Aku hanya ingin berada di sisinya. Aku hanya ingin menjadi cahanya. Aku hanya ingin melindunginya. Aku hanya ingin melihatnya tersenyum.. senyum penuh kebahagiaan tanpa semua kepahitan hidup ini...
Hanya itu yang aku inginkan. Maka akan aku lakukan. Mulai dari sekarang hingga seterusnya, aku akan menjadi malaikat penjaganya...
Chanyeol POV
Aku melangkahkan kakiku menuju sebuah rumah kayu tua yang sangat besar. Kutarik nafas panjang sebelum membuka pintu rumah besar itu.
Sunyi. Sangat sunyi malahan. Hanya suara lantai yang berderit yang terdengar olehku.
Aku mengedarkan pandanganku ke setiap sudut ruangan. Semua perabot dengan nuansa klasiknya sudah tertutupi oleh debu.
Tentu saja, sudah lima tahun rumah ini tidak dibersihkan. Sudah lima tahun rumah ini tidak dihuni oleh pemiliknya.
Tapi sekarang tidak, dia sekarang sedang berada di sini. Aku melangkahkan kakiku menaiki tangga menuju lantai dua.
Aku tau jika dia sekarang pasti sedang berada di kamarnya dan berdiri di balkon kamarnya. Tempat favoritnya dimana ia bisa melihat pemandangan kota dari bukit ini.
Aku membuka pintu kamar itu dengan pelan. Dan aku dapat melihat bahwa dia memang sedang berada di balkon.
"Hai, apa kabar?" Sapanya padaku sambil tersenyum manis dan sorot cerianya. Ceria yang tampak suram.
Aku tersenyum tipis melihatnya. Aku benar benar merindukan pria kecilku ini. Aku sangat merindukan Baekhyun. Aku mendekatinya yang sedang terduduk di lantai balkon, dan kemudian ikut duduk di sampingnya.
Bukannya tidak ada kursi di sana, tapi memang kondisi rumah itu yang bahkan lebih buruk dari kata berantakan.
"Lama kau tidak berkunjung," Ucap Baekhyun sambil terus melipat origami di tangannya.
Aku hanya diam dan terus memperhatikannya. Wajahnya terus saja tersenyum. Senyum yang tampak lelah. Badannya makin kurus dari terakhir kali aku melihatnya.
Ku edarkan pandanganku ke botol botol yang berceceran di sekelilingnya. Aku tau jika itu obat anti depresi. Aku benar-benar merasa gelisah karenanya.
Sepertinya Baekhyun menangkap pandangan gelisahku. "Aku baik-baik saja,"
Lihat, betapa buruknya dia dalam berbohong. Tidak mungkin kau baik baik saja dalam kondisi seperti ini.
"Ayo kita bersih-bersih," Ajakku mengubah suasana. Dan siapa sangka jika jawabannya benar-benar membuatku merasa sakit seketika.
"Nanti saja, aku mau menunggu adikku pulang, dia sedang bermain bersama temannya" Ucapnya masih terus melanjutkan origaminya.
Rasanya sekarang aku ingin sekali memeluk tubuh mungil itu. Membawanya kepelukanku dan tidak akan kubiarkan lepas lagi.
"Kenapa harus menunggu Eunchan?" Tanyaku lembut. Aku mencoba agar suaraku tidak terdengar bergetar.
"Ayolah Yeol, kau tau jika aku ini ceroboh," Ucapnya sambil menghentikan kegiatannya melipat origami. "Aku bahkan pernah tidak sengaja membuang kertas ulangan Eunchan sampai-sampai dia marah padaku," lanjutnya sambil kembali melipat origaminya.
Aku hanya diam memperhatikan origami di tangannya. Kemudian pandanganku beralih pada etalase yang berisi banyak sekali origami bangau.
"Bagus bukan?"
Aku kembali beralih pada Baekhyun yang kini menatap origami bangau yang baru saja dibuatnya.
"Kau suka origami?" Tanyaku padanya.
"Ini kesukaan Eunchan. Kau ingat dulu Eunchan pernah memenuhi kamarnya dengan origami?"
Satu hal yang ku tahu, Baekhyun tersenyum ceria saat membahas adiknya. Aku sangat menyukai senyum Baekhyun, senyumnya sangat manis. Tapi untuk sekarang, rasanya sakit melihat Baekhyun tersenyum seperti ini.
"Eunchan pernah bilang padaku jika dia ingin membuat seribu burung bangau. Seribu burung bangau artinya keberuntungan," Ucap Baekhyun lagi sambil menyelesaikan origami kedua.
"Tapi dia tidak pernah melesaikannya, sayang sekali. Jadi setidaknya aku ingin memenuhi keingannya yang satu itu saja,"
Baekhyun berdiri dan berjalan menuju etalase yang penuh dengan bangau itu.
"Setidaknya dengan begini Eunchan pasti senang,"
Aku dapat melihat pantulan wajahnya dari kaca etalase. Ia tersenyum, bibir tipis itu tersenyum tanpa alasan.
"Saat pulang nanti dia pasti akan senang melihat bangau-bangau ini,"
Aku mengepal erat kedua tanganku dan segera beranjak menuju Baekhyun. Kupeluk tubuh mungil itu dari belakang.
Baekhyun terkejut dengan apa yang kulakukan, hingga dua bangau yang tadi dibuatnya jatuh menyentuh lantai.
"Chanyeol?"
Senang sekali rasanya saat dia memanggil namaku seperti itu. Padahal saat dia masih di rumah sakit dia sudah tidak mengenaliku.
