xxXxx
Eye Kingdom
Author:: Kim Jongmi.
Cast :: Super Junior Member and Other.
Rate :: T.
Genre:: Fantasy, Romance, Hurt/Comfort.
Warning :: Gender-switch, OOC, AU, and Typos. Minjem kekuatannya anak-anak EXO, hihi. Semoga sesuai sama yang diharapkan deh.
Disclaimer :: This story is mine. Casts in here were their own. And casts in here I'm just borrow their name. So you easily imagine the story. Don't bash the casts. Last, Kim Jongwoon aka Yesung is MINE.
xxXxx
Chapter 1
xxXxx
Seoul.
Sinar mentari pagi dihari ini terlihat malu-malu menyinari daratan kota sibuk bernama Seoul yang berada di Korea Selatan itu. Suara cicitan burung khas pagi hari membuat hati semakin teduh, mensyukuri nikmat Sang Pencipta yang masih menyetujui kita untuk tetap hidup. Oh.. masih ada yang belum mensyukuri kenikmatan pagi ini rupanya.
"KIM RYEOWOOK! Sekarang sudah jam berapa, hah?! Kalau tidak bangun juga, umma akan menyirammu dengan air selokan!"
Yeojya manis berambut hitam panjang itu masih setia dialam mimpinya. Bahkan air liur yang sudah tidak tertampung itu merembes keluar dari ujung bibir mungilnya, kebiasaan buruk. Badannya menggeliat pelan mendengar nyanyian merdu dari sang umma. Kim Ryeowook masih tertidur pulas.
Tanpa banyak omong, akhirnya pintu kamar Ryeowook terbuka dengan kencang dari luar. Membuat Ryeowook terbangun seketika karena kaget. Kalau saja Ryeowook menderita jantungan, ia mungkin tidak akan bertahan hidup.
"U-umma?" Gumamnya pelan sambil berusaha menutup matanya lagi.
"Kim Ryeowook! Cepat bangun! Umma yakin kau tidak ingin kena marah seonsaengnim! Sekarang hampir jam tujuh!"
Sontak mata Ryeowook terbuka dan mengubah posisinya menjadi duduk. Matanya terbelalak menatap yeojya yang sudah berkacak pinggang disana dengan kerutan kemarahan disetiap senti wajahnya. Apalagi dengan apron dan spatula ditangan kanannya, membuat Ryeowook bergidik ngeri.
"SUDAH JAM TUJUH?! KENAPA UMMA TIDAK MEMBANGUNKANKU DARITADI?!"
Ryeowook melompat turun dari tempat tidurnya dan langsung berlari ke kamar mandi. Yeojya dewasa itu hanya bisa geleng-geleng sambil keluar kamar putri sulungnya yang sifatnya kelewatan buruk. Layaknya kelelawar yang tidur disiang hari dan terjaga dimalam hari.
Lebih baik kita intip Ryeowook sekarang. Oh tidak, yeojya manis itu tidak sedang mandi. Ryeowook sedang menyikat giginya cepat sambil sesekali meringis karena sikat giginya terantuk gusinya. Air mata terlihat jelas diujung sana.
"Umma jahat…"
Setelah menggosok gigi, Ryeowook membasuh wajahnya beberapa kali dan mengeringkannya dengan handuk putih yang tersampir digantungan. Dengan cepat ia keluar kamar mandi dan mengganti piyama berwarna ungu yang dipakainya sejak semalam dengan seragam sekolah.
Diraihnya ransel cokelat miliknya dan dipakainya sambil berlari keluar kamar. Tanpa melirik ke dapur, yeojya itu melesat cepat kearah rak sepatu dan mencari sepatunya. Ia tidak peduli kalau saat ini perutnya bergejolak ingin diberi makan.
"Tidak sarapan lagi?"
Ryeowook menggeleng dan menghapus air matanya. Tanpa menoleh siapa yang bertanya, ia sudah tahu dan hafal benar dengan suara berat yang memenuhi rumahnya selain suara cempreng dari umma dan dirinya.
"Semuanya gara-gara umma."
Yeojya itu berlari lagi keluar rumahnya menuju sekolahnya yang jaraknya hanya sekitar dua blok dari rumahnya. Masa bodoh dengan kotak bekal masakan ummanya yang selalu ia banggakan, hari ini ia cukup menerima omelan dari ummanya.
Tanpa ia sadari, seekor kucing hitam hampir saja diinjaknya. Membuat Ryeowook hampir tersungkur dijalanan beraspal itu karena menghindar. Dengan wajah kesal Ryeowook menoleh pada kucing hitam itu.
"Jangan duduk ditengah jalan, kucing sialan. Kau bisa membuat orang celaka, tahu!"
Dengan wajah berlipat Ryeowook kembali melanjutkan acara larinya yang hampir ia lupakan kalau ia sudah telat. Mata Ryeowook menatap gerbang sekolahnya dengan penuh harap. Putus asa melihat gerbang yang sudah ditutup, Ryeowook mendesah. Sia-sia sudah pengorbanannya untuk berlari dengan perut kosong dan badan bau kasur. Namun otaknya yang memang tidak pintar itu cukup licik untuk mencari jalan masuk lain menuju sekolah elit itu.
Ryeowook berlari kecil menuju gerbang belakang sekolah yang tidak pernah ada penjaganya. Jadi dengan mudah ia memanjat dengan rok setengah betis dan safety-pants berwarna hitam yang memastikan kalau celana dalam berwarna ungu miliknya tidak akan terlihat siapapun.
Hap.
Sekali melompat turun, ia mendarat dengan indahnya diwilayah sekolahnya. SM High School. Dimana semua anak-anak berprestasi masuk kesekolah itu. Ryeowook bukan yeojya pintar apalagi rajin, namun otaknya cepat nyambung. Terkadang.
