.Adrenaline.

Mau itu kau atau bukan. Dirimu tetaplah Park Jinyoung. Milikku, dan tidak bisa diganggu gugat oleh apapun! Ingat itu!.

-Mark Tuan-

Aku sudah bilang, kita putus! Kita sudah tidak pacaran lagi, tapi. Kenapa aku masih mencintaimu? Kau harus bertanggung jawab Mark Tuan!

-Park Jinyoung-

Jeju Island. South Korean.

Siapa yang tidak kenal Ir. Park Min Woo? Insinyur komputer yang tergolong masih muda ini, berhasil memenangkan beberapa penghargaan atas penemuannya yang bmenghebohkan dunia teknologi. Ia berhasil menciptakan alat – alat berbasic komputer, yang bisa membantu dunia komunikasi, terutama dalam hal mengirimkan sinyal secara cepat. Insinyur muda ini tinggal di Jeju bersama anak semata wayangnya yang ia miliki. Istrinya meninggal sejak melahirkan anak pertamanya, sejak itulah, Min Woo tidak pernah mempunyai pikiran untuk menikah lagi. Hidup bersama anak pertamanya sudah cukup. Ia sudah bahagia dengan itu semua.

Sekarang, Min Woo sedang membuat penemuan terbarunya yang ia beri nama Spazero-x5. Chip nan kecil itu nantinya akan ditanam kealat yang berwujud kacamata, nantinya, siapapun orang yang memakai kacamata itu, maka ia bisa mendeteksi bahkan memvisualisasikan sinyal – sinyal yang sedang bekerja ataupun radiasi radasi yang ada di sekitar kita. Min Woo berhasil membuatnya, dan kacamata itu sudah 90% jadi. 3 hari lagi, ia akan mepresentasikan jerih payahnya ini ke Prof. Tuan, bos, sekaligus sahabat baik Min Woo. Mereka sudah bersahabat selama kurang lebih 10 tahun, Prof. Tuan adalah seniornya dulu, yang membantu Min Woo meneruskan studynya ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk membalas kebaikan Prof Tuan, Minwoo selalu memberi dan mempresentasikan penemuannya ke Prof. Tuan, yang nantinya akan dijual di pasar teknologi bersama – sama.

Minwoo membereskan kacamata 90% jadi itu dan beranjak menuju kamar anaknya yang masih berusia 5 tahun. Ia tersenyum melihat anaknya masih menggeliat dikasur berwarna biru.

"Jinyoung – ah". Min Woo menggoyangkan tubuh kecil anaknya.

"Engghh.."

"Nyoung – ah! Ireona, hari ini kau harus sekolah."

Mendengar kata sekolah, bocah lelaki bangun dan mengerjapkan matanya imut,

"Ayo mandi, lalu sarapan... Appa memasakkan omurice lezat untukmu."

"Jinjja?"

Minwoo mengangguk, "Kapan appa membohongimu Nyoung – ah?"

"Baiklah aku akan mandi." Ujar Jinyoung sembari beranjak dari kasurnya dari kasur birunya.

CAR

Jinyoung sibuk mengutak – atik puzzle bergambar hewan dalam perjalanan sekolah, sesekali, ia mengerucutkan bibirnya karena bingung bagian mana yang harus ia taruh,

"Aisshhh... Menyebalkan." Gerutu Jinyoung.

Sang ayah tertawa kecil, ia mencubit pipi Jinyoung hingga pipi putih itu memerah,

"Appa!" Protes keluar dari mulut cherry itu,

"Wae?"

"Appa menyebalkan! Semua orang pasti mencubit Nyoung, saem, ajhumma orang tua temanku! Sekarang, appa yang mencubitku, appoyo." Mata bening itu berair. Ayolah! Jika kau dicubit hingga pipimu memerah, sakit bukan?

Ckiitt

Di lampu merah, MinWoo memeluk Jinyoung yang sebentar lagi mulai menangis,

"Aiguu.. Anak appa yang manis, uljima.. Appa akan menyelesaikan puzzlemu." Hibur Minwoo, ia mencoba menyelesaikan puzzle Jinyoung yang setengah jadi. Dalam waktu singkat, ia sudah bisa menyelesaikan puzzle itu.

"Sudahkan?" Minwoo mengecup dahi Jinyoung dan kembali menjalankan mobilnya,

"Gomawo appa.."

