Sayonara, First Love
Disclaimer : All of character belongs to Masashi Kishimoto
Story bassed on I Give First Love the Movie
Rated : T
Fem!Uzumaki Naruto as Taneda Mayu
Sasuke Uchiha as Kakenouchi Takuma
WARNING!
Cerita ini mengandung unsur gender bender/typo berserakan/alur kecepetan/OOC/gaje/Bila anda tidak suka silahkan klik tombol back pada layar masing-masing!
Sebagian dari kalian mungkin sudah tahu endingnya akan berakhir seperti apa, saya hanya membuatnya dengan versi saya sendiri.
No Flame! Silahkan memberi kritik dan saran yang baik dan sopan.
Summary : Cintanya mempunyai batas waktu. Takdir yang sudah digariskan sebelum dirinya dilahirkan./ " Ne, Sasuke...Apa kau percaya keajaiban?"/Antara Sasuke, Naruto dan keajaiban semanggi berdaun empat.
Author proudly present
Sayonara, First Love
enjoy
.
.
.
Rumah Sakit Konoha adalah rumah sakit terbaik yang ada di negara ini. Bangunan megah, dokter-dokter muda berbakat dan peralatan medis super canggih menjadi asetnya. Banyak dari pasien yang berobat disini sembuh dengan hasil yang memuaskan. Namun ada satu hal yang rumah sakit, alat medis super canggih dan dokter terbaik sekalipun tidak bisa mengatasi hal satu ini.
Yaitu kematian.
Kematian yang bisa datang kapanpun dan dimanapun. Kematian telah digariskan jauh sebelum kita dilahirkan ke dunia.
Sasuke kecil tidak mengerti apa arti kematian yang sesungguhnya. Dia hanya tahu, dia lahir pada tanggal 23 Juli dan umurnya delapan tahun sekarang. Dia memiliki sebuah penyakit yang kata dokter hanya keajaiban yang bisa menolongnya. Jantungnya memiliki kelainan. Dimana katup jantungnya tidak berfungsi dengan normal hingga oprasi pencangkokan jantunglah menjadi jalan satu-satunya untuk dia bisa sembuh. Namun, oprerasi itu tidak semestinya mudah. Dia harus menunggu donor jantung yang cocok dengannya. Sedangkan kematian bisa kapan saja datang menjemputnya.
Sasuke yang sudah satu minggu dirawat di rumah sakit nampak berjalan gontai menuju taman. Dia duduk di sebuah bangku taman di pinggir danau sambil mengamati beberapa anak seusianya bermain sepak bola, olahraga yang sejak dulu ingin Sasuke mainkan bersama teman-temannya.
" Hieee!" seru seorang anak perempuan bersurai pirang yang memandang horor kearahnya. " Apa yang kau lakukan?Kau memdudukinya!" ujar anak itu sambil menunjuk kearah bangku yang sedang Sasuke duduki. Frustasi, dia sampai mengacak-acak rambutnya sendiri sebagai pelampiasan.
" Memangnya ada apa?"
" Gomenasai!" Anak berambut pirang itu mengatupkan kedua telapak tangannya untuk meminta maaf. "Aku telah mewarnai bangku ini dengan crayon miliku. Aku berniat menjahili kepala perawat di rumah sakit ini. Tapi kau malah mendudukinya." tambahnya sambil menggembungkan kedua pipinya. Nampaknya dia kesal karena anak berambut raven di depannya telah mengacaukan rencananya.
"Hah?"
Sontak Sasuke langsung bangkit berdiri dan melihat celana bagian belakangnya yang berwarna merah karena crayon.
"Celanaku kotor."
" Uwahh!Gomenasai!"
Anak itu pun langsung menduduki bangku yang dia kotori sendiri dengan crayon miliknya.
" Sekarang sudah adil." ujarnya sambil tersenyum lebar.
"Oh ya! Namamu siapa?"
" Uchiha Sasuke."
" Namikaze Naruto. Yoroshiku!"
Cinta. Diumur delapan tahun Sasuke telah berhasil menemukan cinta pertamanya. Seorang gadis kecil ceria yang lebar senyumnya. Namun cintanya memiliki batas waktu. Takdir yang sudah Tuhan gariskan untuknya.
