Hinata berdiri di depan mading fakultasnya. Ia sedang memperhatikan sebuah poster. Dalam poster berukuran A1 itu tertulis sebuah kata 'SUNSHINE!' dengan gambar seorang pria berambut blonde sedang memegang gitar. Tatapan pemuda itu tertuju pada buku not yang ada di depannya. Nampaknya ia sangat bahagia. Wanita bermata amethyst itu mengulurkan tangannya ke arah poster. Tangan putihnya seakan membelai wajah sang pria yang ada di dalam poster.

"Naruto-kun," gumamnya lemah.

Aktifitas wanita itu mau tak mau terganggu ketika sapaan teman kampusnya terdengar dari kejauhan. Suaranya terdengar riang. Sepertinya ia sedang senang, "Hinata!" wanita berambut bagaikan permen kapas itu lalu merangkulnya.

Tangan Hinata reflek berpindah ke tali tasnya, "E..eh, Sakura-chan," ia sampai tergagap karena malu ketahuan sedang bertingkah aneh.

"Kau kenapa, eh?" tanya Sakura bingung.

Dengan cepat wanita berambut indigo itu menggeleng, "Ti..tidak ada apa-apa," ucapnya.

Mata emerald Sakura lalu berpaling ke poster yang ada di depannya, "Wah, konser Sunshine, ya?," wanita itu lalu kembali menatap temannya yang tubuhnya lebih pendek darinya beberapa senti itu dengan tatapan selidik, "Sebenarnya ada apa, Hinata-chan? Ceritakan padaku. Pandanganmu sayu sekali."

Hinata menundukkan kepalanya, berharap Sakura tak memandanginya lagi, "A..ano, Sakura-chan. Kelas sebentar lagi akan dimulai," ia berusaha untuk mengalihkan topik.

Sakura lalu melihat jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya, "Ah iya! Sudah jam sepuluh. Ayo, Hinata!" ucapnya sambil menarik Hinata untuk bergegas pergi ke kelas mereka.

Kepala Hinata menoleh ke belakang. Mata amethystnya kembali melihat ke arah poster itu. Dengan tatapan yang lebih sayu lagi.


NARUTO FANFICTION

Disclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Warning: TYPO and OOC

No Pairing for This Chapter

goGatsu no kaze present

-SUNSHINE!-


"Sampai berapa lama lagi kau akan tidur terus, Naruto!" bentakan itu disusul dengan tarikan kasar selimut yang membungkus pria berusia dua puluh tiga tahun tersebut.

Bukannya langsung bangun, pria itu justru hanya menggeliat lemah dan kembali meringkuk. Membelakangi si pemilik suara. Si pemilik suara, Murasaki Shion, hanya bisa menggerutu kesal. Pasalnya pria yang satu ini tidak hanya satu atau dua kali melakukan hal seperti itu. Setiap hari ia dibuat kesal dengan kelakuannya. Kalau bukan karena kewajibannya sebagai manager, ia tidak akan sudi pagi-pagi buta untuk datang ke apartemen yang kondisinya melebihi kapal pecah.

Mata violet Shion lalu memandangi wajah Naruto yang rupanya masih terbuai di alam mimpi. Jantungnya berdegup dengan kencang. Jangankan memandang Naruto yang sedang tertidur, bertatapan dengannya saat terjaga pun membuat jantungnya hampir melompat. Ya, wanita itu memang menyukai pria bersurai blonde yang memiliki tanda tiga guratan di masing-masing pipinya itu. Namun rasa sukanya sengaja ia simpan dengan alasan keprofesionalan bekerja.

"Naruto!" bentakan kali ini sukses membuat Naruto hampir terbangun, dengan mata yang setengah terpejam tentunya.

"Mmh...lima menit lagi," gumamnya asal.

Shion memutar matanya kesal, "Kau pikir ini sudah jam berapa?" ia mengguncang tubuh Naruto yang masih belum berubah dari posisinya. "Ayo bangun! Kau ada persiapan untuk konser perdanamu."

Dengan malas Naruto berusaha untuk membuka matanya, "Iya...iya...aku bangun," ia lalu menggaruk perutnya yang merupakan kebiasaannya dari kecil ketika ia bangun tidur.

Shion yang melihat itu memalingkan wajahnya. Wajahnya panas bagaikan kepiting rebus, "He..hentikan kebiasaanmu itu! Kau tidak malu melakukannya dihadapanku?"

