Fate In Abnormal
The Lost of Song
Yahoo, lama tidak berjumpa. Sesuai yang diinformasikan di Arc pertama, cerita ini merupakan kelanjutan dari Arc satu. Dimana di Arc ini merupakan titik klimaks dari Perang Cawan Suci keenam. Di sini, heroine utama tidak sepenuhnya memainkan perannya karena jalan cerita ini terfokus ke kota Fuyuki. Untuk Fakta tentang Fict ini akan dijelaskan di chapter kedua.
Oke tanpa kelamaan, langsung aja di scroll ke bawah...
Pembahasan di chapter sebelumnya.
Keruntuhan Ramesseum milik Ozymandias yang ditargetkan akan jatuh di kota Adachi berhasil dihalau berkat kekuatan Ea milik Taira. Di lain pihak, penghianatan Shuten Douji atas Shinji mengubah sistem perang menjadi semakin kacau. Ditambah lagi muncul satu sosok yang menjadi dalang atas penghianatan Assasin. Shiro, Rin, Hormes, dan Gilgamesh kembali berhadapan dengan Berserker dan bertekad mengakhiri pertempuran yang pernah ditunda.
Disclaimer: Type-Moon, Ufotable.
Genre: History, Supranatural, Tragedy, Action.
Character: All Classes Servant, OC, Chara in Fate Stay Night UBW.
Rate: T+ up to M.
Sinopsis: Pertarungan di tanah Adachi berakhir dengan keruntuhan Noble Phantasm milik Ozymandias, membuat Taira menjadi sepenuhnya seorang pahlawan Servant. Di lain pihak, muncul seseorang pemburu penyihir yang mengikuti jalan Perang Cawan dan mengambil mantra perintah milik Shinji. Shiro yang mengetahui akhir buruk dari Perang Cawan kali ini bertekad untuk segera menghentikan kekacauan ini.
*A/N: Cerita ini Zhitachi ambil dari alur sesudah Emiya Shiro menyelesaikan sekolah sihirnya di Inggris bersama Rin Tohsaka*.
~Not Like, Don't Read~
Chapter Zero: Last Night From Zero Part Two.
Taira berdiri di tanah tandus sembari memandangi langit malam. Perlahan, ujung Ea mulai berhenti berputar sembari menghilangkan aura merah. Karin yang terkejut melihat serangan barusan tidak bisa berkomentar apapun. Hanya satu yang ia pikirkan sekarang, kenapa Taira memiliki kekuatan sedashyat itu?.
Diana memandangi langit malam yang sempat berlubang oleh serangan cahaya merah.
"Serangan yang menakutkan".
*Tap! Tap! Tap*.
Lancer berjalan perlahan mendekati Diana dan berhenti di sampingnya.
"Serangan itu sekelas Servant, tidak, bahkan lebih dari itu... Seperti senjata penghakiman".
"Senjata penghakiman?" Tanya Diana ke arah Lancer.
Lancer mengangguk sekali,
"Di negeriku, senjata penghakiman merupakan senjata dengan peringkat tertinggi. Jika dibandingkan dengan Gae Bolg ku, senjata itu berada di lima tingkat di atasnya. Sebuah senjata yang bahkan bisa menghapus sebuah dunia dalam sekejap".
"Anti-World, yah... Kira-kira Servant mana yang menggunakan senjata tadi?".
"Jika aku simpulkan, tidak ada seorang Servant yang mengikuti perang ini memiliki senjata tersebut. Aku sudah tahu pola serangan dari Archer, tidak mungkin ia memiliki kekuatan serta mana sebanyak itu hanya untuk mengeluarkan sebuah senjata penghakiman".
"Jika aku pikir, tidak mungkin Saber yang telah melakukan serangan tersebut. Jika benar, berarti ia akan menjadi lawan yang sulit untuk kita" Balas Diana sembari memegang dagunya.
"Saber tidak memiliki serangan pamungkas seperti itu. Dilihat dari cara bertarungnya, aku berani menjamin bahwa Saber tidak memiliki senjata sekuat itu".