Dengan desahan berat, yeojya itu kembali berlari menuju lantai dua. Dimana kelasnya menunggu kedatangannya. Pagi ini dia disambut dengan keringat dan acara berlari, membuatnya makin memaki dalam hati.
Tok tok.
"Annyeong–"
"Terlambat lagi, Kim Ryeowook-sshi?"
Ucapannya terpotong oleh nada pedas dari Lee seonsaengnim, seonsaengnim yang mengajar Bahasa Inggris. Pelajaran yang paling Ryeowook tidak suka, sangat tidak suka. Karena ia sama sekali tidak mengerti apa itu verb, noun, dan kawan-kawannya.
"Jwisunghamnida, seonsaengnim.."
"Berdiri diluar kelas selama pelajaranku berlangsung. Ini hukuman ganda karena nilai ulanganmu yang tidak mencapai angka 3."
Ryeowook membulatkan matanya ketika Lee seonsaengnim memberikannya sebuah kertas dengan coretan nista miliknya dan angka 2,25 berwarna merah hasil karya Lee seonsaengnim. Dengan wajah ditekuk Ryeowook memasukan kertas ulangan hina itu kedalam tasnya dengan enggan.
Ryeowook berniat menaruh tasnya lebih dulu sebelum melakukan hukuman dari seonsaengnim galak itu. Tatapan matanya beradu pandang dengan seorang yeojya cantik yang duduknya tepat didepan bangkunya. Tapi yeojya cantik itu terlihat sombong karena langsung membuang muka.
"Bisakah lebih cepat sedikit, Kim Ryeowook-sshi?"
"N-ne.."
xxXxx
Dengan desahan pelan, Ryeowook menguncir rambutnya dengan model buntut kuda. Ryeowook mendekatkan sedotan pada bibirnya lalu menyesap air berwarna merah dingin itu sedikit demi sedikit. Yeojya mungil nan manis itu baru saja menyelesaikan makan siangnya.
Matanya yang cukup aktif itu tidak bisa hanya memandang satu objek, jadi daritadi mata berwarna cokelat madu itu bermain-main. Segalanya diperhatikannya sedetail mungkin. Dari namja tampan yang berseliweran atau sampah-sampah yang tergeletak dimeja kantin.
Namun iris cokelat madu itu mendapatkan pemandangan langka. Yeojya cantik dikelasnya yang menurutnya sombong itu sedang membaca buku tebal dengan kacamata yang bertengger dihidung mancungnya. Langka, karena baru kali ini yeojya itu terlihat dikantin.
"Ryeowook-ah? Waeyo?"
Alis Ryeowook menyatu. "Aku lupa nama yeojya yang sekelas dengan kita itu, Key-ah."
Yeojya cantik bermata tajam bak kucing itu melirik objek yang dimaksud Ryeowook. "Ah.. itu Kim Kibum. Lumayan cantik namun pendiam yang otaknya luar biasa encer, agak kuper setahuku. Kibum juga jarang masuk ketika Musim Panas kemarin. Dia hanya masuk jika udara tidak terlalu menyengat."
"Loh? Kok bisa? Memang dia itu alergi matahari?"
Key alias Kim Kibum -dia tidak mau dipanggil Kibum karena namanya sama dengan yeojya pendiam itu- mengangkat bahunya, tanda tak tahu. "Nado mollaseoyo, Ryeowook-ah."
Ryeowook masih setia memperhatikan yeojya pendiam itu dengan seksama. Akhirnya ia bisa membaca sederet judul dari buku yang sedang dibaca oleh Kim Kibum itu walau dengan susah payah, Sherlock Holmes. Ryeowook memutar bola matanya saat mengetahui judul buku karya Conan Doyle itu sebal.
"Seencer apa otaknya?" Cibir Ryeowook kesal.
"Ya! Yang jelas otaknya itu jauh lebih pintar darimu! Appanya itu ilmuwan, sedangkan ummanya itu dokter dirumah sakit terbaik di Korea Selatan. Perbedaan otaknya dengan otakmu itu bagai siang dan malam. Tak ada persamaan sama sekali."
Ryeowook menatap Key kesal. "Apa kau tidak bisa memperbaiki setiap kata yang kau ucapkan tadi? Rasanya menyakitkan loh, Kim Kibum…"
Kali ini Key menoyor kepala Ryeowook. "Jangan panggil aku Kim Kibum. Sepersekian detik aku merasa kuper karena dipanggil nama itu."
"Akui saja kalau kau itu memiliki nama yang sama dengan yeojya itu.." Goda Ryeowook.
"Ya! Kim Ryeowook!"
xxXxx
Langit malam yang berwarna hitam gelap sekarang diterangi bulan penuh yang begitu terang. Kamar dengan wallpaper siluet jerapah dan warna dasar ungu itu terlihat remang-remang. Yeojya mungil yang masih lengkap dengan seragam sekolah itu masih tertidur pulas sejak jam setengah empat tadi.
Seekor kucing berwarna hitam memasuki kamar milik Ryeowook itu dengan mudahnya lewat jendela yang terbuka lebar dengan gorden ungu pucat yang melambai-lambai. Kucing hitam itu naik ke tempat tidur Ryeowook dan duduk manis disamping tubuh Ryeowook.
"Bangun."
Ajaibnya, kucing hitam itu berbisik dengan nada menyuruh pada Ryeowook masih tertidur itu. Ryeowook perlahan membuka matanya dan mengerjapkannya beberapa kali. Sontak Ryeowook melompat kebelakang sampai terantuk kepala ranjang karena kaget tiba-tiba ada kucing hitam total dengan mata berwarna abu-abu ditempat tidurnya.
"Uwaaa! Ada kucing, umma! Eh tunggu, ini kucing yang tadi pagi hampir kutabrak bukan?!"
Kucing itu mendesah. "Jangan berteriak, babo."
Ryeowook melotot dan menutup mulutnya yang terbuka lebar itu dengan kedua telapak tangannya. "UWAAA! ADA KUCING BISA NGOMONG!"
