PEMBURU VAMPIRE
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Genre: Romance
Rate: M
Pair: SasuNaru
Warning: Yaoi, boy x boy, Sho-ai
Summary : Namaku Naruto Uzumaki. Aku manusia setengah vampire. Setiap malam kerjaanku membunuh vampire. Dan ini ceritaku..
Yup….cerita ketigaku akhirnya selesai. Seperti cerita keduaku. Aku buat ini karena tergoda setelah membaca sebuah novel yang judulnya aku rahasiakan. Cerita ini hampir sama persis walaupun ada sana sini yang aku ganti dengan pemikiran Neterya sendiri. Dan ini agak dewasa.
100 % Yaoi
Selamat menikmati ceritanya
Chapter 1
Tubuhku jadi kaku saat cahaya merah dan biru bersinar di belakangku, karena aku tidak mungkin dapat menjelaskan apa yang ada di dalam belakang mobil ku. Aku menepikan mobilku, menahan nafasku saat Polisi datang ke samping jendela mobilku.
"Maaf Pak. Apa ada masalah?" tanyaku dengan nada suara yang terdengar tidak bersalah sementara dalam hatiku terus berdoa agar mataku tidak berubah.
Kendalikan dirimu Naru. Kau sudah tahu apa yang terjadi jika kau sedang marah.
"Lampu belakangmu pecah dan kecepatan melebihi batas 40 km. Tolong perlihatkan SIM dan STNK mu."
Sial. Mobil ku selalu seperti itu kalau sedang banyak muatan di bak belakang mobil truk ku. Pada saat ini aku memang harus mengunakan mobil yang berkecepatan tinggi, aku ingin cepat pulang dan membuang muatan yang berada di belakang mobilku.
Aku memberikan SIM asliku, bukan yang palsu. Polisi itu melihat secara bergantian antara SIM dan wajahku.
"Naruto Uzumaki. Kau putra Kushina Uzumaki, ya? Dari perkebunan ceri Uzumaki?"
"iya, pak."jawabku sopan dan santai, seolah aku sedang tidak menghadapi masalah besar. Yang tepatnya masalah yang ada di bak belakang mobilku.
"Nah,Naruto, sekarang sudah hampir pukul dua pagi. Kamu habis dari mana selarut ini?"
Aku tidak bisa jujur tentang kegiatan malamku, kecuali kalau aku memang ingin masuk rumah sakit jiwa atau mendekam di balik jeruji penjara.
"Malam ini aku tidak bisa tidur, jadi kuputuskan untuk jalan-jalan"
"Apa yang ada di belakang trukmu?" tanyanya sambil berjalan kearah bagian belakang truk ku. Dan itu membuatku ketakutan setengah mati
Oh, isinya hanya mayat hidup dan sebilah kapak yang kusembunyikan diantara beberapa karung.
"Isinya hanya karung ceri dari perkebunan,pak."
"Oh. Kamu berkeliling selarut ini karena tidak bisa tidur?" tanya polisi itu dengan nada curiga. Tatapanya seperti menelanjangiku, memang malam ini aku memakai baju agak ketat dan menerawang dan lagi rambut pirang pendek ku agak acak-acakan. "Kau pikir aku percaya?"
Aku ingin marah kepada polisi itu karena dia telah berfikir kalau aku keluar untuk tidur dengan dengan orang. Tanpa dia ucapakan aku sudah tahu kalau dia menghinaku. Kelakuanmu sama dengan ibumu, ya? Sama-sama pelacur. Tak mudah memang hidup sebagai anak haram di kota sekecil ini, para warganya selalu meremehkan dan menghina di belakang. Di Kota Otogakure ini memang warganya masih terkenal kolot atau berfikiran kuno.
"Kumohon rahasiakan diantara kita saja ya pak?" Aku mengerjapkan mataku dengan gaya polos, yang selalu berhasil dengan mayat hidup, walaupun dengan sekuat tenaga aku juga menahan amarah. Sisi manusiaku cenderung hilang kalau aku sedang marah.
Masih dengan tatapan mesumnya dia berbisik di telingaku. "Aku kan merahasiakanya, asalkan malam ini kamu melayaniku."