Tanggal 21 Agustus, Sasuke tiba-tiba mengalami serangan jantung setelah dia ketahuan bermain sepak bola dengan teman-temannya. Dokter Minato -ayah Naruto adalah dokter spesialis jantung terbaik yang dimiliki rumah sakit saat ini. Malam itu, pukul sembilan malam Sasuke baru saja melewati masa kritisnya setelah dia melangalami operasi untuk menyelamatkan jiwanya.
" Kenapa aku diikat seperti ini?" tanya Sasuke kecil sambil meronta- ronta mencoba untuk melepaskan diri dari ikatan.
" Maafkan Kaa-san yang telah melahirkanmu dengan keadaan seperti ini, Sasuke."
" Mikoto..."
Fugaku hanya bisa mengelus pundak istrinya dengan lembut. Keduanya merasa sangat shock dengan apa yang dikatakan Minato-sensei sesaat sesudah Sasuke operasi. Sasuke - dia tidak akan bertahan sampai usianya dua puluh tahun. Dia juga dilarang menjalani aktifitas fisik berat seperti berlari atau berjalan terlalu jauh.
" Kaa-san, aku ingin ke toilet."
" Sasuke, biar Kaa-san pakaikan popok untukmu ya? Dokter bilang kau harus tetap di ranjang untuk menjaga kondisimu."
Sasuke kembali meronta - ronta. Dia menolak untuk memakainya.
" Tidak mau! Aku bukan bayi, Kaa-san!"
" SASUKE!"
Tanpa sadar Mikoto membentak Sasuke. Mikoto boleh dibilang adalah sosok ibu paling sabar yang pernah Sasuke miliki. Dia membentak Sasuke bukan karena dia lelah mengahapi Sasuke tapi karena dia sedikit kecewa dengan dirinya sendiri karena tidak bisa membantu Sasuke.
Sementara di luar kamar 201, Naruto terduduk sambil memeluk kedua lututnya . Kedua manik birunya mengalir air mata dengan deras.
" Sasuke..."
" Nani suru desuka?"
Sasuke berjalan mendekat kearah Naruto yang sedang asyik menyibak rerumputan di taman.
" Teme?!"
" Aku tanya kau sedang apa, dobe?"
Sasuke mendengus saat Naruto mengacuhkan pertanyaannya dan lembali melanjutkan kegiatannya.
" Omae wa kankenai." ujar Naruto judes. Sikapnya yang tiba-tiba begitu membuat kedua alis hitam Sasuke menukik -heran.
" Kau marah padaku ya?"
" Urusai."
" Ternyata benar. Kau membenciku."
Naruto berhenti menyibak rumput. Dia melotot keatah dibuat seseram mungkin supaya Sasuke tahu jika Naruto benar-benar merasa marah.
" Ya. Aku marah padamu. Kenapa kau menyembunyikan penyakitmu padaku? Kau tidak pernah menceritakannya."
" Gomen. Aku tidak ingin membuatmu khawatir."
Kepala pirang Naruto menunduk. Dia tahu pun tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Sasuke.
" Sasuke, apa kau percaya keajaiban?"
" Aku membaca jika tembok besar di Cina itu merupakan keajaiban dunia. Mereka ada karena keajaiban bukan?"
" Begitu ya?"
Air muka Naruto terlihat kembali bersemangat ketika mendengar jawaban Sasuke.
" Sasuke, bantu aku menemukan semanggi berdaun empat!"
" Untuk apa?"
" Aku pernah dengar, jika kau mengajukan permintaan kepada dewa semanggi berdaun empat, katanya permintaanmu akan terkabul."
Sasuke memutar bola matanya. Konyol betul kata-kata sahabatnya itu.
" Kau hanya buang-buang waktu."
Meski nada bicara Sasuke terkesan mengejek begitu, dia tetap membantu Naruto untuk mencarinya.
" Aku merasa bosan. Selama kau sakit, aku benar-benat kesepian. Ngomong-ngomong, apa kau masih memakai popok?"