"Kalau sekali lagi kau teriak, aku bisa yakinkan kau mati," Bisik kucing hitam itu tegas. Membuat Ryeowook terdiam masih dengan mata melotot. "Bagus, jangan berteriak lagi. Teriakanmu itu bisa membuat tuli tahu?"
Ryeowook masih terdiam. Perlahan tangannya yang menutupi mulutnya itu terlepas dan menepuk kedua pipinya sendiri. Sakit, yang ia rasakan. Ryeowook hanya tidak percaya kalau ini bukan mimpi. Namun setelah menepuk pipinya dia makin ketakutan.
"Kau.. kucing jadi-jadian ya? K-kenapa kau bisa bicara? Lalu suaramu itu suara wanita. Kau.. kucing betina?" Tanya Ryeowook akhirnya.
"Aku ini kucing dari Lunar, namaku Taemin. Dan aku ini yeojya asli dan berwujud sama sepertimu, hanya saja aku tidak bisa seenak jidat berubah menjadi bentuk manusia. Hatiku yang mengaturku sebagai wujud kucing. Aku berubah menjadi bentuk manusia jika perlu saja. Aku tidak begitu suka."
Ryeowook makin mengerutkan keningnya. "Jadi kau dikutuk? Kau kucing darimana? Alien?!"
Kucing hitam bernama Taemin itu menggeleng. "Aku ini kucing kerajaan, Kerajaan Lunar yang berada di Eye Kingdom. Kerajaan Lunar baru saja hancur karena Puteri Lunar kami menghilang beberapa tahun silam. Aku harus mencari Puteri Lunar di Bumi. Dan kurasa kau cocok untuk membantuku mencari Puteri Lunar disini."
"Ratu Lunar berada di Bumi? Tepatnya di Seoul?"
"Aku tidak tahu apa-apa. Aku hanya dikirim kesini karena ditugaskan mencari Puteri Lunar, Kim Ryeowook-sshi. Karena hanya tempat ini yang memiliki bahasa yang sama dengan yang kami pakai di Lunar sehari-hari. Karena itu kami yakin Puteri Lunar ada disini." Jelasnya lagi.
Ryeowook makin mengerutkan keningnya. "Kenapa aku yang kau pilih?"
"Karena kau memiliki kekuatan."
Sontak Ryeowook tertawa terbahak-bahak. Setetes air matanya menetes dari ujung matanya karena saking geli tertawa. Tangannya memegangi perut ratanya yang terasa nyeri karena tertawa terlalu berlebihan.
"Neo micheoseo? Aku itu tidak punya kekuatan apa-apa, Taemin-sshi. Aku hanya manusia biasa yang hidupnya serba spontanitas dan tak terkira. Dan ini yang terbaru. Didatangi seekor kucing ajaib, diminta untuk mencari seorang puteri, lalu diberitahu aku punya kekuatan. I-ini konyol dan bodoh tentunya."
"Aku tahu kau pasti tidak akan percaya padaku, tapi yang kukatakan semuanya itu kenyataannya. Kau boleh menganggap aku tidak nyata. Namun berjanji padaku untuk tidak kaget ketika kau mengetahui kekuatanmu yang sesungguhnya," Raut wajah kucing hitam itu berubah. "Aku yakin kau ini salah satu dari kelima pengawal."
Ryeowook kali ini melongo. "Maksudmu, aku ini pengawal Puteri Lunar?"
Taemin mengangkat bahunya. "Akupun tidak yakin. Tetapi ketika kulihat kau berlari tadi pagi, aku melihat kekuatan mengelilingimu. Kelima pengawal Puteri Lunar juga menghilang secara misterius beberapa hari Puteri Lunar menghilang. Sebelum mencari Puteri Lunar, aku harus mencari kelima pengawal itu."
"Aku tidak mempunyai kenangan tentang Lunar, atau menjadi pengawal seorang puteri."
"Ingatan di Lunar tidak akan ada yang ingat sekalipun kau dulunya Puteri Lunar atau hanya pengawalnya. Hukum Lunar pasti sudah menghapusnya sejak pertama kali kau dilahirkan di Bumi. Paling tidak kau mempunyai ingatan setelah bertemu dengan Puteri Lunar nanti." Jelas Taemin, sang kucing.
"Jadi aku harus membantumu menemukan keempat pengawal lain lalu mencari Puteri Lunar?"
Kucing itu mengangguk. "Akhirnya kau mengerti. Semua pengawal Puteri Lunar itu yeojya dan mempunyai kekuatan elemen dasar. Tanah, Air, Angin, Salju, dan Api. Sedangkan Puteri Lunar memegang elemen Cahaya yang berwarna putih."
Ryeowook menghela nafasnya. "Jadi aku memiliki kekuatan elemen dasar? Memang ada kekuatan lainnya yang bukan dasar?"
"Ada, namun bukan di Lunar. Kekuatan elemen lainnya berada di Artemis, negeri kehancuran karena memiliki kekuatan yang bermacam-macam. Seperti Teleportasi dan sebagainya. Aku akan menjelaskannya lebih lanjut nanti, ketika kau mau ikut membantuku mencari Puteri Lunar."
Ryeowook memutar otaknya, memikirkan kekurangan dan kelebihan dari cerita kucing hitam ajaib yang bisa bicara itu. Yeojya itu masih bingung karena tiba-tiba dihadapi dengan sesuatu yang benar-benar diluar logika. Otaknya dipenuhi dengan kata Lunar sekarang.
"Jadi.. kau mau membantuku?" Tanya kucing itu lagi.
Yeojya mungil itu masih terdiam dan berpikir matang-matang. Sampai akhirnya ia menatap mata abu-abu kucing itu tajam. "Mungkin aku masih butuh berpikir, Taemin-sshi. Apalagi resiko yang harus kutanggung. Dan urusan kekuatan itu.."
