Disclaimer : Naruto Masashi kishimoto. Saya hanya meminjam char/karakter dalam anime/manga Naruto, sebagai tokoh dalam cerita fiksi saya.
Summary : Sebuah teka-teki baru menuntun pemuda jenius putra seorang detektif untuk kembali kepada takdirnya. Mau tidak mau, dia harus bisa memecahkan sebuah kasus yang sangat sulit diterima nalar manusia.
Genres : Mystery & Suspense
Warnings : fiksi, OOC (mungkin), Typo's, dan hal-hal yang mungkin saja mucul yang mana tidak saya cantumkan di sini.
Note : Semua pernyataan disclaimer, genre, dan yang lainnya. Mulai sekarang akan mengacu pada tulisan di chapter ini. Jadi, saya tidak akan mencantumkan pernyataan disclaimer dll di chapter berikutnya. Tulisan yang di Bold, menunjukkan isi surat.
XxX
Prolog
XxX
Lahir. Hidup. Mati. Ketiga hal tersebut merupakan sebuah siklus kehidupan. Tak ada penjelasan masuk akal tentang di mana kau sebelum dilahirkan dan ke mana kau akan pergi setelah ajal menjemput.
Kehidupan. Bagiku, itu adalah hal ganjil. Telah terlihat dihadapanku, berbagai macam bentuk kehidupan di luar nalar manusia.
Aku, seorang remaja usia pertengahan. Takdirku adalah mencari suatu hal bernama misteri. Meski itu merepotkan, tapi harus dijalankan. Salah satu impianku adalah menjalani kehidupan yang tentram, damai, dan bebas seperti awan. Tapi, itu semua hanya mimpi. Sejak mulai aktif memecahkan suatu kasus, hidupku dipenuhi dengan kesibukan. Serangkaian misteri menjejali syaraf otakku. Seperti sebuah TTS, aku harus memecahkan kode-kode atau menjawab pertanyaan-pertanyaan. Menggunakan otakku untuk berpikir. Beroperasi menyaring analisa, mencari kemungkinan, jawaban, dan fakta. Membuat setrategi bak bermain catur. Itu semua adalah tugasku sebagai detektif dibalik layar.
Namun sekarang, saat bayangan hitam mulai melilit tubuhku, mencekik leher dan menghambat saluran pernafasan, bayangan nyala api mulai membakar tubuhku, menghancurkan, dan meleburkan. Saat itu, otakku memproses kenyataan, bahwa sebentar lagi, pasti impianku akan menjadi sebuah angan-angan tak berarti.
Tapi, paling tidak ada satu impianku yang mungkin akan terwujud. Hn, ya , mati dengan rasa kepuasan. Kepuasan karena ketidakmampuanku memecahkan sebuah kasus.
XxX
Detektif Bayangan
Bagian Satu
Surat Berantai
XxX
(Shikamaru POV)
Dulu sekali sebelum Paman Asuma meninggal, aku pernah bertanya kepadanya untuk apa manusia diciptakan. Paman Asuma menjawab 'Manusia diciptakan untuk menjalani kehidupan, di mana manusia hanya diberikan satu kesempatan untuk hidup'. Kemudian aku segera mengambil papan catur dan menatanya di depan Paman Asuma. Aku berpikir, jika aku tak memanfaatkan waktu luang, mungkin kehidupanku akan sia-sia.
Beranjak remaja, aku mulai memikirkan masa depanku. Aku ingin menjalani kehidupan dengan kedamaian. Setelah dewasa nanti, aku ingin memiliki seorang istri. Hn, tidak perlu terlalu cantik, lalu, dua orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan. Kemudian, aku ingin meninggal duluan sebelum istriku.
Namun, aku mulai tersadar, kalau itu semua sepertinya hanya sebuah angan-angan yang hanya memiliki kemungkinan kurang dari 5% untuk terjadi. Setelah Paman Asuma meninggal, kehidupanku menjadi berubah drastis. Takdirku mulai berubah. Sekarang ini, aku mempunyai tittle sebagai 'detektif bayangan'.
Mungkin, julukan itu diberikan karena aku tak pernah memunculkan sosokku saat memecahkan kasus. Aku selalu menyembunyikan diri dibalik layar. Meskipun menjadi seorang detektif terkadang sangatlah merepotkan, tapi aku sangat menyukai pekerjaanku. Di dalam ruangan aku berperan sebagai detektif dengan panggilan sandi 'S'. Di luar ruangan aku berperan sebagai murid biasa di sebuah sekolah swasta. Tak ada orang yang curiga ataupun tahu jika aku adalah detektif dengan panggilan 'S', bahkan orang tuaku.