Bisikannya membuat tubuhku sesaat membeku, gimana aku tidak membeku kalau polisi satu ini meminta aku melayaninya. Aku memang Gay, tapi aku pilih-pilih mangsa dong. Tidak mungkin aku mau dengan polisi wajahnya saja sudah jelek ditambah lagi tubuhnya gendut dengan perut yang membuncit…ihh menjijikan.
"Bagaimana?"
"Baiklah…emmm… boleh aku puaskan dengan mulutku saja?" tanya ku dengan pasrah. Mau bagaimana lagi, kalau kegiatan malamku tersebar itu bisa menjadi bencana dalam hidupku dan keluargaku yang tidak tahu apa-apa.
"Boleh saja, asalkan bibir merahmu itu dapat memuaskan aku." Bisiknya ditelingaku. Bisikanya itu bukannya membuatku horni malah membuat tubuhku merinding disko. Dengan buru-buru dia menarik ku keluar mobil menuju semak belukar yang panjang dan langsung saja membuka celana panjang sekaligus celana dalamnya.
"ayo sayang hisap penisnya . Ayo…ayo hisap." Perintahnya dengan penuh semangat
Bagaikan seorang budak, saya bersimpuh di depannya. Penisnya yang tegang berdenyut-denyut di hadapanku. Panjangnya hanya 15cm, Kulihat dengan jelas, sebutir precum menyembul keluar dari lubang penis itu. Seperti seorang pelacur, aku mengeluarkan lidahku dan menyambut precum itu.
Kubuka mulutku lebar-lebar dan menunggu Pak Polisi itu memasukkan penisnya. Saat penis itu masuk, aku langsung mengatupkan mulutku dan mulai menyedot. Menyedot penis sudah tak asing lagi bagiku. Aku pernah mencobanya dua kali. Jadi, aku telah memiliki sedikit pengalaman.
Dengan menahan rasa, aku menjilat penis itu. Polisi itu melenguh-lenguh karena nikmat, tangannya memainkan kepalaku. Lama-kelamaan, dialah yang mengendalikan gerakan kepalaku. Dia memakai mulutku seperti memakai pantat atau vagina. Mulutku di perkosa tanpa ampun. Terkadang penisnya terdorong begitu dalam sampai aku ingin muntah. Tapi berhasil kutahan, aku sudah tidak peduli lagi apa yang di lakukanya. Aku ingin ini cepat selesai.
"Hhohh.. Hhoohh.. Sedot terus.. Ooh yyaa.. Hhohh.. Hisap terus.. Hhoohh.. Aahh.."
Pak Polisi itu semakin keras menyodomi mulutku sampai-sampai aku merasa mulutku sudah kaku membentuk huruf O. Pinggangnya dihentak-hentakkan seperti orang kesurupan. Sikap Polisi bodoh itu mulai kasar dan nampak jelas bahwa dia hanya ingin memakai tubuhku saja.
"Hhoohh.. Hhoosshh.. Hhoohh.."
Mendadak, dia menekan kepalaku kuat-kuat dan penisnya tiba-tiba membesar. aku tahu benar apa artinya. Dia akan segera keluar di dalam mulutku.
"AARRGGHH!"
CCRROOTT! CCRROOTT! CCRROOTT! Muncratlah spermanya, membanjiri mulutku. Tubuhnya mengejang-ngejang, dan mulutnya mengerang-ngerang sambil mengeluarkan sejumlah sumpah serapah.
"AARRGGHH! BANGSAT! UUGGHH! FFUUCKK! AARRGGHH! SIALAN! AAHH..!"
Dengan terpaksa aku menelan sarinya, setelah semua selesai tanpa permisi lagi aku langsung berlari ke mobil dan melariakannya dengan kecepatan tinggi menuju rumah, aku ingin membersikan semua rasa menjijikan ini.