"Gwaenchana, kau boleh berpikir lebih dulu. Aku yakin sebentar lagi kau akan mencariku karena kekuatanmu yang mulai menekanmu. Aku akan kembali lagi tiga hari mendatang."
Kucing hitam itu melompat lagi keluar jendela kamar Ryeowook yang masih terbuka. Meninggalkan Ryeowook yang otaknya masih dipenuhi dengan segudang tanda tanya. Kucing itu benar, sekarang perasaan aneh sedang menekannya. Nyeri..
xxXxx
Ryeowook menyantap roti panggang berbentuk segitiga dengan isi cokelat itu malas. Pagi ini ia terbangun karena mimpi buruk yang aneh, sangat aneh. Sampai-sampai Ryeowook terbangun dengan penuh keringat jam lima pagi tadi.
"Waeyo?"
Ryeowook menggeleng dan mengigit rotinya lagi. Malas bicara dengan namja paruh baya yang sudah rapi dengan kemeja hijau toska dan jas hitam yang sudah tersampir dibahunya. Ryeowook menelan rotinya dengan susah payah.
Sebuah punggung tangan mampir dikening yeojya mungil itu lalu turun ke pipi dan lehernya. "Tidak hangat, namun kau agak pucat."
"Aniya, gwaenchana."
Ryeowook menghabiskan susu cokelatnya dan meraih ranselnya. Langkahnya kecil-kecil dan diseret ketika ia ingin memakai sepatunya. Tuan dan Nyonya Kim hanya berpandangan singkat, seperti telepati. Nyonya Kim mengangkat bahunya acuh lalu membereskan piring dan gelas kotor.
"Aku berangkat.."
Yeojya mungil itu berjalan keluar rumahnya menuju SM High School dengan gontai. Otaknya tidak bisa berpikir jernih saat ini. bahkan ia baru sadar kalau dia berangkat terlalu pagi kesekolah ketika melirik jam tangan berwarna ungu tua ditangan kirinya.
Matanya melihat seorang yeojya dengan kulit seputih susu yang sedang bersandar layaknya orang sakit ditembok sebuah rumah besar. Ryeowook menghampiri yeojya itu ragu-ragu, penasaran namun takut. Tapi setelah agak dekat, Ryeowook bisa melihat jelas siapa yeojya itu.
"K-Kim Kibum?"
Yeojya itu mendongak dan memperlihatkan wajah kesakitan pada Ryeowook. Dengan kaget Ryeowook melotot melihat pemandangan mengerikan didepannya. Wajah Kibum basah akan keringat, wajahnya memerah, dengan mata sayu.
"Ryeo.. wook-sshi…"
Ryeowook menopang tubuh Kibum yang hampir saja terjatuh karena oleng. Tidak sengaja tangan Ryeowook mengenai tangan Kibum, lagi-lagi Ryeowook kaget. "Kau dingin sekali! D-dimana rumahmu? A-aku akan mengantarmu kerumahmu."
"A-apartemen.. hhh.. Seoul City. La-lantai 12.. 1212…"
Yeojya mungil itu mengangguk dan berusaha menyetop taksi yang lewat. Setelah salah satu taksi akhirnya berhenti, Ryeowook membantu Kibum untuk masuk kedalam taksi lalu memberitahu sang supir taksi untuk menuju ke gedung apartemen yang tadi diberitahu Kibum.
Karena jaraknya yang tidak terlalu jauh, Ryeowook pun tidak begitu banyak mengeluarkan uang untuk taksinya. Dengan sigap Ryeowook kembali membopong tubuh Kibum untuk masuk kedalam gedung tinggi menjulang itu.
"K-Kibum-sshi!"
Seorang petugas membantu membopong Kibum dan mengantar yeojya itu sampai kedepan pintu masuk apartemennya. Setelah Kibum membuka password apartemennya, petugas itu kembali membawa Kibum masuk. Ryeowook hanya bisa tertegun melihat betapa kuatnya petugas itu menggendong Kibum dengan gaya ala pengantin.
"Apa perlu kupanggilkan dokter?" Tanya Ryeowook panik.
Kibum menggeleng lemah. "A-aku baik-baik saja.. hhh.. b-bisa kau nyalakan pendingin ruangannya. A-aku kepanasan."
Ryeowook mengerutkan keningnya bingung. "Suhu tubuhmu itu dingin sekali loh. Masa mau tambah dingin karena pendingin ruangan?"
"Jebal.. a-aku kepanasan."
Lagi-lagi dengan ragu akhirnya Ryeowook menyalakan pendingin ruangan itu. Setelah agak dingin, barulah Kibum mulai terkumpul lagi energinya. Masa bodoh sekolah asal yeojya pendiam itu sehat, batin Ryeowook. Lagipula percuma ia sekolah hari ini, otaknya sedang berantakan.
"Kau.. membolos?" Tanya Kibum dengan suara agak serak dan pelan.
"Kalau aku tidak menemukanmu hampir pingsan dijalan tadi aku pasti sedang berusaha konsentrasi mendengarkan ocehan bahasa alien dari Lee seonsaengnim."
Senyum Kibum terlihat, meskipun tipis. "Kau lucu."
Ryeowook masih terdiam, agak terpana dengan senyum maut milik Kim Kibum yang tidak pernah ia lihat. Yang Ryeowook tahu Kibum itu sombong dan pendiam, dia tidak tahu kalau Kibum punya senyum semenawan itu. Saat ini Ryeowook layaknya fanboy yang melihat senyum biasnya.
Tiba-tiba wajah Kibum kembali memerah, entah karena apa. Senyum diwajahnya juga diganti dengan raut wajah malu. "J-jangan menatapku seperti itu.."
Ryeowook akhirnya sadar dari acara terpananya. "E-eh? Wae? Waeyo?"
"A-aku risih."
