ENJOY!


Karin terdiam dalam buaian angin malam. Ia terduduk menatap hamparan padang rumput luas di bawah pohon sakura yang berguguran. Cicit hewan malam menemaninya dalam buaian sepi. Iris emerald itu terlihat kosong padahal dia sedang melihat sesuatu di depannya. Jemari lentik Karin menyentuh udara kosong. Beberapa bola udara terbentuk di bawah jemari lentiknya.

Ia segera melempar bola itu ke belakang. Membuat bola angin itu mengenai orang dengan pedang yang berdiri di belakangnya. Orang itu segera terbang berputar dalam pusaran angin. Karin terdiam. Ia tetap menatap padang rumput nan luas tanpa tatapan yang berarti. Gumpalan awan hitam berkumpul di langit. Ia sejenak mendongak. Perubahan pada iris itu terjadi. Perubahan dari tatapan kosong menjadi tatapan hidup.

Tetes air membasahi bumi. Ia tak beranjak dari tempat itu. Masih diam terpaku menatap padang rumput luas. Beberapa tikus kecil segera berlari mencari tempat perlindungan di semak di samping Karin. Sejenak Karin berdiri. Tangannya segera mengambil pedang yang tergeletak di sampingnya.

Dilihatnya beberapa sosok dengan jubah berwarna hitam berdiri di depannya. Karin segera mengambil pedangnya dan melepas wadah yang menutupinya. Ia segera berlari menerjang tanah yang becek. Tak memperdulikan jika pakaiannya kotor.

BRUAK—SCRACH—BRUAK—beberapa orang segera pingsan mendapat serangan dari Karin. Pedang Karin segera menyerang lengan beberapa orang. Hanya membuat luka gores yang menyisakan lara. Karin mendongak, menatap seorang pria yang masih kukuh berdiri. Karin yakin dia adalah bos orang-orang yang sudah pingsan itu.

"Apa maumu?" tanyanya.

"Kau hebat Hanazono Karin. Tapi, lebih baik jika kau bergabung dengan Knight of Dark. Itu adalah hal yang bagus," ucap pria dengan rambut hitam dan iris soft purple. Karin membuang napas berat. Ia segera menghunuskan pedang pada pria itu—Kirio Karasuma.

Iris kosong Karin melihat orang itu datar. Ia tak pernah sudi bergabung dengan Knight of Dark. Sebuah kelompok kegelapan yang menyebabkan banyak pertumpahan dari di kotanya. Karin segera menggerakan pedangnya membentuk huruf X. Kirio segera jatuh tersungkur dengan beberapa luka gores di lengannya.

"Jangan pernah kau berharap aku masuk dalam kelompokmu," ucap Karin sambil berlalu membawa pedang yang sedikit ternodai air hujan. Kirio hanya terdiam menatap sosok itu. Sosok yang dengan biasanya berjalan melewati beberapa orang yang sudah pingsan karena serangannya.

Kirio memejamkan matanya. Ia menarik napas panjang mencoba menahan nyeri di tangannya karena serangan Karin. 'Bagaimana pun caranya. Aku harus bisa membuatnya bergabung dengan kami,' batinnya.


Kamichama Karin (Chu) © Koge-Donbo

Black Heart © Hana Kazusa Laytis

Warning : AU, OOC, OC, Bloody Scene, Typos, De Es Be.


1 : Queen of the Night


Seorang pria berambut blonde sibuk membuka beberapa lembar buku. Jemari panjangnya membuka satu per satu halaman yang berisi banyak kata yang tertulis dengan rapi. Ia segera mengarahkan tanganya untuk membaca buku itu. Pintu ruangan yang berwarna coklat keemasan yang awalnya tertutup rapat itu terbuka.

Pria berambut blonde itu segera berdiri saat melihat pintu yang terbuka. Ia segera mengambil pedang yang tergeletak di sampingnya. Kazune—pria berambut blonde—segera melepas pelindung pedangnya dan membuangnya sembarang. Ia segera menghunuskan pedanganya ke arah depan.

"Siapa pun yang berada disini segera keluarlah!" seru Kazune.

Sekelebatan sosok berwarna hitam mirip bayangan segera bergerak mendekati Kazune. Kazune segera menebaskan pedangnya. Sosok bayangan itu segera memudar karena serangan bayangan itu berubah menjadi tanaman yang layu. Setelah sosok bayangan itu hilang, Kazune segera memasukan pedangnya pada meja. Ia kembali duduk dan membaca buku yang belum selesai ia baca.


