ChanBaek's Fanfiction for Baekhyun's Birthday
Warmly by Tinkerbaekk
ㅡ
Please do not plagiarism this story! This story has a copyright and originally by tinkerbaekk
ㅡ
ㅡPark Chanyeol's Point Of Viewㅡ
"Awhh!"
Aku langsung menghentikan kegiatanku menggambar manga. Ku lihat seseorang tengah mengaduh kesakitan di sampingku, tampaknya ia terjatuh. Lalu mataku melotot ketika menemukan kaki kiriku menjulur memanjang di tanah. Aku meneguk ludah, pasti laki-laki itu tersandung kakiku.
Dengan tergesa, aku membantunya bangun. Dapat kulihat jeansnya robek di bagian lutut sebelah kirinya. Kebetulan jeasnya berwarna putih, bercak darahnya tampak disana. Laki-laki itu juga matanya memerah seperti akan menangis.
"Ya ampun aku minta maaf. Maafkan kaki bodohku ini. ByunㅡBaekhyun?"
Dalam hati, aku terus merutuki betapa bodohnya aku. Orang yang tersandung kakiku itu adalah Byun Baekhyun. Mahasiswa genius, cerdas, asisten banyak dosen, dan pokoknya dia populer dengan segudang prestasinya.
Juga aku mengaguminya dari semenjak aku melihatnya pertama kali di kampus ini.
"Tak apa sshh. Aku hanya harus ke ruang kesehatanㅡ"
"Aku akan mengantarmuㅡ"
Pembicaraan kami terputus ketika angin berhembus menerbangakn kertas yang baru saja kugoresi pensil menjadi sebuah panel manga dan kertas-kertas milik Baekhyun yang tergeletak di tanah.
Tak mempedulikan luka Baekhyun, aku langsung membantu memungut kertas Baekhyun dan kertasku sendiri.
"Ini milikmu. Mari kuantarkan kau ke ruang kesehatan," ujarku sambil menyerahkan kertas-kertas Baekhyun yang sudah kupungut.
"Terima kasih," ujar Baekhyun dengan suara lembutnya membuatku merinding di tempat.
Aku langsung memapah Baekhyun menuju ke ruang kesehatan. Kebetulan yang tidak menyenangkan, sahabat sialanku, Luhan, sedang berjaga disana. Ia adalah ketua dari unit kesehatan mahasiswa di kampus.
"Astaga Baekhyun ada apa denganmu?" ujar Luhan dengan nada khawatir tapi tatapan mata rusanya menggodaku, oh dia juga menaikturunkan alisnya ke arahku. Si sialan ini pasti akan meledekku habis-habisan nanti.
"Hanya tersandung. Aku bisa mengobatinyaㅡ"
"Biarkan aku yang mengobatimu. Aku juga harus bertanggung jawab," ujarku menyela. Aku melirik ke arah Luhan dan merasakan kekesalan ketika ia berlagak bersiul lalu berjalan mundur meninggalkanku berdua dengan Baekhyun di ruangan.
"Ah baiklah."
Aku segera mengambil obat merah dan plester. Aku mengernyit sebentar, kenapa disini hanya ada plester bermotif strawberry sih? Aku mengedikkan bahu dan kembali ke Baekhyun yang sekarang sedang meniupi luka di lututnya.
Langsung berjongkok di depannya, aku mengelap darahnya itu lalu membalurinya dengan obat merah membuat hatiku terasa sakit ketika mendengar Baekhyun mendesis kesakitan.
"Maaf tapi hanya ini plester yang tersisaㅡ" Aku memperlihatkan plesternya dan Baekhyun menatapnya dengan diam, matanya berkedip-kedip lucu.
"ㅡapa kau keberatan? Aku bisa membelikan yang tanpa motif di minimarket sebelah dengan cepat."
Baekhyun menggeleng sambil tersenyum hingga eyesmilenya terlihat begitu mengesankan dan natural di mataku. Dia adalah pahatan malaikat.
"Tak apa." Aku tersenyum tipis lalu menutup lukanya dengan plester strawberry yang dipunyai ruang kesehatan sialan ini.
