Halo Minna-san! Huueeeee, saia udah lama gak ke Fanfiction.. TT^TT Dikarenakan tugas yang menumpuk dan Kompie nya dipakai mulu sama adik buat main PB.. Jadi gak bisa main Kompie deh.. TTwTT #Curhat loe?
Baiklah, saia mau coba-coba buat cerita Horror.. Ya kebetulan saja saia itu suka banget sama Horror.. Jadinya, pingin bikin cerita Horror deh!
Kayaknya, nih cerita bakalan ber-Chapter deh! Yaudah, mudah-mudahan saia bisa ngelanjutinnya.. Soalnya, karena masalah Kompie nya selalu dipakai adik saia.. Kadang gak mau gantian.. -_- Minta dibunuh dia~ #Plakkkk!
Udahlah, lansung aja ke Story!
Disclaimer: Vocaloid punya Yamaha
Pairing: Len x ..? *Saia belum tau*
Rated: T Kayaknya Rated T dulu (Masih belum seram ceritanya di Chapter 1)
Warning: OOC, Typo(s), aneh, dll.
Summary: "Selamat datang di Dunia Kematian" Jika Kematian menjemputmu, apakah kau mau masuk ke dalamnya atau pergi dari Dunianya dan-
Maaf jika cerita saia sama dengan punya anda, tapi ini cerita murni dari pikiran saia kok..
.
Dunia Kematian
By: Yui Scarlet
.
Chapter 1, Vocaloid Academy School
Tik.. Tok.. Tik.. Tok..
Jam terus berjalan sesuai dengan menitnya. Aku terus tertidur di kasur yang empuk ini. Rasanya aku tidak mau beranjak atau pergi dari kasur ini. Bunga-bunga mimpi masih berada di kepalaku, atau bisa disebut aku sedang bermimpi.
Aku menggeliat dan tertawa sendiri saat aku bermimpi tentang seorang perempuan yang wajahnya mirip denganku, aku lempar dia pakai Kue Ulang Tahun. Jadi, di mimpi aku, perempuan itu sedang ulang tahun.
Cklek!
"Onii-chan! Bangunlah, ini sudah pagi!" ucap seorang perempuan yang sangat aku kenali suara ini. Suaranya yang agak-agak cempreng tapi manis untuk didengar. Aku lansung sadar dari tidurku. Akhirnya, bunga-bunga mimpiku menjadi layu. Jadi, aku tidak bisa bermimpi lagi dan lansung bangun. Tetapi, aku tidak mengangkat tubuhku lansung, melainkan aku tetap dalam posisi tidurku.
Sepertinya, perempuan itu kesal karena dikira aku tidak mau bangun, lansung saja dia mendekatiku, dan menggoyangkan tubuhku dengan kedua tangannya. Aku tersenyum usil saat ada pikiran yang tiba-tiba melintas di otakku. Aku tetap diam dan tidak mau bangun.
"Onii-chan! Sampai kapan kau masih mau tidur!" ucapannya lagi, membuatku ingin ketawa dengan kencang. Kalian pasti bingung kenapa aku kepingin ketawa karena dia bilang gitu. Iya kan? Jawaban simple nya karena mau aku kerjain dia!
Aku mati-matian menahan ketawa, sampai akhirnya dia berhenti menggoyangkan tubuhku. Lalu, dia sepertinya beranjak dari tempat tidurku, mungkin dia jadi malas membangunkan aku karena aku tidak mau bangun. Aku bersiap-siap untuk mengambil aba-aba untuk mengusilinya.
1, 2, 3..!
"Kena!" ucapku lansung bangun dan juga lansung memeluknya dari belakang. Dan seketika, keseimbanganku tidak kuatur, sehingga aku dan dia terjatuh. Sehingga aku menimpa badan mungilnya itu. Muka ku memerah. Sepertinya, muka dia juga memerah. Akh! Kenapa menjadi seperti ini.. Tapi, kejadian itu membuatku ketawa M****. Seketika, dia lansung bangun tanpa aba-aba. Dengan kuatnya dia mengangkat tubuhku sampai aku terjatuh kebelakang. Kepalaku terbentur dengan keras. Rasa sakit aku rasakan di belakang kepalaku. Aku meringis kesakitan.
"A-aww, sa..sakit.." ucapku meringis sambil memegang kepala belakang ku. "Kau keterlaluan, Rin," sambungku masih meringis kesakitan. Dia—Rin, menatap tajam kearahku. Aku seolah bisa membaca pikirannya kalau Rin pikir kalau aku hanya bohongan kesakitan. Jadinya, dia menatap tajam kearahku.