RAJA KEGELAPAN


Raja kegelapan—Zeus—adalah raja para jiwa kegelapan. Ia sudah di kalahkan para pemegang 5 elemen beratus tahun yang lalu. Para pemegang 5 elemen menyegel kekuatann Zeus dalam cincin hitam yang memiliki pedar aura gelap. Siapa saja yang menggunakan cincin itu adalah generasi raja kegelapan. Konon cincin itu tersegel dalam gua dasar laut yang dijaga Tifon—naga berkepala seratus.


Kazune segera berdiri dan menutup bukunya. Ia segera mengambil pedangnya dan memasukannya pada wadah yang ada di pinggangnya. Kazune berjalan melenggang keluar ruangannya. Setelah menutup pintu ruangan itu, ia segera mengerakan tanganya di permukaan pintu—membentuk motif-motif abstrak.

Sesaat, pintu itu bercahaya dengan pedar aura berwarna kuning pucat. Segera beberapa rantai melilit pintu itu dan di tengah pintu itu ada sebuah gembok yang berbentuk daun. Setelah memastikan ruangan pribadinya aman. Kazune segera berjalan menuju motornya yang terparkir dengan rapi di garasi.

Kazune membuka pintu garasinya. Setelah ia memasukan kunci motornya dan menyalakan mesin motornya. Kazune memacu motornya melewati jalanan gelap kota. Sesekali terdengar teriakan orang yang memekikan telinga. Kazune menatap melalui spion motornya. Sosok berbentuk bayangan mengikutinya.

Kazune segera menarik pedangnya menggunakan tangan kirinya. Ia segera menurunkan kecepatannya. Saat sampai di belakang sosok bayangan itu, Kazune segera menusukan pedangnya pada tubuh bayangan itu. Sejenak teriakan nyaring terdengar. Kazune melepaskan pedang dan memasukan pedangnya ke wadahnya. Sosok bayangan itu hancur berubah menjadi tanaman yang mulai layu dan meledak berterbangan.


Hujan turun dengan deras membasahi bumi. Titik-titik air bercampur padu dengan gumpalan debu yang berada di udara. Karin berjalan sambil menatap depannya kosong. Iris emerald itu terlihat tak bernyawa. Ia segera menarik pedangnya merasakan ada sesuatu di sekitarnya. Karin segera berputar. Ia menajamkan pendengarannya—mencoba menganalisis apa yang akan menyeranganya. Karin menoleh ke belakang dan menebaskan pedangnya.

Kosong. Di belakangnya kosong tak ada sosok yang mengikutinya. Karin memasukan pedangnya pada wadah yang melingkar di pinggangnya. Jemari lentik itu menelusuri ujung pedangnya. Ia menoleh ke belakang merasakan ada deru angin dingin yang menghembus lehernya. Karin berbalik. Segera ia melangkahkan kakinya menuju tempat yang ia sebut sebagai rumah.

Kilat menyambar tanah diiringi dengan beberapa pusaran angin yang bergerak di sekeliling padang rumput. Karin masih berjalan tanpa merasakan sesuatu. Ia berhenti dan membalikkan tubuhnya. Iris emerald itu ia pejamkan. Segera ia menarik pedangnya dan mencondongkan tubuhnya ke belakang. Ia segera membuka matanya. Iris kosong itu berubah menjadi hidup seketika.

"Apa maumu?" tanya Karin seraya menghunuskan pedang ke sosok yang berada di belakangnya.

Karin menatap sosok itu dengan ekspresi datar. Begitu pun dengan sosok yang sedang Karin lihat. Rambut blonde sosok di belakang Karin basah semua. Iris sapphire itu menatap iris emerald Karin yang terlihat hidup.

"Kau tak mengosongkan tatapanmu?" suara itu terdengar ketus. Karin memasukan pedangnya. Ia menatap sosok itu lebih serius.

"Siapa kau? Memang kenapa jika aku tak mengosongkan tatapan mataku? Aku sedang tak ingin menggunakan kekuatanku," ucap Karin.

Pria blonde itu—Kazune—hanya tersenyum sekilas. Senyumnya sangat sekilas hanya sepersekian detik saat Karin menatap wajah pria itu serius. Kazune mengeluarkan sebuah kertas berwarna usang. Segera ia menarik tangan Karin agar bisa menerima kertas itu.

"Kau akan tahu jika sudah membaca kertas itu," ucap Kazune lalu berbalik pergi. Kazune berjalan sambil sesekali menyibak jubahnya yang basah karena hujan.

Karin menarik napas panjang melihat sosok itu. Ia segera membuka kertas usang itu. Iris emeraldnya membaca dengan cermat kalimat yang tertulis dengan rapi di kertas itu walau perlahan tinta hitam yang menuliskan kalimat itu luntur karena tetes air yang mengalir di permukaan kertas. Karin mendongak menatap sosok Kazune yang berjalan menjauh darinya.