"Kau mau membawanya beberapa? Berjaga-jaga jika kau ingin mengganti plesternya," ujarku sambil menjulurkan satu kemasan penuh plester itu.
"Baiklah. Terima kasih banyak, Chanyeol."
Mataku membola tak tahu malunya, "Kau tahu namaku?"
Baekhyun terkekeh dan aku bersumpah dia sangat manis, "Kita hampir berada di setiap kelas mata kuliah yang sama. Bagaimana aku bisa tak mengenalmu? Kau adalah yang tertinggi di kelas hehe."
Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal. Jadi dia menghafalku karena aku yang tertinggi di kelas ya? Baiklah Baekhyun, aku hargai itu, dear.
"Ah aku ada kelas lima menit lagi. Bagaimana denganmu, Chanyeol?" Aku melihatnya bangkit dengan perlahan. Dia sudah tak begitu nampak kesakitan.
"Aku sudah tak memiliki kelas."
"Baiklah kalau begitu aku permisi. Sampai jumpa."
Aku membalas lambaian tangannya yang imut itu. Baekhyun keluar dari ruang kesehatan dengan sedikit terpincang-pincang. Aku melirik ke jam tanganku, sudah pukul sepuluh pagi. Cafe milik kakak perempuanku, Yoora, pasti sudah buka.
Ya. Aku harus mentraktir Baekhyun latte dan croissant mungkin?
Aku segera menyangklong tasku di salah satu lengan dan bergegas pergi ke cafe Yoora noona sebelum kelas Baekhyun berakhir.
Cafe Yoora noona terletak tak jauh dari kampusku. Dengan berjalan kaki, dapat menempuh waktu sekitar lima belas menitan. Biasanya kalau aku malas, aku akan meminjam sepeda kampus. Namun karena hatiku sedang berbunga-bunga seperti bunga musim semi yang bermekaran di tepi jalan, aku memilih berjalan kaki sambil mndengarkan playlistku.
Lonceng pintu cafe berbunyi ketika aku membukanya. Aku langsung menuju ke tempat barista, ada Minseok hyung, teman Yoora noona yang sudah sejak awal menjadi barista disini. Pengetahuannya tentang kopi-kopian tak dapat diragukan lagi.
"Aku ingin dua latte hangat dan dua croissant. Dibungkus ya hyung?" ujarku pada Minseok hyung. Laki-laki berumur dua puluh sembilan tahun itu menaikkan salah satu alisnya menatapku.
"Tumben. Kau ada kelas lagi ya?"
Aku hanya mengangguk karena tak ingin Minseok hyung menginterogasiku lebih dalam jika aku menjawab itu untuk Byun-tersayang-Baekhyun.
Tak sampai sepuluh menit, pesananku sudah jadi. Tanpa membayar, aku langsung keluar dari kedai setelah mengucapkan terima kasih kepada Minseok hyung.
"Nae mam gipeun gose~ Ppuryeojyeo peojyeo, babe~" senandungku.
Ya, aku membuat lagu untuk Byun Baekhyun. Itu baru terpikirkan beberapa bulan yang lalu jadi belum sepenuhnya selesai. Baru saja aku mensenandungkan sedikit dari lagu yang tulis.
Ah aku tak tahu bahwa hari ini, pagi ini, aku akan mendapatkan keburuntungan ini. Setidaknya Baekhyun sekarang mengenalku, tak sekedar hanya tahu namaku saja.
Ini adalah musim semi terbaik bagiku. Semua ini karena Byun Baekhyun yang telah membuatku gila selama enam semester lamanya. Bisa kalian bayangkan itu? Aku memang pecundang. Dari awal aku tak punya keberanian untuk mengajaknya bicara. Aku selalu minder karena kau tahu, dia adalah orang populer di kampus kami.
Tak terasa kakiku sudah sampai di gerbang kampus. Masih ada waktu kurang lebih satu jam untuk menunggu kelas Baekhyun berakhir. Aku kembali menempati tempat pertama dimana aku sedang menggambar manga tadi lalu Baekhyun tersandung oleh kakiku.
Akan kunobatkan itu sebagai tempat terberkah dalam hidupku.