Namun pada akhirnya, aku mulai berpikir ada seseorang yang mengetahui identitasku.
Mungkin.
Sebuah amplop cokelat berbentuk persegi panjang dengan sebuah perangko tertempel di sudut amplop. Teksturnya yang sangat biasa, membuat surat itu terlihat tak begitu menarik. Di zaman yang sudah modern, di mana semua orang sudah menggunakan surat elektronik untuk bertukar informasi. Bagiku amplop cokelat itu sangatlah menarik. Pelayan rumahku menemukannya di teras depan gerbang. Awalnya sang pelayan berniat membuangnya. Tapi, segera kucegah sesaat sebelum amplop itu jatuh ke bak sampah.
Mataku segera menjelajah ke segala sudut amplop. Dari kiri ke kanan terus ke bawah lalu belakang mencari tanda pengirim amplop itu. Dengan hati-hati mulai kurobek bagian samping amplop, kutarik secarik kertas lusuh perlahan dengan telunjuk dan ibu jari. Kemudian kubuka lipatannya, tampak tulisan latin yang tidak begitu rapi. Tinta merah yang timbul dan meredup, membuat tulisan itu terlihat samar.
.oOo.
"Aku adalah sesuatu yang mampu melihat masa depan, mengubah takdir, bahkan mengetahui kapan datangnya KEMATIAN"
.oOo.
Sesaat jantungku berdegup kencang. Otakku mulai mencerna isi dari surat misterius itu. Apa ini, sebuah terorkah? Atau hanya orang iseng yang tak sengaja menjatuhkan amplop ini di depan pintu gerbang.
Kulipat kembali surat itu, lalu kumasukkan ke dalam laci.
XxX
Dua hari berikutnya sebuah amplop cokelat kembali tergeletak di depan gerbang. Aku kembali memungutnya. Bentuk dan tulisannya sama seperti surat dua hari yang lalu. Yang terlihat berbeda hanyalah isinya.
.oOo.
"Bila kau bermain api, maka kau akan terbakar. Api adalah musuhmu."
.oOo.
Aku menatap lekat tulisan itu diam tanpa kata. Aku kembali menyimpan surat misterius itu.
XxX
Empat hari kemudian masih sama dengan dua surat sebelumnya, hanya saja waktu ditemukannya pada malam hari. Aku menatap surat itu cukup lama hingga tak sadar ayahku tiba-tiba saja sudah di sampingku lalu menepuk pundakku.
.oOo.
"cepat atau lambat Kematian pasti akan datang. April 27. Hosikage Kisame, Hokaido 09:57 PM"
.oOo.
Raut wajah ayah menunjukan kebahagiaan yang menggebu. Ia senang bukan karena surat-surat itu, tetapi lebih kepada ketika melihat raut wajahku saat berpikir.
Jemariku sibuk menuangkan goresan pena di atas kertas kosong, mencoba membuat sebuah analisis tentang isi surat itu. Wajahku datar, namun tatapan mata jelas menunjukan tanda tanya besar "Apakah ini adalah keisengan seseorang atau penjahat yang mencoba membingungkan Ayah? Di sini tertulis nama seseorang, tanggal, jam, dan nama kota."
Ayah hanya berdeham, lalu mengganti channel Tv "Tadinya ayah berpikir begitu, karena belakangan ini tidak ada kasus serius. Tapi tentang nama orang, mungkin dia mencoba membingungkan kita."
Otakku mulai bekerja setelah mendengar jawaban ayah. Persentase kemungkinan orang iseng yang melakukannya adalah 1%, lalu 3% untuk penjahat yang meneror, dan 5% untuk musuh yang menyimpan dendam Pada ayah. Sejauh ini aku hanya bisa menyimpulkan sebatas itu. Tapi jika ternyata terjadi sesuatu dan berkaitan dengan tulisan di surat tadi, mungkin kesimpulanku akan berubah.
Keesokan harinya sebelum berangkat sekolah, aku menyuruh pelayanku untuk memasang beberapa kamera CCTV di depan gerbang. Rasa penasaran kini telah menjalar menjadi sesuatu yang mengganjal di otak.
"Semua kamera telah terpasang di sekitar gerbang depan. Totalnya ada 4 kamera."
Aku menyeruput tehku, kemudian mengangguk pelan. Rasa penasaranku sedikit menurun setelah mendengar laporan pelayanku tadi.