"Jadi namamu Kazune Kujyou? Pemegang cincin elemen air?" ucap Karin pelan.


Karin menghela napas panjang. Ia segera menadahi air yang menetes dari ujung-ujung daun dengan kedua tangannya. Sesaat iris emerald Karin terlihat kosong jika ia sedang fokus dengan kekuatannya. Beberapa butir air yang ia tampung dengan kedua tangannya segera naik dan membentuk bola air, sesaat bola air itu menguap dan hilang digantikan bola udara. Karin segera menggunakan bola udara itu menyerang Kazune. Kazune melompat menghindari serangan Karin.

"Bisakah kau menyambut tamumu dengan sopan?" Kazune menepuk bahunya yang sedikit kotor karena hembusan angin Karin yang membawa debu.

Iris emerald Karin sesaat hidup. Ia menarik napas panjang. Karin menatap Kazune sejenak. Lalu segera ia melepaskan jubah panjang berwarna dark brown yang membalut tubunya. Ia segera mengambil pedangnya dan menghunuskanya pada Kazune.

"Apa maumu kemari?" tanya Karin sambil berjalan ke samping.

Kazune yang berada di hadapan Karin hanya tersenyum kecil. Sesaat senyum kecil itu menghilang. Kazune segera menarik napas pelan. Ia tersenyum dan berjalan bergeser ke samping seiring dengan langkah Karin. Kazune segera melompat ke arah Karin. Karin segera melompat ke belakang. Ia menghunuskan pedangnya pada Kazune.

"Katakan tujuanmu kemari!" Karin berseru kian keras. Kazune hanya tersenyum remeh. Ia segera menunjukan jari telunjuknya di depan Karin. Karin menggeram menahan amarah. Berhadapan dengan salah satu pemegang 5 cincin elemen membuatnya jengah. Ia memang memegang satu cincin elemen, tapi sama sekali ia tak berharap hal ini terbongkar.

"Kau bisa berbicara bukan?! Kau tidak bisu bukan?!" Karin berseru kian keras. Tatapan mata Karin menatap tajam ke arah Kazune. Karin menarik pedangnya ia segera menggerakan pedangnya naik sejajar dengan kepalanya dan mengarahkannya ke arah Kazune.

"Kau tak memberiku pilihan," Karin melompat ke arah Kazune dan menggerakan pedangnya. Kazune menghindar dengan gesit. Kazune menggunakan salah satu kakinya sebagai pijakan dan melompat ke atas dahan. Ia segera menatap Karin dengan remeh.

"Angin harusnya cepat," ucap Kazune. Karin menatap Kazune penuh amarah. Ia menggeram menahan marah disertai kepalan tangan pada pedanganya yang kian mengerat. Karin melempar pedangnya ke arah Kazune. Kazune melompat ke angkasa.

BRUAK—pedang yang dilempar Karin menembus pohon dan membuatnya ambruk. Kazune menatap kejadian itu dengan iris mata yang membulat utuh. Kazune mengepalakan tangannya dan menggerakan tanganya membentuk pola-pola yang aneh. Segera sekumpulan air berkumpul membentuk lingkaran dan bergerak ke arah Karin. Karin melompat dan segera mengadahkan tangannya menampung angin.

Pusaran angin perlahan terlihat seiring dengan tatapan mata Karin yang berubah menjadi kosong. Karin melempar pusaran angin yang ia buat ke arah Kazune. Karin melompat ke arah angkasa. Segera ia menggerakan tanganya membentuk silang di depan tubuhnya dan mengarah ke bawah. Iris emerald-nya masih terlihat kosong. Karin berbisik pelan mengucapkan mantera. Kazune yang berada di bawah menatap ke arah langit sambil menyipitkan matanya. Keadaan malam yang gelap membuat penglihatannya mengabur.

Kazune tak mau berpikir lama. Ia segera melompat ke arah langit. Iris sapphire Kazune membulat apa yang akan dilakukan Karin. Karin akan melakukan mantera pemusnah. Kazune mengepalkan tanganya membentuk bola air besar. Segera Kazune menggerakan bola air besarnya ke arah Karin. Karin yang mendapat serangan dari Kazune tiba-tiba melemas. Segera sesuatu asap berwarna hitam segera keluar dari tubuh Karin.

Air yang mengurung Karin perlahan jatuh. Karin segera limbung dan jatuh ke bumi. Kazune segera mendekap Karin dengan bridal style. Kazune menatap wajah Karin sedikit cemas. Beberapa asap hitam terus keluar dari tubuh Karin. Kazune mendongak menatap langit dengan tatapan cemas. Sesaat Kazune menatap Karin dan mengerakan jemari panjang utuk menyibak poni rambut Karin.