"Lalu, siapa yang memakai senjata tersebut?".
"Maaf Master, aku kehabisan ide".
"Hum, baiklah... Lancer, apa kau bisa urus mayat ini dan membawanya ke Gereja Kudus?".
"Aku tidak keberatan, Master".
"Tolong bantuannya".
"Baik Master".
Lancer berjalan ke arah mayat Dan.
'Hanya ada satu orang yang terpikirkan olehku... Jika benar dia, apa yang harus aku laporkan kepada gereja dan Ardas?'.
*Deg!*.
Sebuah perasaan tiba-tiba saja terasa menyesakkan di dada Diana. Ia memejamkan mata sekali, kini ia berada di dunia sunyi dengan warna putih hampir memenuhi seisi ruangan.
"Diana".
Diana mendengar suara gadis memanggil namanya. Ia menoleh ke arah belakang, sosok gadis berambut panjang memakai jubah pendeta tengah berdiri di belakang Diana.
"Terminal?".
"Karin hampir memberikan seluruh jiwa dan raganya kepada Cawan".
"Berapa nilai yang sudah Karin berikan kepadamu?".
Sosok gadis yang bernama 'Terminal' terdiam, ia memejamkan mata lalu membukanya kembali.
"Ia mengorbankan hampir 94% dari semua yang ia miliki".
"94% ! ? ".
Diana terkejut mendengar angka tersebut. Angka tersebut sudah bukan termasuk 'hampir', tapi sudah memberikan semuanya. Ia tidak habis pikir kenapa Karin sampai mengorbankan segitu banyaknya.
Ia merasakan rasa sakit di hatinya ketika mendengar hal tersebut, seakan hatinya ingin menolak kenyataan itu. Diana tidak bisa berbuat apapun jika sudah terjadi, namun hati ini seperti tidak menerimanya.
"Aku juga akan memberitahukan hal lain kepadamu".
"Apa itu?".
"Pemilik Cawan Suci ketiga sudah hadir pada perang ini".
Diana kembali terkejut. Ia tahu bahwa Karin memiliki Cawan karena perjanjian dirinya dengan sang Terminal, ia lebih kaget ketika tahu bahwa ada orang lain yang memiliki Cawan dalam satu tempat yang sama.
"Siapa pemilik Cawan ketiga itu?".
"Kau akan tahu nanti".
*Deg!*.
Diana kembali tersadar dari lamunannya. Semua hal yang ia dengar tadi menjadi pertanyaan untuk dirinya. Ia akan memberi peringatan tentang dampak dari kekuatan Cawan kepada Karin, mencari sosok keberadaan dari pemilik Cawan ketiga lalu menghentikan perang ini.
Ia sudah lama merasakan hal pahit selama mengikuti perang. Tidak ada hal baik ketika perang dimulai. Jika ada orang yang mengatakan bahwa perang adalah jalan terbaik, Diana akan menegurnya dengan keras.
Perang tidak membawa dampak baik apapun... Kesedihan, kematian, kehilangan, semuanya akan tercipta saat itu juga. Nyawa manusia bisa hilang dengan mudah ketika perang terjadi, ratusan kematian dan kehilangan akan menghiasi medan pertempuran. Penghianatan akan menjadi pilihan terbaik ketika terdesak, ia sudah pernah mengalaminya.
Diana dan Karin merupakan dua dari jutaan manusia yang telah mengalami kepahitan dari perang. Mereka bertempur atas nama atasan dan negara, mengorbankan harga diri dan perasaan demi bisa membantai musuhnya. Mengikis emosi mereka sampai ke titik nol, mengubah mereka menjadi mesin pembunuh berdarah dingin.
Diana tidak ingin hal tersebut terjadi, biarkan masa lalu itu terus mengikat dirinya sampai mati. Ia tidak akan membiarkan generasi masa depan mengalami hal serupa.
"Master" Panggil Lancer melalui telepati.
Diana memejamkan mata,
"Ada apa Lancer?".