"Hey kaki tiang, terima kasih karena kebodohanmu, aku jadi lucky guy hari ini," aku tersenyum dari pipi ke pipi.
Aku duduk sambil meletakkan dua gelas latte milikku dan Baekhyun serta croissant khusus untuk Baekhyun di sedikit jauh supaya tak tersenggol tanganku saat menggambar. Lalu aku mulai menghabiskan croissant milikku karena tadi pagi aku hanya sarapan segelas susu.
Aku membuka sketchbook ku yang terdapat beberapa lembar kertas sobekan yang akan kubuat storyboard manga. Omong-omong, aku sudah menerbitkan manga di situs manga Lezhib, ah itu manga boyslove. Juga yaoi. Aku menceritakan diriku dan Baekhyun sebagai pasangan suami-suami disitu. Haish, memikirkannya saja sudah membuatku merona. Well, tak ada satupun teman kampusku yang tahu mengenai manga buatanku walau serius aku tak bohong mangaku sangat populer di kampus.
Dan kadang aku juga menguping pembicaraan anak-anak yang penasaran dengan akun 6104sky, itu akunku omong-omong. Angka 61 dan 04 itu aku ambil dari nomor induk mahasiswa terakhirku dan Baekhyun. Mangaku berjudul '너만이' atau artinya Only You. Bahkan pernah dinobatkan sebagai manga boyslove terbaik di seantero fakultasku.
Aku akan menyudahi kesombonganku ini karena sekarang aku melotot ketika ada sebuah kertas yang sudah ternodai oleh lineart. Gambar dua orang laki-laki saling menempelkan bibir mereka berdua dengan mata terpejam.
Sial. Ini bukan gambarku sungguh. Gambarnya nampak sempurna dengan tekstur wajah dan pola yang sangat detail. Aku terpukau sungguh. Lalu ada sederet kalimat "I'm falling in love with you~" Mataku mulai mencari-cari nama sang artist.
Dan mataku semakin melotot ketika aku melihat sebuah sederet kata yang menunjukkan nama sang artist.
#strawberry-pie-baekkie
"Jangan bilangㅡ" Aku menelan ludahku kesusahan.
ㅡByun Baekhyun's Point Of Viewㅡ
Aku merasakan keringat membanjiri pelipisku. Aku tak dapat menemukan lineart dua orang gay berciuman diantara tumpukan kertasku. Jantungku mulai berdegup kencang, aku sangat takut reputasiku tercoreng ketika mereka tahu bahwa aku seorang gay dengan melihat lineartku itu. Tapi sungguh aku memangㅡgay. Ya.
Aku memeriksa ulang tumpukan kertasku. Dan malah mendapati sebuah kertas asing. Sebuah kertas itu terpampang huruf hangul yang dibentuk dari pensil dengan begitu simpel dan apik juga sangat familiar.
'너만이'
oleh : 6104sky
Aku melotot ketika melihat judulnya. Serius siapa yang menduplikasi manga boyslove terkenal di kampus ini. Tapi dilihat dari strukturnya itu sangat persis seperti apa yang aku lihat di halaman Lezhib. Lalu kertas itu ada dua dan distreples jadi satu.
Aku melihat kertas berikutnya. Kertasnya sudah terpampang panel. Dan pada panel paling atas sudah terdapat karakter Loey, si pemeran utama di manga itu dengan dialog "Hyunee, jangan lepaskan aku."
Aku tahu di episode terakhir manga ini, Hyunee, pemeran utama lain selain Loey yang merupakan suami Loey itu pergi meninggalkan Loey karena Hyunee tervonis sakit kanker yang membuat Hyunee merasa ia tak pantas lagi bersama Loey. Sungguh adegan melankolis yang membuatku bahkan meneteskan air mata.
Tunggu? Tadi pagi Chanyeol lah yang memungut kertasku.
"Tidak mungkinㅡdia adalah 6104sky selama ini?" gumamku.
Aku menyimpan storyboard manga itu di dalam sketchbook ku dan mulai fokus pada materi yang diterangkan dosen. Namun serius, pikiranku hanya melayang kepada Park Chanyeol.
