tidak ingin meninggalkan Kakashi sendirian di ruangan ini, meskipun ada kamar mandi di kamar ini. Kakashi sedang tidak berdaya, Naruto tidak ingin mengambil resiko.

Dia menggambar salah satu segel perangkap yang dia tahu dengan menggunakan chakranya, kemudian mengaktifkannya di pintu masuk dan jendela. Dia menggambar segel lain dan menempelkannya ke lantai.

Puas dengan hasil kerjanya, dia masuk ke kamar mandi.

3

Yap, pikir Naruto, mereka benar-benar penasaran dengannya. Tidak ada dari ninja di penginapan ini yang berasal dari Konoha. Dua orang mencoba untuk seminimal mungkin menatapnya, tapi Naruto tahu bahwa perhatian mereka ada padanya. Satu orang menatapnya tanpa ragu-ragu, sambil berbisik dengan teman di mejanya. Beberapa yang lain mencoba untuk tidak menatapnya, tapi Naruto menangkap kepala mereka yang sesekali menoleh padanya. Naruto tidak menghiraukan mereka.

Segera setelah dia selesai makan, dia kembali ke kamarnya. Langkah yang dia ambil tidak terburu-buru, namun tetap menunjukkan bahwa dia tidak ingin bertukar suara dengan mereka.

Ketika pintunya kamarnya dan Kakashi tertutup, dia segera mengaktifkan segel baru, kali ini berfungsi untuk mementalkan siapa pun yang mencoba masuk ke kamar ini dengan paksa. Dan segel privasi juga dia gambar di udara dan dia biarkan di sana. Mungkin dia buang-buang chakra dengan ini, tapi lebih baik aman daripada menyesal. Naruto tidak ingin berkelahi dengan siapapun sekarang.

Dia menatap tubuh Kakashi, mendesah kecil ketika tidak ada reaksi apapun dari sang Hokage. Satu hal yang pasti, Kakashi menderita kehabisan chakra. Tapi apakah ada hal lain yang mengganggu tubuhnya sekarang? Apakah ada luka dalam atau efek samping dari jurus yang disebabkan orang tersebut pada Kakashi?

Satu-satunya cara dia bisa mendapatkan jawaban adalah dengan kembali ke Konoha. Ya, segera setelah dia bangun dari tidur besok, dia akan kembali ke desa. Dia berbaring di sebelah Kakashi, menyandarkan kepalanya di pundak suaminya.

Dalam beberapa saat dia tertidur.

4

Naruto kesiangan. Rupanya dia benar-benar lelah sampai dia bisa tidur kesiangan seperti ini. Perutnya memprotes atas kekosongan yang ada, dan Naruto mengerang keras. Satu tatapan darinya memastikan bahwa Kakashi masih koma. Mengusap matanya, Naruto masuk ke kamar mandi.

Ketika dia mengisi perutnya di bawah, dia sadar bahwa sebagian besar ninja yang ada kemarin sudah pergi. Dia membayar biaya penginapan dan makanan, kemudian kembali ke kamarnya.

Waktunya untuk pulang. Dia kembali memposisikan Kakashi di punggungnya lagi, kali ini memilih untuk tidak mengenakan jubah pada Kakashi. Tentu saja di punggung rompi pelindungnya masih tertulis Six Fire yang menunjukkan posisinya di Konoha, tapi tidak sejelas Rokudaime Hokage yang tertulis di punggung jubahnya. Jubah tersebut dia lipat sekecil mungkin dan dia simpan di saku dalam Haori merah yang dia kenakan.

Dia melompat ke jendela, dan dengan dorongan chakra, melompat ke dahan pohon.

5

Naruto memutuskan bahwa dia tidak akan istirahat di malam hari, dan terus mendorong tubuhnya agar dia bisa tiba di desa pagi hari. Terutama karena dia tahu bahwa Kakashi sudah koma selama hampir dua hari dan tubuhnya membutuhkan sesuatu untuk dikonsumsi.

Namun, setelah barang-barang mereka yang menghilang juga orang-orang yang tidak mengenal dia dan Kakashi dan menatap mereka dengan curiga, ada keanehan lain yang dia rasakan saat posisinya tinggal sepuluh kilometer dari Konoha. Dia merasakan tanda chakra yang aneh dan emosi negatif (kebencian yang luar biasa) dua ratus meter darinya. Masalahnya adalah, dia mengenal tanda chakra tersebut. Dan dia yakin bahwa mahkluk tersebut harusnya sudah punah. Atau setidaknya tidak berada sedekat itu dengan Konoha.

Zetsu putih.