Naruto menguap sambil berjalan menuju kamar mandi, "Iya..iya. Kau bawel sekali. Seperti ibuku," racaunya. Pria itu lalu menghilang di balik pintu kamar mandi.

Shion hanya bisa mendengus kesal mendengarkan perkataan pemuda itu. Sebenarnya ia ingin sekali Naruto menganggapnya sebagai wanita. Ya, wanita. Selama ini pria itu hanya menganggapnya sebagai partner kerja. Bahkan perlakuannya terhadap teman-temannya yang bergender laki-laki sama dengan perlakuannya terhadapnya. Apa Naruto tak bisa memperlakukannya sedikit lebih istimewa?

Shion lalu menunggu Naruto di ruang tamu yang jaraknya terpisah dari kamar tidur. Ia memeriksa kertas-kertas yang ia bawa dalam map plastiknya. Disana banyak kontrak sponsor yang harus mereka berdua –Naruto dan Shion- diskusikan. Kontrak itu sangat penting, menyangkut dengan akan diadakannya konser perdana Naruto.

"Sponsor lagi?" ucap Naruto yang rupanya sudah selesai mandi. Rambut blondenya masih basah. Hal itu membuatnya terlihat sangat, umm, seksi?

Pipi Shion memanas. Ia sedikit mengangkat kertas yang ia baca hingga menutupi wajahnya. Menutupi semburat merahnya, "I..iya." Tidak ingin terlihat salah tingkah di depan Naruto, Shion berdeham sebentar, "Ini sponsor baru yang ingin bekerjasama dengan kita," ucapnya sambil mengulurkan kertas itu kepada Naruto.

Sapphirenya menjelajah isi kertas kontrak itu. Sesekali ia mengangguk pelan, namun tanpa bertanya sama sekali. Jelas saja, walaupun baru pertama kali mengadakan konser ia bukanlah seorang amatiran. Pria itu sudah malang melintang di dunia musik Jepang sejak lima tahun yang lalu. Selepas ia lulus High School. Masalah kontrak sponsor sudah sering ia tangani. Walaupun bukan skala besar.

"Ada yang tak kau mengerti?" tanya Shion. Wanita itu mengambil kertas lain yang juga berada dalam map, " Sponsor yang satu ini agak menyusahkan," ia memberikan kertas tersebut pada Naruto yang sepertinya belum membaca habis kertas yang pertama.

"Menyusahkan?" tanyanya sambil mengambil kertas yang Shion berikan.

Wanita beriris violet itu mengangguk, "Kau diminta untuk menjadi model iklannya jika mau produk itu mensponsori kita."

Naruto mengetuk dagunya dengan telunjuk. Ia berpikir, "Jika satu kali ambil gambar tak masalah. Aku tak mau kontrak yang mengikat," ia lalu meletakkan kertas itu diatas meja dengan sembarangan.

Shion membereskan kembali kertas-kertas tersebut dan memasukkannya ke dalam map, "Ayo cepat. Kita harus sampai studio jam sepuluh," wanita itu lalu bangun dari duduknya. Bergegas untuk meninggalkan ruangan, "Aku akan menunggumu di loby," lanjutnya.

Sementara itu, Naruto kembali ke dalam kamarnya. Mengganti t-shirtnya dengan kemeja dark brown berlengan panjang serta black jeans sebagai bawahannya. Sangat simple memang. Namun pheromone yang berasal dari tubuhnya tak berkurang sedikitpun. Ibaratnya, mau memakai pakaian apapun ia akan terlihat menarik. Jaket kulit serta kacamata hitamnya tak lupa ia kenakan sebagai tambahan. Jika para wanita melihatnya, hanya dua kata untuknya: SO HOT!

Sebelum meninggalkan kamar, ia membuka lemari kecil yang ada di sampir ranjangnya. Bagaikan ritual sebelum meninggalkan apartemennya, ia tak pernah lupa melakukannya. Tangannya lalu mengambil sebuah bingkai yang berisikan foto seorang gadis berusia tiga belas tahun sedang memegang bunga lavender dengan tersenyum. Pipi merahnya yang identik dengan gadis itu membuat Naruto tersenyum rindu.

"Doakan aku, Hinata. Sebentar lagi mimpi kita akan terwujud. Kita akan segera bertemu," diciumnya foto itu dengan penuh perasaan. Ya, ia sangat merindukan gadis yang ada dalam foto tersebut.