Jika ia yang menulis manga ini selama ini, itu mungkin bahwa Chanyeol seorangㅡgay kan? Entah mengapa memikirkan itu membuatku merona sambil memperhatikan plester strawberry yang berada di telapak tanganku.
Tak terasa kelasku sudah berakhir. Setelah membereskan buku-buku, aku keluar kelas dengan tanganku menenteng sketchbook seperti biasa.
Aku terkejut ketika melihat sosok Chanyeol duduk di depan kelasku. Setelah tatapan kami bertemu, ia tersenyum tipis lalu menghampiriku.
"Baekhyun, ini latte dan croissant untukmu. Sebagai bentuk permintaan maafku."
Aku menerima pemberiannya itu dengan gugup. Setelah mengucapkan terima kasih, kami berjalan berdampingan menyusuri koridor dengan kakiku yang sedikit terpincang dan Chanyeol yang terus menanyakan lukaku dengan wajah khawatirnya.
Akhirnya kami berdua sampai di halte bus. Tak menyangka bahwa kami tinggal di kompleks yang sama. Sambil menunggu bus, kami terdiam satu sama lain sambil meminum latte dan memakan croissant yang Chanyeol bawa. Ku lihat Chanyeol memainkan ponselnya. Sementara aku bimbang untuk bertanya mengenai kertas manga itu kepadanya atau tidak.
Karena saking penasarannya, akupun akhirnya bertanya.
"Apa ini punyamu?" aku menyerahkan kertas itu. Dan benar saja, aku melihat mata bulat Chanyeol menjadi tambah bulat. Bibirnya terbuka ingin mengucapkan sesuatu namun tak ada kata yang keluar dari sana.
"Bagaimanaㅡ"
"Berada di tumpukkan kertasku yang kau pungut tadi pagi. Jadi, kau si mangaka populer itu huh?" godaku.
"Ak-aku bukanㅡ heish baiklah itu aku."
Kenapa ia menggemaskan dengan raut kesal itu? "Tenang, aku tak akan beritahu siapapun. Aku selalu update membacanya omong-omong."
Chanyeol langsung menoleh ke arahku secepat kilat. Matanya masih membola lebar, "Kau membacanya?!"
Aku mengangguk ragu karena nada suaranya menjadi lebih tinggi. Ia segera merampas kertasnya dari tanganku. Lalu ia mengeluarkan sebuah lembaran kertas dari sketchbooknya. "Apa ini milikmu juga?"
Kini giliran aku yang tak dapat berkata dan melotot ketika melihat lineart yang sangat kucari-cari. Aku segera merampas itu dari tangan Chanyeol dan menyembunyikannya di dadaku.
"Jadi kau tertarik dengan hal seperti itu huh?ㅡmaksudku gay things?" Chanyeol menatapku penuh tanda tanya sementara aku bingung untuk menghindari tatapannya. Bagaimanapun juga meskipun ia tampak seperti orang yang baik, kami baru saja berkenalan. Aku tak mungkin semudah itu mempercayainya.
"Kita impas. Kau tak mebuka identitasku sebagai 6104sky dan aku tak akan membuka aibmu bahwa kau tertarik dengan hal berbau gay yang bisa menurunkan reputasimu. Bagaimana?"
Aku menatap ke arah Chanyeol. Siratan matanya terlihat begitu meyakinkan. Tak ada yang bisa kulakukan selain mengangguk kecil.
Chanyeol tiba-tiba saja mengangkat teleponnya. Dan ia mendengus kesal lalu menutup panggilan itu dengan cemberut.
"Baekhyun, uh tak seharusnya aku meminta ini tapi sungguh aku tak mau pergi sendirian. Maukah kau menemaniku ke festival musim semi di dekat Sungai Han? Harusnya aku datang bersama noonaku tapi mendadak ia sibuk. Kau tahu, ia menyuruhku memotret semua bunga yang ada disana atau mengancam tidak akan menggajiku selama setahun. Maaf, tak seharusnya aku mengajakmuㅡ"
"Kajja~"
Aku melihat Chanyeol mengedip-ngedipkan matanya tak percaya, "Ye? Kau bilang apa?"
