Your Happiness.
Your Happiness © QueenShadow
Harry Potter © J.K Rowling
.
.
Chapter 1.
A/N : Hai, halo! Apa kabar? Ini adalah fic collab pertama kami. Kami mendapatkan ide ini saat lagi main (ngerjain tugas) fisika di rumahnya Cho Molin. Tiba-tiba, salah satu dari kami nyeplos ide ini daaaan... jadilah suatu fic multichapter gaje ini. Hm, yah, belum bisa ngomong banyak, Cuma... selamat menikmati aja deh. Gomawo :)
Disclaimer: Seperti di atas, Harry Potter dan karakter lainya hanya milik tante kita tercinta, J.K Rowling. Cuma minjem doang untuk kesenangan semata. Hahaha.
Warning : OOC! Fic yang abal, gaje, aneh, hancur. Typo dan miss typo berserakan dimana-mana dan masih banyak kecacatan-kecacatan yang saya bikin di sini. Sedikit RonMione dan RosePius. Penyebutan nama Scorpius dan Draco. Kasian Hugo udah kita bikin sendirian dan hancur gini *puk-puk Hugo*
OOooOO
"Ron! Aku berhasil membuatnya. Time turner versi terbaru. Semoga benda ini dapat beroperasi dengan baik saat diuji," jerit Hermione senang.
"Well, selamat, honey. You're the best," jawab Ron, memeluk pinggang Hermione dari belakang. "Sekarang, bisakah kau meninggalkan pekerjaanmu di sini dan ikut aku? Sekarang hari ulang tahun pernikahan kita, demi Merlin."
Hermione tertawa kecil dan meletakan time turnernya di atas meja kerja. Dia membalikan badannya dan balas memeluk Ron, tertawa di pelukanya. Ron ikut tertawa dan mengelus rambut bergelombang milik istrinya. Ya, hari ini mereka memang merayakan ulang tahun pernikahan yang ke dua puluh. Dua puluh tahun telah mereka jalani dengan sukses sebagai suami dan istri–well, meskipun tetap ada pertengkaran. Bahkan, putri mereka yang sangat mirip Hermione, Rose, telah menjadi seorang jurnalis bagi The Daily Prophet. Dan pangeran mereka yang dulu masih bermain dengan tongkat sihir ayahnya–Ron sempat hampir terbakar karenanya–Hugo telah memasuki tahun ketujuhnya di Hogwarts. Mereka kini sedang libur musim panas dan tengah bersantai di rumah besar mereka.
"Baiklah, Ron. Tapi sebaikanya kita memberitahukan hal ini pada anak-anak terlebih dahulu kalau kita akan pergi malam ini," kata Hermione sambil melepaskan pelukanya dari Ron.
"Aku kira ini rahasia, 'Mione. Antara kau dan aku, maksudku," kata Ron menatap mata milik Hermione. "Dan mereka sudah besar. Maksudku mereka tak akan senakal dulu lagi."
"Memang, Ron. Tapi setidaknya aku mau memberitahukan mereka agar tidak menghancurkan rumah saat kita berdua pergi nanti. Dan percayalah, mereka berdua bisa melakukanya setua apapun mereka sekarang," jawab Hermione lagi.
Ron tertawa pelan dan membiarkan Hermione pergi menuju kamar milik Rose. Hermione tahu Hugo sedang ada di sana dan mengganggu kakaknya lagi. Well, buktinya dari kejauhan sudah terdengar kedua anaknya sedang berteriak-teriak. Hermione tersenyum, sedikit kesal. Apa lagi topiknya kali ini? Hermione penasaran. Tanpa mengetuk pintu, Hermione membuka pintu kamar milik Rose dan melihat Hugo tengah berlari–dan Rose mengejarnya–sambil membawa selembar perkamen.
"HUGO! KEMBALIKAN SURAT ITU SEKARANG!" jerit Rose, tidak menyadari Hermione telah ada di sana.
"Tidak! Tidak akan sampai kau memberitahukan ada hubungan apa antara kau dan Scorpie sebenarnya!" balas Hugo.