###
Setiap orang selalu mengeluh memiliki ayah pecundang atau rahasia keluarga. Dan aku Naruto Uzumaki memiliki keduanya. Yah, ibu ku sewaktu muda di perkosa oleh vampire dan melahirkan aku manusia setengah vampire. Aku baru mengetahui rahasia ini saat aku berusia 14 tahun. Aku tumbuh dengan kemampuan yang tidak di miliki anak-anak lain, dulu aku pernah bertanya pada ibu siapa ayahku dan kenapa aku memiliki kemampuan ini, ibuku menjadi marah dan melarangku bertanya lagi dari situ aku belajar untuk tidak bertanya dan menyimpan atau menyembunyikan semua perbedaan yang kumiliki.
Bagi semua orang aku hanya anak aneh. Tidak mempunyai teman. Suka berkeliaran di waktu yang tidak wajar. Bahkan kakek dan nenek ku tidak tahu apa yang terjadi padaku, tapi toh orang yang ku buru juga tidak mengetahuinya juga.
Sekarang akhir pekanku memiliki pola tersendiri. Aku pergi ke club malam yang berada sangat jauh dari rumah untuk mencari mangsa. Bukan mangsa untuk diajak tidur yang di kira polisi bodoh itu. Aku minum dan menunggu sampai orang yang special menjemputku. Orang yang akan ku ku kubur di halaman belakang rumahku, jika aku tidak terbunuh lebih dahulu. Aku sudah melakukanya semenjak aku berumur 14 tahun. Aku tahu itu tindakan berbahaya dan sama saja dengan bunuh diri, tapi aku tidak peduli secara teknis kan aku setengah mati. Aku melakukan ini semua untuk ibuku. Dia punya hak untuk balas dendam. Aku hanya berharap dan memohon agar ia tidak melampiaskannya padaku.
Malam ini secara berkala pria dan wanita menghampiriku. Ada sesuatu tentang statusku sebagai pria lajang yang sepertinya di dahiku tertulis 'goda aku' pada mereka. Seperti biasanya juga dengan cara sopan atau membentak untuk menolak mereka. Eh, aku datang kesini bukan untuk mereka atau untuk mencari teman kencan, buat apa aku mengobrol dengan mereka, Jika yang menawariku masih hidup, Aku sama sekali tidak tertarik atau berminat.
Karena bosan menunggu, aku berjalan mengelilingi club. Saat berjalan melewati pintu masuk, aku merasakan suatu energy yang tidak biasa. Seseorang atau sesuatu yang akan melewati pintu masuk club. Di balik bayangan dan cahaya remang- remang club, aku melihatnya berjalan masuk ke club. Wajahnya tampan, rambutnya hitam runcing ke atas seperti pantat ayam, warnanya itu sama dengan matanya dengan kulit berwarna putih berlian yang tidak sedikitpun bernoda dibalik kemejanya.
Kena.
Dengan senyuman mengoda, aku berjalan kearah tempat pria itu duduk. "Hai, tampan" sapaku dengan suara mengoda
"Jangan sekarang" katanya dengan suara tegas.
Aku mengejakan mata dengan bodoh selama beberapa saat, "maaf?"
"Aku sedang sibuk, DOBE. Jangan ganggu."
Rasa heran menguasaiku. Apa mungkin keliru? Untuk lebih memastikan aku menyentuh tanganya. Aku merasakan kekuatan besar. Sudah pasti bukan manusia. Dia akan menjadi targerku malam ini.
"Aku bertanya- tanya, emm…"aku membiarkan kata-kataku menggantung untuk mencari kata-kata yang mengoda. Sejujurnya selama ini aku tak pernah mengoda mangsaku, malah mereka yang sering mengodaku.
"Mau bercinta denganku?" bisikku sensual di telinganya.
Pria itu menoleh dengan bibir melengkung. Mata gelapnya menatapku dengan sorot menilai.
"Pemilihan waktu yang tidak tepat, Dobe. Jadilah burung yang baik dan pergilah menjauh, aku akan menemuimu nanti kalau urusanku sudah beres."