"Kajja! Kita hadiri festival itu bersama. Lagipula aku punya waktu luang."
"Baiklah."
Aku dan Chanyeol pun kemudian terdiam memandang lurus ke arah jalanan. Entah kenapa aku merasa gugup tiba-tiba, menggigit bibirku sebagai pelampiasan yang sudah biasa. Aku melirik ke arah Chanyeol yang tengah menunduk, tersenyum hingga tampak lesung pipi tunggalnya yang menawan dan memainkan jari-jarinya seperti anak kecil.
"Ah, busnya sudah datang. Ayo Baekhyun."
ㅡPark Chanyeol's Point Of Viewㅡ
Aku tak bisa fokus memotret bunga-bunga yang dipamerkan di festival ini. Masalahku adalah, Byun Baekhyun terus mengekorku bagai anak ayam dan terus mencengkeram bagian belakang coatku. Baekhyun bilang, dia trauma karena dia pernah tersesat di sebuah pameran lukisan besar hingga pagi hari. Dan tak ada satupun orang yang berniat mencarinya. Poor Baekhyun.
Bukan, Baekhyun bukan menyebabkan masalah buruk bagiku, tapi itu masalah karena membuatku terus tersenyum hingga mungkin sudut bibirku kaku. Kami terlihat seperti pasangan sungguh rasanya aku ingin terbang ke langit sekarang.
Cekrek.
Begitu aku berbalik, aku langsung memotret Baekhyun. Aku terkikik ketika Baekhyun dnegan wajah melongonya nampak di kameraku.
"Yaish wajahku buruk! Hapus itu!" ujar Baekhyun dengan wajah cemberut.
"Huu shireo~" ledekku yang mana mmebuatnya semakin memajukan bibir bawahnya. Uh sangat menggemaskan.
Aku pun memeriksa hasil potretan bunga-bunga musim semi permintaan Yoora noona. Hasilnya cukup bagus. Dari dulu aku suka memotret, itulah mengapa Yoora noona memperalatku sebagai tukang potret menu cafenya untuk dipromosikan di SNS.
"Hey lihat ada penjual es loli disana! Ayo kita beli, Chanyeol!"
Disaat aku mendongak, Baekhyun sudah lebih dulu berlari kecil ke arah penjual es loli itu. Aku pun langsung menyusulnya. Ia membelikanku rasa pisang omong-omong. Eh, bagaimana dia bisa tahu rasa es krim favoritku?
Uh tak penting, yang penting es ini enak.
"Baekhyun angkat es lolimu!" ujarku yang mana Baekhyun langsung memasang pose imut sambil mengangkat es lolinya di dekat pipi. Aku langsung memotretnya.
"Aku lihat hasilnya."
Baekhyun memperhatikan fotonya yang ku ambil sambil menjilat esnya seperti bocah kecil, "Waah bagus sekali. Kau sangat berbakat dakam fotografer."
"Ah tak juga. Ayo kita berkeliling lagi."
Dan lagi selama kami berkeliling, salah satu tangan Baekhyun meremat bagian belakang coatku. Sesekali aku memotretnya diam-diam. Foto favoritku adalah ketika ia memegang kelopak bunga sakura dengan tatapan takjub, heish aku akan mencuci fotonya itu dan memajangnya di meja belajarku.
Tak terasa hari sudah senja. Aku dan Baekhyun duduk di salah satu kursi. Sekarang Baekhyun tengah menghabiskan odeng yang dibelinya beberapa menit yang lalu. Sementara aku memeriksa hasil potret Baekhyun yang aku ambil dengan senyum yang terus mengembang.
"Chanyeol, apa kauㅡgay?" tanya Baekhyun membuatku berjengit kaget.
"Uh ya."
"Sejak kapan?"
Sejak aku melihatmu di saat pendaftaran ulang kuliah. Kulitmu benar-benar indah diterpa panasnya terik matahari di musim panas, Baekhyun.
"Entahlah," jawabku ragu.
"Jujur aku menjadi gay karena mangamu."
Aku melotot. Bahkan rasanya mataku ingin keluar dari tempat dan menggelinding ke tanah.