XxX
pagi-pagi buta, cuacanya kurang baik karena gerimis yang mengguyur kota. Sosok laki-laki berjubah hitam lengan panjang. Posturnya seperti anak usia remaja. Dia berjalan dari seberang jalan, lalu menyeberang ke sisi yang lain. Berjalan menunduk seolah-olah mengetahui ada kamera yang mengintai, menyembunyikan wajahnya di bawah payung hitam. Dengan sengaja tapi tampak tidak sengaja, dia menjatuhkan sepucuk amplop tepat saat dia melintas di depan gerbang.
.oOo.
"Api kini mulai membakar. Diriku kini telah berubah menjadi dewa. Dewa yang akan menyingkirkan aktivitas para pengganggu."
.oOo.
Aku mulai menganalisis maksud surat terakhir. Kulihat dan kubaca berulang-ulang, mencari sebuah petunjuk lain dari surat itu. Mataku langsung terbelalak menyadari sesuatu. huruf t-i-v-i dalam kata aktivitas ditulis meredup, sehingga menimbulkan perbedaan samar dengan huruf lain. Dengan gugup aku berlari brutal, menuju ruang bersantai lalu segera menyalakan Tv. Mengganti setiap channel mencari acara yang mungkin ada hubungannya dengan surat-surat misterius itu.
"Lintas berita, seorang pria di temukan tewas di dalam hotel kota Hokaido. Korban ditemukan pada tanggal 27 april malam tadi tepatnya pukul 21:57. Polisi tidak dapat mengidentifikasi korban karena mayat hangus terbakar. Tapi menurut informasi korban bernama Hosikage Kisame. Saat ini para polisi berasumsi kalau ini kasus bunuh diri."
Tubuhku bergetar melihat berita itu. Hanya kebetulan atau memang sudah direncanakan. Tapi, di TKP tidak ditemukan bukti adanya pembunuhan. Namun dengan adanya surat-surat yang aku temukan, 89% kematian orang bernama Hosikage Kisame adalah pembunuhan yang sudah direncanakan. Aku hanya perlu menyelidiki ini lebih mendalam agar tahu apa motif pembunuhan ini.
XxX
Hari berikutnya, sebuah surat dengan bentuk yang sama kembali ditemukan. Hal ini jelas membuatku bingung. Biasanya kedatangan surat itu dua hari atau tiga hari sekali.
Di surat, tulisannya pun berubah menjadi tulisan biasa namun tak begitu rapi. Tinta yang digunakan berwarna hitam. hanya dua buah kata satu huruf.
.oOo.
"Helpp Mee 'S'.."
.oOo.
"Kenapa harus minta tolong?" Suaraku datar tapi penuh dengan kebingungan.
Apakah ayah bisa merasakan ekspresi dibalik wajah seriusku?
"Surat itu mungkin ditujukan untuk ayah, bukan untukmu. Simbol 'S' mungkin saja merujuk pada ayah yang berarti 'Shikaku', yang mana pengirim mengira ayah adalah 'S' walaupun ayah tak tahu untuk apa pengirim minta tolong kepada detektif terkenal bertaraf internasional itu." Suara ayah menanggapi omonganku.
Aku hanya terdiam, sementara ayah menepuk pundakku lalu pergi. Hari ini ayah dipanggil kepolisian untuk menyelesaikan kasus kematian Hosikage Kisame.
Sementara ayah berjalan menuju pintu depan, aku memanggil pelayanku. Memintanya untuk memasang kamera tambahan di setiap sudut gerbang, agar dapat melihat wajah pemuda pengirim surat dari bawah.
XxX
Kali ini dua buah surat sekaligus dengan isi yang berbeda.
.oOo.
"Please, Help Me 'S'.."
.oOo.
"Mei, 16. Kakuzu, Newcastle. 04:40 PM"
.oOo.
Hanya ketika permukaan surat itu dipenuhi cipratan darah, aku mengamati pemuda itu datang menggunakan mantel tebal, yang menyebabkan tubuhnya terlihat besar. Pemuda itu merunduk berhati-hati, mengalihkan wajahnya sepintas kepada kamera terdekat.
Wajah yang penuh luka, dari bekas-bekas penganiayaan. Seperti ada sesuatu yang mengorek tenggorokanku, segera kutengguk teh dengan cepat.
.oOo.
"Kenapa kau tidak membalas suratku?"
.oOo.
