Papa Zola Special Education.

Sebuah Boboiboy Fanfic karya LightDP AKA LightDP2.

Author note:

-Boboiboy dan seluruh karakter yang terkandung di dalamnya adalah milik pemegang hak cipta, saya hanya pinjam saja koq karakter-karakternya.

-Warning: Typo, OOC, Elemental Siblings, pairing asal-asalan.

.

Selamat Membaca

.

Siapa yang tidak kenal dengan Papa Zola, superhero dari sebuah game yang kini berprofesi sebagai guru. Yah menurutnya, menjadi guru adalah cita-citanya sewaktu masih kecil.

Dengan memegang prinsip kebenaran, Papa Zola selalu antusias mengajar murid-muridnya meskipun kadang cara mengajarnya yang jauh dari kata "ortodok" itu hanya membuat murid-muridnya semakin kebingungan... Seperti perumpaan buah apel dalam kelas matematiknya yang membuat seisi kelas terbengong-bengong.

Namun kini Papa Zola mendapati dirinya berkeringat dingin, tegang, dan kaku berada dalam sebuah kelas yang luasnya dua kali lipat dari ruangan kelas biasanya. Kali ini dua kelas sekaligus digabung untuk pelajaran spesial yang tahun ini jatuh pada giliran Papa Zola untuk mengajarnya.

Biasanya Papa Zola selalu menghindar dari tugas mengajar yang satu ini, Akan tetapi pada tahun ini, hanya dia yang tidak pernah mengajar di bidang yang merupakan momok bagi Papa Zola.

"Tidak !. Kebenaran tidak boleh mengajarkan kejahatan !" Begitu tolak Papa Zola ketika didakwa kepala sekolah untuk mengajar kelas itu. Dibawah tekanan para guru yang lain dan diancam Surat Peringatan kedua, dengan amat sangat berat hati, Papa Zola menerima untuk mengajar kelas itu.

Kelas apakah itu ?

"Mari, mari, silahkan duduk, ayo cepat... Makin cepat selesai, makin bagus" Sahut Papa Zola dengan rotan kebenarannya dalam genggaman,

Murid-murid gabungan dari dua kelas memasuki ruangan belajar yang luas itu. Nampak diantara murid-murid itu si kembar tujuh Boboiboy bersaudara Fang, Gopal, Yaya, Ying dan tak ketinggalan alien pendek berkepala kotak dan berambut palsu, Adudu.

"Kelas apa ini sih ?" Gopal bertanya kepada Boboiboy Blaze yang duduk di sebelahnya.

"Ngga tau". Blaze berdiri dari duduknya "Cikgu Papa, ini kelas apa sih ? Ngga biasanya mendadak begini ?".

"seeed..." Jawab Papa Zola dengan suara pelan tetapi cepat sehingga malah tidak jelas terdengar.

"Hah ?"

Papa Zola menarik napas panjang dengan lesu. "Sex Ed... Sexual Education !" Jawab Papa Zola sekali lagi dengan ketus.

"HAAAAAH ?!" Hampir semua murid cengo berbarengan. Selain cengo, ada juga yang mukanya memerah seperti Yaya dan Thorn. Atau malah bersemangat seperti Halilintar, Blaze dan Taufan. Atau datar saja seperti Fang. Ada juga yang terlihat khawatir seperti Gopal, dan Gempa

"Sudah... Mari kita mulai..." Papa Zola mengambil posisi di hadapan semua murid-muridnya. "Kalian semua minimal sudah berusia lima belas tahun. Sudah saatnya kalian semua mengetahui mengenai sex...".

"Hormon dan badan kalian sudah atau akan melewati masa puber... Artinya, kalau tidak cikgu berikan pengetahuan dari sekarang, bukan tak mungkin kalian bakal seperti..." Papa Zola terdiam, mencari perumpamaan untuk memperhalus materi pengajarannya. "Seperti... Seperti kelinci atau kucing kebenaran yang berkawin tanpa kenal waktu dan beranak tak putus-putus".

Sebuah perumpamaan yang buruk yang membuat seisi kelas sweatdrop.

"Daripada terjadi musibah, lebih baik dari sekarang Papa Zola ajar melakukkan secara aman dan benar". Papa Zola mulai mondar-mandir di depan kelas.