"Ini sudah waktunya makan malam," ajakku dengan nada selembut mungkin.
"Ya, ayo kita makan, tapi setelah aku meletakkan kedua bangau ini," Balasnya sambil mencoba untuk memungut kedua origami yang tercecer dilantai.
Aku menahan tubuhnya dengan mengeratkan pelukanku padanya. "Nanti saja, aku sudah lapar,"
Bilang saja aku jahat karena mencegah Baekhyun memenuhi keinginan adiknya. Aku tidak mau jika seribu bangau itu selesai. Karena Eunchan tidak akan pulang.
Dan aku tidak ingin membuat Baekhyun hancur.
"Ayo," Aku segera membawa Baekhyun keluar kamar meninggalkan kedua bangau yang tak diacuhkan dilantai. Dan kuharap mereka tidak pernah bersama dengan teman-temannya.
Rasanya tidak mungkin sekali memasak di rumah ini. Lihat saja keadaan rumah yang sudah tidak diurus lagi ini.
Aku tersenyum lembut pada Baekhyun saat kami sudah berada di lantai bawah. "Ayo kita ke tempatku,"
"Tidak bisa,"
"Kenapa?"
"Nanti saat Eunchan pulang tidak ada orang dirumah,"
Sekali lagi, rasa sakit itu datang. "Tenang saja, Eunchan itu anak pintar, jika tidak ada orang di rumah dia pasti menginap di rumah temannya,"
Ya, aku memang berbanding terbalik dengan Baekhyun. Jika Baekhyun sangat buruk dalam berbohong, maka aku ahli dalam berbohong.
Aku akhirnya mengajak Baekhyun untuk keluar dan kemudian masuk ke mobil. Rasanya Baekhyun masih ragu untuk pergi, ia masih saja melihat kebelakang dengan khawatir.
"Tenang saja, Eunchan akan baik-baik saja," Ucapku menenangkan Baekhyun.
Tidak lama kami sudah turun dari bukit dan kemudian terus melanjutkan perjalanan ke tempatku. Aku tau jika sebenarnya salah membawa Baekhyun keluar seperti ini. Tapi ini lebih baik daripada meninggalkannya sendiri di imajinasi fana yang akan semakin membuatnya hancur.
Akhirnya kami sampai di depan apartemenku, ku gandeng tangan dingin Baekhyun untuk naik ke tangga, karena tempatku berada di atas.
Selama kami naik, aku tau jika banyak pasang mata yang memperhatikan kami. Bahkan aku bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka katakan.
"Dasar, masih saja dia memperhatikan bocah gila itu,"
"Aku tidak tau apa yang membuatnya mau menanggung beban seperti itu,"
"Biarkan saja dia! Orang yang mau merawat orang gila pasti lebih gila lagi,"
Aahk! Rasanya aku ingin sekali berteriak di depan wajah mereka. Beruntung Baekhyun tidak mendengar semua ucapan busuk itu.
Baekhyun itu tidak gila, dia hanya sedikit depresi. Dia hanya kehilangan sinarnya.
Akhirnya kami sampai di dalam apartemenku yang sederhana. Kusuruh Baekhyun untuk duduk lebih dulu sedang aku mengambil makanan dulu. Untung aku sempat membuat sup pagi tadi.
Aku kembali ke meja makan dan meletakkan sepiring sup di depan Baekhyun. "Ayo kita makan,"
Dan kami pun makan tanpa ada yang bicara. Baekhyun sepertinya sangat lapar hingga mulutnya belepotan begitu.
"Makannya pelan pelan," Aku membersihkan bibir Baekhyun yang berantakan dengan jariku. Dia benar-benar menggemaskan sekarang.
"Habis makananmu enak sekali, sudah lama aku tidak memakannya," Balasnya dengan sebuah senyum yang sangat lebar.
Betapa menyenangkannya melihat Baekhyun yang seperti ini. Tidak seperti Baekhyun yang kutemui saat di rumah sakit dan hanya bisa melihat ke luar jendela tanpa adanya sorot kehidupan dari matanya.
Ya, Baekhyun yang kutemui di sana sangat berbeda. Tidak menginginkan orang lain di dekatnya, selalu saja berteriak ketakutan. Dan bahkan tidak ingin mengingat apa pun. Sampai sampai dia melupakanku. Jangan tanya betapa sakitnya itu.
Tidak ingin didekati oleh orang-orang, ketakutan yang berlebihan, tidak pernah menerima apa yang sudah terjadi, dan imajinasi yang selalu membuatnya menjadi suram.
Mentalnya memang terluka, tapi itu bukan berarti Baekhyun gila. Namun jika itu memang kebenarannya, maka yang akan aku lakukan hanya terus berada di sisisnya.
Aku tidak akan meninggalkannya sendirian lagi. Aku berjanji.
Karena sekarang aku, Park Chanyeol, adalah cahaya bagi Byun Baekhyun.
.
.
A/N
END or NEXT?
Haaah... Aneh rasanya pas pertama kali bikin ChanBaek yang sad gini...
Tapi karena udah ada ide, sayang kalau dibuang gitu aja... Ini udah aku publish juga di wattpad yaaa... Kalau ada yang mau mampir ke work aku yang ada di sana silakan~~
Btw, HAPPY BIRTHDAY BAEKHYUN! HBD MOMMY CHANBAEK APPA AERI! MAKIN TUA MAKIN IMUT YAAA! MOGA MAKIN LANGGENG SAMA CEYE YAAA!
Oke, bagi kalian yang udah mau baca Gomawo~~
See you~
Salam CBHS