Ryeowook yang otaknya agak lama mengolah itu akhirnya tertawa kecil. "Kau malu ya? Astaga, banyak yang kupelajari dari dirimu. Pertama kau itu yeojya bersuhu rendah, yang kedua kau itu luar biasa pemalu."
"Yah… sebagian orang berpikir kalau aku itu sombong, tapi aslinya aku ini benar-benar canggung jika diperhatikan sebegitunya. Jujur saja aku memang pemalu, Kim Ryeowook."
Ryeowook tersenyum. "Gwaenchana, aku mengerti sekarang. Tadinya kupikir kau memang sombong. Mianhae… aku sudah menilaimu dari luarnya saja."
Kibum mengangguk dan tersenyum lagi. "Cheonmaneyo, aku yakin ada alasannya kau berpikir aku sombong. Jadi kalau kelakuanku agak terlihat menyebalkan, mianhae."
"Kalau begitu saling kita harus memaafkan sekarang," Ryeowook masih terpana melihat senyum Kibum yang menurutnya sangat mengagumkan. "Namun kau harus tahu kalau wajahmu itu luar biasa cantik jika tersenyum. Jinjja!"
"Kim Ryeowook!"
xxXxx
"Jadi.. kau jenius, eh?"
Kibum hanya bisa menggeleng dan lagi-lagi wajahnya bersemu merah. "Aniya, aku belum jenius. Mungkin IQ-ku itu 200 tetapi sampai sekarang aku tidak tahu apa yang terjadi dengan tubuhku."
Salah satu alis Ryeowook terangkat. "Maksudmu? Perubahan seperti remaja pada umumnya?"
Kali ini Kibum tertawa geli dan menaruh garpunya sembarangan. Jika saja dia sedang mengunyah, pasti sudah tersembur keluar lagi. "Bukan itu, Ryeowook-ah. Maksudku itu tentang perubahan yang terjadi pada tubuhku ketika udara panas atau matahari terlalu terik. Pasti aku kehilangan seluruh energiku."
"Layaknya terserap?"
"Matjeo! Apa kau juga begitu disaat-saat tertentu?" Tanya Kibum excited, namun kembali tenang ketika Ryeowook menggeleng. "Aku sudah membaca beberapa artikel diinternet, namun tak ada jawaban yang memuaskan. Aku harus melakukan penelitian."
"Penelitian? Maksudnya kau mengambil sampel darahmu dan memasukannya kedalam tabung lalu kau masukan beberapa cairan berwarna-warni setelah itu–"
"Aniya, bukan seperti itu maksudku," Potong Kibum sebelum Ryeowook berpikir lebih jauh kearah yang tidak-tidak. "Aku harus mencari beberapa informan atau narasumber apa mereka pernah mengalami hal yang sama sepertiku."
"Nanti kau dikira gila jika bertanya macam-macam pada orang yang tidak kau kenal, Kim Kibum."
Kibum menggeleng yakin. "Aku bisa bilang ke mereka kalau aku ini melakukan penelitian, pasti mereka mengerti kok."
Ryeowook mendesah. "Keuraeseo, semuanya terserah padamu. Aku sedang tidak ingin berpikir saat ini, jadi jangan tanya macam-macam."
"Waeyo? Kau ada masalah? Cerita saja. Aku ini penjaga rahasia terbaik kata ummaku, jeongmaliyo."
Ryeowook terkekeh. "Entahlah, aku tidak yakin ingin bercerita tentang hal seperti ini. Yah pribadi sih bukan tetapi berhubungan dengan logika. Orang-orang jenius sepertimu itu jarang sekali ada yang setuju dengan logika, bukan?"
Lagipula aku takut kau berpikiran kalau aku ini pembohong karena cerita didatangi kucing yang bisa bicara, batin Ryeowook. Saat ini otak dan hati Ryeowook pun berperang, bingung mau cerita pada yeojya yang baru dikenalnya ini atau tidak. Hati berkata ya, namun otak menolak mentah-mentah.
"Kalau masih bisa masuk logika dan hitungannya pas, aku yakin masih bisa diterima." Jawab Kibum sekenanya. Ryeowook hanya bisa mengangkat bahunya.
"Entahlah, mungkin suatu saat nanti aku akan cerita. Tapi tidak sekarang."
xxXxx
Setelah hampir setengah empat sore, Ryeowook akhirnya pulang dari rumah Kibum. Satu hari entah sudah berapa kebaikan yang ia perbuat pada yeojya cantik itu. Membawanya kerumah, memasak bubur untuk yeojya itu, dan menemani Kibum sampai yeojya itu sembuh.
Dalam satu hari juga, ia mendapatkan seorang teman.
Pesan singkat diponselnya dari Key juga sudah dibalas daritadi. Yeojya bermata seperti mata kucing itu khawatir kenapa sahabatnya tidak masuk, takut sakit. Namun setelah cerita apa yang terjadi akhirnya Key mengerti dan menitip salam untuk Kibum.
Langkah Ryeowook terhenti tiba-tiba ketika melihat kucing hitam yang duduk manis tak jauh dari posisinya sekarang ini. Mata abu-abu kucing itu meyakinkan Ryeowook kalau itu adalah kucing yang sama, kucing yang mendatanginya malam itu.
Seolah mengajak, kucing bernama Taemin itu melangkah anggun kedalam sebuah taman untuk anak-anak. Ryeowook mengikuti kucing itu yang sedang melompat keatas permainan anak-anak lalu duduk manis lagi. Yeojya mungil itu berdiri menghadap sang kucing hitam.
"Kau sudah mendapatkan jawabannya?" Tanya kucing itu pelan.
Takut-takut, Ryeowook menggeleng pelan. Seolah kucing hitam itu akan menerkamnya jika ia menolak ajakan untuk mencari sang Puteri. "Belum, aku masih ragu."
Taemin mendesah. "Bisakah kau berpikir lebih cepat? Aku ini kehabisan waktu."