Apa yang coba Baekhyun katakan? Menjadi gay karena mangaku? HAHAHAHAHAHA.
Manga itu bahkan menceritakan dia dan uh aku..
"Karakter Loey dan Hyunee yang kau bentuk begitu manis. Awalnya aku tak tertarik dengan manga boyslove seperti itu. Tapi suatu hari ketika aku bermain di rumah temanku, ponselnya sedang menampakkan mangamu. Jadi aku iseng membacanya karena kau tahu gambaranmu sangat menarik dan bagus dan well, aku sangat takjub dengan gambaran karakter serta alur ceritamu."
Aku terdiam membisu. Sementara itu Baekhyun kembali memakan odengnya seolah-olah apa yang dia baru saja katakan tak ada artinya.
"Kau...serius menjadi gay hanya karena mangaku?"
Baekhyun mendongak menatapku dengan pipinya yang dipenuhi odeng itu menggembung lucu. Ia mengangguk pelan hingga surainya ikut bergoyang mengikuti gerakan kepalanya.
"Kalau akuㅡaku menjadi gay karena seseorang." Aku menerawang ke langit biru yang cerah, tak berani menatap kedua manik mata Baekhyun yang mungkin sedang menatapku penasaran.
"Siapa orang beruntung itu?"
"Hanya seseorang. Yang mungkin kau kenal juga."
"Serius? Siapa? Beritahu aku!" Baekhyun mendesakku seperti bocah yang sangat ingin tahu apa itu kegunaan sikat gigi.
"Uhh ituㅡ" aku menggaruk tengkukku gugup.
"Ahh maaf. Tak seharusnya aku penasaran. Maaf, Chanyeol."
Aku mendesah lalu mengulas senyum tipis, "Tak apa, Baekhyun. Suatu saat nanti kau akan tahu dia dengan berjalannya waktu."
"Arraseo~"
Lalu keheningan menyelimuti kami. Baekhyun masih asik menghabiskan odengnya sementara aku terjebak dengan pikiranku.
Lineart dua laki-laki berciuman milik Baekhyun, ada tulisan "I'm falling love with you." Sungguh itu membuatku sumpah mati penasaran. Apa iya Baekhyun sedang jatuh cinta dengan seseorang?
"Baekㅡ"
"ㅡsudah hampir malam, Chanyeol. Ayo kita pulang."
Dan akhirnya aku harus menelan semua rasa penasaran itu. Kami pulang bersama ditemani obrolan ringan. Yang Baekhyun bilang juga ia akhir-akhir ini sering dekat dengan Luhan, Baekhyun bilang Luhan itu seperti kakak yang mengasikkan.
Cih. Mengasikkan dari Seoul!
Lalu Baekhyun yang terus mendesakku membagi sedikit spoiler chapter Only You yang akan aku publish di Lezhib minggu depan.
Satu hal yang baru kutahu. Baekhyun begitu ramah dan banyak bicara. Dimana kadang membuat lawan bicaranya kewalahan menanggapi namun juga senang karena tingkahnya yang menggemaskan disaat ingin tahu sesuatu.
Malam hari ini, sepulang dari festival bersama Baekhyun, aku benar-benar mencuci foto Baekhyun yang menjadi favoritku, fotonya dengan latar bunga sakura. Aku langsung menempelkannya di meja belajarku, lemari, dan menaruhnya di dompetku.
Baru saja mataku tertutup hendak mengarungi mimpi, aku mendengar bel pintu apartemenku berbunyi berkali-kali. Aku mengernyit lantas melirik ke arah jam digital diatas nakas yang menunjukkan pukul sebelas malam. Well, jika itu Yoora noona, dia selalu mengabariku terlebih dahulu jika ingin mampir. Aku langsung menyingkap selimut karena dia terus memencet belnya dengan tak sabaran.
Lalu boomㅡ
"Hai Yeol!"
Aku membulatkan kedua mataku ketika melihat seonggok manusia yaitu Byun Baekhyun berdiri dihadapanku yang mana ialah yang memencet bel apartemenku barusan. Dan wajahnya terlihat mabuk. Ayolah keberuntungan apalagi ini.