"Sama – sama Nyoung – ah"

Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di TK tempat Jinyoung sekolah, ternyata, seorang namja cilik yang berumur lebih tua 1 tahun dari Jinyoung sudah menunggu di depan gerbang. Wajah anak kecil tampan itu tampak bahagia melihat mobil yang dinaiki Jinyoung datang. Berbeda dengannya, Jinyoung justru cemberut.

"Lihat! Mark sudah menunggu dari tadi!" Goda Minwoo sembari membukakan pintu untuk Jinyoung. Jinyoung hanya menekuk wajahnya kesal,

"Annyeonghaseyo Park ajhussii.." Sapa bocah kecil tampan bernama Mark itu,

"Annyeong Mark! Kau sepertinya sudah lama menunggu uri Jinyoung?" Tebak Minwoo. Mark hanya terenyum, matanya menatap Jinyoung yang membuang pandangan.

"Baiklah, Jinyoung – ah.. Appa berangkat bekerja dulu, kau pulanglah dengan Mark, appa akan menjemputmu disana. Mark, jaga Jinyoung baik – baik ya?" Minwoo mengajak Mark ber High Five.

"Oke ajhussi!" Balas Mark.

Setelah mengecup Jinyoung, Minwoo kembali menjalankan mobilnya meninggalkan Jinyoung dan Mark. Setelah melihat mobil ayahnya pergi, Jinyoung berlalu begitu saja tanpa menghiraukan Mark,

"Ya! Tunggu aku! Aku kan sudah menunggumu dari tadi tahu!"

"Lagian, siapa yang menyuruh hyung menungguku?"

"Itu karena aku mencintaimu Jinyoungie." Jawab Mark asal.

"Yaakk! Appo..". Jinyoung memukul pelan perut Mark.

"Aku tidak mau pacaran.."

"Tapi, kau tetap pacarku.."

"Sirheo.. Nanti seperti di film film, kalau pacaran... Ada yang menangis, aku tidak mau menangis.." Jelas Jinyoung.

"Tapi, aku berjanji... Tidak akan membuatmu seperti di Film – film Nyoung – ah.."

Jinyoung menghentikan langkahnya.

"Benarkah?" Mata kucing Jinyoung menatap Mark penuh harap. Mark tersenyum lebar, ia mengacungkan jentiknya di depan Jinyoung.

"Tentu saja! Untuk princess Jinyoungku, aku bersedia melakukan apapun.."

Jinyoung tersenyum malu dan menyatukan jentiknya dengan Mark,

"Baiklah! Mulai sekarang, Park Jinyoung adalah pacar Mark Tuan. Dan aku berjanji, tidak akan membuat Jinyoung menangis seperti di film – film.."

Jinyoung dan Mark tertawa bersama.

Janji itu benar – benar akan ku jaga Park Jinyoung

_Mark Tuan_

Tepuk tangan riuh membahana di ruangan berukuran 20 x 20 itu. Park Min Woo berhasil membanggakan TT Corporation dengan penemuan barunya, kacamata Sp-X5, kacamata canggih yang bisa mendeteksi sinyal, dan memvisualisasikannya. Hebat bukan? Kacamata ini akan berharga bagi agen agen rahasia negara dan juga tentara, karena bisa mendeteksi berbagai macam jenis sinyal. Hebat bukan? Rencanya, produk kacamata ini akan diluncurkan perdana 2 bulan lagi. Waktu yang cukup singkat dibandingkan waktu peluncuran perdana penemuannya yang lain. Biasanya memakan waktu hingga 3 hingga 5 bulan. Setelah presentasi itu, Min Woo dan Prof Tuan duduk santai dengan kopi di taman gedung TT Corp sambil melihat kedua anak kecil bermain mobil mobilan. Anak itu adalah Mark dan Jinyoung. Mereka berdua terlihat menyayangi satu sama lain, terutama Mark yang sangat berhati – hati memperlakukan Jinyoung, terlihat jelas kalau Mark ingin melindungi Jinyoung sepenuh hati,

"Jinyoung memang sangat manis, pantas saja, Mark selalu merindukan Jinyoungnya." Ucap Prof. Tuan sembari meneguk secangkir kopi hangatnya. Min Woo tertawa,

"Begitu pula Jinyoung.. Setiap ia mendengar sekolah, ia sangat bersemangat... Karena ada Mark,"

Tawa renyah keluar dari mulut Prof. Tuan, ia senang anaknya menyayangi Jinyoung yang memang menurutnya sangat manis, ialah yang menyuruh Mark untuk membuat Jinyoung mencintainya. Dengan iming iming, Prof. Tuan akan menikahkan Mark dan Jinyoung ketika besar nanti. Itu sudah cukup membuat Mark senang dan menyayangi Jinyoung sepenuh hati.