Naruto berbisik di akhir kalimatnya membuat Sasuke memerah menahan malu.
" Jangan bahas soal itu!"
" Hahaha. Gomen, gomen."
" Apa yang akan kau minta jika kau menemukannya?"
Naruto terlihat berfikir keras. Dahinya berkerut - kerut sambil mengetukan telunjukanya di dagunya.
" Umm... Aku belum memutuskannya."
Naruto memandang Sasuke yang masih sibuk mencari.
" Jika kau menemukannya satu, apa yang kau minta?"
" Tentu saja aku ingin jadi dokter hebat seperti ayahmu. Bekerja dan memiliki sebuah keluarga. Memikirkannya saja, sepertinya menyenangkan. Naruto, apa kau mau jadi istriku?"
Iris biru Naruto membulat. Sasuke melamarnya?
" Oi, Dobe! Aku menemukannya satu."
Sebelum Sasuke mencabutnya, dia sudah terjatuh karena tiba-tiba Naruto berlari kearahnya dan mendorongnya.
" Dobe apa yang kau lakuka-"
" Sasuke, tasukete kudasai! Onegaishimasu! Biarkan dia hidup. Biarkan kami bersama! Aku ingin bersama Sasuke. Kami-sama, onegaishimasu."
Teriakan Naruto membuat Sasuke terkejut. Dia merengkuh tubuh Naruto kedalam pelukannya.
" Arigatou ne..."
Di dunia ini apapun bisa terjadi. Asal Tuhan menghendakinya, yang tidak mungkin bisa saja terjadi. Kini Sasuke sudah berusia enam belas tahun. Dia tumbuh menjadi remaja laki-laki yang tampan dan tubuh yang tinggi. Nampaknya rumah sakit tidak bisa menghentikan hormon pertumbuhannya.
" Bagaimana?"
Sasuke memandang penasaran kearah pria paruh baya yang duduk di depannya. Pria itu sedang memeriksa foto hasil rotgen jantung Sasuke.
" Seperti biasa keadaanmu baik."
Sasuke tersenyum tipis mendengarnya. Dia mengancingkan kembali kemejanya yang terbuka. Memperlihatkan sebuah bekas luka besar yang membekas di dada bidangnya.
" Apa aku boleh kembali, Minato-sensei?"
" Ah ya, kau pergilah! Aku akan memeriksa pasien lain setelah ini." Minato mengibas - ngibaskan tangannya mengusir Sasuke yang berdiri di sampingnya.
" Ingat, jangan lakukan aktivitas fisik yang berat, hindari makanan asin dan berlemak. Oi, kau mendengarkan aku tidak?!"
Minato berteriak ketika Sasuke malah melenggang pergi begitu saja tanpa mendengarkan khotbahnya terlebih dahulu.
Saat Sasuke berjalan melewati taman yang dulu menjadi tempat bermainnya bersama Naruto, dia melihat Naruto yang sedang berdiri di bawah pohon maple sambil mendengarkan musik. Kini dia tumbuh menjadi gadis remaja cantik bersurai pirang panjang dan populer.
" Oi, Dobe!"
Naruto tidak merespon. Dia justru menambah volume musik yang keluar dari headset yang dipakainya. Sasuke berderap cepat kearah si pirang yang masih asik dengan dunianya sendiri. Setelah dekat, dia mengendap - endap dan mencopot headset yang terpasang di telinga Naruto dengan tiba-tiba.
" Apa yang kau lakukan?! "
" Telingamu jadi tuli karena benda ini." Sasuke menunjuk headset di tangannya dengan ekspresi kesal.
" Kau lama sekali dari pada bosan lebih baik mendengarkan musik. Tadinya mau kutinggal kau."
" Hn."
Keduanya berjalan menuju sekolah mereka di Konoha Junior High School sambil bergandengan.
" Tanganmu besar ya." Naruto menggenggam erat tangan Sasuke. Sasuke tersenyum geli mendengarnya. Tentu saja. Dia kan tidak selamanya kecil dan memakai popok lagi.
" Ngomong-ngomong bokongmu juga tambah besar."
