Siluman Pirang, Naruto!
NaruSasu
Rat: T
Warning: Yaoi, Super OOC, weird, supernatural, siluman, catSasuke!
Don't like don't read!
Pair: NaruSasu.
.\./.
..\./..
.
Proloug
.
Duniaku berbeda dengan dunia pada umumnya. Duniaku dipenuhi dengan para siluman, termasuk diriku sendiri.
Ya aku adalah siluman, bukan hanya aku tapi seluruh keluargaku, teman-temanku, tetanggaku, semua orang yang hidup di duniaku adalah siluman.
Siluman seperti kami memiliki kekuatan. Bukan kekuatan untuk bertransformasi menjadi binatang, sayangnya siluman seperti kami sudah tidak memiliki kemampuan itu lagi. Kami tidak bisa merubah diri kami menjadi binatang sepenuhnya, melainkan hanya sebatas ekor, telinga, cakar, dan taring. Kekuatan siluman bergantung pada jenisnya, salah satu contohnya kakakku, Uchiha Itachi adalah harimau jadi dia punya kekuatan yang kuat menyamai binatang predator itu.
Ia memiliki kaki yang kuat dan bisa berlari sangat cepat, taringnya panjang dan bisa mengoyak tubuh lawan sekali gigit, belum kukunya yang panjang dan tajam bagaikan pedang. Percayalah jika kau tertangkap olehnya lebih baik jangan bergerak karena kau tidak akan senang jika lehermu terkoyak karenanya kan?
Sebenarnya dulu ada banyak siluman murni. Siluman murni itu bisa berubah sepenuhnya menjadi binatang, tapi karena banyak siluman yang menikah dengan manusia, alhasil perubahan kami jadi setengah-setengah, tidak bisa sepenuhnya lagi. Dan sayangnya, Siluman murni juga sudah tidak bisa ditemukan lagi. Jarang sekali. Jika masih adapun mereka akan hidup terpisah dari kami.
Kehidupanku disini sama saja seperti manusia pada umumnya: sekolah, belajar, menuntut ilmu, pokoknya tidak ada bedanya. Tuntutan hidup kami tetap tidak berubah dari masa ketika dunia kami dipenuhi dengan manusia. Kami juga tidur, makan, olahraga, semua hal yang dilakukan manusia, kami juga melakukannya. Tidak ada bedanya apalagi di dunia modern seperti ini.
Ngomong-ngomong namaku Uchiha Sasuke. aku murid paling pintar di sekolahku, nilaiku paling tinggi disemua pelajaran, mulai dari matematika, seni, keterampilan, dan olahraga. Tentu saja itu adalah hasil kerja kerasku.
Semua itu kuraih dengan susah payah untuk menutupi kekuranganku.
Hah, apa kekuranganku?
Itu rahasia. Lebih baik tidak ku katakan. Itu aibku sebagai siluman.
.
.
.
Hari ini adalah hari penerimaan rapor. Aku menunggu di luar kelas dengan deg-deg-an. Nilaiku berapa ya? Aku tidak akan suka jika nilaiku sampai turun. Mendapatkan nilai yang terbaik sangat penting bagiku. Aku ingin membuat orang tuaku takjub.
Nama anak satu persatu mulai disebutkan dan saat sensei menyebut namaku aku langsung berlari masuk ke kelas dan menemuinya.
Dibalik mejanya wali kelasku tersenyum padaku. "Kau nomor satu lagi Sasuke." Katanya sambil menyerahkan raporku. "setelah lulus sd lebih baik masuk smp unggulan ya?"
Hatiku melonjak gembira. Aku nomor satu! Semua nilaiku A!
Akan kutunjukkan nilaiku ini kepada ayahku, supaya ayah tahu bahwa aku tidak kalah dari kakak.
"Jangan lupa datang ke pesta kelulusan, datang bersama walimu."
Aku mengangguk lalu berjalan dengan riang keluar kelas. Sensei memanggil nama, "Uzumaki Naruto." saat aku sudah sampai pintu.
Bugh
"Ouch!" Aku mengerang. Bocah blonde pendek sedang memberikan tatapan mencemoohnya padaku.
"Pake mata dong!" Makinya padaku.
Aku menekuk wajahku, tapi tidak mengindahkannya. Aku tidak mau hariku rusak karena bocah idiot itu. aku hanya membuang muka, lalu berlari ke dekat danau. Kali ini aku tidak tertarik meladeninya.