-Sunshine!-


Pukul dua belas siang. Kelas pertama hari ini telah selesai. Mahasiswa jurusan international relationship sedang beristirahat di gazebo depan gedung fakultasnya. Disana sangat sejuk, apalagi sekarang sedang musim semi. Yang paling membahagiakan adalah, satu-satunya pohon sakura yang ada di Universitas Konoha berada di fakultas ilmu sosial. Fakultas Hinata dan teman-temannya.

"Kenapa harus ada tugas lagi?" keluh wanita berponytail di depan Hinata dan Sakura. "Apa dosen itu tak tahu? Mahasiswa juga butuh istirahat otak," lanjutnya.

"Sudahlahlah, Ino," sambar Sakura, "Ibiki-sensei itu memang hobby memberi tugas."

Ino menghela nafas panjang, "Sepertinya semester ini akan lebih sibuk dari semester sebelumnya," ia lalu meletakkan kepalanya diatas meja.

Hinata memperhatikan kedua temannya tersebut dengan tersenyum, "Benar yang dikatakan Sakura-chan, Ino-chan. Sudah dua semester kita diajar oleh Ibiki-sensei. Seharusnya kau sudah mengiranya," ucapnya sambil sedikit terkikik.

Ino mengangkat kepalanya dan sedikit mendelik ke arah Hinata, "Otakmu encer, beda dengan otakku," Sakura membenarkannya dengan mengangguk. Namun, Ino tiba-tiba teringat sesuatu, "Ah, iya! Selamat atas pertunanganmu dengan Kiba ya, Hinata," perkataan Ino membuat mood Hinata berubah.

Wanita bersurai indigo itu tersenyum lesu, "Arigato," ucapnya pelan.

Sakura menyenggol lengan Ino. Wanita bermata aqua marine itu langsung reflek membekap mulutnya yang kelepasan. Sebenarnya mereka berdua tahu, pertunangan Hinata adalah pertunangan yang diatur. Keluarga Inuzuka adalah keluarga kaya raya pemilik industri makanan terbesar yang cabangnya hingga ke luar negeri. Sedangkan keluarga Hyuuga merupakan pemilik rumah sakit terelit di Jepang.

Hinata menyetujui pertunangan tersebut dengan alasan ayahnya akan membebaskannya untuk memilih jurusan yang ia sukai saat ia kuliah nanti. Dan disinilah ia. Seorang mahasiswi semester empat jurusan international relationship. Seorang wanita yang telah bertunangan.

"Go..gomen, Hinata-chan," Ino menyatukan telapak tangannya dengan muka memelas.

Hinata tersenyum, "Tak apa," timpalnya.

Lain dimulut, lain pula dihati. Itulah pribahasa yang sering didengar dalam kehidupan sehari-hari. Pribahasa itu pula yang kini ada pada diri Hinata. Mulutnya berkata 'Tak apa' namun hatinya berkata 'Aku tidak baik-baik saja'. Sampai saat ini ia hanya mencintai seseorang. Seseorang yang selama sepuluh tahun tak ia temui. Tapi hari ini semuanya seakan terang. Pria itu muncul dihadapannya. Lebih tepatnya, gambar pria itu. Naruto datang lagi dalam hidupnya dengan cara tak terduga. Tapi sangat disayangkan, mengapa kemunculannya sangat terlambat?


-Sunshine!-


Naruto memejamkan matanya sambil mendengarkan lagu lewat headsetnya. Sesekali mulutnya menggumamkan lirik dari lagu tersebut. Lagu A Thousand Miles yang di cover oleh Vanila Sky itu memang cocok untuk suasana hatinya saat ini. Ia sedang bersemangat. Tekad api telah membulatkannya untuk mempersiapkan konser perdananya yang akan diselenggarakan beberapa hari lagi. Sudah dari tiga bulan yang lalu ia dan timnya bekerja keras untuk mewujudkan itu semua. Tidak hanya impian Naruto, konser ini adalah impian semua orang yang bekerja sama dengannya selama bertahun-tahun. Ia tak akan membuatnya gagal.

"Naruto!" teriak Shion seraya menyingkirkan headset dari pria bersurai blonde itu.

Jelas saja Naruto kaget. Ia lalu mengusap-usap telinganya yang berdenging akibat teriakan Shion, "Aku tidak tuli. Telingaku ini sangat berharga, tahu!" umpatnya.

Shion tak mau diam saja mendengar perkataan Naruto, "Sudah tak terhitung berapa kali aku memanggilmu. Kalau telingamu sangat berharga, jangan mendengarkan lagu dengan volume penuh. Dasar baka!" omelnya balik. Wanita itu langsung turun dari mobil yang mengangkut mereka.