"PERTAMA !.Demi kebenaran !. Kalau kalian mau melakukkan... Sex" Percuma rasanya Papa Zola memperhalus materi yang diberikannya. "Yakinlah kalian melakukkan itu dengan orang yang kalian sayangi atau cintai. Karena... Kalau tidak... Hancurlah kebenaran masa depan kalian semua"

-kepish !- Sabetan rotan pada sebuah meja kosong untuk menambah efek dramatis Papa Zola.

"Bukan hanya itu, wahai murid-murid kebenaran !. Bagi yang lelaki, birahi kalian akan pudar dan kalian akan jadi bahan tertawaan, bagi perempuan, yakinlah bahwa birahi akan datang dengan sendirinya dengan pasangan pilihan kalian"

Entah kenapa Gopal menelan ludah, antara ketakutan atau khawatir.

"Cikkgu papa yakin bahwa kalian semua sudah tahu dasar hubungan sexual..."

Sebuah tangan teracung.

"Ya, Thorn ?"

"Eh... Saya belum tahu, cikgu...". Ya, Thorn kan masih super polos. Saking polosnya, keenam saudara kembarnya tepok jidat serempak.

"Apaaa ?" Teriak Papa Zola. "Apa saja yang kau hafalkan di pelajaran biologi ? Berapa nilai ulangan biologimu ?"

"Ijinkan saya, cikgu, adik kami ini memang masih polos" Halilintar berdiri. Di tangan kanan tergenggam sebuah pulpen dan di tangan kiri, tutup dari pulpen tersebut. "Begini prinsipnya" Dimasukkan dan dikeluarkan pulpen itu kedalam dan keluar tutupnya beberapa kali. "Begitu, Thorn... Anggap pulpen ini batangmu dan tutupnya ini adalah... Miliknya perempuan" Penjelasan Halilintar yang cuek membuat seisi kelas pokerface.

"Ehem... Ya, seperti Halilintar bilang. Seperti itulah dasar hubungan sexual" Lanjut Papa Zola."Nah, tidak hanya itu saja, lebih dari sekedar hubungan sexual, hubungan intim juga penting... Tanpa hubungan intim, maka hubungan sexual tidak bisa dibenarkan".

"Seperti pada... Pencak silat, ada pembukaan, ada kuda-kuda sebelum bertarung itulah hubungan intim... Sebelum berhubungan sex, haruslah ada rangsangan. Kalau tidak.. Kebenaran tidak akan berjaya melakukkan hubungan... Lelaki harus dirangsang supaya birahinya meningkat, supaya... Kejantanannya berfungsi, sedangkan perempuan harus dirangsang juga supaya nyaman dan... Lancar".

"Maksudnya lancar, cikgu ?" Ying bertanya.

Papa Zola langsung nampak gelisah "Maksudnya... Kalau tidak dirangsang, vagina perempuan tidak akan basah dan licin". Dengan sengaja sang cikgu tidak menjawab pertanyaan dari beberapa muridnya lagi. "Mari kita lanjutkan... Sejauh ini kita telah membahas kegiatan sex secara normal... Sekarang kita menuju ke... Daerah... Abu-abu".

Sebagian besar para murid tidak mengerti apa yang dimaksud Papa Zola dengan daerah abu-abu, nampa dari raut wajah mereka yang keheranan. Namun beberapa ada yang mengerti. Contohya Halilintar, Taufan, dan Fang yang saling berpandangan sambil tersenyum-senyum.

"Maksudnya hubungan diluar lelaki dan perempuan... "Sambung Papa Zola. "Antara lelaki tidak ada pelicin alami, jadi gunakan apa saja yang bisa menjadi pelicin supaya hubungan intim kalian lancar... Dan minyak goreng bukan pelicin yang baik... Dan Nona Ying, jangan senyum-senyum sendiri... "

"Maaf, cikgu" Yaya mengacungkan jarinya. "Bukankah yang begitu itu dilarang ?"

"Nona Yaya. Perluaslah pandanganmu. Negara di dunia bukan Malaysia saja. Kupaslah kulitnya sampai ke tulangnya. Maka kau akan menemukan kebenaran cinta yang tidak mengenal kelamin, ras atau suku".