"Aku tidak peduli! Itu juga salah Onii-chan 'kan?" ucap Rin dengan angkuh dan jari telunjuknya menunjuk kearahku. Aku merasa dia tidak menyadari rasa sakit di belakang kepalaku. Ah, aku lihat ada semburat warna merah di pipi nya yang putih. Membuatku terpesona melihat adik ku ini.
"Lagian, ngapain sih Onii-chan pakai meluk aku dari belakang?! Itu menjijikkan tau! Ingat, aku sudah ada yang punya!" ucap Rin sambil menghentakkan kakinya, aku tau dia marah karena aku memeluknya secara tiba-tiba. Ah iya, aku ingat. Rin berpacaran dengan Kaito-senpai! Ah, aku sampai lupa. Untung saja bukan di Sekolah meluknya, kalau iya aku sudah habis dengan si Senpai Ice Cream itu!
"Iya-iya, Gomenne.." ucapku ogah-ogahan mengucapkan Gomenne ke Rin. Rin mengembungkan pipinya, lalu mengalihkan wajahnya dari pandanganku.
"Yasudahlah, tidak apa-apa. Cepatlah kau mandi Onii-chan! Kita akan segera pergi ke Sekolah baru kita," ucap Rin kemudian yang ternyata memaafkan perilaku ku yang tadi. Hhh, aku menghela napas saat adik ku itu menutup pintu kamar ku dengan keras saat dia sudah keluar dari kamarku.
Aku mencoba bangkit dari dudukku.
Ngingggg
Akh! Aku memegang kepalaku. Sakit sekali. Di belakang kepalaku berdenyut dan berdenging. Aku kira hanya sakit sebentar, kok bisa jadi berdenging gini ya? Ah, sudahlah. Mudah-mudahan tidak kenapa-kenapa dengan Kepalaku. Yang jelas, sekarang aku harus mandi agar adik ku itu tidak melempar centongan nasi ke muka aku gara-gara aku telat mandi.
-OoO-
"Onii-chan! Kau lama sekali mandinya! Kau ngapain di Kamar Mandi?" tanya Rin saat aku menuju ruangan dapur di rumahku. Aku hanya tersenyum kecil. Lalu, aku duduk di meja makan. Menunggu makanan yang disiapkan adik ku yang manis ini. Ah ya, Rin memang pintar memasak. Setiap makanan apa pun bisa dia masak, tentu saja dengan cita rasa yang enak! Aku jadi lebih suka makan makanan masakan Rin daripada makanan di Restoran atau apa lah.
Aku diam-diam melihat Rin. Ternyata, Rin itu seperti ibu rumah tangga saja ya. Dengan kelihaian nya di Masak Memasak dan Membersihkan Rumah. Ah, seperti aku menjadi suaminya sedangkan dia menjadi istri ku. Ah Len? Apa yang kau pikirkan sih? Seharusnya aku gak boleh mikir seperti ini! Rin itu kan saudara kandungku. Tidak mungkin aku menyukainya! Lagipula, Rin itu kan sudah punya pacar.
"Onii-chan? Ngapain liat-liat aku?" ucapan Rin membuyarkan lamunanku. Oh, ternyata aku melamun sambil melihatnya. Wajahku memerah dan memalingkan wajahku darinya. Mudah-mudahan Rin tidak lihat.
"Ditanya diam aja. Nih, kita tidak sempat untuk sarapan pagi, jadinya aku membuatkanmu bekal untuk di Sekolah!" Rin memberikanku kotak bekal yang berwarna orange yang diatas tutupnya bergambar anaj burung lucu yang berwarna kuning yang setara dengan kotak bekalnya. Aku menatap Rin dengan mata berbinar-binar.
"Wahh! Arigatou Rin! Demi apa, tumben kamu mau peduli sama aku biar gak kelaparan di Sekolah! Biasanya gak dimasakin bekal!" ucap aku sampai panjang lebar. Dengan reflek, aku memeluk tubuhnya. Rin lansung mendorong tubuhku, sehingga aku terjatuh. Demi apa, nih cewek kekuatannya udah kayak tukang kuli. Daritadi aku didorong sama dia sampai jatuh.
Aku melihat wajah Rin secara samar-samar. Wajahnya memerah dan menampilkan wajah sedih. Aku bingung bercampur rasa bersalah. Mungkin karena aku tadi secara reflek memeluknya.