"Keuraeseo, aku akan membantumu mencari Puteri Lunar."
xxXxx
"Taeminnie, ini susumu."
Kucing hitam itu berlari kecil menghampiri Nyonya Kim yang menaruh semangkuk susu cokelat didekat pintu kamar utama dirumah itu. Ryeowook hanya bisa mendengus melihat kucing manja yang melingkar-lingkar dikaki ummanya. Ummanya sangat senang melihat ada peliharaan baru dirumah.
"Bukannya kau tidak begitu suka binatang berbulu lembut begitu?" Tuan Kim duduk disebelah Ryeowook sambil mencari acara ditv yang menurutnya menarik.
Ryeowook memainkan ponsel ungunya. "Aku kasihan melihat kucing itu dijalan, appa. Ya sudah akhirnya aku bawa saja kerumah."
"Appa tidak tahu kalau kau penyayang binatang juga seperti ummamu."
Ingin rasanya Ryeowook berdecih mendengar kalimat terakhir appanya itu. Ryeowook tidak pernah suka binatang kecuali anjing yang berukuran kecil seperti sebesar boneka beruang ukuran sedang. Melihat kucing saja malas rasanya.
Taemin melompat naik ke perut Ryeowook, membuat yeojya mungil itu jengah dan akhirnya membawa kucing itu naik ke kamarnya dilantai dua. Ryeowook melompat naik ke tempat tidurnya sambil menguap lebar. Maklum, sudah hampir jam sepuluh malam.
"Ummamu baik ya, seperti appamu juga."
"Hm.. beruntunglah kau tinggal dirumahku karena semuanya menyayangimu," Jawab Ryeowook dengan penuh rasa iri. "Lalu aku harus mulai mencari bagaimana?"
Taemin menaiki tempat tidur Ryeowook dan merebahkan dirinya disana. "Belum saatnya."
Ryeowook beradu pandang dengan mata abu-abu Taemin. "Mwo? Katamu kau kehabisan waktu!"
"Aku harus mengetesmu dulu dan memastikan kau ini memiliki kekuatan. Aku akan memulihkan ingatanmu akan Lunar selagi aku mencari beberapa pengawal lainnya."
"Dengan cara? Katamu aku sudah tidak bisa mengingat memoriku di Lunar? Eh tunggu.. berarti dulunya aku ini juga penduduk Lunar?"
Taemin mengangguk. "Eung, meskipun kau bukan siapa-siapa di Kerajaan Lunar namun kau tetap penduduk sana. Karena kau memiliki aura abu-abu khas Lunar."
"Kau bisa membaca mana orang yang pernah tinggal di Lunar atau bukan? Berarti ini memudahkanmu untuk mencari keempat pengawal lainnya, bukan?"
"Ne, itu memudahkanku. Namun aku belum sempurna, Ryeowook-ah. Ketika aku dites nilaiku belum sempurna karena keliru pada manusia terakhir. Aku melihat auranya terlalu bersih, jadi kupikir manusia Bumi. Tahunya penduduk Artemis," Cerita Taemin. "Padahal penduduk Artemis memiliki aura gelap."
"Kok bisa?"
"Namja yang waktu itu aku tes ternyata buangan dari Lunar yang beraura kelabu. Setelah dibuang ke Artemis, auranya mulai jernih. Aku juga tak yakin kenapa, namun aku masih bisa mengingat jelas bagaimana wajah dan cirri-ciri fisiknya." Jelas Taemin lagi.
"Tampan?"
Taemin mengangguk. "Eung, matanya berbentuk bulan sabit begitu tipis. Dengan hidung mancung dan bibir pucat. Rambutnya kehitaman membuat kontras dengan kulit pucatnya."
"Kenapa dia bisa dibuang ke Artemis? Apa dia melakukan hal buruk?" Tanya Ryeowook penasaran, rasa iba menyelimutinya.
"Namja itu membunuh Raja dan Ratu Lunar."
xxXxx
Ryeowook sibuk mencatat beberapa kalimat tambahan dibawah angka-angka dipapan tulis itu. Pelajaran matematika menjadi begitu singkat karena ada perkenalan dua murid baru yang fisiknya terlihat aneh. Yang satu yeojya berambut panjang berwarna pirang dengan wajah imut, dan satu lagi namja berambut hitam potongan rapi dengan wajah tampan.
Apa yang aneh? Yang aneh, kedua orang itu memiliki kulit hampir transparan. Sangat putih. Seram melihatnya.
"Baiklah, bel tanda istirahat sebentar lagi berbunyi. Jangan keluar sebelum bel," Park seonsaengnim membereskan buku-buku tebalnya. "Selamat beristirahat."
Ryeowook menutup bukunya dan menaruhnya dikolong mejanya. Yeojya mungil itu melipat tangannya dan membiarkan kepalanya bertumpu disana, menghadap kearah pintu masuk kelas. Tatapan matanya sekilas beradu dengan sang namja baru disini. Namun buru-buru Ryeowook mengalihkannya.
"Ryeowook-ah?"
Kepala Ryeowook menoleh dan mendapati Kim Kibum -yeojya pendiam- sedang tersenyum kearahnya. Mau tak mau Ryeowook mengangkat kepalanya dan memutar tubuhnya, menghadap Kibum. Kibum menyodorkansebuah kotak kecil pada yeojya itu.
"Kemarin appaku pulang dari Jerman dan membawakan permen jelly lezat yang membuat ketagihan. Aku membawanya untukmu dan untuk Key."
Ryeowook menerima kotak itu dan tersenyum manis. "Gomawoyo, Kibum-ah. Satu kotak berdua kan?"
Kibum menggeleng. "Yang punya Key sudah kuberikan padanya dan Key langsung menaruhnya ditas. Takut Jinki meminta permen itu padanya."