Dengan sentakan tangannya, pria itu mengusirku. Dengan pikiran kosong aku bangun dan beranjak pergi menuju kamar mandi pria untuk memeriksa penampilanku. Hari ini aku mengunakan kaos ketat agak merawang, kaos yang membuat dua pria dan satu wanita tewas di tanganku. Rambut pirangku masih indah, gigiku masih rapi dan tidak ada makanan yang menyangkut disana, ketiak ku juga baunya harum, wajahku juga masih cantik dan imut. aku binggung kenapa dia tidak tertarik padaku? Walaupun dia pria lurus (Straight). Dia PASTI dan AKAN suka padaku. Kurasa aku harus mengodanya lagi. Yah, harus. Setelah memuat keputusan itu, aku melangkah dengan tekat kuat yang baru.
Pria itu sudah pergi. meja tempatnya duduk tadi sudah kosong dan tidak ada jejak baunya di udara. Dengan tergesa aku mencari sekeliling bar, lantai dangsa tapi dia tidak ada. Teryata aku tadi terlau membuang waktu di kamar mandi. Sambil menguntuk diri sendiri, aku kembali ke bar dan memesan minuman. Meskipun alcohol tidak mampu menumpulkan indraku, aku harus minum untuk menenangkan hatiku.
"Mau kutemani minum manis?" tanya suara di sampingku
Sewaktu aku berbalik untuk menolaknya. Aku langsung terdiam saat pengagumku teryata setampan artis. Rambut merah dengan mata berwarna biru kehijauan.
"Boleh, aku sebenarnya benci mium …apa kau datang sedirian di sini?"tanyaku dengan malu-malu sambil megedipkan mataku pada pria itu. Aku bersumpah yang ini tidak akan lolos lagi.
"Aku sangat berharap kau yang datang sendirian kesini?" katanya dengan suara pelan menggoda
"Aku sendirian di sini. Kecuali jika kau mau menemaniku." Kataku sambil membiarkan kepalaku miring kesamping dengan gaya menggoda. Sekaligus menampakan leher polosku. Mata pria itu mengikuti gerakanku dan ia menjilati bibirnya.
Oh Tuhan pria itu lapar
"Siapa namamu, manis?"
"Kyuubi."
Senyuman pria itu melebar. "Nama yang tidak biasa"
Nama pria itu adalah Dano Gin. Berusia dua puluh empat tahun dan seorang arsitek,belum mempunyai kekasih dan sekarang dia sedang mencari kekasih atau begitulah pengakuanya.
"Dano, apa kita terus di sini atau…"bisikku di telinganya dengan suara mengoda.
Tanpa berkata-kata lagi Dano memabawaku ke mobilnya. Dan melarikan mobilnya dengan kecepatan tinggi ke daerah terpencil. Semua mangsa ku selalu memawaku ke tempat terpencil agar tidak ada mendengar teriakjanku. Dan itu adalah salah satu keuntunganku, karena aku bisa membunuhnya tanpa di ketahui orang.
Tanpa basa-basi, Dano langsung memelukku dan menciumiku dengan penuh nafsu, setelah turun dari mobil. Aku rasa dia ingin mencicipi tubuhku dulu sebelum memakanku. Oke, akan ku layani. Ciuman Dano begitu 'panas' dan bernafsu, seolah dia belum melampiaskan nafsu birahinya selama berbulan-bulan. Bibirku sampai terasa gepeng dicium seperti itu. Tangannya yang kuat menjelajah tubuhku dan meneliti setiap lekuk tubuhku. Aku merasakan dia mengunakan kekuatanya, kalau aku bukan manusia setengah vampire tulang bibirku bisa retak. Sesekali putingku dipelintir dan penisku dikocok-kocok. Aku hanya mampu menahan napas sambil menikmati semua tindak tanduknya yang bejat.
Dano mulai mendorongku ke bawah. Aku tahu, dia ingin dihisap. Kenapa dari kemarin aku selalu menghisap padahal biasanya tidak, merepotkan. Dengan sigap, kulayani nafsu bejatnya itu. Tanpa ragu, kumasukkan kepala penisnya ke dalam mulutku.
"Aahh.." dia mendesah saat kepala penisnyanya kubungkus dengan lidahku yang panas.