"Baek, kau tak apa?" tanyaku dengan nada hati-hati karena ia terus mengunci tatapannya ke arahku.
"Biarkan aku masuk?" Fuck, dia memohon dengan aegyo seperti anak anjing. Siapa yang bisa menolaknya heish.
Aku mengangguk dan dia melenggang masuk sementara aku menutup pintu apartemenku. Lalu kulihat ia sudah duduk di counter dengan segelas air putih. Dia menatap gelas itu dengan pandangan kosong.
Aku menghela nafas lalu menarik kursi counter disampingnya. "Apa yang membuatmu kemari? Darimana kau tahuㅡ"
"Luhan, aku bertanya padanya alamat apartemenmu."
Dia benar-benar mabuk tapi mungkin tak sepenuhnya. Hanya saja matanya terlihat begitu sayu dan berair dan satu lagi, sembab. Apa dia baru saja menangis?
"Ah~ Disini sangat tenang dan damai kan? Di rumahku begitu berisik seperti pasar, aku tak suka."
Aku mengernyit lagi. Entah kenapa berbagai pikiran negatif melayang di dalam otakku. Apa mungkin...
"Berisik? Maksudmu?"
"Uhh cuma kau satu-satunya orang yang kupercaya, Yeol. Mereka semua, teman-teman sampah itu, hanya baik di depanku dan mereka memanfaatkan kepopuleranku. Rasanya begitu lelah menghadapi mereka dan memasang berbagai topeng. Bisa kau bayangkan itu?" Baekhyun terus berceloteh sambil memainkan gelas.
"Tapi kita bahkan baru kenal tadi pagiㅡ"
"Shhh! Jika aku berkata kau orang yang kupercaya, itu artinya aku benar-benar mempercayaimu, Yeol."
Aku hanya diam. Sejujurnya aku kurang paham apa yang dia katakan. Yah kalian tahu bagaimana mengobrol dengan orang mabuk, sulit untuk memahami kata-katanya.
"Uhh vas bunga pecah~ ibu berteriak seperti singa gila~ lalu hahahaha aku kabur membeli dua botol soju~ dan terdampar di rumah Yeol hohoho~" Aku melongo memperhatikan Baekhyun yang bersenandung dengan kata-kata aneh itu.
Dan sedetik kemudian, kepalanya tergeletak di atas meja counter. Nafasnya berubah teratur dan aku tahu Baekhyun jatuh tertidur, bukan pingsan.
Aku pun langsung mengecek kamar satu-satunya di apartemenku selain kamarku yang mana sering digunakan Yoora noona untuk menginap. Aku menghela nafas lega ketika kamarnya nampak rapi.
Tak punya pilihan lain selain memapah Baekhyun menuju kamar. Tapi jika dilihat-lihat, tubuhnya cukup mungil. Aku menyeringai.
"Ughh kapan lagi aku bisa menyentuhnya seperti ini. Jika dia sadar, dia mungkin akan memukulku," rutukku sambil menggendongnya di punggungku, membawa Baekhyun yang tertidur ke kamar.
Setelah itu aku melepaskan sepatunya dan menyelimutinya, ah satu lagi, aku menyetel pendingin ruangan karena nampaknya Baekhyun kepanasan. Dahinya berpeluh banyak.
Sebelum aku menutup pintunya, aku melihat Baekhyun sekilas yang tertidur damai. Jantungku langsung berdegup cepat, untuk musim semi pertama dalam hidupku, rasanya tak pernah seindah dan sebahagia ini bagiku. Semua ini karena Byun-tercinta-Baekhyun.
Bahkan aku terbangun karena alarm dengan keadaan tersenyum. Ah aku pasti sudah sangat gila. Jam menunjukkan pukul enam pagi dan dua jam lagi aku punya kelas. Setelah merapikan tempat tidur dan mandi, aku langsung bergegas ke dapur. Well, satu penghuni lain apartemenku mungkin akan terbangun dengan perut kelaparan tapi tak ada satupun makanan yang tersedia. Aku akan menjadi tuan rumah yang buruk dimatanya.