Aku duduk di dekat danau sendirian, membuka raporku dan berdecak senang saat melihat nilaiku sendiri. tidak percuma perjuanganku selama ini. aku terus bersi keras untuk mendapatkan nilai yang terbaik demi ayahku. Aku harus nomor satu. Sekali lagi ku tekankan, ini sangat penting untukku. Aku yang selalu dipandang sebelah mata oleh ayahku, ingin membuktikan diriku padanya, bahwa aku Uchiha Sasuke, umur 11 tahun, bukanlah siluman yang bodoh. Setidaknya dari sekian banyak kekuranganku, aku punya otak yang cerdas.
"Oi, Teme!" Seseorang menepuk pundakku. Keras sekali sampai-sampai aku terlonjak hampir jatuh ke danau.
Apaan sih!
Aku menoleh, dan mendeath glare bocah blonde yang selalu saja cari masalah denganku.
Bocah blonde itu namanya Uzumaki Naruto, temen sekelasku, dia musuhku. Aku benci sekali dengannya ia selalu cari gara-gara terhadapku. Aku sampai mengira bahwa dia punya dendam pribadi padaku.
Tapi sekali lagi, aku tidak mau hariku rusak. Aku mau cepat-cepat pulang dan menunjukkan nilai raporku pada ayah.
Aku membuang muka lagi, tapi dia, sebelum aku menyadarinya, telah merampas raporku dan lari menjauh dari jangkauanku.
Aku terperangah saat sadar raporku sudah tidak di tanganku lagi.
"Apa ini, kau juara satu ya? Cih, kau pasti nyontekkan?" Ia mengejekku, membuka raporku lebar-lebar dan melihat nilaiku.
Aku menggeram. Bocah pirang sialan ini. "Kembalikan!" perintahku sambil mengulurkan tangan padanya. Tapi Naruto tidak bergerak, ia malah menjulurkan lidah padaku. Dasar bocah! Aku mengambil satu langkah mendekat padanya lalu memelototinya. "Kembalikan atau aku akan…"
"Atau apa?" Tantang Naruto, melambai-lambaikan raporku ke atas kepalanya.
Aku menggeram lagi. "Kembalikan atau aku akan mencabik-cabikmu dengan cakarku."
Naruto berhenti, dia pasti takut dengan ancamanku. Semua orang di sekolahku tahu bahwa kakakku Uchiha itachi adalah siluman harimau, dan itu berarti mereka percaya bahwa aku juga siluman harimau.
"Kau tahu aku apakan?" Ancamku sambil menatapnya dengan meremehkan. Siluman yang kuat memang selalu menginjak-injak siluman yang lemah. Itu aturannya.
"Cih, kau pikir aku takut?" Desis Naruto tidak perduli, "nih ambil sendiri tuh." Dan dengan entengnya Naruto melempar raporku ke danau.
Aku berteriak, setengah histeris, "Apa yang kau lakukan!" Aku langsung berlari ke pinggir danau dengan panik. Ku ulurkan tanganku untuk mengambilnya, tapi Naruto melemparnya terlalu jauh.
Raporku mengapung di atas air dan semakin jauh dari jangkauanku. Apa yang harus ku lakukan! mataku berkaca-kaca, melihat buku merah itu terendam di dalam air. Persetan dengan image Uchiha, kerja kerasku selama berbulan-bulan sudah berubah menjadi ampas. Ayahku tidak akan memujiku jika aku memberikan rapor basah kehadapannya. Aku bahkan tidak berani membayangkan ekpresinya jika tahu bahwa raporku basah.
Bagaimana ini?
Di belakangku Naruto tertawa-tawa kesenangan. "Hei, Sasuke, Kau bilang tadi mau mencabik-cabikku dengan cakarmu?" Ia ikut berjongkok di dekatku. Suaranya tercekat karena menahan tawa. "Kau itu siluman kucingkan? Lihat ekormu menyembul tuh hahaha… Bagaimana caranya kau bisa mencakarku, kau kan cuman kucing kecil, hati-hati nanti Oni memakanmu Hahaha…"
Aku menggigit bibir bawahku. Kurasakan ekorku bergerak-gerak di belakangku. Habislah aku!
Ini pertama kalinya aku lepas kontrol. Saat aku emosional ekor atau telingaku memang sering muncul. Padahal selama ini aku selalu menyembunyikan jati diriku. Siapa yang senang menjadi siluman kucing? Ini adalah aib terbesarku. Aku selalu berusaha untuk merahasiakannya. Menjadi siluman kucing bukanlah hal yang bisa dibanggakan untuk seorang laki-laki. Aku selalu dikucilkan karena ini, makanya aku selalu bersusah payah untuk merahasiakannya.