"Aahh.. Hisap terus.. Oohh.. Dasar homo.. Aahh.. Sukanya liat penis cowok.. Aahh.. Sekarang sedot penis aku.. Aahh.."
Dano berkata-kata jorok dan kasar, membuatku semakin ingin membunuhnya dan melayaninya.
"Aahh.." erangnya.
Sesekali gantian dia yang menyodok-nyodok mulutku dengan penisnya. Aku sudah terbiasa maka aku tidak muntah. Nampaknya dia senang diservis seperti itu. Kalau dia senang, aku pun senang untuk membunuhnya. Penisku yang ikutan merangsang mengeluarkan precum yang jatuh menetes ke tanah. Sementara penis Dano sudah membasahi mulutku dengan berliter-liter precum. Cairan precum-nya terus saja keluar seolah-olah dia sedang kencing. Belum pernah aku menghisap penis seperti itu. Tapi aku suka. Aku rasa aku sudah berubah jadi maniak sex nih. Begini saja aku sudah suka dan membuat penisku ereksi berat, padahal aku belum diapa-apain.
Kusedot kepala penisnya lebih kuat, untuk mendapatkan lebih banyak precum. Dano mengerang-ngerang dan napasnya mulai menderu-deru. Dano akan segera berorgasme. aku semakin mengerjainya sampai akhirnya dia tak tahan lagi. pria itu pun berteriak-teriak, menyuarakan orgasmenya.
"AARRGGHH! OOHH! AARRGGHH! OOHH!"
spermanya terlontar ke dalam mulutku dan langsung kutelan. Waktu aku lihat ke atas. Wajah Dano berubah, dia menampakan wajah aslinya. Senyum lembutnya berubah jadi senyuman iblis. Dia memperlihatkan taringnya yang tadi tidak Nampak, dan matanya yang tadi biru berubah berkilauan dengan cahaya hijau yang mengerikan.
Aku pura-pura terkejut dan terjatuh, untuk menutupi tanganku yang bergerak ke saku belakang. "Tolong, jangan sakiti aku!"
Dano berlutut, meraih bagian belakang leherku.
"Tenang manis, ini hanya akan sakit sebentar. Nanti kita lanjutkan lagi acaranya"
Pada saat itu, aku langsung mulai bertindak. Tanganku mulai mulai melakukan gerakan terlatih dan senjata yang kugenggam langsung menghujam jantung Dano. Aku menghujam berkali-kali sampai mulut Dano membuka lebar dan cahaya memudar dari matanya. Dengan pelintiran terakhir, aku mendorong tubuhnya dan menyeka tanganku yang berumuran darah di celanaku.
"Kau benar sayang, hanya sakit sebentar."
###
Lama setelahnya aku pulang dengan hati gembira, karena malam ini aku tidak sia-sia. Satu lagi mangsa ku singkirkan. Mangsa yang berkeliaran di tengah malam. Aku ingin memberitahukan mama yang sedang tertidur pulas dikamarnya. Tapi aku bisa menunggu besok pagi. Karena mama selalu menanyakan pertanyaan pertama sepanjang minggu ini. Apa ada lagi yang sudah kamu singkirkan, Naruto? . tanpa membuatku terluka atau menjadi korban. Apalagi yang bisa aku harapkan?.
Karena hatiku sangat senang malam berikutnya aku akan kesana lagi. Toh, masih ada pengisap darah berbahaya dan aku akan menghentikannya. Aku tidak sabar mengerjakan perkerjaan rumah. Oh yah, aku dan mamaku tinggal bersama kakek dan nenek ku. Mereka memiliki rumah berlantai dua. Property yang terisolasi ini dengan tanah berhektar-hektar, teryata ada manfaatnya juga , untuk aku pergi dari rumah.
Club yang kudatangi kemarin, lebih penuh dari kemarin, karena sekarang malam minggu. Karena lagi senang dan malas berjalan aku hanya duduk- duduk di bar sambil memesan minuman.
"Sekarang aku siap untuk bercinta dengan mu."
"apa?"
