SEPTEMBER

[JENO X RENJUN!GS]

Belyf present :

"Ah, hey use youre eyes!"

"Sorry mrs. Pretty."

_

Hello semua kenalkan sebelumnya aku Huang Renjun, putri tunggal dari Baba Kun dan Mama Winwin. Kali ini aku akan menceritakan tentang kisahku dengan dua pria tampan yang menyukaiku. Mereka adalah Mark Lee dan Jung Jeno. Aku akan mendeskripsikan mereka secara singkat.

Yang pertama kumulai dengan Mark. Dia pria tampan yang mapan keturunan Kanada-Korea, ayahnya dari Kanada sedangkan ibunya dari Korea. Jadi wajar saja bila dia bisa bahasa inggris dan korea, walau lebih sering ke inggris sih.

Dia itu pria yang sangat dingin dan sibuk karena diumurnya yang 20 tahun itu dia sudah menjadi CEO dari Lee Group. Mark adalah pria yang dingin dan kaku. Mark jarang sekali bersikap manis padaku. Namun dia selalu bisa memanjakanku dengan mengajakku berkencan di mall atau ke luar negri.

Yeah sekedar pemberitahuan, rata-rata gaun dilemariku itu pemberian dari Mark. Ah jadi makin sayang sama Mark, walau dia sangat dingin dan jarang bersamaku.

Okey, yang kedua Jeno. Dia pria yang sangat manis dengan eye smile yang dimilikinya, juga perlakuannya padaku. Berbeda dengan Mark yang sibuk dan memanjakanku dengan hal-hal glamor, Jeno justru selalu ada menemaniku dan suka memberikan hal-hal romantis, seperti bunga, coklat, dan kencan di taman.

Umurnya baru 19 tahun, seumuran denganku. Dia juga satu universitas denganku tapi berbeda jurusan. Dia seorang dancer, sangat suka mengikuti festival atau karnaval dengan menunjukkan tariannya bersama teman-temannya atau memeriahkan acara tersebut dan pastinya dia selalu mengajakku mengunjungi festival atau karnaval.

Senang? Tentu saja dia pria yang pengertian.

Jadi kisahku bermulai dari kelulusanku dari senior high school. Baba dan Mama mengenalkanku dengan seorang pria tampan, yeah kalian pasti tau dia Mark. Pria tampan dan mapan yang sangat menjamin masa depanku.

Aku bukan lagi gadis naif dan polos yang tidak tau apa tujuan Baba dan Mama. Menjodohkanku eoh? Tapi aku tidak menolak. Untuk apa menolak toh dia tampan, kan bisa untuk pamer ke teman-teman, hehe.

Aku tau aku terlihat jahat karena hanya memanfaatkannya, tapi lihatlah dari sisi lain. Aku gadis yang dijodohkan dengan seorang pria yang tak kukenal, itu bahasa kasarnya. Lagipula aku ini bukan gadis polos yang mudah mendapatkan love at first sigh kalau kalian tau.

Beberapa bulan pada tahap pendekatan aku cukup nyaman dengannya. Dia sangat menegerti aku!!, membelikanku tas, sepatu, bahkan gaun-gaun mahal yang indah. Tak jarang juga dia mengajakku ikut dalam perjalanan bisnisnya, walau berakhir aku ditinggal dan bersenang-senang sendiri disana. Tapi aku senang, lagipula dia memberiku black card miliknya, jadi aku tak sedih ditinggalkannya.

Matre? Oh ayolah aku ini bukanlah gadis pemeran utama dalam drama cinta anak sekolahan, yang rela melakukan apapun demi sebuah kata ilusi yang disebut cinta.

Lagipula menurutku pria diciptakan oleh Tuhan untuk memanjakan wanita dengan apa yang dia miliki termasuk harta. Itu pemikiranku sih, aku tau setiap orang berbeda pendapat.