"Aku melihat Berserker tengah dikepung oleh beberapa orang di jembatan, apa yang akan kita lakukan?".
"Awasi mereka dahulu, ambillah keputusan jika memang itu sudah benar. Satu hal lagi, jika kau sudah menemukan kelemahan Berserker segera bunuh dia".
"Baik Master".
Diana membuka matanya kembali, ia menoleh ke jam kecil yang ada di tangan kiri, menunjukkan pukul 9 malam.
"Aku akan mengakhiri perang ini".
*Set!*.
Diana berbalik badan dan berjalan menuju ke pintu atap.
~ZHITACHI~
Karin berjalan perlahan ke arah Taira sembari memegang tangan kirinya yang berdarah. Saber berusaha berdiri dengan mengangkat tubuhnya sembari memegang pedang. Tubuhnya sudah banyak dipenuhi oleh luka akibat serangan dari para Sphinx tadi.
"Taira... Chan?".
Taira membalikkan badannya ke arah Karin. Tato garis berwarna merah yang semula ada di wajah, perlahan turun dan berhenti di pangkal leher.
"Kau tidak apa-apa, Nee-san?".
"Apa yang terjadi dengan dirimu? Kenapa kau memiliki kekuatan milik raja pahlawan?".
Senjata Ea perlahan menghilang bersamaan dengan cahaya kuning.
Karin menoleh ke wajah Taira dan memegangnya, mata mereka saling bertatapan satu sama lain, tapi...
Ada yang janggal pada diri Taira.
"Apa kau... Taira?".
"Apa maksudmu Nee-san, ak-".
*Deg!*.
Pupil mata kiri Taira berubah menjadi merah, pandangan di mata itu juga mulai tidak jelas.
"Semakin banyak kekuatan yang kau butuhkan, semakin besar juga pengorbanan yang kau sembahkan kepadaku. Selama kontrak ini belum sempurna, kau akan terus mengorbankan tubuhmu untuk mendapatkan kekuatanku".
Taira memegang kepala bagian kiri dengan erat, ia merasa kepalanya sangat sakit. Jauh lebih menyakitkan daripada ia terkena serangan laser waktu lalu.
'Jadi begitu'.
"Kita kembali, Nee-san. Aku akan menceritakan semuanya nanti".
"Tapi tubuhmu...".
"Aku tidak apa-apa".
Saber berjalan pelan dengan penuh luka ke arah Taira, Taira yang melihat Saber berjalan ke arah dirinya segera menoleh.
"Lebih baik kau istirahat, Saber... Kau terluka cukup parah".
"Ti-tidak apa, Master. Selama kakiku masih bisa melangkah, aku akan tetap akan di sini".
"Aku tidak ingin melihat orang di sekitarku menderita, kembalilah untuk istirahat, aku mohon kepadamu".
Saber menghentikan langkahnya, ia merasa kalau ucapan Taira terdengar tulus dari lubuk hati. Ia tersenyum pelan.
"Baik, Master. Aku akan istirahat, jagalah dirimu, wahai Masterku" Ucap Saber sembari menghilang.
"Ya".
Keberadaan Saber sepenuhnya sudah menghilang.
"Dia sudah pergi".
"Ukh!".
*Cprat!*.
Taira mengeluarkan banyak darah dari mulut, Karin, Machi, dan Archer terkejut bukan main.
"TAIRA!".
Karin sempat memegang tubuh Taira yang hampir jatuh ke tanah.
"A-archer, s-selamatkan Taira-kun!".
"B-Baik, Master!".
Archer segera melesat ke arah Taira dan membantu memegang tubuhnya.
"Taira-chan, kau tidak apa?".
Tidak ada respon dari Taira, walau ia sudah pingsan dengan kedua mata tetap terbuka. Tangan Karin sempat memegang ke dada Taira.
Wajahnya sangat terkejut, ia seperti melihat mimpi buruk yang datang secara mendadak. Ia menurunkan tangan kanannya, kakinya tidak kuasa menahan tubuhnya yang lemas. Bibirnya bergetar pelan.