" TEME HENTAI YAROU!"
.
.
.
" Kyaa! Naru-chan, masukan bolanya!"
Para gadis-gadis dari kelas itu nampak berkerumun di pinggir lapangan sambil meneriakan nama siswi bersurai pirang yang sedang bertanding basket dengan lawannya dari kelas lain.
BRAK! Naruto berhasil menambah poin bagi timnya berkat shootingnya tadi. Sementara Sasuke hanya bisa mengamati si pirang yang berlari kesana kemari sambil mendrible bola basket. Dia duduk termangu di pinggir lapangan tanpa melakukan apapun. Bagaimanapun juga basket atau olahraga lari-larian yang lainnya merupakan aktivitas yang haram dilakukan oleh Sasuke.
" Are. Namikaze Naruto dari kelas 3 - 2. "
Sasuke melirik kearah seorang siswa dari kelas tetangga yang menunjuk kearah Naruto.
" Kawaii~ Berapa ukuran dadanya ya?"
TWITCH.
Sasuke melotot mendengarnya. Dasar siswa-siswa bodoh kelebihan hormon. Berani - beraninya mereka mengukur ukuran dada seorang gadis! Apalagi gadis itu adalah Naruto -calon istrinya!
" Ne, bagaimana kita lakukan saja?"
" Ah, aku sudah tidak sabar."
Kedua siswa itu pun pergi meninggalkan lapangan itu saat pertandingan basket baru saja selesai.
Naruto berjalan cepat menuju toilet sambil mengelap keringatnya yang bercucuran. Di depan toilet sudah ada dua orang siswa yang menunggunya sambil membawa ember.
" Hari ini panas sekali! Aku harus ce- "
BYURRR...
Naruto terpaku karena tak sempat menghindar saat seember air tiba- tiba menyiramnya hingga basah kuyub.
" Hieee! "
" Kami tidak sengaja. Daijoubu desuka?" ujar siswa pelaku penyiraman itu sambil menahan tawa. Sementara temannya yang satunya nampak terperanggah melihat tubuh Naruto yang tercetak dari balik baju olahraga putihnya.
" A-apa yang kalian lihat, huh?!"
Naruto memeluk dirinya sendiri. Dia berusaha menutupi dadanya yang terlihat karena baju olahraganya basah tersiram air.
" Kalian sengaja melakukannya kan?"
" Kami kan sudah bilang, kami tidak sengaja. Hahaha- "
BUAGH! BUAGH!
Suigatsu dan Kiba kompak jatuh menghantam tanah. Sasuke tiba-tiba datang dan menghadiahi mereka dengan tinjuannya setelah sebelumnya membantu Naruto menutupi tubuhnya dengan blazer hitamnya.
" Apa yang kalian lakukan?"
" Cih, Uchiha Sasuke!" decih Suigetsu. Dia meludah dan mengusap sudut bibirnya yang berdarah karena tinjuan Sasuke. " -kau pikir aku takut denganmu, eh?"
Suigetsu langsung bangkit dan menerjang Sasuke. Kiba pun tidak ketinggalan. Dia melempar ember di sampingnya kearah Sasuke. Namun lemparan itu dengan gesit dia hindari dan berbalik menghajar keduanya seorang diri. Beberapa pukulan Suigetsu dan Kiba pun tidak luput mengenai wajah rupawannya hingga lebam.
" HENTIKAN! KUBILANG HENTIKAN!"
Naruto berteriak histeris saat Sasuke mendapat tinjuan di perutnya. Bayang - bayang Sasuke kecil yang mengerang kesakitan di ranjang rumah sakit menghantuinya. Dibantu siswa lain dan guru, akhirnya Naruto bisa menyeret Sasuke pergi. Meski begitu, Sasuke tidak melepaskan begitu saja tatapan membunuhnya kepada Suigetsu yang mengacungkan jari tengah kearahnya. Anak itu masih bisa menyeringai saat Sasuke berhasil menanggalkan salah satu gigi gerahamnya.
.
" KAU ITU BODOH YA?!" Teriakan Naruto menggema di ruang UKS. Matanya menahan tangis sampai memerah. Dia tidak kuasa melihat Sasuke kini terbaring di ranjang dengan nafas terengah- engah sembari terus mencengkram dadanya.