Dia berhenti di tengah jalan, wajah mengernyit ketika ada tiga tanda chakra lain yang mendekat ke arahnya, namun bukan dari Konoha. Semenit kemudian Gai-sensei, Genma dan Raidou mendarat lima meter di depannya.

Gai-sensei, berdiri seolah-olah kakinya baik-baik saja dan dia tidak membutuhkan kursi roda.

Oke. Ada zetsu putih yang harus mereka eliminasi. Sesegera mungkin.

Dia memberikan senyum kecil pada mereka sambil menyapa, "Gai-sensei, Genma-san, Raidou-san."

Yap. Ada yang benar-benar salah karena mereka menatapnya dengan curiga dan penasaran. "Naruto-kun," kata Gai-sensei perlahan, mengangguk padanya. Cara Gai-sensei mengucapkan namanya, seolah-olah dia mencoba untuk mengetes namanya.

Naruto mendesah. Apa dia terjebak dalam genjutsu? Tapi bahkan genjutsu dari Sasuke tidak bisa memengaruhi kemampuan sensor dan merasakan emosi yang dia miliki. Tidak tidak, ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi di sini.

Prioritas: eliminasi Zetsu putih sesegera mungkin sebelum dia kabur, membawa Kakashi ke rumah sakit, dan mencoba membongkar misteri keanehan yang terjadi padanya sekarang.

Dia membuat bahasa tanda anbu dengan tangannya (sesuatu yang dia pelajari bersama Kakashi karena dia akan menggantikan Kakashi dalam empat sampai lima tahun), mensinyalkan bahwa ada zetsu putih dua ratus meter ke barat, bersembunyi di balik semak-semak. Dia tahu setidaknya Genma dan Raidou akan memahami tanda yang dia berikan karena mereka berdua pernah menginjakkan kakinya di anbu. Dia tidak ingin berbicara karena mungkin saja Zetsu tersebut mendengar pembicaraannya dan kabur dari tempat ini.

Untuk beberapa saat, Naruto pikir mereka bertiga akan menyerangnya dari bahasa tubuh mereka. Genma memicingkan matanya, Gai-sensei mengerutkan dahinya, dan Raidou meraih sesuatu di tempat senjatanya. Dia tidak ingin bertarung dengan mereka, sama sekali. Tapi kemudian Genma terdiam, dan beberapa saat kemudian, Gai-sensei dan Raidou bergerak ke barat, tepat ke lokasi Zetsu putih.

Dia dan Genma bertatapan selama sepuluh menit. Dan sejujurnya, sepuluh menit itu masuk dalam salah satu momen paling tidak nyaman untuknya. Karena Genma seperti tidak percaya padanya. Mereka bertiga seperti tidak mengenalnya dan percaya padanya. Mereka bahkan tidak memberikan komentar apa-apa tentang Kakashi di punggungnya, meskipun Kakashi adalah Hokage mereka.

Sepuluh menit berlalu, Raidou dan Gai-sensei kembali. Keduanya terlihat suram, dan ada tanda selesai pertarungan di tubuh mereka. Gai-sensei mengangguk pada Genma, sementara Raidou menggerakkan mulutnya seolah-olah dia baru saja menelan jeruk nipis.

Genma lalu berbicara padanya. "Naruto-sama." Butuh waktu sebentar untuknya memproses ucapan tersebut. Hah? Apa? Sejak kapan Genma menyebutnya dengan panggilan sama? Rasanya seperti dia berada di dunia lain. "Kita harus membawamu bertemu Hokage-sama."

Naruto mengerjap. Bertemu Hokage-sama. Memangnya Kakashi di punggungnya ini siapa? Naruto tiba-tiba ingin tertawa keras-keras. Dia membersihkan tenggorokannya. "Ya, ya. Tentu. Tapi setelah aku membawa Kakashi ke rumah sakit. Dia sudah koma selama dua hari karena kehabisan chakra, dan aku tidak ingin dia terus-terusan seperti ini."

Mata Gai-sensei membulat, dan dia mengeluarkan suara seperti tersedak. "Itu—dia benar-benar Kakashi?" tanyanya pelan. Naruto mengernyit. Duh! Butuh waktu sebentar sebelum Gai-sensei berhasil tenang kembali. "Dari mana kau menemukannya?"

"Um... dia bersama denganku selama ini," katanya perlahan. "Dengar, Kakashi perlu perawatan medis. Aku tahu kalian tidak percaya padaku sekarang, tapi aku tidak ingin sesuatu yang jauh lebih buruk terjadi padanya. Kita hanya perlu membawanya ke rumah sakit dan aku akan ikut dengan kalian setelahnya."

Butuh beberapa saat ketika mereka bertiga saling bertatapan, lalu ketiganya mengangguk dan Genma menyetujuinya.