Karena sudah hampir larut malam dan besok kedua bocah itu harus sekolah, Min Woo pamit untuk pulang kerumah,

"Mark... Ini sudah malam, Jinyoung pulang dulu ya?"

Mark mengernyitkan dahinya dan memeluk Jinyoung erat, seakan – akan tidak mau berpisah dengan Jinyoung,

"Andwae! Jinyoung bilang, dia mau menginap disini Ajhussi.."

Prof. Tuan mendekati Mark, kemudian memangku Mark dipahanya,

"Besok, kau kan bisa bertemu Jinyoung.." Hibur Prof. Tuan.

"Nde.. Malam ini, Jinyoung tidur dirumah ya? Kalau Jinyoung menginapnya besok saja, eottae?" Sahut Min Woo.

Mark menatap Jinyoung, mata bocah tampan itu mulai berair. Dengan cepat, Jinyoung meraih tangan Mark dan menggenggamnya, bagaikan sihir, setelah melihat senyum Jinyoung, Mark langsung mengusap air mata yang mulai jatuh di pipinya.

"Mark hyung..besok.. Nyoung berjanji akan menginap dan bermain dengan hyung disini, uljima.. Kan hyung berjanji tidak akan membuatku menangis, masa hyung sendiri yang menangis?" Ucap Jinyoung dengan polosnya. Mark tersenyum lebar, ia bahagia sekali melihat Jinyoung tersenyum manis.

"Nah.. Itu, kau juga harus berjanji pada ajhussi, agar menjaga Jinyoung, jangan sampai dia menangis ya? Ajhussi tidak pernah lo berbohong dan membuat menangis Jinyoung." Minwoo juga mencoba menghibur Mark.

"Geurae! Besok, Jinyoung pulang denganku yaa?"

Min Woo mengangguk.

"Anak pintar!"

"Ajhussi... Tunggu!"

Mark berlari mengejar Jinyoung dan Minwoo, tangan kecilnya menggenggam erat tangan Jinyoung,

"Minwoo ajhussi.. Bolehkah aku menikahi Jinyoung?"

Krikk

Krikk

Jinyoung membulatkan matanya, ia terkejut mendengar Mark mengucapkan kata 'pernikahan'. Sementara Minwoo tersenyum mendengar penuturan bocah cilik yang masih berusia 6 tahun itu.

"Dari mana kau tahu tentang menikah?"

"Dari appa.. terus.. Kata orang – orang, kalau kita sudah menikah, maka orang itu milik kita selamanya.." Jawab Mark, dan itu mengundang tawa dari Minwoo, ia melirik Jinyoung yang masih kebingungan,

"Bolehh.. Tapi, kalau kau sudah seperti ajhussii.. Tapi syaratnya,"

"Jangan pernah berbohong dan membuat Jinyoung menangis.."

"Daebak!"

"Baiklah... Jinyoung, beristirahatlah.. Besok, aku akan masuk sekolah." Jinyoung tersenyum manis danmengangguk, diikuti langkahnya memasuki mobil. Setelah masuk, Jinyoung melambaikan tangannya ke Mark dan Prof Tuan. Stelah melihat mobil Jinyoung menghilang dari gang rumah, Prof Tuan mengajak Mark untuk masuk rumah karena sudah larut malam.

Mobil hitam itu menyusuri jalanan jeju yang sepi dan gelap, ini sudah larut malam. Maklum kalau pulau yang terkenal karena keindahannya ini sudah sepi, selama perjalanan, Jinyoung hanya terdiam sambil memandang jalanan yang sepi. Rupanya, ia masih terngiang ciuman sekilas dari Mark ketika menunggu ayahnya presentasi tadi siang.

Barusan, BabySitter Mark membelikan Jinyoung dan Mark eskrim, Mark dibelikan rasa coklat dan Jinyoung stroberi. Kini, mereka berdua sedang menikmati eskrim di ayunan, walaupun ,masih berumur 6 tahun, tapi Mark sudah bisa memakan eskrim dengan cukup rapi, berbeda dengan Jinyoung yang masih sangat belepotan,

"Nyoung – ah, bibirmu belepotan," tunjuk Mark kebibir Jinyoung.

"Gwaenchana, aku bisa membersihkannya dengan ini." Jinyoung mengeluarkan sapu tangan dan mengelap asal daerah bibirnya. Masih ada bekas eskrim di pipi kirinya, tepat dekat dengan ujung bibir.