"O-Onii-chan.. Ja-jangan lakukan itu lagi.." ucapnya dengan nada kecil seperti berbisik. Tetapi, aku mendengarnya. Aku.. Entah kenapa.. Ah, lupakan.
Aku lansung beranjak dari jatuhku dan meminta maaf kepada Rin. Rin hanya menganggukan kepalanya, lalu Rin pergi dari dapur. Apakah.. Aku keterlaluan ya? Ah, nanti aku akan mencoba meminta maaf kepadanya sekali lagi. Karena aku kurang tidak percaya kalau dia benar-benar mau memaafkanku.
Aku menatap kotak nasi yang berisi makanan yang dia buatkan untukku. Lalu, aku tersenyum. Aku mengambil Kotak Nasi itu dan pergi mengambil tas di kamarku.
-OoO-
"Rin, aku sudah siap. Apakah kau sudah siap?" tanyaku ke Rin yang hanya diam. Aku menundukkan kepalaku dan menghela napas. Sepertinya, Rin masih marah sama aku.. Aku kecewa, seharusnya aku tadi tidak memeluknya.. Aku melihat wajah Rin yang sedih. Aku ingin sekali membelai rambutnya untuk menenangkannya, tetapi.. Rin lansung pergi keluar rumah. Sepertinya Rin tau kalau aku mau membelai rambutnya. Aku kembali menghela napas.
Aku mengambil tas ransel ku dan menggendongnya di belakang punggungku. Aku berjalan keluar dari rumahku, lalu menutup pintu dan menguncinya. Aku segera berjalan menyusul Rin. Langkah kakiku ku cepat kan, dan akhirnya aku bisa menyusulnya. Aku berjalan di belakangnya.
Aku ingat.. Mungkin.. Rin marah bukan hanya karena aku memeluknya. Waktu itu, aku tidak sengaja mencium tepat di bibirnya. Karena, aku tersandung kursi sialan itu yang kebetulan Rin di depanku yang hendak memberikan aku buku, lalu aku mendorongnya sampai ia terjatuh. Lalu, aku menimpa tubuhnya dan tidak sengaja aku mencium bibirnya. Kejadian masa lalu itu.. Hhh, tidak bisa kulupakan. Lalu, bukan hanya itu saja. Waktu itu, aku tidak sengaja melihatnya sedang memakai baju. Lalu, kami marah sampai 1 minggu. Lalu Rin mendekatiku lagi dan mau berdamai denganku. Dan juga dengan kasus ciuman tak sengaja itu. Rin marah padaku sampai 1 bulan. Akhirnya, aku mencoba meminta maaf kepadanya, dan akhirnya dia memaafkanku.
Pasti Rin marah, karena aku mengingkari janjinya. Ya, dulu Rin menyuruhku berjanju untuk tidak melakukan hal yang keterlaluan lagi.. Tetapi, gara-gara tadi pagi saat aku bangun, dan tadi waktu di dapur.. Aku melakukannya dua kali dan itu berarti aku mengingkari janjinya. Jadi.. Rin pantas marah kepadaku! Karena aku sebagai Kakak nya bukan melindunginya, malah menyakiti hatinya! Aku.. Takut.. Rin.. Membenciku..
Tak terasa, aku sudah sampai di Sekolah baruku. Di depan gerbang ada tulisan nama sekolah yang besar yang bertulisan "Vocaloid Academy School". Aku terpesona dengan gedung Sekolah ini yang lumayan besar. Aku masuk ke gerbangnya. Aku melihat beberapa murid di sepanjang depan Sekolah.
Ah, aku sampai lupa Rin. Dimana ya.. Rin..?
"Kaito-senpai!" aku mendengar suara Rin yang memanggil Cowok Ice Cream itu. Aku lansung menoleh kearah sumber suara. Lalu, aku melihat Kaito yang sedang membelai rambut Kuning Rin. Sedangkan Rin tersenyum dan wajahnya memerah. Entah kenapa, saat aku melihat adengan itu, hatiku panas.
"Kau ternyata benar-benar mau pindah ke Sekolah ini, Rin-chan~" ucap Kaito dengan tangan yang memegang ice cream di tangan kanannya. Rin menganggukan kepalanya.