Dan pada awal bulan September, Mark mengajakku ke negeri sakura untuk perjalanan bisnisnya. Dan lagi dia meninggalkanku dipagi hari dengan sebuah sticky note dan black card yang terselip di note tersebut.

Kesal? Tidak, hanya ada sedikit rasa kecewa yang aku rasakan. Aku bergegas mandi lalu pergi berjalan-jalan dengan supir yang telah Mark persiapkan untukku.

Mataku menangkap keramaian dijalan dari balik kaca mobil, kuperintahkan supir itu untuk berhenti dan aku turun untuk melihat keramaian itu. Tak kusangka ternyata itu sebuah karnaval, ah senang sekali melihat badut-badut itu. Aku mengelilingi karnaval dengan senyum yang tersemat di bibir manisku.

'Bruk'

"Ah, hey use youre eyes!" Teriakku pada badut Moomin yang menabrakku dari arah belakangku.

Awalnya aku senang melihat badut itu, karena badut itu berbentuk kartun kesukaanku. Namun aku teringat kembali bahwa badut itu telah menabrakku.

"Sorry mrs. Pretty." Ucap badut Moomin itu mendekatiku.

Dia melepaskan kepala badut dari kepalanya, belum sempat aku melihat rupanya, pria itu berbalik karena ada yang meneriaki namanya.

"JENO!! Come here!" Teriak gadis pirang berpakaian seperti sailor moon dengan melambaikan kedua tangannya.

Si badut itu- maksudku pria itu memakai kembali kepala Moomin itu dan buru-buru menghampiri si gadis sailor moon melupakanku yang masih penasaran wajah si pria badut. Diam-diam aku tersipu malu mengingat panggilan tn. Badut padaku. Mrs. Pretty? Yang benar saja namaku kan Renjun. Heh kenapa aku memanggilnya mr. Badut?.

Baru saja aku ingin melanjutkan acara berkeliling karnaval, tapi handphoneku berdering dengan tulisan 'Kak Mark is calling' di layar hanphoneku.

"Ya kak? Ada apa?"

"Baiklah aku pergi sekarang."

Okey, Mark mengajakku dinner dengan rekan bisnisnya. Jadi tentu saja dia akan mengajakku untuk pergi membeli gaun dan pergi ke salon. Padahal aku masih ingin melihat karnaval dan take pict with mr. Moomin yang tadi mungkin, tapi ya sudahlah shopping adalah imbalan yang pas.

Setelah hari itu aku kembali ke aktivitasku sebagai mahasiswi jurusan bisnis yang rajin dan pintar. Sekarang aku berada dimeja kantin bersama teman cerewetku, Haechan. Seperti biasa aku memakan bekal yang kubawa dari rumah, sedari dulu aku tak suka membeli makanan kantin kalaupun bekalku tertinggal aku akan meminta bekal pada temanku, tapi tidak untuk minuman.

Dan kali ini aku melupakan minumku, baiklah aku harus membeli sekarang. Setelah pamit pada Haechan aku pergi untuk membeli satu botol air mineral. Setelah mendapatkan sebotol air mineral aku kembali ke tempat Haechan berada tapi...

'Bruk'

Botol itu terjatuh dan berguling dilantai. Aku menatap kesal pada pria yang mengambil botol itu dan coba memberinya padaku.

"Maaf nona aku tak sengaja, ini." Pria itu menyodorkan botol yang telah jatuh itu padaku.

"Untukmu saja, aku akan membeli yang baru." Balasku dan berbalik untuk membeli satu botol lagi.

"Tapi ini masih utuh, kenapa membeli lagi?" Dia mengejarku yang sedang melakukan transaksi dengan ibu kantin.

"Botol itu sudah jatuh dan berguling di lantai kotor kantin, aku tak yakin itu masih sehat." Jawabku menuju Haechan yang tampak terkikik melihat pria yang mengekoriku.

"Kenapa kau masih mengikutiku sih?" Aku jadi sedikit risih dengannya.