Setelah itu mereka bertiga bergerak menuju Konoha. Naruto sadar bahwa formasi yang digunakan adalah formasi yang mengurungnya di tengah, di mana Gai-sensei dan Genma di samping belakang kiri dan kanan, dan Raidou di depan.

6

Oke. Oke. Oke.

Naruto tahu bahwa situasinya benar-benar buruk sesaat setelah dia menyentuh gerbang utama Konoha. Kenapa? Karena wajah patung di tebing Hokage hanya berjumlah empat dan bukan enam seperti yang selama ini dia ketahui. Saat mereka berkata bahwa dia akan bertemu dengan Hokage, dia mengira bahwa dia akan bertemu dengan Baa-chan, tapi sepertinya tidak. Apakah ini artinya dia akan bertemu Jiji?

Pagi-pagi buta begini dan dia harus menghadapi kenyataan aneh seperti ini? Matahari bahkan belum terbit seutuhnya.

Kepalanya mulai sakit. Sepertinya dia baru saja melakukan perjalanan menembus waktu dengan Kakashi. Setidaknya itu menjelaskan kondisi Gai-sensei, dan ketidakpercayaan mereka karena Naruto tahu bahwa dia terlihat lebih tua dari dirinya yang berusia dua belas tahun.

Dia mengerang. Lalu melompat ke atap gedung untuk menuju ke rumah sakit. Di belakangnya, Genma dan Raidou mengikuti, sembari Gai-sensei bergerak menuju kantor Hokage untuk melaporkan keadaan ini.

7

Naruto benar-benar ingin tertawa keras-keras ketika dia sampai ke rumah sakit dan memberikan Kakashi kepada tenaga medis yang ada di sana dan yang menyambutnya adalah wajah yang sering dia lihat di foto tim genin pertama Kakashi yang dipajang di ruang tamu mereka.

Wanita, rambut coklat panjang, dengan dua tanda ungu di pipinya. Nohara Rin. Rin yang seharusnya sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu.

Tapi rupanya bukan hanya dia yang terkejut melihat wanita tersebut, karena Rin tampak shock begitu dia melihat Kakashi. Saking shocknya dia sampai bukan dia yang membantu Naruto memindahkan Kakashi ke tempat tidur dorong, tapi dokter lain, padahal dari awal dia yang menyambut Naruto.

Namun sesaat setelah mereka mendorong tempat tidur tersebut, Rin tersadar dari shocknya. "Dia kehabisan chakra," kata Naruto. "Tapi aku tidak tahu apakah ada keadaan medis merugikan lain yang menimpanya."

Rin mengamatinya. "Ah Naruto, kau bisa menunggunya di sini sementara kami memeriksa keadaannya."

"Tapi—"

Rin tidak menjawabnya, hanya masuk ke ruangan tempat mereka membawa Kakashi dan meninggalkan Naruto di ruang tunggu.

Naruto mendesah sambil memijat kepalanya.

8

Oke. Naruto bersumpah bahwa dia benar-benar tidak siap untuk menghadapi keadaan seperti ini. Sembari dia duduk di ruang tunggu—karena Genma dan Raidou rupanya tidak bersama dengannya di situ, dua orang lain memasuki koridor ini.

Naruto merasakan kemampuannya untuk bernapas hilang seketika.

Ayahnya, mengenakan pakaian Hokage muncul dari pintu koridor, diikuti Ibunya. Manusia seutuhnya, hidup dan bernapas bukan seperti edo tensei.

Jantungnya berdebar tak karuan. Napasnya sesak. Tubuhnya gemetar. Hanya sekali Naruto melihat Ibunya. Dan hanya dua kali dia melihat Ayahnya. Tubuhnya berjalan dengan sendirinya. Dia bahkan tidak merasakan ketegangan yang dialami oleh anbu yang tersembunyi di sekitarnya, maupun keterkejutan yang muncul di wajah Ibu dan Ayahnya ketika dia memeluk Ayahnya.

Dia menangis, sesenggukan tanpa henti di pundak Ayahnya. Bahkan ketika Ayahnya memeluknya, dan Ibunya mengelus punggungnya. Dia tidak berhenti menangis. Tidak bisa berhenti menangis.

Orang tuanya masih hidup dan Ibunya—Tuhan, dia sangat cantik.

Dia menangis. Dan tersenyum. Dan tertawa dan menangis kembali.

Butuh waktu yang lama untuk dia tenang kembali.