"Demi Kaito, aku akan berusaha untuk dekat untuk Kaito-senpai!" ucap Rin senang. Entah kenapa, aku yang melihatnya, membuat hatiku sesak dan rasanya aku ingin menangis. Rin yang tadi diam denganku, dan tiba-tiba dia tersenyum saat dia melihat Kaito.
R-Rin..?
Aku.. Sakit hati..
"Eh? Ada Len juga ya?" tanya Kaito yang membuyarkan lamunanku. Aku menatap wajah Senpai ku itu. Senyuman ceria menghiasi wajahnya yang, ehm, Tampan itu. Kaito menghampiriku.
"Iya, senpai. Aku ingin menemani Adik ku itu ke Kota ini," ucapku datar dan memalingkan wajahku dari wajah Kaito.
"Wahh, ternyata Len itu kakak yang bijak ya! Sampai merelakan Tempat Tinggal kesayanganmu untuk pindah ke Kota ini!" ucap Kaito yang membuatku membelalakkan mataku. Hatiku tersentuh dengan perkataan Kaito, seketika aku menatap wajahnya dan tersenyum.
"Ah benarkah senpai?" tanya ku dengan mata berbinar-binar. Kaito menjilat ice cream nya, lalu menganggukan kepalanya seraya senyuman di wajahnya.
"Iya Len!" ucap Kaito yang seketika memegang tangan Rin. Kembali, hatiku sesak lagi. Lansung aku memalingkan wajahku lagi karena kesal.
"Sudahlah, ayo kita masuk ke Sekolah baru kita! Aku sudah tidak sabar melihat isi Sekolahnya!" ucap Rin yang seketika semangat. Berbeda dengan tadi, Rin yang murung. Sekarang menjadi semangat dan ceria hanya karena melihat Kaito-senpai.
Aku menghela napas, meskipun hatiku masih sesak.
Lalu, Kaito berjalan bersama Rin dengan tetap berpegangan tangan. Sedangkan aku, berjalan di belakang mereka.
-OoO-
"Nah, ini kelas kamu dan Len," ucap Kaito pada saat sudah sampai di kelas baruku dan Rin. Oh iya, Aku dan Rin itu sebenarnya umurnya sama, karena kita itu Kembar. Tetapi, Rin mau aku sebagai kakaknya yang akan melindunginya. Tetapi.. Aku.. Tidak bisa melindunginya..
Hatiku sedih
Kriinngggg… Kringgggg.. Kringgggg
Bunyi bel bertanda masuk aku dengar, dengan segera aku mengajak Rin ke kelas baruku dan menarik tangannya. Lalu, Kaito permisi untuk kembali ke Kelasnya. Seketika, Rin menepis tanganku yang sedang memegang tangannya. Aku terkejut. Rin menatapku datar. Aku baru menyadari semua murid di kelas baruku itu melihatku dengan tatapan aneh. Wajahku memerah karena malu. Mungkin karena aku tiba-tiba masuk ke kelas mereka dan kejadian Rin tadi yang menepis tanganku. Karena aku tidak mau cari masalah di hari pertamaku bersekolah disini, lansung saja aku mencari tempat duduk yang kosong di Kelas baruku itu. Dan ada dua bangku kosong yaitu yang satu ada di Pojok kanan dekat jendela, dan satunya lagi ada di depan pojok kanan. Berarti aku dan Rin bisa duduk di salah satu kedua bangku itu dan sebaris. Rin mengambil bangku depan dan sedangkan aku mengambil bangku belakang.
Aku merasa risih karena aku dilihatin oleh perempuan-perempuan yang terpesona denganku, maklum mungkin karena aku murid baru disini. Aku hanya menghiraukannya, lalu wajahku menatap luar jendela yang kebetulan tempat dudukku ada di dekat jendela. Angin pagi itu masuk ke jendela itu, lalu membelai rambutku. Aku tersenyum kecil.
"Apakah aku bisa.. Menemukan.. Kebenaran..?" gumamku di dalam hatiku.
-OoO-
Oh ya, di Chapter 1 belum aku buat cerita Horror nya, karena masih permulaan.. Nanti, aku tidak tau apakah di Chapter 2 akan aku lansung buat Horror nya atau tidak.
Gomenansai kalau ceritanya aneh dan jelek dan banyak Typo nya..! Aku akan berusaha untuk meng-Update ceritanya jika Kompie nya jika aku yang megang.. Tetapi.. Aku ingin minta..
Review ya dari kalian! Soalnya, Review sangat berguna untuk saia.. Saia akan sangat sangat sennag jika kalian mau me-review nya..