"Hey mrs. Pretty, remember?" Ucap pria itu tiba-tiba.

"Ah tn. Badut?" Tebakku sambil duduk di depan Haechan yang masih terkikik.

"Okey jadi Tuan badut dan Nona cantik? Kalian saling kenal?" Tanya Haechan masih terkikik.

"Tidak, kami bertemu di Jepang saat karnaval." Jelas si tuan badut, dia melirik sekilas jam tangannya. "Maaf nona-nona aku ada kelas lima menit lagi, sampai jumpa." Tuan badut itu pergi begitu saja meninggalkanku dengan si nona penasaran disini.

Haechan menatapku seolah bertanya 'Kau hutang penjelasan padaku'. Aku menghela nafas dan menceritakan tanpa menambahkan atau mengurangi kisah pertemuan 'Gadis cantik dengan Tuan Badut'. Selesai ku bercerita Haechan tertawa lepas dan berkata seperti...

"Tuan badut itu tampan juga." Atau seperti... "Hey kuramal Mark akan punya saingan sekarang."

Baiklah setelah pertemuan keduaku dengan si tuan badut. Kami lebih sering bertemu, bahkan sudah akrab sekarang. Kami sering bertukar cerita, ouh ya nama si tuan badut itu adalah Jeno ngomong-ngomong. Ternyata Jeno adalah dancer berbakat di universitas ini, senang memiliki teman berprestasi.

Setelah beberapa bulan kenal, aku dan Jeno berpisah. Berpisah dalam arti sebenarnya, Baba memutuskan aku akan pindah ke universitas Harvard, sedangkan Jeno pindah ke universitas Oxford karena mendapat akselerasi disana.

Ah ngomong-ngomong Mark menjadi lebih sibuk akhir-akhir ini, bahkan untuk berkomunikasi lewat telepon saja sulit. Maka dari itu aku jadi lebih sering dan dekat dengan Jeno, namun sayang kami harus berpisah.

Dua tahun menjadi mahasiswi Harvard sangat menyenangkan ternyata, aku juga mempunyai banyak teman, aku masih berkomunikasi dengan Haechan, Mark dan Jeno. Entah kenapa aku jadi rindu mereka. Ah ada kabar gembira disini, aku akan pulang ke rumah bertemu Baba, Mama, dan Haechan. Dua pria itu? Entahlah, terakhir kali kudengar Mark ada di Vancouver sampai minggu depan, sedangkan Jeno baru bisa bisa pulang tiga hari lagi itu juga karena Jeno akan mengikuti karnaval dengan clubnya.

Hari ini aku pulang dan baru sampai di rumah sekitar jam tujuh malam, ah lelahnya. Ketika aku masuk ke kamarku, aku melihat Mark disana sambil membawa sebuket bunga mawar putih. Sejak kapan Mark menjadi romantis ya Tuhan? Dan lagi bukannya Mark masih ada bisnis sampai minggu depan?

"Miss you Baby." Ucap Mark dengan husky voice nya.

Tanpa sadar air mataku terjatuh dan menganak sungai, aku sungguh terharu. Dua tahun tak bertemu dengan Mark yang sangat sibuk, lalu disuguhkan dengan adegan romantis? Siapa yang bisa tahan?

"Kak Mark, miss you too." Kupeluk erat Mark hingga kuberjingkat, kuberitahu mark itu lebih tinggi dariku.

"Ouh gadis nakal, kau rindu hm?" Mark mencubit ujung hidungku yang memerah. Aku mengangguk singkat.

"Okey, bagaimana bila besok kita shopping?" Ajak Mark.

Aku mengangguk senang, lumayanlah shopping gratis. Selama di Boston aku menggunakan tabunganku sendiri untuk shopping, bukannya aku miskin atau apa, aku hanya tidak bisa leluasa belanja karena Baba selalu mengawasi atm dan kartu kreditku.