"HUGO WEASLEY! KEMBALIKAN SEKARANG, JELEK!"
"TIDAK!"
"HUGO! KEMBALIKAN!"
Hugo menghentikan larinya dan berkata, "Baiklah, Rosie. Katakan dulu yang sebenarnya."
"TIDAK AKAN!" Rose menjawab dengan nada panik.
"Baiklah, akan kuberikan surat ini pada Daddy," kata Hugo.
"TIDAK, HUGO! JANGAN!"
Hugo berlari ke arah pintu dan baru menyadari ibunya sedang bertolak pinggang, memandangnya–dan kakaknya–dengan tatapan tajam. Hugo berhenti kemudian mendapat sebuah inspirasi. Dia berbalik dan mengeluarkan senyum jahil miliknya ke arah kakaknya. Sejurus kemudian, Hugo langsung menarik ibunya masuk dan menyuruhnya duduk di ranjang milik Rose. Dia lalu menceritakan apa yang tadi direbutnya dari kakaknya dengan menggebu-gebu. Rose terlihat pucat dan panik.
"MUM! Akhirnya kau ke kamar Rose juga," katanya dengan suara yang dibuat sangat lega.
"Mum, please jangan dengarkan Hugo! Dia bohong, Mum," kata Rose memohon.
Hermione menatap kedua anaknya dengan pandangan bertanya, "Ada apa lagi kali ini? Dan apakah tadi aku sempat mendengar nama Scorpius disebut? Apakah Scorpius Malfoy yang kalian maksud?" Pandangan Hermione sempat menerawang saat mengatakan nama pewaris tunggal Draco Malfoy itu.
"Yap, Mum, dan Rosie berpacaran dengannya," jawab Hugo enteng.
"Benarkah, Rose?" tanya Hermione terlihat kaget.
Rose tidak bisa menjawab. Dia hanya membuka mulutnya, namun tidak ada suara yang keluar dari sana. Wajahnya yang tadi pucat berubah menjadi merah. Dia menatap Hugo dengan pandangan membunuh, sementara yang ditatap malah diam-diam saja, mengeluarkan wajah polos tanpa dosa miliknya. Ah, Rose sekarang terpojok. Benar-benar terpojok. Yeah, semua ini karena adiknya.
"Baca ini, Mum," kata Hugo lalu menyerahkan perkamen yang tadi di rebutnya dari kakaknya.
Hermione menerima perkamen itu dan membuka lipatanya. Dia tersenyum tipis. Ah, benar, sebuah surat dari Scorpius Malfoy, anak dari Draco Malfoy. Dia membaca surat singkat itu dengan keras. Ini tidak mungkin surat biasa, kan?
"Ah, Rose. Kau dan Scopius punya hubungan spesial," kata Hermione kalem.
Peryataan langsung dari ibunya itu membuat Rose terlonjak, wajahnya semakin memucat. "Please, jangan beritahu Daddy, Mum."
"Tidak bisa begitu, Rosie. Aku akan memberitahukanya. Di keluarga kita tidak boleh ada apapun yang dirahasiakan, ingat?" kata Hermione sambil menatap wajah anaknya yang kembali memucat. "Aku akan memberikan pengertian padanya nanti dan aku yakin dia akan mengerti posisimu. Dia pasti memperbolehkan anaknya berpacaran dengan anak orang yang–ah, lupakan."
"Anak orang yang apa, Mum?" tanya Hugo penasaran.
Wajah Hermione pucat namun sedikit merona. Dia mengacak-acak rambut anak laki-lakinya lagi–Hugo mengerucutkan bibirnya. Dia tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi–dan menjawab, "Tidak. Lupakan saja, Hugo."
Rose menatap ibunya curiga, namun hanya diam. Ah, mungkin itu hanya perasaannya saja. Rose menghembuskan napasnya–sambil menghilangkan kecurigaan yang ada di kepalanya. Dia kembali terdiam–saat ingat masalah pokoknya. Sekarang hanya dapat pasrah kepada ibunya. Semoga ayahnya dapat mengerti keadaanya. Dia tidak mau putus dengan Scorpius. "Baiklah, Mum. Jadi ada apa kau datang ke kamarku sore ini?"