9

Hahaha. Dia bukan melakukan perjalanan menembus waktu. Dia melakukan perjalanan menembus dimensi. Rasanya dia menjadi Sasuke... Sasuke. Naruto baru menyadari dia tidak bisa merasakan Sasuke, padahal selama ini dia bisa merasakannya meskipun dia berada nun jauh di sana, dan bahkan saat dia berada di dimensi lain. Semuanya karena mereka sama-sama berbagi chakra dari Hagoromo. Tapi sekarang, hampa—dia tidak bisa merasakan Sasuke sama sekali.

Naruto mencoba untuk tidak panik.

Kakashi masih dalam perawatan, dan dia harus bisa memastikan bahwa tidak akan terjadi apa-apa pada mereka berdua.

Rin membuka pintunya, dan Naruto tidak membuang waktu untuk menanyakan keadaannya.

"Dia baik-baik saja. Hanya kehabisan chakra. Dia akan butuh beberapa hari untuk sadar kembali. Kami akan memindahkan dia ke salah satu ruangan di tempat ini." Rin lalu menatap kedua orang tuanya. "Sensei... dia—Kakashi."

Naruto mengernyit. "Apa aku bisa melihatnya?" tanya Naruto.

"Ya, ya. Segera setelah kami memindahkannya."

Naruto kembali mengernyit. Kakashi tidak berada di ruangan operasi, dan hanya kehabisan chakra. "Apa aku bisa melihatnya sekarang?"

Rin membersut. "Tidak bisa Naruto."

Mata Naruto memicing. "Kenapa?"

"Naruto," kata Ayahnya.

"Kami sedang melakukan beberapa tes padanya."

"Tes?" Naruto melipat kedua tangannya. Naruto punya hipotesis dan dia benar-benar tidak senang dengan hipotesisnya.

"Ya."

"Aku tidak akan pergi dari sini sebelum aku melihatnya," kata Naruto menolak untuk meninggalkan suaminya sendirian. "Aku ingin memastikan dengan mataku sendiri bahwa dia baik-baik saja."

Rin menatap ke kedua orang tuanya, meminta bantuan. Apa yang dia lihat di wajah kedua orang tuanya tidak menghilangkan ekspresi membersutnya. "Baiklah," kata Rin lalu membuka pintunya.

Kakashi terbaring di tempat tidur. Mereka telah mengganti pakaiannya dengan pakaian rumah sakit, dan menutup setengah wajahnya dengan masker rumah sakit. Bagus, setidaknya mereka menghargai privasinya. Tangannya diinfus, dan ada beberapa alat terpasang di dadanya. Naruto menghembuskan napas lega, lalu dia ingat sesuatu.

"Um... kau lihat kalung yang dia miliki? Di kalung itu terdapat cincin platinum sederhana. Cincin itu berharga baginya."

"Ya. Apa itu?"

"Bisa kau berikan padaku? Biar aku yang menyimpannya?"

Rin memicingkan matanya, namun Ayahnya yang menanyainya. "Naruto, kenapa cincin itu penting untuknya."

"Itu cincin nikahnya."

Hening.

10

Yap. Hipotesis Naruto semakin menuju kebenaran ketika sesaat setelah dia mendapatkan kembali cincin nikah Kakashi (Rin dan kedua orangtuanya tampak benar-benar shock), Obito membuka pintu ruangan ini. Obito, tanpa luka apapun di wajahnya, dengan dua mata masih utuh.

Dia menelan ludahnya. Hanya tinggal konfirmasi verbal dari orang-orang ini untuk membuktikan bahwa Kakashi lah yang meninggal di misi penghancuran jembatan kanabi, dan bukan Obito.

Obito yang shock, marah, takut, dan emosi-emosi lain yang campur aduk di wajahnya ketika dia melihat Kakashi terbaring di tempat tidur.

Lalu Ayahnya memegang pundaknya. "Naruto, kita harus segera ke kantorku."

Naruto mengangguk. Dalam sekejap mata, dia berada di ruangan kantor Ayahnya.

11

Dia beruntung Ayahnya tidak langsung membawanya ke ruang T&I, tapi memutuskan untuk menanyainya di ruangan ini. Di ruangan itu sudah ada beberapa orang, baik yang dia kenal maupun yang tidak dia kenal. Genma, Raidou dan Gai-sensei ada di sana. Ibiki, seorang Uchiha yang merupakan versi tua dari Itachi (Ayah Sasuke?), Hiashi, Shikaku, Inoichi, dan Tsume.

Ada pria berambut merah dengan bekas luka horizontal dari ujung alis kiri sampai tulang pipi kanannya. Pria tersebut bertubuh tegap, dan berdiri di samping Ibunya. Ayahnya duduk di kursinya. Ada juga beberapa anbu yang berada tersembunyi di sekeliling kantor.

"Ah ya, kau bisa mulai memberitahu kami namamu."