"Heiisshh... Kau tidak bersih membersihkannya Nyoung –ah!"

Tak disangka.

Chupp ~

Mark mengecup daerah pipi kiri Jinyoung yang masihterdapat cream stroberi eskrim tadi. Mungkin, 0.5 cm lagi bibir Mark bersentuhan dengan bibir Jinyoung. Mark mengecup pipi Jinyoung cukup lama, sementara Jinyoung hanya bisa diam sambil menggenggam erat stik eskrimnya tadi,

"Nahh... Sudah bersih... Rasa stroberinya enak." Ujar Mark setelah mencium Jinyoung yang masih mengelap pipinya.

"Hyung! Apa yang kau lakukan!"

"Oh.. Kalau orang pacaran, harus seperti itu. Tadi malam, aku melihatnya di TV.. Kau tidak melihat tayangannya tadi malam?" Jelas Mark.

Jinyoung menggeleng,"Tapi.."

"Minwoo ajhussi kan juga sering menciummu bukan? Itu karena dia sayang, sama sepertiku."

Mendengar itu, Jinyoung terhibur. Anak kecil mudah untuk percaya sesuatu bukan?

"Baiklah, kalau begitu.. Aku ingin bermain mobil mobilan Hyung.." Rengek Jinyoung. Reflek, Mark menggenggam tangan Jinyoung dan membawanya menuju taman.

"Nyoung – ah? Kau mengantuk?." Minwoo berani memfokuskan diri pada Jinyoung setelah mobil mereka masuk di jalan raya yang terang.

"Kalau appa menciumku, berarti, appa menyayangiku?"

Minwoo mengacak rambut hitam anaknya, lalu mengecup dahi Jinyoung.

"Ciuman itu, juga salah satu wujud kasih sayang dan cinta orang selain menyatakannya. Kalau kau sudah besar, kau akan mengerti Nyoung – ah.." Minwoo mencoba menjelaskan Jinyoung arti sebuah ciuman. Jinyoung hanya mengangguk,

"Keundae, appa... Aku ingin mencoba memakai kacamata itu." Tangan mungil Jinyoung menunjuk ke sebuah kotak bening di atas dashboard mobil. Itu adalah kacamata SP – X buatan Minwoo,

"Boleh.."

Minwoo membuka kotak bening itu dan memakaikan kacamata itu ke Jinyoung,

"Tekan ujung ini untuk mengaktifkan fungsinya, dan... Nah, coba katakan apa yang kau lihat!"

"Uwoaaahhh... Appa.. Berwarna – warni jalannya.." Jinyoung tak henti – hentinya memuji jalan raya yang sebenarnya hanya jalan kosong dengan penerangan berwarna putih. Yang Jinyoung adalah berbagai garis yang berwarna – warni. Garis itu merupakan visualisasi dari sinyal aktif. Pada malam hari, sinyal itu terlihat indah karena posisi malam yang gelap serti kuatnya kekuatan sinyal pada malam hari, membuat visualisasi sinyalnya menjadi begitu indah dan bagus.

"Coba Mark Hyung bisa memakainya." Entah kenapa Jinyoung tiba – tiba berkata seperti itu.

"Wae? Kau sangat menyukainya?" Goda Minwoo sembari menyetir.

"Mark hyung tampan kan appa?"

Minwoo tertawa kecil, "Tentu saja, kau juga manis Jinyoung – ah.."

"Lalu, bolehkan aku menikah dengan Mark hyung?" Mata Jinyoung mengerjap penuh harap.

"Tidak boleh..."

Senyum manis itu pudar mendengar jawaban dari sang ayah.

"Wae? Mark hyung bilang, ia mencintaiku... Aku juga menyukainya, kenapa tidak boleh appa?" Nada suara Jinyoung mulai bergetar,

"Omo... Kau tidak boleh menikah sekarang Nyoung – ah... Kalian boleh menikah, kalau Mark sudah seperti appa.. Bukankah begitu?"

"Jinjjayo?"

Jinyoung tersenyum lebar, Minwoopun ikut tersenyum melihat anak semata wayangnya yang bahagia, dalam hati, ia membatin.

' Aku tak peduli, siapa yang akan bersama Jinyoungku nantinya. Kalaupun itu Mark, kuharap dia menepati janjinya.. aku.."

"APPAAAA..."

"JINNYOUNG – AH!"

BLARR

BRAAK..

Dalam hitungan detik. Entah. Ini takdir. Atau hanya nasib yang berubah.