"Ayo cepat sembunyikan lagi ekormu sebelum para Oni melihatmu… hahaha… kau cuman kucing kecil ternyata... hahaha…"
Aku menatap nanar Naruto yang terbahak-bahak di sampingku. Senang ya, merendahkanku seperti ini? aku menatap lagi raporku yang mengapung di atas air. Bibirku melengkung ke bewah dengan muram. Sekarang rahasiaku sudah terbongkar dan peluangku untuk mendapatkan pujian dari ayah juga telah hilang begitu saja. Mulai sekarang aku akan dikucilkan bukan hanya di rumah lagi, tapi juga di sekolah. Dan ayahku juga akan semakin meremehkanku.
Semuanya sia-sia belaka. Hatiku pedih, memikirkan kemalanganku yang bertubi-tubi. Kerja kerasku terbuang percuma, semuanya gara-gara Naruto. Kenapa dia kejam sekali… Kenapa dia tidak meninggalkanku sendirian saja…
Tanpa bisa kutahan lagi air mataku mulai keluar merembes ke pipiku.
"Uhhg…" Aku mengigit bibir bawahku. Aku tidak mau mempermalukan diriku lebih dari ini, tapi air mataku terus menetes tanpa bisa ku cegah.
Naruto berhenti tertawa, dia menatapku kaget. "Oi, kenapa kau menangis?"
"Dasar bocah pendek brengsek! Hiks…" Makiku disela tangisku. "memangnya kenapa kalau aku kucing hiks… kau juga pasti bukan siluman yang hebat hiks…"
Ekspresi Naruto berubah menjadi tidak enak, tapi walau begitu mulutnya tetap saja mengatakan hal yang menyakitkan. "Ck, aku kan cuman bercanda! Kenapa kau malah menangis, dasar tidak seru!"
Aku benci sekali dengan bocah berambut kuning ini. Dia selalu saja menggangguku sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Aku selalu susah payah untuk membuat diriku tidak terlalu emosional. Karena saat itu terjadi rahasiaku, bahwa aku adalah siluman kucing, akan terbongkar. Aku akan jadi bahan olok-olok jika temanku sampai tahu. Tapi percuma pertahananku selama enam tahun menjadi sia-sia, karena siluman kuning ini.
"Kau pikir aku senang bercanda denganmu!" Aku meneriakinya. Aku sama sekali tidak menganggap semua hal yang dilakukan Naruto sebagai candaan semata. Hidupku susah karena dirinya. "Kau siluman sialan! Tidak punya hati! Kau bahkan membuang raporku!"
Naruto sedikit cemberut, ia menatapku yang terisak. Sekarang dia pasti senang sekali sudah berhasil membuatku menangis seperti bocah kecil. Aku semakin marah memikirkan itu. Aku ingin melemparnya ke danau, tapi apa untungnya. Ujung-ujungnya aku pasti akan dilaporkan ke sensei, dan situasi akan makin kacau.
Belum lagi ayahku, dia pasti akan memarihiku habis-habisan saat aku pulang nanti. Aku menangis semakin keras memikirkan itu. Ekorku bergerak-gerak di belakangku, selagi aku menangis tersedu-sedu, menenggelamkan wajahku kelipatan tanganku.
Naruto menghela nafas melihatku, ia kemudian menarik sesuatu keluar dari belakang bajunya. "Yang ku buang itu bukan rapormu dasar teme bodoh." Katanya. "Yang kubuang itu adalah raporku sendiri. nih! Berhentilah menangis. Kau jelek kalau menangis."
Aku memelotinya, Ia mengulurkan buka merah itu ke wajahku. Aku sedikit terisak, ku lap air mataku dengan belakang tanganku. Dan dengan hati-hati aku mengambil raporku kembali.
Aku menelitinya, iya benar ini raporku. Tapi, "ugh… raporku jadi lecek nih!" Gerutuku sambil berusaha menghilangkan bagian leceknya, masih dengan sedikit terisak.
"Ya ampun teme, kau itu menyebalkan banget sih!" Sahut Naruto dengan nada gemas. "Lebih baik kau hilangkan ekormu dulu, nanti para Oni melihatnya."
Aku selipkan raporku ke dalam map plastik lalu memeluknya erat-erat. "Jangan memerintahku idiot!" makiku padanya. Tapi aku berkonsentrasi juga, dan kemudian ekorku menghilang. Aku menatap Naruto lagi, mataku menyipit. Apa dia akan mengejekku karena tahu aku hanyalah siluman kucing. Dari sekian banyak orang kenapa rahasiaku malah ketahuan oleh bocah pirang tukang bulli ini!