"Tidak... Ini tidak mungkin".
Archer yang penasaran ikut memegang dada Taira, ia juga ikut terkejut.
"Jantungnya... Tidak berdetak!".
Machi ikut terkejut mendengarnya, ia melakukan hal yang sama seperti Karin.
Perlahan Archer merasakan denyutan pelan dari jantung Taira.
"Ta-Taira-dono belum mati! Ia masih hidup!".
Karin dan Machi sontak menoleh ke arah Taira, Machi segera berlari ke arah Taira dan memegang pundak kirinya. Karin segera berdiri dan memegang dada Taira.
Ia merasakan adanya denyutan jantung di dada Taira, walau terasa pelan. Wajahnya tersenyum berat.
"Taira-chan".
"Kita harus membawanya ke tempat aman untuk menyembuhkan luka Taira-dono".
"Bawa Taira ke dojo, di sana tempat yang aman".
"Ba-Bawa Taira-kun ke te-tempat itu, Archer!".
"Baik, Master".
Archer segera berjalan sembari melompat puing-puing bangunan.
Sementara itu...
Shiro, Rin, Gilgamesh, dan Hormes masih berdiam diri di tempat semula ketika jalan jembatan menuju ke kota Adachi dihadang oleh Berserker.
"Berserker kah? Untuk apa dia menghalangi kita di tempat ini?" Tanya Hormes ke arah Shiro.
"Aku juga kurang tahu, yang jelas dia ingin menghalangi kita untuk memasuki kota Adachi".
"Minggirlah Sakura! Aku tidak ingin melawanmu!" Ucap Shiro ke arah Sakura yang berdiri tak jauh di belakang Berserker.
Sepertinya tidak ada respon dari Sakura.
Gil melangkah dua kaki, tatapannya menjadi lebih dingin ke arah Berserker. Ia terlihat lebih marah dari biasanya.
"Minggir kau mahkluk rendahan! Aku ada urusan penting di kota itu!".
Berserker juga tidak ikut merespon ucapan Gil, ia menarik kedua belati dan bersiap untuk menyerang.
"Cih!".
Gil memanggil sepuluh tongkat sihir dari belakang tubuhnya. Kali ini kesabarannya sudah habis, ia tidak ingin berlama-lama di tempat ini.
"Kita harus meninggalkan tempat ini dengan segera!".
"Ya!".
Hormes mundur beberapa meter, di susul oleh Rin dan Shiro.
"TEMBAK!".
*Dor! Dor! Dor!*.
Sepuluh tembakan keluar dari senjata itu dan mengarah ke Berserker dengan tembakan tiada henti.
Berserker melesat sebelum peluru pertama di tembakan. Dalam gerakan lambat, Berserker mampu menghindari dua peluru yang akan mengarah ke perut. Ia menangkis serangan yang mengarah ke kepala dengan belati kanan, disusul belati kiri untuk melindungi bahu kanan.
Berserker mampu menangkis semua serangan yang mengarah kepada dengan gerakan cepat. Seakan di waktunya tembakan tersebut seperti bergerak lambat.
Jika dibiarkan begitu saja, tembakan yang dikeluarkan Gil tidak ada habisnya, ia melemparkan belati kiri ke arah Gil.
Gil yang melihat belati tersebut memerintahkan salah satu senjata untuk menembak serangan itu.
Melihat ada celah, Berserker segera berlari melesat ke arah Gil dengan kecepatan tinggi. Gil yang melihat gerakan tersebut segera memanggil kapak emas dan menangkis serangan dadakan.
*Trang!*.
"Gaya bertarung yang brutal seperti waktu lalu, persis seperti kelasmu".
"Cih!".
Berserker melakukan serangan tendangan dari arah samping. Gil yang belum sempat membentuk perlindungan terpaksa menangkisnya menggunakan tangan kosong.
*Duak!*.
Tendangan tersebut berhasil mengenainya, serangan tersebut juga mendorong Gil cukup jauh dan menabrak dinding jembatan.