Ryeowook tersenyum miris. "Ha ha, Lee Jinki itu memang pengganggu. Sekali lagi terimakasih."
"Cheonmaneyo. Lagipula kita kan teman sekarang, kata umma aku harus berbagi dengan teman terbaikku," Ujar Kibum malu dengan wajah memerah. "Oh, iya. Apa kita harus berkenalan dengan yeojya murid baru itu?"
Ryeowook melirik kearah yang Kibum maksud, yeojya bernama Lee Sungmin itu sedang bermain sesuatu diponselnya. Entah, sepertinya menarik. Lihat saja Lee Sungmin yang menatap ponselnya dengan mata yang tidak berkedip dan sesekali meringis kesal namun setelah itu tersenyum menang.
"Mungkin nanti saja ketika dia sedang tidak sibuk."
Jari telunjuk dan ibu jari milik Ryeowook masuk kedalam kotak kecil itu, mengambil satu permen jelly berwarna merah kenyal lalu memasukannya kedalam mulutnya. Kibum hanya menatap Ryeowook penuh harap menunggu respon yeojya mungil nan manis itu.
"Masshiseoyo." Ujar Ryeowook dengan ibu jari terangkat.
Kibum tersenyum senang. "Ah.. syukurlah. Ryeowook-ah, kau suka berenang? Sore ini anak-anak klub renang tidak memakai kolam renang ruangan kok. Kita bisa berenang disana."
"Jinjja? Keurae!"
xxXxx
Kibum berjalan beriringan dengan Ryeowook menuju ke kolam renang yang berada digedung paling ujung sekolah ini. Biasanya kolam renang ini dipakai anak-anak klub renang, namun sepertinya hari ini sedang tidak dipakai. Lagipula anak-anak SM High School sudah menyiapkan jika sewaktu-waktu mereka harus mengambil nilai renang, jadi siap-siap membawa baju dalam.
"Kau bisa berenang?" Tanya Ryeowook selagi mengganti baju seragamnya dengan baju renang ketat berwarna hitam.
Kibum hanya tersenyum. "Yah, sedikit sih. Aku lebih suka main air dibanding harus menyebrang dari ujung ke ujung."
Ryeowook terkekeh, Kibum agak memiliki kesamaan dengannya. Sekarang dia mengerti apa yang dikatakan Key itu tidak benar jika ia tidak memiliki persamaan apapun dengan Kibum layaknya siang dan malam. Sekarang buktinya mereka sama-sama suka main air.
Setelah berganti baju, keduanya berjalan berdampingan menuju kolam renang. Ternyata ada orang lain yang sedang berenang disana dengan baju renang yang sama dengan yang mereka pakai. Seorang yeojya dengan rambut cokelat bergelombang.
Ryeowook dan Kibum hanya bisa menonton pergerakan luar biasa dari yeojya yang sedang berenang itu. Seolah air yang mengikuti yeojya itu. Gerakannya seperti Ariel dikartun yang dulu pernah Ryeowook tonton. Indah, walaupun baju yang dipakainya tidak sama dengan baju yang dipakai Ariel.
"Keren.." Puji Ryeowook pelan, sedangkan Kibum masih sibuk memperhatikan gerak lihai yeojya itu.
Setelah cukup lama, akhirnya yeojya itu keluar dari kolam renang dan agak terkejut melihat dua yeojya yang masih belum basah memperhatikannya. Yeojya itu mengelap wajahnya dan tersenyum, memunculkan gummy-smile yang manis pada Ryeowook dan Kibum.
"Kalian ingin memakai kolam renangnya? Uhm.. aku sudah selesai kok," Jelas yeojya manis dengan senyum indahnya. "Naneun Lee Hyukjae dari kelas 2B, bangaseubnida."
"A-aku Kim Ryeowook dan ini Kim Kibum dari kelas 2A, bangapseubnida." Ujar Ryeowook dengan senyum yang tak kalah manis, sedangkan Kibum hanya membungkuk kikuk.
"Kalau begitu aku duluan, ne?"
Yeojya bernama Lee Hyukjae itu tersenyum lagi ketika berpapasan dengan duo Kim yang masih bingung. Hyukjae hanya anggota klub renang, kenapa Kibum dan Ryeowook seakan melihat Dewi Aphrodite? Keduanya bertatapan.
"Cantik.." Ujar keduanya bersamaan.
"Aku belum pernah melihatnya selama dua tahun bersekolah disini." Ujar Ryeowook bingung sambil memasukan kakinya kedalam air.
Kibum turun dan membasahi tubuhnya sebatas payudaranya. "Aku hafal betul dengan wajah anak-anak klub renang. Apa dia itu anak baru seperti Lee Sungmin?"
"Tak tahu lah, ayo kita berenang."
Ryeowook menceburkan dirinya kedalam air dikolam renang dan mulai menggerakan tubuhnya menuju keujung bagian kolam. Kulitnya merasakan kalau air semakin dingin, seperti air disaat Musim Dingin. Padahal sekarang kan masih Musim Semi.
"Kenapa airnya semakin terasa dingin, ya?" Gumam Ryeowook ketika mengeluarkan kepalanya dari dalam air.
"Dingin? Jinjjayo? Aku tidak merasakan apa-apa. Malah dadaku sesak."
Ryeowook mengangguk. "Jinjja, dingin sekali seperti air disaat Musim Dingin. Aish jeongmal, Kibum-ah."
"Ta-tapi aku tidak merasakan apa-apa. Mungkin kulitku ini agak aneh jadi tidak begitu merasa kedinginan, apa kau mau berhenti berenang?" Tanya Kibum khawatir.
Gelengan keras Kibum terima dari Ryeowook. Yeojya mungil itu kembali melanjutkan gerakan tubuhnya. Tapi tiba-tiba tubuhnya tidak bisa digerakan dan terasa nyeri semua. Tubuhnya kram. Ingin sekali ia keluar dari kolam renang, tapi tubuhnya sulit digerakan.