"Apa lagi?" Tegur Naruto ketika melihatku menatapnya tajam.
Tapi aku menggeleng, kemudian kupandangi kertas rapor Naruto yang sekarang sudah sampai tepat di tengah danau.
"Rapormu tidak kau ambil?" Tanyaku padanya. Kenapa dia santai sekali saat rapornya mengapung di danau.
"Itu masalah gampang. Aku tidak akan menangis hanya karena raporku mengapung di danau." Sindirnya padaku.
Aku menendangnya dengan berang. Andai dia tahu perjuangan hidupku untuk mendapatkan nilai-nilai ini.
"Ngomong-ngomong kau mau masuk SMP mana?" Tanyanya.
Aku membuka mulutku, hampir menjawabnya sampai ketika aku sadar, lebih baik jangan memberitahunya. Setelah menjalani kehidupan SD yang menyebalkan karena diganggu terus olehnya, lebih baik aku tutup mulut. Nanti dia masuk ke tempat yang sama denganku lagi. "Tidak akan ku beritahu!" Jawabku jutek.
Naruto cemberut. "Ih, pelit!"
"Biarin, nanti kau masuk ke tempat yang sama denganku lagi!"
"Tidak kok, walau aku mau, tapi aku tidak bisa." Balas Naruto. "Setelah ini aku akan pergi ke tempat yang jauh."
Aku menatapnya, dia sepertinya serius? "Kemana?"
Naruto cengegesan. "Rahasia." Katanya. "Kenapa? Kau mau ikut? Nanti deh aku ajak kau tinggal disana, tapi setelah kita dewasa ya, kucing kecil."
Aku merengut. Sialan, setelah tahu rahasiaku, dia jadi semakin songong. Aku mendelik padanya. Ngapain juga aku tanya. "Jangan panggil aku kucing kecil, kau lebih kecil dariku dasar siluman kuning!"
"Heee, aku kan sedang masa pertumbuhan. Ne, kucing kecil?"
"Berisik dobe!" Aku tidak tahan lagi. Aku beranjak lalu berjalan menjauh darinya. Bicara dengannya hanya membuatku kesal saja, lebih baik aku pulang dan kembali ke rencana awal.
"Oi Sasuke, jaga baik-baik dirimu. Jangan sampai para Oni tahu kalau kau siluman kucing." Teriak Naruto keras dari jauh.
Sialan! Semuanya bisa dengar kalau dia berteriak sekeras itu. Aku menoleh padanya dan mendelik. "Berisik dobe, awas kalau kau bocorkan rahasiaku!"
Naruto nyengir lalu menujulurkan jempolnya padaku. "Tidak akan deh, kan gak asyik kalau ada orang lain yang membulimu selain diriku."
Aku merengut. Bicara dengannya hanya membuatku kesal saja. Lagipula ngapain juga aku meladeninya. Aku sebaiknya pulang sebelum bocah itu melakukan hal-hal yang menyusahkanku lagi. Aku berlari menaiki tangga setapak, raporku masih berada dalam pelukanku. Tapi saat aku telah sampai di dekat tikungan aku menoleh lagi padanya.
Naruto tengah berjongkok di dekat danau, dia masih menatapku. Saat matanya bertemu denganku, ia nyengir lebar lagi. Aku membuang muka darinya, tapi ada sesuatu yang menarik perhatianku. Aku seperti melihat sesuatu. Ada banyak benda berbulu berwarna orange yang tebal dan panjang meliuk-liuk hidup di atas danau, tepat di belakang Naruto.
Tapi saat aku menoleh lagi, aku hanya melihat Naruto yang sudah berdiri tegak sambil memegangi rapornya yang basah.
Tadi itu apa? Benda panjang dan tebal berwarna orange, sekilas ku pikir itu ekor Naruto. tapi jumlahnya ada banyak. Mana mungkin itu ekor.
Aku pasti salah lihat, pikirku lagi. Aku menggelengkan kepalaku. Tapi alisku mengernyit lagi ketika melihat rapor Naruto yang sudah sampai di tangannya.
Huh bagaimana dia mengambilnya? Apa dia berenang? Tapi Naruto sama sekali tidak basah.
Aku terpaku di tempat menatap Naruto lama karena penasaran. Aku baru memalingkan wajah ketika bocah blonde itu menyadari tatapanku.
Aku cepat-cepat berbalik dan pergi. Dalam hati aku bertanya-tanya, Naruto itu siluman apa?
Aku jadi ingin tahu, tapi sayangnya aku tidak pernah lagi bertemu dengannya. Naruto benar-benar pindah ke tempat yang jauh.
.
-End of proloug-