Setelah lepas rindu dengan Mark, Mark langsung pergi lagi karena ada meeting penting katanya. Lihat, bahkan jam delapan malam Mark masih punya meeting? Ini yang membuatku tak senyaman bersama Jeno, Mark tak seperti Jeno yang selalu ada waktu untukku.

Aku memang menyukai bagaimana Mark memanjakanku dengan uangnya, tapi aku juga seorang gadis yang ingin dimanja oleh kekasihnya. Eh- aku baru ingat selama ini aku dan Mark tak memiliki hubungan yang jelas. Aku tak berhak mengharapkan lebih dari apa yang ia beri.

'Tok Tok Tok'

Pintu kamarku diketuk seseorang, aku melihat Mama memasuki kamarku dan berjalan ke arahku yang ada di ranjang.

"Renjun, Mama ingin mendapatkan jawaban darimu."

"Maksud Mama?" Jujur aku mengerti benar maksud Mama, tapi aku hanya memastikan saja.

"Kau sudah lebih dari dua tahun mengenal Mark, apa kau tak memiliki keinginan untuk mengikat hubungan dengannya?"

"Tapi Mama, Renjun belum terlalu kenal dengan Mark dan lagi I have other boy in my heart." Ucapku bersemu merah.

"Really? Who that?" Tanya Mama.

"Yeah... he's name Jung Jeno, sweet boy? Maybe." Ucapku malu-malu.

Malam itu, aku bercerita banyak dengan Mama. Kalian tau apa yang aku ceritakan bukan? Yeah tentang Jeno dan Mark. Mama bilang, aku boleh memilih. Jika aku lebih nyaman dengan Jeno Mama merestui, namun aku juga tau Baba dan Mama lebih merestuiku dengan Mark.

Pagi hari ini aku bangun kesiangan, ini sudah jam delapan. Aku bergegas mandi dan memakai dress terbaikku, ingatkan aku punya janji dengan Mark? Ketika aku turun kebawah, aku bisa melihat Mark yang berbincang dengan Baba tentang perusahaan. Untung aku berinisiatif langsung membawa tas.

"Maaf Kak, apa kau menunggu lama?" Tanyaku sambil mendekati Baba dan Mark.

"Yeah hanya satu jam menemani Baba disini." Jawab Baba.

Aku mempoutkan bibir pinkku kesal, Baba dan Mark terkekeh melihat tingkahku. Aku mencium pipi Baba dan Mama yang baru datang dari dapur.

"Bye Baba, Mama. Let's go." Aku langsung keluar rumah diekori Mark, tanpa mendengarkan teriakan Mama yang mengingatkanku akan sarapan.

Aku dan Mark pergi ke restauran dulu untuk sarapan, lalu pergi ke butik disana. Tak sekali duakali Mark mendapat telepon dari kantor. Aku benar-benar kesal sebenarnya, tapi sekali lagi apa hakku bukan?

Setelah membeli dua dress cantik, aku ingin membeli aksesoris. Jadilah aku memasuki toko aksesoris yang dekat dengan butik tadi, iya hanya aku karena Mark sedang sibuk bermesraan dengan handphonenya. Aku tau dia sangat sibuk.

"Scraft yang indah." Aku melihat jajaran scraft disana, aku tertarik.

Aku mengambil dua scraft, yang satu motif bunga mawar dan yang satu lagi motif bunga tulip. Aku ingin membeli satu scraft, pilih yang mana ya.

"Bagus yang mana?" Gumamku.

"Yang tulip cocok untukmu nona." Ucap seseorang di belakangku.

"Kau benar, tapi- eh tunggu." Aku berbalik menghadap orang itu. Ya Tuhan... Jeno!!, aku memeluk Jeno erat tak lama aku melepaskannya.

"Jadi... how do you do?" Tanya Jeno.

"Not good without you." Jawabku manja. "Baiklah, tuan badut. Yang mana yang cocok untukku?" Tanyaku.

"Tulip, itu cocok."