Terlihat rapi dan tebal, sehingga mudah dibaca. Aku menghitung persentase kemungkinan surat itu ditulis oleh dua orang berbeda. Tiga orang grafologi pun aku panggil untuk memastikan. Dan sesuai dugaanku, surat ini memang ditulis oleh dua orang berbeda. Kesimpulanku kini berubah, aku mulai berpikir ada seseorang yang menyuruh pemuda pengirim surat, untuk mengirimkan surat padaku. Lalu, si pengirim surat di siksa oleh si penyuruh yang kemudian si pengirim akhirnya menulis surat untuk memintaku menolongnya.
Jika aku jadi dia, aku pasti akan melapor kepada polisi. Tapi, kenapa justru dia meminta bantuanku? Lalu, tau dari mana kalau aku adalah 'S'? Pertanyaan yang masih menjadi misteri masih terus berputar-putar di otakku.
Frekuensi datangnya surat ini meningkat sebanyak 90%, dari dua sampai satu minggu sekali menjadi setiap hari. Untuk hari-hari berikutnya, pengirim hanya menulis tanggal, nama, tempat, dan waktu yang berbeda dari surat sebelumnya. Dan yang membuatku bingung, kesemua nama itu pasti muncul di Tv sebagai korban bunuh diri dengan membakar tubuh sendiri serta tanggal, tempat, dan waktu kematian sesuai dengan yang tertulis di surat.
.oOo.
"Help Me Please!"
.oOo.
Kata 'Help' mengisi seluruh ruang di selembar kertas.
.oOo.
"Juni, 19. Deidara, Roma. 06:07 AM"
.oOo.
Di surat selanjutnya aku bisa menebak kalau isi surat itu pasti menunjukkan kematian yang akan terjadi di masa depan. Juga kata 'Help Me' ini yang ditulis dengan kecepatan tinggi. Di titik terakhir dari tanda seru, dapat dilihat kalau orang yang menulis merasa takut yang mana dia membuat titik dengan tekanan sehingga membuat kertasnya berlubang.
.oOo.
"Help Me"
.oOo.
Aku mencium bau kertasnya, berbau amis. Apapun itu, kertasnya pasti terkena cairan semacam darah yang telah mengering.
.oOo.
"Juni, 30. Hidan, Liverpool. 00:00 AM"
.oOo.
Belakangan ini, aku menjadi kawatir, kalau seandainya nama yang tertulis di surat adalah namaku atau nama ayahku, mungkinkah akan mati juga?
.oOo.
"H.M 'S'. Aku akan mati, Hel-"
.oOo.
H.M jelas merujuk pada kata Help Me. Tapi di akhir kalimat? Sesaat aku bergidik. Reaksi yang cukup wajar, pikirku. Siapapun yang melihat ini, pasti tahu bagaimana sang penulis berusaha keras untuk menulis dengan sisa tenaga terakhirnya.
XxX
.oOo.
"Juli, 1. Kankuro, Washington. 03:45 AM"
"Juli, 2. Yahiko, Los Angles. 05:64 PM"
"Juli, 3. Tobi, Moscow. 02:22 PM"
.oOo.
Lima puluh empat Nama orang, tempat, dan waktu yang berbeda, juga tanggal yang menunjukan dari satu juli sampai empat belas juli memenuhi seluruh kertas itu. Pada hari berikutnya aku menunggu kedatangan surat itu sampai seminggu lebih, pemuda itu tidak datang lagi. Apa dia mati? Pikirku.
Totalnya ada 19 buah surat. Kuurutkan satu per satu, dengan memberi tanda pada sudut amplop. Di waktu luang, aku menyempatkan diri untuk membaca kembali dari surat pertama hingga terakhir. Aku memasukan satu per satu surat kedalam mesin scanner apa ada tulisan yang tidak terlihat secara kasat mata. Aku mencari apakah ada pecahan petunjuk yang tak terbaca.
Setiap hari, aku melihat Tv berita acara. Nama orang yang tertulis di surat itu, pasti muncul dan menjadi perbincangan hangat karena kematian mereka yang tidak wajar. Dan yang menjadi mesteri baru, kesemua orang itu adalah para penjahat yang lolos dari jeratan hukum. Hal ini semakin menjadi sorotan media dari berbagai negara sekaligus menjadi kasus serius yang sangat membingungkan, karena kematian dengan tubuh terbakar secara tiba-tiba telah terjadi tidak hanya di negara Jepang. Para polisi pun terang-terangan mengatakan, kalau mereka mengalami kebuntuan menangani kasus ini.
"Ayah berpikir kalau surat yang kau temukan beberapa waktu yang lalu ada kaitannya dengan kasus ini." Gumam ayah sambil menjalankan biji catur kuda ke arah samping kiri membentuk huruf L.