Naruto mengerjap. Huh. "Naruto." Dia berpikir sejenak. Perlukah dia memberitahu nama lengkapnya pada mereka? Hm, tidak, dia ingin setidaknya memberikan Kakashi kesempatan untuk kabur ketika orang tuanya mengetahui siapa yang dinikahi Kakashi. "Uzumaki Naruto."

"Naruto, berapa usiamu?"

Dia melipat tangannya. "20 tahun, tapi dalam dua bulan aku akan berusia 21 tahun."

Ayahnya menaruh dagunya di tangannya.

"Apa kau keberatan memberitahu pada kami bagaimana kau bisa berada di sini?"

Naruto mengangkat tatapannya dari Ayahnya ke luar jendela, mencoba mengingat dengan jelas apa yang terjadi. Ingatannya masih sedikit kabur. "Aku tidak begitu ingat—aku dan Kakashi disergap oleh beberapa missing nin. Kita bertarung, lalu salah satu dari mereka mengaktifkan sebuah... jurus sepertinya. Sesuatu terjadi dan yang kutahu berikutnya aku bangun di tempat yang sama dengan Kakashi di sampingku, tapi perbekalan kami hilang."

"Di mana kalian disergap?"

"Di dekat perbatasan antara negara api dan Kusa."

"Dan apa yang kau lakukan begitu kau bangun di tempat tersebut?" tanya Ayahnya lagi.

"Tentu saja aku membawa Kakashi pulang. Dia kehabisan chakra, aku juga hampir kehabisan chakra."

Shikaku berdehem. "Apa yang kalian lakukan di perbatasan antara Kusa dan negara api?"

"Misi diplomatis dengan Iwa." O'onoki meninggal, dan mereka ke sana untuk melayat. Hening untuk waktu yang lama, mereka terkejut.

Shikaku bersuara lagi. "Hm, jadi kau dan Kakashi bertarung dengan missing nin kemudian salah satu dari mereka mengaktifkan jurus yang membuat kalian terdampar di dimensi yang lain?"

Ada hal yang menjanggal di kepala Naruto. Dia kembali menatap Ayahnya. "Sebentar, bisa kutanyakan sesuatu? Naruto di dimensi ini masih hidup kan? Berapa usianya?"

Butuh beberapa saat untuk dia mendapatkan jawabannya. Dan jawaban itu keluar dari mulut ibunya. "16."

Hah. Jadi dia tidak hanya berkelana menembus ruang, atau hanya menembus waktu, tapi dia menembus keduanya, ke dimensi yang berbeda jauh dengan dimensi asalnya. Kepalanya mulai sakit.

12

Naruto bisa menebak peran beberapa orang di ruangan ini. Hiashi, ayahnya Sasuke, dan Tsume ada di sana untuk memastikan bahwa dia adalah Naruto. Tapi Naruto tidak yakin baunya akan sama seperti Naruto di dunia ini, dan juga chakranya akan sama persis seperti Naruto di tempat ini karena chakranya jauh lebih berkembang daripada saat usianya masih enam belas tahun. Inoichi dan Ibiki pasti ada di sini untuk memonitor tanda-tanda vitalnya yang mampu menunjukkan kejujurannya dalam menjawab pertanyaan. Shikaku untuk memproses informasi yang ada. Genma, Raidou, dan Gai-sensei ada di situ untuk memberitahukan bagian kisah mereka saat bertemu dengannya.

Yang dia tidak ketahui adalah, siapa pria berambut merah tersebut dan kenapa dia ada di tempat ini. Chakranya memiliki simpanan yang besar, sebesar chakra ibunya. Dan dari rambutnya yang berwarna merah... apa mungkin?

"Naruto," kata Ayahnya lagi. Setelah mereka selesai mendengarkan Genma menceritakan kembali pertemuannya dengan Naruto. "Kau keberatan jika kami melihat ingatanmu? Kami perlu memastikan bahwa kau tidak akan membawa ancaman ke desa ini."

Ah. Kewaspadaan yang masuk akal, meski Naruto ingin tertawa keras-keras mendengarnya. Uzumaki-Hatake Naruto, pahlawan dunia, ninja paling mengejutkan dari Konoha, dan calon Hokage ke tujuh menjadi ancaman untuk desa ini? Itu seperti mengatakan bahwa Kurama adalah tanuki dan bukan kitsune.

Naruto tidak bisa membiarkan mereka melakukannya. Sensornya mengatakan bahwa ada banyak anggota Root (chakra tanpa emosi apapun) di desa ini, yang mana Danzou masih memiliki kuasa. Lebih dari itu, Kurama sedang tidak dalam mood yang baik untuk meladeni siapapun yang masuk ke dalam kepalanya. Hal ini bisa berakibat buruk bagi mereka yang mencobanya.