"Baiklah aku akan membeli ini." Aku menaruh dua scraft itu dan mengambil scraft rajut berwarna soft pink dan pergi ke kasir, kulihat dia menjatuhkan rahangnya lama.

"Nona, kau tak memasukkan pilihan scraft itu." Ucap Jeno sambil membawa belanjaannya dan ikut mengantri untuk membayar.

"Really? But I want it." Balasku. "Kau membeli apa?" Kulirik keranjang belanjaan Jeno.

"Hanya keperluan untuk karnaval." Jawabnya tersenyum menampilkan eye smilenya.

"Bukannya karnaval tiga hari lagi?"

"Lalu kapan kau akan melakukan persiapan nona?" Ucap Jeno gemas. "Ouh iya, kau bersama siapa?" Tanyanya.

"With Mark." Jawabku singkat sambil tersenyum kecut.

"Who that?"

"Ingin bertemu?" Aku bertanya, dan dia mengangguk singkat.

Setelah melakukan pembayaran yang ternyata seluruh pembayaranku dilakukan oleh Jeno, aku mengajak Jeno bertemu dengan Mark. Jujur aku khawatir, mereka sama-sama pria yang berarti bagiku, sama-sama pria yang dekat denganku. Aku takut mereka tak akrab dan saling membenci.

Mark melihatku dengan Jeno yang menuju ke arahnya. Dapat kulihat raut terkejut dan cemburu di wajah tampannya. Aku sudah tau, ini pasti akan terjadi.

"Kenalkan Mark ini Jeno, dan Jeno ini Mark." Aku memperkenalkan mereka singkat tanpa memberitahu hubunganku dengan mereka, bahkan aku tak tau apa hubunganku dengan mereka berdua.

"Mark/Jeno." Mereka saling berjabat tangan.

"Renjun, Mark aku harus pergi." Pamit Jeno. Bahkan ia memanggilku dengan namaku, biasanya dia memanggilku 'mrs. Pretty'.

Jeno pergi menjauh tanpa kata lagi, aku tau Jeno mencoba tak menggangguku dengan Mark. Tapi sungguh demi apapun dia tak mengganggu. Beberapa menit kemudian aku mendapatkan pesan dari Jeno.

Jen00

Selamat berkencan mrs. Pretty

Aku tersenyum kecut membacanya. Setelah itu aku dan Mark pulang. Mark ada meeting mendadak jadi kami sudahi kencan ini, aku bingung harus aku sebut apa ini? Kencan? Shopping? Nostalgia? Entahlah.

Di perjalanan Mark terus menanyaiku tentang Jeno, kentara sekali dia cemburu. Dia bertanya ini itu dengan nada yang dingin, aku mencoba mengalihkan karena tak nyaman. Namun Mark tetap mempertahankan percakapan ini. Sugguh aku benar-benar kesal dengannya, rasanya aku jadi ingin menangis saja disini.

"Hiks...hiks..."

Hancur sudah pertahananku membendung air mata sialan ini. Aku benar-benar menangis sekarang, bahkan isakan tangisku terdengar jelas. Aku membenci situasi ini.

"Jangan cengeng, itu membuatku muak." Ucap Mark, ini sungguh keterlaluan.

"Turunkan aku disini!!" Teriakku masih terisak.

"Okey."

Mark benar-benar menghentikan laju mobilnya. Aku pikir dia akan meminta maaf atau merayuku, tapi nyatanya? Hah aku terlalu berharap. Aku turun dan menutup kasar pintu mobil Mark. Tanpa kata-kata lagi mobil itu melaju meninggalkanku.

Aku melihat kearah belakangku, ternyata Mark menurunkanku di halte bus menuju rumahku. Sudah kukira Mark tak akan sebrengsek itu menurunkanku di pinggir jalan. Masih mengontrol emosiku, aku duduk menunggu bus datang mungkin sekitar limabelas menit lagi.