Berserker kembali berdiri usai ia melakukan serangan tendangan. Ia segera melesat ke arah Gil dengan kecepatan tinggi.
*Set!*.
*Srang!*.
Delapan rantai emas muncul di bawah Berserker dan mengikat dirinya.
Dari gumpalan debu, Gil terbang melesat ke udara dengan kecepatan tinggi. Ia segera memanggil 15 portal emas ketika berdiri di udara.
"Berani sekali kau membuatku merasakan dinginnya bangunan seperti itu, Zasshu!".
Gil segera melesatkan seluruh tembakan ke arah Berserker.
*Set!*.
Berserker bergerak tak tentu arah guna melepaskan rantai emas yang mengikat dirinya. Ia meraung keras ketika melihat puluhan tembakan mengarah kepadanya.
Berserker menarik dengan kuat rantai yang mengikat tangannya, perlahan rantai emas mulai melemah di bagian lengan. Berserker yang tidak mau membuang kesempatan segera menarik dirinya dengan kuat.
*Trang!*.
Rantai emas seketika hancur ketika Berserker berhasil terbebas dari belenggu. Ia segera menghindari puluhan tembakan yang sempat diarahkan kepada dirinya dengan salto ke belakang beberapa kali.
*Set! Set!* Set!*.
Berserker berlari ke arah belati yang sempat ia lempar. Ia terus menerus menghindari serangan dari Gil, sekali-kali ia menangkisnya menggunakan satu belati.
Berserker segera mengambil sisa belatinya dan menangkis sisa tembakan yang mengarah kepadanya.
"Servantmu terlalu bersemangat, Rin" Ucap Shiro ketika melihat hujan serangan yang diarahkan ke Berserker.
"Aku benci mengakuinya, tapi ia sedikit berguna juga".
Sebuah tembakan mengarah ke depan Rin dan mengenai tanah di depannya, Rin seketika terkejut.
"Jika kau ingin memujiku, carilah kata yang bagus untuk seorang raja hebat sepertiku, Zasshu!" Balas Gil di saat ia melakukan tembakan.
"Kau ingin meminta pujianku atau ingin membunuhku, hah!".
Shiro memegang pelan dahinya.
"Dasar".
~ZHITACHI~
*Wush!*.
*Set!*.
Berserker muncul dari gumpalan debu ketika melompat ke udara. Ia segera mengubah posisinya menjadi bergantungan di tali jembatan. Melihat hal itu Gil mengarahkan posisi tongkat namun tidak ditembakkan.
Dilihat dari posisinya mungkin bisa ia prediksi. Jika ia menembakkan serangan ini saat Berserker sedang dalam posisinya mungkin bisa berguna. Namun, akan menjadi repot jika ia melesat ke arahnya lalu mengenai tali jembatan, besar kemungkinan jembatan ini akan roboh jika beberapa senjatanya mengenai tali.
Kemungkinan terakhir hanya ada satu, yaitu...
*Set!*.
Gil mengarahkan tangan kanannya ke depan, seluruh senjata bersiap menembakkan laser.
"Siapa yang menyuruhmu bergantungan di tempat itu, monyet sialan!".
*Dor! Dor! Dor!*.
Berserker segera melompat ke atas tali ketika melihat serangan tersebut. Ia seketika berlari sembari menghindari serangan laser.
Ketika sudah berjarak 100 M, Berserker melakukan lompatan dan melempar satu belati ke arah Gil. Dengan santai Gil menggeser gerakan belati dengan membenturkannya melalui serangan laser.
Namun lagi-lagi Berserker sudah tidak ada di tempat itu. Gil nampak tidak terkejut, ia sudah merasakan ada aura berat dari arah belakang.
*Set!*.
*Duak!*.
*Dum!*.
Berserker menendang punggung Gil dengan kuat, memaksanya jatuh ke jembatan tanpa mengijinkan ia menoleh.
"Caster!" Panggil Rin ketika melihat Gil menghantam jembatan dengan keras.
"Apa kau tidak membantunya, Ruler?" Tanya Shiro ke arah Ruler yang tengah mengamati pertarungan dengan memegang dagunya.