"Ah aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa memastikan keselamatan siapapun yang mencoba memasuki kepalaku sekarang."

"Keselamatan?"

"Uh yeah. Ada Kyuubi di dalamku dan aku tidak ingin siapapun yang masuk ke dalam kepalaku di makan hidup-hidup olehnya. Dia tidak bisa mentolerir siapapun sekarang."

Hening melanda. Suasana tegang terasa pekat di kantor tersebut. Lalu pria berambut merah tadi terkekeh. "Aku menyukai anak ini. Dia cukup berbeda dari Chibi."

Ayahnya memijat keningnya. "Arashi-sama."

"Dia memiliki darah Uzumaki, tidak ada keraguan dariku. Simpanan chakranya cukup besar, dan katanya dia kehabisan chakra bukan? Kalau chakranya pulih kembali, aku berani bertaruh simpanan chakranya bahkan melebihi Chibi."

"Tou-san," kata Naruto, menarik kembali perhatian padanya. "Aku tidak suka berbohong." Dia berhenti sejenak, memikirkan kembali ke masa lalu. "Aku tidak pernah berbohong. Dan aku selalu memastikan bahwa aku tidak pernah menarik janjiku. Aku bukan ancaman untuk desa ini, begitu juga dengan Kakashi. Kau bisa memegang perkataanku."

"Benar-benar Uzumaki," kata Arashi, senyum penuh gigi bak predator.

13

"Kita harus memeriksa dirimu dan semua barang bawaanmu, Naruto."

Naruto mengangkat bahunya. "Tentu, aku tidak keberatan." Dia tidak punya apapun untuk disembunyikan.

Dan dia dibawa ke tempat lain. T&I. Naruto menahan erangannya. Dia belum tidur dari kemarin, Kakashi masih sendirian di tangan orang-orang yang tidak begitu mengenalnya. Setidaknya mereka tidak mengunci chakranya dengan segel meski Naruto tahu dia bisa merusak segel itu dengan paksa.

Dia hanya ingin semua ini cepat selesai, dan dia bisa makan ramen bermangkuk-mangkuk lalu menemani Kakashi di rumah sakit.

14

Beberapa jam kemudian, Naruto bebas pergi dari T&I dengan beberapa anbu membayangi langkahnya (hanya untuk mengawasi). Mereka bertanya hal-hal yang tidak terlalu penting tentang dunianya. Sepertinya mereka tidak benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi di dunianya, yang mana Naruto belum siap untuk menjawabnya. Root ada di mana-mana, informasi seperti ini benar-benar krusial.

Mereka tidak bertanya tentang benda-benda yang dia miliki, seperti jubah Hokage di sakunya dan bahkan kalungnya dan Kakashi yang dia kenakan. Tapi mereka bertanya tentang mahkluk putih yang dihabisi Raidou dan Gai-sensei di luar Konoha, yang mana dia jawab dengan klon dari mahkluk bodoh yang hanya memahami kejahatan dan memanggil dirinya zetsu. Dia tidak memberitahukan mereka tentang kemampuan zetsu, tidak, belum saatnya.

Orang tuanya bilang padanya bahwa dia bisa tinggal bersama mereka dahulu, di kamar Naruto dunia ini, karena rupanya Naruto masih di luar sana dengan Ero-sennin, meski Ero-sennin sedang buru-buru pulang begitu kabar bahwa ada Naruto versi lain di dunia ini.

Dan ya, begitu mendengar bahwa versi Ero-sennin yang ini masih hidup, suara ngiiinggg yang keras mengganggu pendengarannya.

Dia harus mempersiapkan dirinya untuk melihat orang-orang yang telah menjadi hantu di dunianya.

Ayahnya kemudian berpisah dan pergi menuju kantor Hokage, sementara dia menarik Ibunya untuk pulang ke rumah (makan siang kata Ibunya, yang mana sesuatu yang tidak pernah Naruto alami di dunia).

Setelahnya, dia bilang bahwa dia ingin menjenguk Kakashi lagi. Ibunya bilang padanya bahwa dia harus mandi, dan dia bisa mengenakan baju Naruto dari dunia ini karena tinggi dan ukurannya tidak jauh berbeda (oke, Naruto merasa terhina karena dia sama tinggi dengan Ayahnya dan mungkin akan bertambah tinggi lagi). Ibunya akan mencuci pakaiannya untuk sementara.

Agak aneh melihat variasi baju Naruto berwarna hijau dan putih, tanpa sedikitpun jingga atau merah. Mungkin tinggal dengan kedua orang tuanya memengaruhi warna favoritnya. Hm... dia memilih baju lengan pendek putih yang cukup sesak di tubuhnya. Mungkin tinggi mereka sama, tapi Naruto tentu memiliki massa tubuh dan ukuran tubuh yang jauh lebih besar dibandingkan Naruto di dunia ini.