Hermione tersenyum dan menjawab, "Kalian berdua tahu, kan, kalau aku dan ayahmu sedang merayakan ulang tahun pernikahan kami? Nah, malam ini kami ingin pergi untuk makan malam. Aku harap kalian tidak bertengkar dan menjadi anak pintar saat aku dan dia pergi. Dan jangan masuk ke ruang kerjaku. Di sana ada barang yang sedang aku kerjakan dan aku tidak mau barang itu rusak. Kalian bisa melakukan itu?"
"Well, Mum, aku dan Rose bukan anak kecil lagi. Aku sudah tujuh belas tahun dan Rose sudah sembilan belas. Kami bukan anak tiga dan lima tahun lagi, jadi, kami tidak akan berlaku konyol seperti itu seandainya pun kau tidak memberitahukan hal ini pada kami," jawab Hugo sambil memutar bola matanya.
Hermione hanya mengelus puncak kepala anak laki-lakinya dan tersenyum pada Rose. Kemudian dia berjalan keluar kamar. "Jadilah anak baik, mengerti?"
"Iya, Mum," jawab kedua anak itu dengan nada malas.
"Dan Mum," kata Rose sebelum Hermione sempat menutup pintu. Dia berkata dengan agak ragu-ragu, "Happy Anniversary with Dad."
Hugo tersenyum tulus dan ikut berkata, "Ya. Happy Anniversary, Mum."
Hermione tersenyum. "Terimakasih, Rose, Hugo. I love you, kids."
"We love you too, Mum," jawab kedua anak itu tersenyum lagi.
Rose menatap ibunya yang sudah menutup pintu. Well, ternyata itu hanya pikirannya saja–untunglah.
OoO
Selepas Hermione dan Ron pergi, Hugo berbaring di ranjang milik Rose sementara Rose menulis surat balasanya untuk Scorpius dan mengirimkanya lewat burung hantu milik Scorpius yang masih bertengger di jendela. Hugo memainkan tongkat sihirnya, mengeluarkan balon-balon berwarna-warni dari tongkat itu. Rose yang melihat adiknya pamer–jejaknya baru saja hilang–hanya memutar kedua bola matanya dan melipat kedua tanganya. Dia masih kesal atas kejadian tadi.
"Jangan pamer seperti itu, Hugo. Aku jauh lebih hebat darimu," sindir Rose pedas.
"Sebenarnya, terserah kau saja Rosie. Hei, lagipula ini tongkatku. Terserah aku mau memperlakukanya seperti apa," jawab Hugo santai.
Rose kembali memutar bola matanya. Dia capek bertengkar dengan Hugo dan keluar dari kamarnya, berjalan menuju dapur dan membuat segelas teh. Setelah itu, Rose membawa teh itu ke ruang keluarga dan menyalakan televisi yang ada di sana–Hermione membelikan benda muggle itu pada mereka agar mereka tak terlalu ketinggalan berita muggle. Tak lama kemudian, adiknya yang jahil itu kembali datang dan membuat ketenangan yang ada di ruang keluarga itu terganggu.
"Rosie!" panggilnya.
"Apa lagi?"
"Aku penasaran dengan apa yang Mum buat di atas sana," katanya mengeluarkan nada jahilnya seperti biasa.
"Jangan, Hugo. Aku tahu apa yang kau pikirkan. Kau tadi bilang kau tidak akan berbuat konyol seperti anak berumur tiga tahun, kan?" jawab Rose mengutip perkataan Hugo.
"Well, memang, sih. Tapi ayolah, Rosie. Aku hanya ingin melihatnya, well, paling mencobanya sedikit. Penemuan milik Mum biasanya menarik."
"Tidak." Rose tidak mengacuhkan adiknya dan tetap melihat ke arah kotak dengan gambar bergerak di depannya.
"Ayolah, Rosie. Kalau ada apa-apa juga toh kita sudah tidak punya jejak. Kita bisa menggunakan mantera sesuka kita, dimana saja."
"Tidak, Hugo."