Sudah sepuluh menit berlalu tinggal menunggu lima menit lagi, tapi aku lapar dan haus. Aku berdiri dan menuju mini market di dekat halte ini. Aku hanya membeli satu roti dan sebotol air mineral.

Setelah aku keluar dari mini market itu, aku melihat bus yang kutunggu ada di halte dan akan melaju. Aku mempercepat langkahku namun sayang aku menggunakan heels, ah sial bus itu tetap melaju meninggalkanku.

Baiklah aku harus menunggu sekitar tiga puluh menit lagi untuk bus selanjutnya. Aku tak punya waktu, terlintas dipikiranku untuk naik taksi online namun sayangnya handphoneku lowbat. Aku merutuki kebodohanku yang tak membawa power bank.

"Butuh tumpangan nona?" Tanya seorang pria dihadapanku, aku mendongak mendapati Jeno dengan eye smile di wajahnya.

"Tuan badut bodoh." Aku berucap sambil menangis dan tertawa.

Aku lelah sekali sungguh. Aku tak tau harus menangis atau tertawa? Menangis karena lelah menunggu bus dan tertawa karena kebodohanku menunggu bus.

Jeno menarik lembut lenganku menuju mobilnya. Aku tak pernah tau Jeno memiliki mobil semewah ini, yang kutau Jeno menaiki motor saat kuliah dulu. Jeno melepas jaket miliknya dan memakaikannya di bahuku, aku terkejut dan menatapnya.

"Angin mulai dingin dan kau hanya memakai dress tipis itu, aku yakin kau akan kedinginan." Jeno melajukan mobilnya pelan.

Tanpa perintah wajahku memanas sekarang, aku merasa sangat dihargai sebagai seorang gadis. Dia menawariku tumpangan dan memberikan jaketnya untuk kupakai, dia juga tak menanyakan ini itu ketika mendapatiku di halte sendirian. Aku tau ia ingin bertanya banyak hal mengingat tadi aku pergi dengan Mark, tapi dia hanya diam dan memendamnya seolah tau kalau aku tak akan nyaman.

"Aku bertengkar dengan Mark dan berakhir kau menemukanku di halte." Ceritaku singkat, Jeno terlihat mengerutkan keningnya bingung.

"Mengapa kau bercerita?"

"Hanya ingin."

Hening. Itu yang terjadi setelah cerita singkat yang kuucap. Jeno hanya fokus mengendarai mobilnya tanpa bertanya lagi, dia sungguh-sungguh menghargaiku. Apa Mark bisa seperti Jeno? Jawabannya sudah pasti tidak. Terbukti dari pertengkranku dengannya dimobil tadi tapi bolehkah aku berharap?

Esoknya Baba dan Mama meminta keputusan dariku karena Mark akan melamarku lusa aku sungguh bingung apa yang aku jawab. Ingin sekali aku menjawab 'ya' karena aku tau pengorbanan apa saja yang Mark lakukan untukku.

Aku sangat tau bagaimana dia memanjakanku, mencoba meluangkan waktunya, bahkan setiap hari menelponku hanya untuk bertanya 'Apa kau baik-baik saja?' ditengah kesibukannya. Kalau dilihat memang tak kentara, tapi aku tau bagimana pengorbanannya karena dulu Baba juga seperti itu.

Dan alasan aku untuk menolak hanya satu, setengah hatiku sudah dicuri oleh si tuan badut. Hanya itu yang membuatku berat mengatakan 'ya', aku jelas masih mengharapkan Jeno. Aku menyukai dua pria, Mark dan Jeno.

Bolehkah aku egois untuk menyukai dua pria sekaligus? Jawabannya tidak, aku hanya akan menyakiti mereka. Tapi jika aku memilih diantara mereka pun aku pasti akan menyakiti salah satu dari mereka termasuk aku. Aku tau bila Jeno diam-diam menyukaiku atau mungkin dia mencintaiku?