Dia perlu membeli bajunya sendiri, sesuatu yang berwarna merah, hitam, jingga, putih—dia juga harus menaruh lambang klan uzumaki dan hatake di baju barunya. Gama-chan untungnya masih ada isinya. Dia perlu memastikan bahwa dia bisa menghasilkan uang di sini sampai dia tahu bagaimana dia bisa sampai di sini, dan bagaimana dia bisa kembali. Apa sebenarnya yang terjadi malam itu, karena mimpi yang dia dapatkan dari memori di kepalanya tidak begitu jelas. Seolah-olah kenangan itu berusaha menghapus dirinya.

Benar-benar merepotkan.

15

Mereka sudah memindahkan Kakashi ke ruangan yang lain. Barang-barangnya entah di mana, Naruto tidak mengetahuinya. Ada segel di sepanjang kamarnya, dan mereka juga mengikat tangan Kakashi untuk menahannya di tempat tidur.

Naruto mencoba untuk tidak menunjukkan rasa tidak sukanya, karena Kakashi tentu bisa keluar dari ikatan itu dengan mudah.

Dia tidak memedulikan tatapan yang diberikan Obito maupun Rin ketika dia masuk ke kamar tersebut. Langkahnya pasti menuju ke samping tempat tidur dan menyentuh kening Kakashi.

"Kenapa kau membawanya ke tempat ini?" tanya Obito, suaranya serak. "Dia bukan Kakashi! Dia penyemu!"

Naruto menahan dengusannya. Ya, siapa yang menyamar sebagai Madara selama lebih dari setengah usia hidupnya? Hipokrit.

"Dia Kakashi. Biar kutebak, Kakashi dari dunia ini meninggal di misi Jembatan Kanabi kan?" Dia menyentuh pundak Kakashi di bawah selimut, membiarkan sedikit chakranya masuk ke dalam tubuh Kakashi. "Hm... di duniaku. Bukan Kakashi yang terjebak di bawah bongkahan batu tersebut." Dia melihat tepat ke mata Obito tanpa takut, meski mata itu sudah menjadi merah darah. Dia begitu familiar dengan mata tersebut karena Kakashi masih memilikinya. "Aku yakin kau bisa menebak siapa yang dikorbankan di duniaku."

Dia meninggalkan ruangan ini setelah yakin bahwa Kakashi baik-baik saja. Tadi dia disergap oleh Shizune dan Tsunade Baa-chan karena ayahnya perlu beberapa tes dilakukan terhadapnya untuk memastikan bahwa dia benar-benar, well, Naruto.

16

"Bagaimana harimu?" tanya Ayahnya, memulai percakapan.

Mereka sedang duduk di meja makan di rumah orang tuanya, hanya mereka bertiga. Masakan ibunya, benar-benar luar biasa. Dia merasa seperti di surga dunia—well, masakan Kakashi juga nomor satu, tapi pengalaman ini lebih baru dibanding ketika dia memakan masakan Kakashi.

Naruto mengangkat bahunya. Dia menceritakan bagaimana dia menjenguk Kakashi dan bagaimana dia melakukan tes di rumah sakit, lalu bagaimana dia membeli baju karena baju yang dikenakannya ini cukup sesak di tubuhnya (dia tidak mengatakan bagaimana dia takjub dengan Pasukan Kepolisian Konoha, sesuatu yang sudah hilang dari ingatannya).

"Kakashi-chan sangat dekat denganmu huh, Naru-chan?" tanya ibunya. Naruto tersedak air minumnya ketika mendengar kata –chan pada nama Kakashi.

"Ah, ya. Dia Jounin senseiku."

Kali ini Ayahnya yang tersedak makanannya. Dia dan Ibunya melihat dengan terhibur bagaimana Ayahnya meraih air minum untuk melancarkan makanan yang terjebak di kerongkongannya.

"Kakashi sebagai Jounin sensei!?"

Naruto mengangkat bahunya. "Hm... Dia tidak begitu buruk, menurutku. Malas, selalu terlambat, dan menggunakan alasan-alasan yang sangat tidak masuk akal. Tapi dia mengajarkanku tentang basis dari kerja sama dalam tim, dan—mereka yang melanggar peraturan adalah sampah, tapi mereka yang meninggalkan sahabatnya lebih buruk dari sampah." Dia tersenyum kecil, mengingat kembali seberapa jauh mereka sudah melangkah. Dari guru dan murid dalam tim yang serapuh gelas, menjadi guru dan murid yang fungsional, menjadi tim yang menyelamatkan dunia, menjadi Hokage dan penerusnya, menjadi sepasang kekasih dan kemudian menikah... dia terkekeh. "Oh. Dia juga mengajariku cara membuat jurus baru."