"Ayolah Rose. Please. Sekali ini saja."
Rose menggeleng.
"Rosie. Please temani aku. Kau tahu, kan, kalau aku gampang penasaran? Benar deh, aku penasaran sekali dengan penemuan Mum. Ayolah Rose. Rosie kau–"
"Kenapa, sih kau berisik sekali?" kata Rose mulai kesal dan menoleh pada adiknya. "Aku tidak akan mau menyentuh barang itu kalau masih belum diperbolehkan Mum."
"Ah, kau tidak seru. Aku heran, kenapa Scorpie bisa menyukaimu. Kau benar-benar membosankan," kata Hugo mulai mengangkat masalah tentang Scorpius lagi.
Rose berdiri dan meninggalkan televisi dan tehnya di ruang keluarga dan berjalan menuju tempat lain yang jauh dari adiknya. Anak itu memang menyebalkan. Apa maunya sih? Mengganggunya terus. Hah, dia pikir Rosie bisa menuruti permintaanya jika dia kembali membahas tentang Scorpius? Tidak akan. Rose tidak mempan dengan hal-hal seperti itu. Lagipula Scorpius mencintai dirinya apa adanya. Tidak sedangkal pikiran Hugo.
"Rosie! Ayolah!" Hugo kembali mengganggunya lagi.
Rose menghentikan jalanya dan menatap Hugo tajam. Baiklah, sekali dia mengalah. Dia tidak suka anak itu merengek terus. Heran, memangnya ada anak yang berusia tujuh belas tahun yang masih merengek selain adiknya? "Oke! Baiklah! Kau puas?"
"Sangat," kata Hugo mengeluarkan cengiranya.
"Tapi apapun yang terjadi di sana, kalau alat itu rusak atau kita terdampar di suatu tempat yang tak jelas, itu semua kesalahanmu," kata Rose memperingati.
"Baiklah, aku yang tanggung jawab kepada Mum," kata Hugo. Cengiran di wajahnya semakin lebar.
Rose mengangkat bahu dan berjalan menaiki tangga, menuju kamar kerja ibunya. Hugo yang ada di belakangnya jelas-jelas sangat senang bisa melihat karya baru ibunya. Rose mencari-cari benda yang baru di ruangan itu. Walaupun sedikit merasa bersalah, dia juga merasa sedikit tertantang untuk mencari temuan baru milik ibunya. Well, kalau bagus, bisa menjadi artikel baru di Daily Prophet, kan?
"Rosie! Aku menemukanya!" kata Hugo menunjukan sebuah jam pasir yang digantungkan di sebuah rantai emas panjang.
"Time turner?" kata Rose heran. "Mum membuat sebuah time turner?"
Hugo memberikan rantai jam itu kepada Rose. Rose mengamatinya dengan saksama dan mencari-cari sesuatu di sana. "Hugo, adakah keteranganya di meja Mum?"
Hugo mencari-cari di tumpukan kertas tersebut dan menemukan kertas-kertas bertuliskan tulisan tangan milik Hermione dan membacanya keras-keras, "Time turner versi terbaru. Bukan hanya waktu yang dapat berubah, tetapi juga tempat anda memutar jam pasir tersebut akan berubah sesuai keinginan anda. Mau mecobanya, Rosie?"
Rose menggeleng keras. "Tidak! Tentu saja tidak. Kita cukup melihat saja, tidak ada coba-cobaan."
Hugo kali ini tidak menjawab dan meminta rantai time turner tersebut. Entah faktor ketidaksengajaan atau Hugo memang memutarnya, saat jam itu sampai ke tangan Hugo, kedua tabung pasirnya berputar cepat. Rose langsung menangkap rantai yang hanya dipegang oleh Hugo cepat.
Rose dan Hugo tersedot ke dalam jam pasir tersebut dan menghilang dari ruang kerja milik Hermione.
TBC
OOooOO
A/N : Nyahaha. Akhirnya fic collab pertama kami selesai juga. Uh, gimana? Cacat, yah. Maafkan kami. Jangan lupa REVIEW, yah! Kami sangat membutuhkan review dari kalian!