Aku akhirnya meminta waktu hingga lusa untuk menjawab. Aku harus menemui Jeno dulu atau setidaknya berbicara dengannya, aku mencoba menghubunginya tapi dia bahkan tak pernah merespon semua panggilan dan pesan yang kukirim. Dia menghindariku dan artinya hanya besok kesempatanku, besok Jeno akan ada di karnaval. Aku akan meminta Haechan menemaniku.

Aku bersiap-siap untuk beretemu Jeno sekarang dengan jaket milik Jeno yang ada di tasku. Aku pergi menggunakan mobilku dan aku harus menjemput Haechan dulu. Sesuai perkiraan si nona penasaran ini bertanya ini itu namun aku tak menjawab pertanyaannya dan itu membuatnya merajuk. Masa bodoh dengan si nona penasaran, sekarang aku hanya memikirkan dimana Jeno?

Sesampai disana aku langsung meninggalkan Haechan yang sedang heboh melihat-lihat stand disana. Aku harus mencari Jeno. Tak sangka aku menemukan si tuan badut dengan cepat, aku mendekatinya. Jeno menarikku menuju tempat yang lebih sepi disisi karnaval.

"Kenapa kau kemari?" Tanyanya.

"Apa tak boleh?" Aku mengeluarkan jaket milik Jeno dan memberinya pada Jeno.

"Jauhi aku." Jeno menerima jaketnya.

"Apa?" Aku terkejut bukan main.

"Hiduplah bahagia bersamanya dan lupakan aku."

"Apa maksud-."

"Aku tau tujuanmu kemari Renjun, aku juga tau kau akan dilamar oleh Mark. Aku mengerti jika aku hanya orang ketiga dalam hubungan kalian, aku akan mencoba merelakanmu walau sulit. Tapi kau harus ingat satu hal I love you Renjun." Ucapnya panjang.

Aku terdiam mematung, air mataku telah meluncur tanpa izin. Aku sungguh telah lama menunggu ucapan itu dari bibirnya. Sekarang, semuanya telah terwujud.

Jeno merogoh saku celananya mengambil sebuah kotak perhiasan kecil. Jeno mengambil kalung dari kotak itu dan memakaikannya dileherku. Aku menyentuh kalung indah pemberian Jeno dan memandang Jeno dengan pandangan bertanya.

"Jika nanti kau menikah dengan Mark, anggap kalung itu hadiah pernikahanmu dariku." Ucapnya tersenyum memperlihatkan eye smile miliknya. Aku hanya bisa menangis haru sekarang.

"Kita bertemu di bulan ini bukan? Dan sekarang kita akan berpisah di bulan ini juga." Ucap Jeno. Aku baru ingat sekarang bulan September, bulan yang telah menemukanku dengan pria dihadapanku.

"Aku harap air mata ini tak akan meluncur lagi dari matamu." Jeno menghapus air mataku yang terus mengalir dengan ibu jarinya.

"Berjanjilah untuk terus bahagia jangan pernah menangis, kalaupun kau menangis itu adalah tangisan bahagia. Jangan pernah menyesali pertemuan dan perpisahan kita karena itu tandanya kau menyalahkan takdir dari Tuhan. Teruslah bersamanya dan bahagia bersamanya." Lanjutnya. Aku hanya bisa terus menangis.

Tiba-tiba saja Jeno menarik tengkukku dan menyesap bibirku lembut. Ya Tuhan... Jeno menciumku dan ini adalah first kissku. Jeno melumat lembut dan menggit kecil bibirku, aku hanya diam mematung tak membalas dan tak menolak membiarkan Jeno terus menciumku lembut.

"Thanks and sorry for youre first kiss Renjun." Ucapnya setelah melepaskan tautan bibir kami.

"I love you now and ever." Jeno pergi meninggalkanku dengan kalung pemberiannya dileherku.

"Youre welcome, don't worry and love you more my love." Jawabku setelah Jeno hilang dari pandanganku.

E

N

D