"Dia itu galak sekali. Kalau aku bilang satu kata, dia pasti menimpalinya dengan sepuluh kata," gerutunya.

Shino, salah satu timnya, memandangnya dengan tatapan datar dari kaca spion, "Shion tidak bohong, Naruto. Dia memang telah memanggilmu berkali-kali namun tak ada jawaban darimu."

TWICH!

Muncul empat sudut siku di pelipis Naruto. Shino yang telah mengenalnya lebih dulu daripada Shion malah ikut mengomelinya, "Sudahlah, Shino. Jangan memperburuk suasana hatiku yang sedang riang ini," ucapnya sambil berlalu. Meninggalkan Shino yang masih berada dalam mobil.

Saat ini ia berada di sebuah gedung perusahaan yang akan menjadi sponsor barunya. Mereka semua bergegas kesana setelah selesai latihan di studio. Gedung perusahaan itu sangat mewah, rapi, dan bersih tentunya. Naruto melihat ada tulisan besar 'INUZUKA FOOD AND CO.' di tengah-tengah lantai dasar gedung ini. Rupanya perusahaan menyusahkan yang akan menjadi sponsornya itu adalah perusahaan yang bergerak dibidang pangan. Naruto setuju saja untuk menjadi model iklan perusahaan tersebut. Asalkan jangan menjadi model iklan makanan anjing mengingat nama perusahaan yang mengandung unsur 'inu*' didalamnya.

"Tunggu disini sebentar. Inuzuka-sama sedang ada meeting dengan client dari luar negeri," ucap seorang pegawai ketika Naruto dan timnya sampai dilantai tempat mereka berjanji untuk bertemu. Ruangan itu sangat luas. Desainnya sangat elegan. Warna yang mendominasi adalah warna pastel dan putih. "Jika Anda semua perlu sesuatu, panggil saya saja. Saya berada di meja di depan ruangan ini," pegawai wanita itu tersenyum singkat seraya membungkukkan badannya. Lalu ia keluar dari ruangan dan kembali ke mejanya.

Setelah tiga puluh menit menunggu akhirnya sang pemimpin perusahaan tiba di ruang tunggu, "Maaf lama menunggu. Ayo kita bicarakan ini di ruanganku," ucapnya seraya mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Naruto dan timnya.

"Naruto, kau dan Shion saja yang ke ruangan itu. Kami ingin ke kantin dulu. Lapar," ucap Choji yang juga merupakan tim Naruto.

Naruto mengangguk singkat lalu meninggalkan Choji dan Shino yang ingin pergi ke kantin. Mereka berdua hanya berpindah satu ruangan. Ternyata ruangan pemimpin perusahaan tersebut tepat disebelah ruang tunggu mereka tadi. Ruangan ini jauh lebih luas dengan pemandangan Bukit Konoha yang sangat mengagumkan.

"Silahkan duduk," pinta pemimpin perusahaan tersebut, "Sebelumnya perkenalkan, namaku Inuzuka Kiba. Aku sementara menggantikan ibuku yang kini tidak ada di Jepang."

"Aku Namikaze Naruto. Dan wanita yang di sebelahku ini managerku, Murasaki Shion," ucapnya seraya duduk di sofa yang dipersilahkan Kiba. Sedangkan Shion sedikit membungkuk dulu sebelum duduk.

Kiba memencet tombol di telepon yang terletak di meja yang ada di sampingnya, "Samui-san, bisakah kau bawakan minuman dan makanan ringan untukku dan tamuku?" ia lalu melepas tombol tersebut tanpa menunggu jawaban dulu dari Samui.

"Mengenai sponsor yang akan perusahaanmu ajukan," Naruto langsung berbicara tanpa basa-basi, "Apa kontrak mengenai diriku yang menjadi model iklanmu bersifat mengikat?"

"Tidak," jawab Kiba, "Hanya satu kali pengambilan gambar dan beberapa foto. Iklan itu untuk produk minuman kami yang baru. Minuman berion," jelasnya.

Naruto merasa lega. Setidaknya bayangan akan mengiklankan makanan anjing sirna sudah. Ditambah kontrak itu seperti yang ia duga sebelumnya. Ia tersenyum. Sedangkan Shion hanya memperhatikan mereka berdua tanpa menginterupsi.