-Bletak !- Kali ini bukan rotan menyambar, hanya tiga buah kapur tulis yang mendarat di jidat tiga orang murid.

"Tuan Fang, Taufan, Halilintar, hapus muka mesum kalian bertiga !"

"Uhm... Bagaimana kalau dengan benda selain manusia ?" Mendadak Thorn bertanya kembali. Sebuah pertanyaan yang membuat seisi kelas memandang ke arahnya.

"Coba perjelas, apa maksudmu benda lain...?"

"Ah... Kemarin di kelas saya lihat di majalah milik Blaze. Ada yang bercinta dengan ketimun". Sebuah jawaban yang membuat seisi kelas yang tadinya melihat ke arah Thorn berganti menatap Blaze.

Blaze tepok jidat mendengar namanya disebut dalam pernyataan Thorn, belum lagi seisi kelas, terutama para murid perempuan yang menatap Blaze seakan mahluk horror entah dari planet mana. Ingin sekali rasanya ia membakar adik kembarnya yang satu ini hidup-hidup.

"Ih, mesum" Yaya melirik ke arah Blaze dengan raut muka jijik. "Kukira kamu masih polos".

"Aih, Yaya, aku bisa menjelaskan" Blaze memelas. "Aku dikerjain Ice, dia-"

"Sudah ngga perlu alasan!" Ketus Yaya yang membuang muka. "Kita PUTUS !. Dasar maniak hidung belang"

"Itu bukan bercinta, wahai murid kebenaran... Itu rangsangan... Dan kau, Tuan Blaze, temui cikgu setelah ini"

"Kampret kau Thorn !" Kutuk Blaze sembari menarik turun topinya yang biasanya ia pakai agak tinggi sebagai usahanya menyembunyikan wajahnya yang merah padam.

-Kepish !- Rotan mendarat pada tangan Blaze.

"Anak muda kebenaran !" Papa Zola menunjuk ke arah Blaze. "Jaga bicaramu".

Thorn hanya memandang Blaze dengan polosnya "Thorn salah apa kak ? Kan memang kakak sering bawa majalah itu kesekolah"

'Habislah aku...' Blaze hanya bisa berserah diri akan jadi bahan pembicaraan dan kemungkinan bahan bully-an untuk beberapa minggu ke depan.

"Berbicara mengenai ketimun" Lanjut Papa Zola. "Kembali kepada topik antara sesama jenis perempuan.. Yah, ada beberapa benda yang bisa membantu hubungan sex kalian. Normalnya dengan bantuan pasangan kalian atau bisa memakai... Jari sendiri... atau ketimun...".

Cikgu Papa Zola kembali menarik napas, ia ingin menyelesaikan kelas ini secepatnya. "Ada lagi pertanyaan ? Tidak ? Bagus... Kalian semua seharusnya sudah tahu apa yang terjadi ketika sperma bertemu dengan sel telur dari kelas biologi bukan ?. Itu adalah hal terakhir yang kalian inginkan jika kalian masih mau bersekolah disini... Oleh karena itu selalu gunakan alat kontrasepsi kalau kalian dengan pasangan masing-masing, entah bagaimana, merasa berbirahi...".

Kembali Thorn bertanya "Alat apa itu cikgu ?".

"Singkatnya, alat itu tidak membenarkan sperma bertemu sel telur. Seperti kondom bagi pria... Yang kalian sarungkan pada... Burungmu sebelum masuk ke sarangnya".

"Mati dong nanti burungnya kalau disarungi ?" Thorn bertanya heran dengan kedua matanya mengedip cepat.

"Astaga kamu ini anak murid kebenaran atau kesalahan hah ? Kelaminmu itu maksud cikgu, wahai anak muridku yang terpolos"

"Cikgu..." Jari Ice mengangkat. "Bagaimana kalau perempuan tapi mempunyai burung seperti di majalah Blaze yang dibawa ke kelas itu?"

"Astaga ? Aku lagi ?" Gumam Blaze yang mukanya merah padam. mau tidak mau, suka tidak suka ia mempersiapkan diri bakalan diskors lagi dari sekolah untuk kesekian kalinya. Blaze memerosotkan diri di bangkunya seakan beringsut ditelan bumi karena sekarang seluruh isi kelas baik perempuan dan lelaki menatap dengan mimik muka horror kepadanya.