Sebelum ke dapur, aku mengintip keadaan Baekhyun. Ia masih tertidur. Aku terkekeh ketika melihat spreinya begitu kusut dan selimut tertendang ke lantai. Setelah itu aku langsung membuka kulkas dan shit, aku kehabisan bahan makanan.
"Haish," aku mengacak rambutku. Satu-satunya jalan untuk mendapatkan sarapan tercepat adalah pergi ke cafe Yoora noona. Maka dari itu aku langsung bergegas sebelum Baekhyun bangun. Daripada aku membawa Baekhyun ke cafe, pasti Minseok hyung akan menginterogasiku habis-habisan.
Setelah mendapatkan satu americano hangat dan dua bungkus tuna sandwich, aku kembali ke apartemen dengan bunyi gemericik air yang dapat kudengar. Pasti Baekhyun sedang membersihkan diri.
"Hey, pagi Yeol."
Aku berbalik ketika masih asik memindahkan tuna sandwich ke piring. Aku mendapati Baekhyun dengan wajah yang cukup segar dan rambutnya sedikit basah. Ah pasti dia hanya cuci muka.
"Pagi juga. Duduklah."
Ia menurut dan duduk di salah satu kursi counter. Perasaanku saja atauㅡentah kenapa Baekhyun agak pendiam.
"Maaf hanya ini yang bisa kudapatkan. Aku kehabisan bahan makanan," ujarku membuat Baekhyun sadar dari lamunannya.
"Ah ini lebih dari cukup, terima kasih."
"Kauㅡingin bercerita sesuatu?" Sambil meminum americanoku, aku memperhatikan Baekhyun yang memakan tuna sandwichnya dengan pelan dan sedikit malas.
"Orang tuaku bertengkar semalam."
Aku terkesiap dan menatapnya sangat lekat. Aku tak tahu dia punya masalah seperti itu, seperti yang semua orang tahu, Baekhyun sangat ramah dan menyenangkan, tapi ternyata itu hanyalah topeng terbaiknya.
"Ah maaf merepotkan untuk yang semalam. Aku akan pulang setelah ini."
"Tidak kok. Apa kau tak ingin beristirahat saja? Ku pikir kau sedikit lemas."
Baekhyun menggeleng sambil tersenyum tipis menatapku. "Aku baik-baik saja."
Inilah Baekhyun yang semua orang tak tahu dibalik topengnya. Dia berusaha untuk kuat dan tak terlihat rapuh. Baekhyun, aku sangat beruntung jika menjadi orang pertama yang tahu sisi lainmu.
"Terima kasih banyak, Yeol. Persepsiku padamu ternyata tak salah dari awal. Kau benar-benar bukan seperti mereka yang hanya mendekatiku karena aku populer."
"Bagaimana bisa kau berpikir demikian?"
"Entahlah. Rasanya sangat berbeda jika aku mengobrol denganmu ketimbang dnegan teman-temanku yang lain. Rasanya nyaman dan aku bisa menjadi diriku sendiri. Hanya kau yang tahu bahwa aku gay. Jadi aku tak perlu berpura-pura bahwa aku membenci hal seperti itu. Bukankah itu artinya aku menjadi diriku sendiri di depanmu?"
Aku mengangguk sambil mengulas senyum.
"Aku berharap kita akan menjadi teman yang baik, Yeol."
Aku berharap kita bisa lebih dari itu, Baekhyun. Menunggumu selama enam semester lamanya dan rasanya lumayan melelahkan dan kadang aku ingin menyerah.
Tapi ternyata takdir mencegahku untuk tak menyerah terhadapmu. Ku harap musim-musim berikutnya kita terus dekat seperti ini.
Baekhyun, andai kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu.
ㅁ ㅁ ㅁ
To Be Continuedㅡ
Author's note :
haloo, this is special for uri Kyoong's birthday.
seperti judul, fanfic ini hanya memuat empat chapter dan setiap chapternya untuk satu musim. Jadi mungkin sehari bakal up sechapter. Di drafts gue fanfic ini sudah selesai jadi mungkin kalo ga ada halangan, kamis bisa selesai hehe~
semoga suka~
#happybaekhyunday #해피큥다이 #geniusbaekhyunday