Tiba-tiba Kiba melihat jam tangannya. Sudah hampir menunjukkan jam satu siang. Ia tersenyum tipis. Pikirannya sedang melayang pada tunangannya yang pasti saat ini sedang istirahat makan siang. Sudah hampir seminggu ia tak mendengar suara lembut dari Hyuuga Hinata. Wanita cantik calon istrinya. Walaupun mereka ditunangkan dengan cara diatur, tapi Kiba sangat bersyukur. Hal itu lantaran Kiba yang memang telah jatuh hati pada wanita beriris amethyst itu bahkan sebelum bertemu dengannya. Melalui foto tentunya.

Matanya berkilat senang, "Gomen, Naruto, Shion. Aku ingin menghubungi seseorang dulu. Kalian silahkan menikmati hidangan yang ada di meja dulu," ucap Kiba seraya bangun dari sofa dan berjalan menuju jendela kaca super besar yang didepannya terdapat pemandangan Bukit Konoha.

Naruto dan Shion mengiyakan ucapan Kiba. Mereka meminum teh yang disediakan Samui untuk mereka. Di meja tersebut juga ada beberapa makanan ringan yang kelihatan sangat sayang kalau tidak dicicipi. Naruto sempat berpikir ada baiknya Choji tidak ikut mereka ke ruangan Kiba. Pria bertubuh tambun itu pasti sudah membabi-buta menghabiskan makanan yang ada di meja saat ini.

"Moshi-moshi, Hinata," terdengar suara Kiba memanggil sebuah nama yang membuat kepala Naruto menoleh padanya.

Ruangan itu sangat sepi, jadi wajar saja jika suara sekecil apapun akan terdengar. Kiba terlihat sangat menyukai percakapannya dengan orang yang sedang dihubunginya. Terlihat senyum yang tak mau lepas dari wajahnya.

"Ya, aku akan ke Hyuuga Hospital untuk bertemu dengan ayahmu. Ada beberapa hal juga yang ingin aku bicarakan dengan Neji," nama-nama yang Kiba sebutkan tadi terasa familiar di telinga Naruto. Matanya membelalak dan jantungnya berdegup dengan kencang. Tapi tenang dulu, siapa tahu itu bukan dia. Tapi kenapa nama yang disebutkan bisa kebetulan sama?

Kiba menutup ponselnya dan kembali duduk bersama Naruto dan Shion, "Gomen, agak lama," ucapnya seraya memperlihatkan cengiran khas anak-anak.

"Tadi itu kekasihmu?" Naruto kaget mendengar pertanyaan yang dilontarkan Shion. Ia hampir saja menyangka kalau itu suaranya sendiri.

Dengan malu-malu Kiba menjawab, "Bukan. Dia bukan kekasihku. Dia lebih dari itu. Dia tunanganku."

"Tunangan?" gumam Naruto pelan hingga tak mungkin di dengar Shion dan Kiba.

"Ne, Inuzuka-san. Kalau boleh tahu, siapa wanita beruntung yang akan menjadi istrimu?" tanya Shion dengan semangat. Wanita itu tidak tahu bahwa pria yang ada di sebelahnya jantungnya berdegup dengan kencang karena menebak-nebak jawaban apa yang akan diberikan Kiba.

"Dia putri seorang dokter ternama di Jepang. Seorang putri dari keluarga Hyuuga. Namanya adalah Hyuuga Hinata," jawab Kiba dengan muka sedikit tersipu.

Shion mendengar jawaban itu dengan senyuman yang lebar. Sedangkan Naruto, dunianya seakan dijungkir-balikkan seketika.


-Sunshine!-


-To Be Continue-


.

*inu: anjing

.

Holla, minna-sama!

Ketemu lagi dengan Kaze disini

Yup, ini fic baru Kaze yang ceritanya spontan tanpa campur tangan siapapun kecuali Tuhan

Bagaimana? Menarik atau tidak?

Kalau para reader bilang, "Kenapa publish fic baru sedangkan fic December aja belum kelar?"

Dengan tampang cool Kaze akan menjawab, "Fic itu akan Kaze publish di event NHFD aja. Mhahaha."

Berhubung fic ini bertemakan Hurt, Kaze publish lebih awal supaya nggak mengganggu mood para reader ketika event NHFD berlangsung.

Soalnya, berangkat dari pengalaman, Kaze pernah diomelin sama reader karena publish genre Hurt di event NHFD.

Yasudah Kaze publish sekarang aja deh

Yosh, sudah dulu curhatnya

Dukung terus supaya Kaze bisa menelurkan fanfic-fanfic yang lebih seru dan bagus lagi!

Adios!