"Tidak-Tidak, ia sudah mengatakan bahwa ingin menyelesaikannya sendiri".
Gil berusaha berdiri usai tubuhnya menghantam jembatan, ia mendecih sembari menahan sakit.
*Set!*.
Ia berdiri dan berbalik badan, menoleh ke arah Berserker yang tertancap 4 tombak panjang yang muncul di besi jembatan.
"Bagaimana rasanya tertusuk ketika berada di udara, Zasshu?".
"Caster!".
Gil menoleh ke arah Rin,
"Hm?".
"Eh! Gak jadi!".
Muncul tiga siku di dahi Gil, ia kembali menoleh ke arah Berserker.
"Biarlah... Sekarang, tidak akan kubiarkan kau mengamuk lagi di tempat ini".
*Set!*.
Kali ini Gil memanggil pedang dan tombak dari portal emas.
"Bersiaplah untuk...".
"HUAAA!".
*Trang!*.
Seluruh tombak yang menancap pada tubuh Berserker telah hancur ketika dia berteriak, membuat Gil terkejut.
"A-Apa ! ? ".
*Set!*.
Berserker menekan kedua kaki ke arah besi di belakangnya, terbang melesat ke arah Gil yang masih terkejut.
*Set!*.
*Dum!*.
Berserker menekan wajah Gil ke belakang sampai menyentuh tanah, menghapus keberadaan portal di belakang dirinya.
Namun, cengkramannya terlihat lebih lemah dari biasanya. Melihat hal itu, Gil menendang perut Berserker agar bisa terlepas dari cengkramannya.
*Set!*.
*Tap! Tap!*.
Baik Gil dan Berserker saling melompat menjauhi masing-masing.
"Kau tidak apa, Caster?" Tanya Rin ketika berdiri di belakang Gil.
"Aku tak apa, serangan dari Berserker mulai melemah".
*Set!*.
Berserker berdiri dengan posisi sempurna sembari memandangi tajam ke arah Gil. Namun, luka yang ia terima tadi tidak tertutup, bagian dada dan perutnya masih ada lubang akibat tusukan tombak Gil.
"Kau tidak apa Berserker?".
"Maaf... Master... Aku sudah".
*Set!*.
Lancer segera berdiri usai memantau pertarungan Berserker dengan Gil.
"Jadi begitu... Master, perintahmu?".
"Bunuh Berserker dengan satu serangan".
"Baik".
Tombak Lancer menyala merah, Lancer menarik penutup mulutnya sembari memasang tatapan dingin.
*Set!*.
*Wush!*.
"Berserker mungkin telah melemah, Rin?".
"Mungkin saja".
"Berarti ini kesempatanku! Akan aku balas kekalahanku di waktu lalu" Ucap Gil sembari memanggil kapak emas.
*Wush!*.
*Jleb!*.
Waktu menjadi lambat, Berserker menoleh ke arah atas sembari kedua matanya kembali normal, ia melihat Lancer telah menusuknya tepat di jantung. Bibirnya mengalir darah, kedua matanya perlahan mulai terpejam.
"Achi... lles".
"Sudah waktunya kau beristirahat, Berserker".
~TBC~
Akhirnya! Bagaimana dengan kedatangan Chapter pertama di ARC kedua ini? Masih adakah yang tertarik dengan FF Fate Series milik Zhitachi? Zhitachi harap iya, hehehe...
Untuk ARC ini mungkin akan menjadi 'Short Chapter' karena melihat waktu dan perang yang terjadi pada Cawan Suci kali ini sangat singkat.
Sudah saatnya Berserker mengakhiri tugasnya sebagai Servant, menyusul si Rider di alam 'Heroes of Throne'. Kira-kira siapa lagi yang akan menyusul mereka berdua?
Akan ada kejutan usai ARC ini selesai, walau masih lama sih, hehehe *Author digeplak Narator*.
*Kritik dan Review dari Reader sekalian akan sangat memotivasi Zhitachi untuk menjadi lebih baik*.