Aku berutar, bersiap-siap untuk menolaknya, tapi aku langsung kaget. Teryata pria itu. Pria yang kemarin menolak ku. tapi Anehnya aku tidak merasankan hawa aneh lagi sewaktu dia masuk club.
melihatnya lagi membuat ku malu karena mengingat perkataanku kemarin yang terlalu agresif. Pasti sekarang wajahku memerah.
"Ah, yah…hmm, minum dulu? Bir atau …?"
Tidak perlu repot-repot. Ayo kita pergi?" ajaknya sambil menyusurkan tangannya di leherku.
"Sekarang?"aku menoloh disekeliling dengan waspada
"Iya sekarang, kamu berubah pikiran sayang?" katanya dengan mata penuh tantangan yang tidak dapat aku pahami.
Karena tidak mau mengambil resiko kehilanganya lagi, aku mengambil task u dan berjalan ke arah pintu. "Ayo kita pergi."
"Dimana mobilmu?" tanyaku di tempat parker dan mencoa mencari mobilnya
"Aku tidak membawa mobil, tapi motor."
"Motor?" Apa. Tidak, tidak bisa. Masa aku harus membawa mayat pria ini dengan di palang di motor. Bisa-bisa aku masuk penjara dan lagi aku kan tidak bisa mengunakan montor. "Kita mengunakan mobilku saja ya?"
"Oke tidak masalah."
Dengan langkah pasti aku membawa mobilku ketempat sepi yang kemarin. Tempat aku membunuh targetku Dano.
"Sayang kau tak mau keluar dan bermain disana?"godaku sambil mengigit telinganya
Pria itu menyeringai sebelum menjawab. "Oh tidak, disini saja aku lebih suka melakukanya di mobil."
"Yah…" sial kalau kita melakukanya dimobil. Aku tidak bisa bergerak. "Disini tidak tidak ada ruang. Kita di luar saja ya" kataku sambil membuka pintu mobil
Pria itu memegang tanganku untuk menghentikanku. "Ada cukup ruang disini, Dobe. Kita akan melakukan disini."
"Jangan panggil aku Dobe. TEME." seruku kesal. Karena dari tadi aku selalu di panggil Dobe. Kurasa lebih cepat orang ini mati lebih baik.
"Teryata Dobe juga bisa mengigit ya. Dari pada kamu kesal lebih baik kamu membuka bajumu. Aku inggin lihat tubuhmu Dobe"
"Apa?"
Ya tuhan dia sudah kelewatan
"Ayolah Dobe. Masa kamu mau melakukan hubungan sex dengan memakai pakaian yang utuh"ujurnya. "Ayolah jangan buang-buang waktu sepanjang malam."
"Teme. Jangan panggil aku Dobe. Namaku Kyuubi" kesalku. Aku akan senang membuat pria ini menyesal. Akan ku buat dia menyesal telah bertemu denganku. "Lebih baik kamu dulu yang buka baju, Teme."
Pria itu menyeringai dengan deretan gigi yang normal. "Dobe, kau burung pemalu ya? Kurasa tidak cocok untuk pria sepertimu yang menghampiriku dan memohon untuk bercinta denganku. Bagaimana kalau kita melakukan bersama?"
Dengan acuhnya pria itu membuka ikat pinggang, membuka celana, dan mengeluarkan kemejanya. Tindakanya itu membuat perut pucatnya terseringkap, sampai bagian selangkangan. Tindakan itu membuat ku ingin mencicipinya. Teryata benar aku sudah menjadi maniak sex. Karena aku ingin dia bercinta denganku. Aku jadi binggung mau membunuhnya dengan cepat atau bermain dulu denganya.
"Lihat, Dobe apa yang kumiliki untukmu."
Aku menundukan kepala dan melihat tanganya melingkupi selangkangnya sendiri. Sebelum aku mengambil tanganya agar aku dapat melihat penisnya. Aku tidak melihat tanganya mengepal. Tinju pria itu bergerak dengan luar biasa cepat untuk menghantam kepalaku. Dan membawaku kegelapan tanpa dasar
Bersambung…
Seperti biasanya Neterya minta sumbangan concrit/saran/kritik/pujian (yang terakhir ngarep )di review readers semua? :D