Aku menggeser ster ke arah serong kanan belakang beberapa petak "Mungkin saja. Hn , sudahkah ayah menemukan sesuatu dari kasus yang ayah tangani?"
Ayah melipat kedua tangan di depan dada seraya memejamkan mata, beliau menggeleng pelan "Belum. Tapi ayah sudah sepakat dengan kepala kepolisian investigasi, setelah rapat antar negara nanti. Kami ingin mengusulkan untuk meminta bantuan S menangani kasus ini."
"SKAK." Suara ayah di akhir kalimatnya.
Bersamaan dengan itu, jantungku berdegup kencang beberapa kali hingga keadaanku tenang kembali. Wajah ayah menunjukan ekspresi senang karena berhasil menyekakku. Tapi sebenarnya, hal yang menyebabkan aku kaget, bukanlah karena diskak, melainkan karena ayah bilang ingin meminta bantuan S, detektif terhebat di dunia bertaraf internasional. Secara tidak langsung, ayah meminta bantuanku untuk menyelesaikan kasusnya. Tiba-tiba saja tubuhku menjadi panas nenjalar lalu berpusat di bagian tengkuk. Aku tahu perasaan ini. Hn , ya. Ini adalah perasaan saat aku akan menangani kasus besar yang sulit terpecahkan. Senyumku mengembang seperti bunga bermekaran.
"SKAK MAT." Gumamku.
XxX
Naruto, 7 Juli 2034
05:40 AM
Tiga buah e-mail berkedip di layar komputer. Aku langsung membukanya. Sudah bisa aku tebak, isinya tentang permohonan untuk S memecahkan kasus, dua dari ANBU satu dari kepolisian Jepang. ANBU adalah organisasi khusus dari Konohagakure untuk menangani berbagai kasus sulit.
CKLEEKK... Bunyi pintu kamar yang terbuka sempat membuatku kaget. Segera kututup akun e-mailku dan kubuka halaman awal Google.
"Maaf, apa ayah mengganggu? Ayah ingin bicara denganmu."
"Sama sekali tidak, sepuluh menit lagi aku akan turun."
"Baiklah, nanti temui ayah di ruang rapat keluarga."
"Ya." Jawabku datar.
Ayah hanya diam lalu berbalik berjalan menuju pintu keluar "Ayah." Panggilku "Bisa tolong matikan lampunya."
XxX
Kegelapan pekat menyelimuti. Hanya ada cahaya yang berpender dari layar komputer. Kubuka kembali e-mailku untuk membalas e-mail - e-mail yang masuk. Aku hanya menerima tawaran memecahkan kasus dari kepolisian Jepang. Selepas itu aku menyalakan lilin kemudian memejamkan mata, memikirkan apa langkah yang harus aku lakukan selanjutnya.
Aku bisa menyimpulkan kalau surat itu merupakan petunjuk untuk memecahkan kasus kematian tak wajar yang sedang dibicarakan. Tapi, aku perlu bukti-bukti untuk menguatkan kesimpulanku. Kembali kulihat semua surat yang dulu aku temukan. Salah satu amplop kuangkat tinggi di udara, menggerakan lalu merabanya dari berbagai sisi dengan mata menyipit.
Hn , temuan yang bagus. Sederet kode rahasia berhasil kutemukan di bagian dalam amplop. Hal ini menyelesaikan sedikit misteri yang menyelimuti inti mesteri. Alasanku atas penemuan yang terlambat ini, adalah karena tidak punya cukup waktu sebelumnya.
Satu kata 'UMINO' terbentuk menghitam pada amplop pertama setelah aku dekatkan pada api lilin, terukir jelas di bagian dalam amplop. Di amplop kedua ada huruf 'IRU' dan 'KA' di amplop ketiga, kemudian amplop keempat, lima, terus hingga amplop terakhir pasti ada rangkaian huruf atau angka yang terbentuk.
Sekilas aku menunjukan senyum tipis atas penemuanku ini. Dari semua amplop yang membungkus surat khusus bertulis 'HELP ME/HELP ME PLEASE' terbentuklah sebuah kalimat baru.
UMINO IRUKA. 023 MYOBOKU LAND KONOHAGAKURE, KANABI 'L'
Permainan atau jebakan.
Petunjuk besar bagiku. Aku mencatat alamat tersebut di dalam kepala. Secara rahasia merencanakan untuk pergi tanpa sepengetahuan siapapun. Aku bisa berpura-pura mengajak seseorang untuk jalan-jalan atau sendiri juga tak masalah. Dengan begini takan ada seorang pun yang tahu bahwa aku adalah S.
Mungkin minggu besok aku akan pergi.
Review?