" UNTUK APA KAU MELADENI MEREKA?!"
" Tentu saja untuk melindungimu dan memberi mereka pelajaran." jawab Sasuke. Sasuke kesal setengah mati. Dia kan berniat baik dengan menghajar siswa-siswa mesum itu, malah dia yang kena marah. Manik kelamnya menatap plastik berwarna putih yang berisi obat-obatnya di meja nakas.
" Dimana akal sehatmu, huh? Apa kau berniat membunuhku dengan rasa khawatirku ini?"
Air mata jatuh membasahi pipi Naruto.
" Gomen. M-mereka mencoba melihat tubuhmu. Itu sedikit melukai harga diriku. Aku saja tidak pernah melihatnya. Bukankah kita sepasang kekasih?"
Sasuke memberanikan diri menoleh kearah Naruto untuk melihat reaksinya.
PLAK!
Sasuke mengusap-usap kepalanya yang berdenyut-denyut nyeri.
" Sejak kapan kau jadi mesum begini? Dasar hentai! Kau tidak ada bedanya dengan mereka."
" Baiklah- baiklah. Aku tahu, tidak usah menceramahiku! Go-"
Mata Sasuke membulat terkejut saat Naruto tiba-tiba saja menciumnya.
DEG! DEG!
" Aku benar-benar khawatir denganmu." ujar Naruto sembari merengkuh Sasuke ke dalam pelukannya.
Sasuke kembali mencengkram dada kirinya yang berdenyut kencang. Ya, dia masih merasakan jantungnya berdetak keras saat Naruto di sampingnya. Kini dia tahu, jika Narutolah 'hidupnya' yang sesungguhnya.
" Itadakimasu."
Sasuke melahap sup miso buatan ibunya dengan tenang.
" Sasuke, sebentar lagi kau akan ujian. Apa kau sudah memutuskan akan melanjutkan kemana?"
Sasuke memandang kearah ibunya dengan pandangan serius.
" Otto Gakuen."
" O-otto?" Fugaku membeo dengan kening berkerut heran. Otto Gakuen -sekolah berpredikat A yang hanya menampung murid jenius di dalamnya. Belum lagi letak sekolahnya sangat jauh dari tempat tinggal mereka saat ini.
" Hn." Sasuke mengangguk yakin. " Aku akan melanjutkan kesana."
" Tapi Sasuke, Otto Gakuen itu jaraknya jauh sekali."
" Aku akan tinggal di asrama Kaa-san. Aku harus belajar mandiri."
" Tapi bagaimana jika terjadi sesuatu denganmu? Kaa-san khawatir jika jantungmu -"
" Daijoubu. Aku bukan anak kecil lagi, Kaa-san. Lagi pula, Minato-sensei pernah bilang jika ini hanya soal waktu. Aku harus belajar mandiri dan mengurus diriku sendiri."
Kepala Sasuke tertunduk menatap mangkuk nasinya yang tinggal separuh.
" Baiklah jika itu keputusanmu."
" Tou-san."
Fugaku mengesap kopinya dengan perlahan. Dan beranjak meninggalkan meja makan itu tanpa berkata apapun.
" Arigatou, Tou-san."
Mikoto pun tidak bisa berkata apa-apa lagi. Melihat keseriusan anaknya, dia jadi tidak tega mengekang Sasuke lebih lama lagi. Meski begitu tidak bisa dipungkiri jika dirinya masih merasa khawatir dengan kondisi anaknya. Bagaimana pun juga fisik anaknya sangat lemah. Sasuke sendiri sudah sadar hidupnya memang sesingkat daun maple di musim gugur. Dia akan lebih menghargai waktunya di hidupnya yang singkat ini.
End? Atau TBC?
Ah...saya update fic baru dan menelantarkan fic lainnya. Gomen ne~ Tapi saya sudah sedikit menyelesaikan Road to Blade yang mungkin sebentar lagi akan saya update. Jadi tunggu saja ya~
Terima kasih sudah mampir...