"Karin terkena Black Heart," ucapnya pelan. Kazune berjalan menuju salah bangku yang dekat mereka. Kazune mendudukan Karin di bangku tersebut. Angin malam berhembus dingin menghembuskan wajah Kazune dan Karin. Kazune menatap wajah Karin intens. Ia menggerakan jemari panjangnya untuk membentuk titik-titik air dan menggerakannya di wajah Karin.

Perlahan Karin membuka matanya. Iris berwarna emerald itu mulai menatap Kazune seraya mengerjap-ngerjap. Setelah mendapatkan kesadaran seutuhnya, Karin segera berdiri dan melompat menjauh dari Kazune. Segera ia mengumpulkan beberapa angin dan bersiap melemparkannya ke arah Kazune. Kazune berdiri dan mengarahkan tangan kanannya untuk menghalang Karin.

"Kau harusnya berterima kasih denganku," ucap Kazune datar.

Karin mengepalkan tanganya dan lempar beberapa bola angin. Kazune membuat bola pelindung berpedar aura berwarna biru gelap dengan air. Kazune mengepalkan tangan kanannya dan mengarahkan kepalan tangannya ke udara. Karin terpental dan segera melompat ke salah satu dahan dan menatap tajam Kazune.

"Jangan salahkan aku untuk yang tadi," ucap Kazune seraya mendongak menatap Karin. Karin mendengus dan lompat turun perlahan dan berjalan mendekati Kazune

"Katakan yang kau mau! Cepat sebelum aku berubah pendapat," seru Karin seraya menggerakan tangannya. Seketika pedang Karin yang terletak jauh darinya segera tertarik ke arah Karin. Karin mengenggam pedanganya erat dan memasukan pedangnya pada wadah di pinggangnya.

"Aku mau kau bergabung denganku mencari para pemegang cincin elemen yang lain," ucap Kazune sederhana. Karin menatap Kazune dengan ekor matanya. Ia segera berbalik dan berjalan pergi.

"HEI! Kau tak menjawab pertanyaanku Karin!" Kazune berseru keras diiringi dengan beberapa butir air yang menjatuhi bumi. Hujan turun seiring dengan langkah Karin yang menjauh dari Kazune.

"Kau harus mau atau kejadian beberapa tahun yang lalu terulang. Kau ingin Zeus bangkit?" Kazune berseru kian keras. Karin menoleh ke arah Kazune. Ia menghela napas bosan.

"Memang apa urusanku?" Karin bertanya dengan nada ketus.

"Karena kau pemegang elemen angin dan kau adalah Queen of the Night!" seru Kazune. Karin tertawa hampa. Ia lalu menatap Kazune remeh dan berjalan berbalik.

"Terserah padamu, aku tak perduli. Lagi pula kau tahu? Aku tak mau bergabung dengan pemegang kunci elemen yang lain," Karin berjalan perlahan dan semakin lama sosok itu menghilang dari padangan Kazune.

Kazune mendongak menatap langit. Beberapa tetes air kian deras membasahi bumi. Kazune berbalik dan mulai berjalan perlahan. Beberapa tetes air membentuk bulatan kecil di sektiar tubuhnya. Kazune menarik napas panjang dan menoleh ke belakang.

"Jika seperti ini semua yang terjadi akan rumit," Kazune mendesah pelan. Ia menatap jalanan yang becek dan penuh dengan kubangan lumpur. "Jadi dia masih trauma karena penembakan beberapa pemegang cincin elemen," bisik Kazune pelan.


TO BE CONTINUE or THE END


I'm back! Halo minna-san! Terinspirasi dari salah satu MV yang Hana tonton jadilah fanfic ini. Maaf Hana update fanfic baru lagi padahal fanfic yang lain belum kelar. Maaf ne? *bow* Hana minta maaf juga karena Hana menghapus fanfic Hana Sayang. Tapi fanfic itu akan Hana lanjutkan di blog Hana. Yang mau baca kelanjutan fanfic Sayang kunjungi blog Hana saja ne?

Maaf juga karena Hana karena Hana meng-hiatus-kan 2 fanfic Hana yaitu Paparazzi dan The Hunter. Untuk sementara Hana akan memfokuskan fanfic Protection dan Cooking? Cooking! Tapi jangan khawatir, hiatus 2 fanfic itu gak lama kok. Hana juga update fanfic ini cuma 2 minggu sekali atau sebulan sekali. Maaf untuk typo yang bertebaran karena Hana tidak mengedit fanfic ini.


.

.

What do you think?

It'll next or It'll finish?

Leave me your opinion in review please!