Title : My Fierce Mother

Category :

Summary : Kisah anak yang ibunya adalah seorang siluman yang trauma kepada ibunya

Aku tinggal di pesisir pantai yang rawan tsunami. Rumahku saja sudah dua kali tergerus tsunami. Rumahku hanya terbuat dari anyaman kulit kayu. Terkena angin kencang pun roboh. Kalau rumah hancur, aku dan ibuku harus membereskannya dengan susah payah.

Ayahku sebenarnya adalah orang blasteran Jepang dan Inggris. Awalnya, ia adalah seorang pemuda yang kaya raya. Namun, karena pada saat mudanya suka berjudi, ia semakin lama menjadi miskin.

Mari kuceritakan bagaimana ayah dan ibuku bertemu. Ayahku adalah seorang nelayan. Ia selalu pergi berlaut lama sekali. Bahkan berhari-hari. Hingga pda suatu saat ia bertemu seorang wanita.

Wanita itu sangat cantik. Ia bagaikan mutiara tergerus ombak yang berkilauan. Rambutnya panjang hitam bagaikan batu obsidian. Ayahku tidak kuasa dan takluk akan kecantikan wanita itu. Tanpa sadar, ia dan wanita itu tergerus ke tengah lautan.

Akhirnya, setelah tergerus sampai ke Laut Okhotsk, terjadilah badai yang meniup ombak dengan kencang. Perahu ayahku terombang-ambing. Ayahku panik dan mendayung perahunya ke daratan terdekat, namun gagal. Akhirnya ayahku tenggelam.

Wanita itu muncul lagi dan segera menyelamatkan ayahku. Akhirnya wanita itu membawa ayahku kembali ke pantai. Ayahku pingsan beberapa saat, lalu sadar.

"Uhuk! Uhuk!"

"Kamu tidak apa-apa?"

"Ti-tidak apa-a… Uhuk! K-kamu siapa…?"

"Namaku Ayaka, namamu?"

"Arthur Kirkland…"

"Kamu orang luar negeri?"

"Ibuku orang Inggris dan ayahku orang Jepang"

"Oh… kamu masih hidup dengan orangtuamu?"

"Tidak… aku hidup sebatang kara… Orang tuaku sudah meninggal"

"Kasihan sekali…"

Ayahku menatap wajah wanita itu dengan pipi memerah.

"Ayaka…"

"Ya?"

"Bolehkah kita menikah?"

"Boleh saja, tapi ada syaratnya…"

"Apa itu?"

"Kamu harus merahasiakan bahwa aku ini sebenarnya siluman"

"Baiklah…"

Ayahku dan dia menikah dan menjadi suami istri. Tetapi selama 5 tahun mereka belum dikaruniai anak. Ibuku sampai menyerah dan mengunci diri di kamarnya. Hingga suatu saat…

Ibuku membuka pintu kamarnya.

"Arthur!"

"Ya?"

"Aku hamil!"

"Apa? Hamil? Benarkah?"

"Lihat, perutku membesar!"

"Wah iya ya… nanti anaknya mau perempuan atau laki-laki?"

"Perempuan!"

"Baiklah…"

Beberapa bulan berlalu, sesaat sebelum tsunami datang.

"Arthur, anaknya mau keluar…"

"Apa!"

"S-sakit…"

"Ayo! Aku bawa ke kamar!" teriak ayahku sambil menggendong ibuku ke kamar.

Tsunami pun mulai menggerus kamarku.

ZAAASSSSSSH! Air pun menerjang rumah ayahku.

"Terus dorong, Ayaka!"

Akhirnya akupun lahir.

"Cepat selamatkan bayi ini!"

"Baik!"

Ayah dan ibuku menggendongku ke tempat persembunyian yang aman, di lemari. Airpun menerjang lemariku dan aku tertiban tubuh ibuku. Setelah beberapa saat, tsunami pun reda.

"Ayaka… kau tidak apa-apa?"

"I-iya… Bayinya!" sentaknya melihatku tertiban tubuhnya.

"Ayo kita keluar dari sini"

Akhirnya ayah dan ibuku membawaku ke kota. Mereka pun membangun rumah yang besar. Ayahku mendapat pekerjaan baru. Tapi ia sering mabuk-mabukan sampai ibuku harus mengelus dada melihat tingkah ayahku.

3 bulan kemudian, saat ayahku pulang dari bar,

"Tubuhmu bau minuman keras, Arthur"

"Lalu? akh! Kenapa! Hahaha!" katanya sambil melempar tasnya ke muka ibuku.

"Kamu ini! Sudah keterlaluan"

Akhirnya ibuku berubah menjadi siluman dan memakan tangan ayahku.

"Ayaka!" teriaknya sambil menangis.

Berangsur-angsur tubuhnya habis dilahap ibuku. Ya sudah, nyawa ayahku melayang. Ibuku meronta-ronta dan menyesal karena telah memakan suaminya sendiri.

Tetapi, karena kejadian itu, aku menjadi trauma

BERSAMBUNG