"A-ah! A-aku.. uhh.. kram.."
"J-jinjja?! Sebentar aku akan membantumu," Kibum berenang menghampiri Ryeowook dan mencoba membantu Ryeowook untuk keluar dari sana. "Sulit, Ryeowook-ah."
Yeojya mungil itu mulai terisak kesakitan. Otak Kibum langsung bekerja cepat dan semakin membawa tubuh Ryeowook ke tepi. Lee Hyukjae, yang melihat ada kejanggalan disana langsung panik. Tatapan matanya menajam kearah air yang mengelilingi Kibum dan Ryeowook. Air itu mendorong Kibum dan Ryeowook keluar dari kolam renang dengan lompatan rendah. Membuat keduanya kaget karena ada kekuatan aneh yang mendorong tubuh mereka keluar kolam renang.
"Gwaenchana?!"
Ryeowook dan Kibum menoleh kearah yeojya yang belum mengganti bajunya itu. Yang aneh, mata Hyukjae berubah menjadi berwarna kelabu kebiruan. Membuat Ryeowook dan Kibum terdiam kebingungan, apalagi Ryeowook yang merasakan ada yang aneh.
"A-apa kau memakai softlens?"
Hyukjae menggeleng bingung. "A-apa warna mataku berubah?"
Kibum mengangguk. "Abu-abu dengan warna biru, entah aku tidak bisa melihat warnanya karena terlalu kecil objeknya. Ta-tadi kau yang mengatur air supaya mendorong kami keluar? K-kenapa bisa–"
"Kau pengawal Puteri Lunar?!"
xxXxx
Ryeowook menatap kucing hitam itu khawatir. Perasaannya agak aneh saat ini, entah senang karena mendapatkan salah satu pengawal selain dirinya, dan takut karena kehidupannya yang hampir menyerupai mimpi ini sungguh nyata. Lunar sungguh ada.
Kibum yang sudah mengetahui segalanya pun hanya bisa terdiam. Ryeowook benar-benar meminta maaf karena menyeret yeojya itu kekehidupannya yang tidak masuk akal. Tidak masuk logika. Namun Kibum hanya bisa mengangguk dan tersenyum, walaupun dia juga kalut.
Hyukjae, menatap mata kucing itu takut. "Eottokhae?"
"Aku akan meminta izin pada Shins untuk mengembalikan ingatanmu tentang Lunar, hanya ingatan tentang Lunar. Bukan memorinya bersama pengawal yang lain," Taemin menatap Hyukjae lagi. "Kau pengawal keempat dengan elemen air. Water."
"Maksudnya keempat?" Tanya Ryeowook bingung.
"Dari urutan umur pengawal, elemen air itu nomor empat dengan nama Jewel. Pengawal Jewel. Kerja bagus, Ryeowook-ah. Sekarang kau menemukan salah satu pengawal Puteri Lunar."
"Tunggu, Taemin-sshi," Kibum menatap kosong kearah gelas kaca yang terdapat uap dingin disana. "Kalau Hyukjae keempat, berarti ada tiga pengawal lainnya yang umurnya diatasnya. Lalu ada satu pengawal yang lebih muda dari Hyukjae. Lalu kekuatanku ini nomor berapa?"
Semuanya menatap Kibum bingung. Sedangkan yang ditatap sedang berusaha berkonsentrasi dengan air yang berada digelas kaca itu. Mata Kibum menatap tajam air disana dan perlahan air itu membeku. Mata Kibum juga berubah.
"Frost.." Gumam Taemin tak percaya.
Ryeowook masih memperhatikan mata Kibum dan air digelas itu dengan seksama. Sampai akhirnya gelas itu ikutan beku dan Kibum menghentikan pancaran matanya. Mata Kibum berubah menjadi kelabu dengan warna biru yang lebih muda dari warna mata Hyukjae.
"Kekuatanmu itu adalah beku atau membekukan hal yang kau tatap, tanpa sadar kau akan mengubah suhu hal yang membuatmu tertekan dengan suhu rendah sesuka hatimu. Dan kau bernama pengawal Snow. Kau.. nomor lima."
Tunggu, lalu Ryeowook nomor berapa?
"A-aku? Tidak mungkin aku disalip seperti itu?! Aku ini lebih tua dari Kibum dua bulan, seharusnya aku berada diatas Kibum dan dibawah Hyukjae dua bulan!" Jerit Ryeowook frustasi.
"Benar.. hanya ada lima pengawal, bukan?" Hyukjae menatap Ryeowook yang memeluk lipatan kakinya. "Sampai sekarang Ryeowook belum menemukan apa kekuatanmu. Jangan-jangan Ryeowook bukan pengawal?"
Ryeowook terdiam mendengar pertanyaan tak terjawab dari Hyukjae. Mata Ryeowook yang berkaca menatap Taemin yang masih diam. Kucing kecil berbulu hitam total itu juga tak tahu apa jawabannya. Jadi dia keliru kalau Ryeowook itu pengawal Puteri Lunar?
"A-aku.. bukan pengawal Puteri Lunar?"
xxXxx
Eye Kingdom
-To Be Continue-
Setelah Sapphire Blue selesai, saya membuat satu series terbaru dengan genre Fantasy. Dengan perubahan disana sini dengan logika yang nggak masuk akal, jadi bikin bingung tentang konflik. Disini pasti ada pairing kok, tenang aja. Tapi belum keliatan jelas ya ehehe.
Kalo ada yang masih bingung, boleh kok tanya-tanya lewat review. Mianhae yang suka Taemin malah bikin dia jadi kucing. Tapi saya akan buat Taemin jadi manusia kok suatu saat nanti. Kalo ada yang ngeh ini kayanya mirip apa, boleh dituangkan lewat review. Ini kayanya bakal jadi series yang panjang. Doain aja author mampu meneruskannya.
Mind to Review?