"Itu kelainan jiwa, wahai anak muda... Mungkin orang itu tidak terima dengan kebenaran identitas dirinya apalagi manusia biasa tidak ada yang hermaphrodite atau berkelamin ganda...Dan kau Tuan Blaze... Kebenaran tidak memperbolehkan benda jahat nan durhaka beredar di sekolah. Nanti cikgu telepon atuk kau. Skorsing tiga hari wahai pengedar majalah porno !".

"Setan kau Ice..." Geram Blaze sembari melirik sinis ke arah Ice yang cekikikan dan toss dengan Taufan.

-Kepish !- Hadiah sabetan rotan kebenaran kembali mendarat di tangan Blaze.

"Tuan Blaze... Skorsing tujuh hari..."

"Mampus kau Blaze !" Desis Taufan yang masih cekikikan.

-Kepish !- Taufan pun turut merasakan rotan kebenaran pada tangannya

"Tuan Taufan, jaga bicaramu !".

"Ba.. Bagaimana dengan... masturbasi ?" Tanya Gopal.

"Tak masalah selama tidak berlebihan... Pastinya kalian ngga akan menjadi buta karena masturbasi... Itu cuma takhyul".

"Kalau terlalu cepat... Ehm... Keluar bagaimana, cikgu ?" Kali ini Fang yang bertanya. Semakin lama, pertanyaan yang bergulir di kelas itu semakin membuat kepala Papa Zola berdenyut-denyut.

"Pelankan tempo permainanmu... Kau ini bercinta, bukan menumbuk bubuk chili...".

"Cikgu, Apakah manusia bisa membuahi alien, atau sebaliknya ?" Kali ini Solar bertanya dengan cengar-cengir melirik Adudu yang mukanya memerah.

"Mungkin saja bisa, tapi belum ada yang tahu hasilnya... Hanya saja pastikan ukurannya cocok. Jangan memasukkan spidol ke dalam tutup pulpen, atau pulpen ke dalam tutup spidol faham ? Pertanyaan lagi ?"

"Bagaimana kalau ukuran... Dia... Terlalu besar ?" Tanya Adudu.

"Seperti yang cikgu bilang, kalian ini bercinta, bukan menumbuk chili... Jangan terlalu cepat terburu nafsu birahi kalian... Otot dan daging itu fleksibel. dengan peregangan yang pantas, semua benda bisa masuk".

"Cikgu, Bagaimana kalau susah ejakulasi ?" Tanya Gempa.

"Periksakan dirimu ke dokter... Dan berharaplah kau tidak mandul".

Satu persatu semua pertanyaan murid-murid terjawab.

"Intinya, jangan terburu-buru melakukkan hubungan sexual, ingatlah bahwa hubungan intim lebih penting daripada sekedar pemuasan birahi kalian. Kedua pihak harus saling menikmati, kalau tidak itu namanya pemerkosaan dan itu tidak bisa cikgu benarkan..." Cikgu Papa menarik napas lega dengan habisnya materi yang harus ia ajarkan di kelas itu.

"Kelas selesai... Semoga apa yang kalian pelajari disini bisa kalian gunakan dengan baik dan bermanfaat" Sebuah kata penutup yang salah karena semua murid tertawa cekikikan.

Terlambat sudah kata-kata penutup cikgu Papa Zola untuk diralat."SUDAH, KELUAR KALIAN SEMUA !" Untuk pertama kalinya Papa Zola menghardik murid-muridnya yang langsung berlarian keluar kelas dan beberapa nampak berpasangan seperti Solar yang menarik-narik Adudu yang nampak keberatan, atau bertigaan seperti Taufan, Halilintar dan Fang yang berangkulan. Atau malah saling menjauh seperti Blaze yang pasang tampang memelas mengejar Yaya yang masih buang muka.

"Kebenaran, tidak akan pernah lagi mengajar sex education selamanya..." Gerutu Papa Zola yang terduduk lesu di belakang mejanya. "Tuan BLAZE, KEMARI KAU !".

.

.

.

Tamat.

-Gaje ? memang... Fanfic ini dibuat dalam hitungan kurang dari dua jam...

-Sekali-kali ngebully Blaze ah...