Orang tuanya... terlihat begitu shock. Naruto mengernyit, apa yang membuat mereka bereaksi seperti itu? Dia tidak mengatakan sesuatu yang begitu sensitif kan?

"Naruto—" kata Ibunya, namun dipotong oleh Ayahnya.

"Jurus baru katamu?"

Naruto mengangguk bangga. "Yap. Aku berhasil menggabungkan elemen angin ke dalam rasengan."

Minato bersiul, bahkan Ibunya tampak cukup terkejut. "Hah, kalau sensei mendengar ini, dia pasti akan terkejut."

Naruto mencoba tersenyum, namun yang keluar bukanlah senyuman melainkan ringisan. Yeah, Ero-sennin tidak pernah melihatnya melempar rasenshuriken.

"Yap, aku bahkan bisa melemparnya." Lalu dia mengernyit, "Tou-san, kau bisa melakukannya juga kan?"

Minato meringis, sambil menggaruk belakang kepalanya. "Ah, yeah. Baru tiga tahun yang lalu. Tapi melemparnya? Tsunade-hime melarangku untuk menggunakannya lagi setelah melihat bagaimana efeknya pada diriku sendiri, tapi melemparnya...?"

"Uh... yeah. Aku belajar mengontrol chakra alami dengan baik jadi aku bisa mempertahankan bentuk rasenshurikennya bahkan ketika aku melemparnya."

Ibunya tersenyum. "Berapa lama kau mempelajarinya? Terakhir aku dengar dari Jiraiya, Naru-chan juga sedang mempelajarinya."

Mata Naruto memicing, "Tiga minggu kurasa. Lalu beberapa minggu untuk belajar melemparnya."

Wajah Ayahnya menjadi serius. "Chakra alami, melemparnya... kau bisa menggunakan senjutsu." Matanya membelalak. "Jangan bilang kalau beberapa minggu itu sebenarnya kau gunakan untuk menjadi petapa?"

"Um... yeah. Kau juga bisa menggunakan senjutsu kan Tou-san?"

"Tentu," jawab Ayahnya, masih menatapnya dengan takjub. "Tapi butuh beberapa bulan untuk mempelajarinya, dan kau bahkan menyempurnakan rasengan hanya dalam beberapa minggu. Naruto, kau benar-benar jenius ya?"

Naruto mengerjap. "Tou-san, Kaa-san... aku deadlast."

17

"Apa kau Jounin, Naru-chan?" tanya Ibunya, sambil memberikan piring bersih padanya untuk dilap. Ayahnya sudah kembali lagi ke kantor Hokage karena ada sesuatu yang harus dia kerjakan, tapi dia berjanji pada Ibunya akan segera kembali.

"Um," jawabnya, pipi memerah kemudian menggaruk kepalanya setelah menaruh piring tersebut di rak. "Tidak."

"Masih Chuunin?"

Matanya melihat ke bawah, sambil menggigit bibirnya. "Ah tidak."

Hening. "Jadi kau Kage?"

Naruto terdiam. Lalu dia ingat jubah Hokage Kakashi. "Ah tidak. Itu bukan punyaku. Aku masih genin."

Hanya refleks yang membuat Naruto bisa menangkap mangkuk yang jatuh dari tangan Ibunya.


TBC


Note: I just want to point out that Naruto isn't really thinking right because his husband is in coma and he just try really hard not to panic. Then got bombarded by these new facts. Lol.

I have been thinking about this story for a while, about what i want to create in this one, in sync with Rinse and Repeat. Like, imagine narto op op meet his younger self and then he realize his younger self is an asshole who's relationship with his father is like sandaime and asuma. Yeah, he's gonna rage.

Naruto: 20 (hampir 21 dalam 2 bulan kurasa)

Kakashi: 34

Obito: 31

Rin: 30

Minato: 40

Sensornya Naruto di sini bukan hanya bisa merasakan emosi negatif, tapi juga bisa merasakan emosi secara keseluruhan. Also wants to point out that Genma calls narto pake suffix -sama soalnya doi bodyguardnya hokage, which sometimes lend out to his son. Also, this naruto is a grown up, so he's more adult than usual. Anjay, susah banget nulis minato ama kushina, i don't know what they'll say.

Rinse and Repeat mungkin update... bulan depan, awokwokwokwk

Next Chapter: Everyone's gonna meremehkan narto and then narto throw sage release: lava rasenshuriken towards danzo's face. The rest is history