Naruto © Masashi Kishimoto
EXORCISM? ©Lemmiere Chrys
=x=x=x=
Rate: T
Genre: Supernatural, Horror
Warning: AU, ada OC, juga pasti bakal OOC,
typo (pasti, karena saya tak luput dari kesalahan), agak aneh.
Yeah, don't like, don't read.
=x=x=x=x=x=x=x=x=x=x=x=x=x=x=x=x=x=x=x=x=x
=x=x=x=x=x=x=x=x=x=x=x=x=x
NOTES: ini bercerita saat Kiba dkk berumur 15 (usia pada Shippuden Series), tapi sengaja aku bikin Akamaru masih jadi anjing yang kecil dan unyu-unyu itu ._. *seenaknya*
Summer.
Cuaca panas—sangat terik, langit biru cerah, dan serangga-serangga membunyikan melodinya di pepohonan. Um, apa tadi yang kukatakan? Cuaca panas, huh? Well, itu tidak membuat si bungsu Inuzuka kehilangan semangatnya yang menggebu-gebu itu. Malah, kini tampaknya kediaman Inuzuka itu sedang tampak heboh.
"Baka otouto! Bagaimana bisa kau kehilangan tiket keretamu? Oh Kami-sama, lihat sekarang jam berapa, ini—oh great, 08.30—kau bakal telat!" gadis berambut cokelat panjang itu terus berkoar-koar dengan galaknya, sambil menggeledah tiap inchi kamar adiknya itu.
"Shessh… iya maaf, aku ceroboh. Tapi aduh, pleaseee bantu aku mencarinya ya? Ya? My dearest Oneesan…" pemuda itu merayu-rayu sang kakak, walaupun ia sibuk menggeledah tas ranselnya yang sudah buncit terisi barang-barang.
"Geez, kau pikir aku tak sedang mencarinya, hah? Tsk!" Hana tampak makin terlihat kesal.
Duk, duk, duk
Lantai kayu kediaman Inuzuka membuat suara langkah kaki itu terdengar jelas.
"Auung, auung…." sesosok anjing berbulu putih muncul di ambang pintu, berlari kecil kearah majikannya yang tengah sibuk itu. Lalu diberikannya selembar kertas yang sudah agak lusuh dari mulutnya itu.
"E-eeh? Tiketnyaa!" seru kedua kakak beradik itu secara serempak.
"Hyaa Akamaruuu… anjing pandai, anjing pandaaaiii~" ucap Kiba kegirangan sambil memeluk anjing kesayangannya itu.
"Haa lihat itu, Kiba. Akamaru pun bisa menemukan tiket itu! Dasar kau, baka!" Hana masih menggerutu.
"Hey, tapi kau kan, juga tak berhasil menemukan tiket ini juga!" si bungsu cemberut—protes.
Hana mendesah lega, "Ya, ya… sudah lupakan. Omong-omong, darimana kau temukan tiket menyusahkan itu, Akama-chan?"
Seperti mengerti saja, Akamaru berlari ke tumpukan pakaian Kiba yang berserakan di pojok ruangan, mengacak-acaknya, lalu membuat gerakan seolah-olah menunjuk ke ruangan di sebelah kamar Kiba.
"Nah, pasti maksudnya ia menemukan tiket itu di ranjang cucian." tiba-tiba sesosok ibu dengan rambut yang sama berantakannya dengan Kiba muncul di ambang pintu.
"Nah, benar kan apa kataku! Kau memang ceroboh, Kiba!" Hana berkacak pinggang.
Kiba hendak mengeluarkan protes lagi, namun ditahan oleh omongan ibunya itu, "Kau akan tertinggal rombonganmu Kiba, bila terus adu mulut disini. Lekas ambil beberapa roti di meja, lalu Hana—antar Kiba secepatnya ke stasiun."
"Baiklah, Kaa-san."
"Kuso, dimana mereka? Jangan-jangan aku ditinggal…" ucap Kiba lesu.
Hana yang masih mengikutinya, membuka sekaleng diet coke—menegak isinya—lalu bertanya, "Memang seberapa banyak rombonganmu itu? Kalian tadi berjanji untuk kumpul dimana?"
Kiba menggaruk kepalanya itu, "Um, sebenarnya tidak bisa dibilang sebagai rombongan juga sih. Hanya berlima—berenam kalau Akamaru dihitung."
"Hmm. Tapi tampaknya kau sangat semangat kali ini." Hana menepuk kepala adiknya itu.
"Tentu, karena aku belum pernah ke Kiri sebelumnya—dan kau tahu kan, ini musim panas! Sangat pas sekali dengan berlibur di Kirigakure yang memiliki banyak pulau! Haa aku makin tak sabar. Ck, dimana sih mereka berkumpul?"
"Yah bagaimanapun itu kuharap kau bersenang-senang disana. Jangan berbuat onar—kuingatkan itu! Dan… jaga dirimu. Kiri cukup jauh dari Konoha. Ah, oleh-olehnya jangan lupa," Hana tersenyum simpul menatap adiknya yang terus memencet-mencet telepon genggamnya, "Ah, lihat disana. Ada yang melambai-lambai kemari. Kupikir itu kawanannmu?"
"Hooi! Kalian! Tunggu aku!" Inuzuka muda itu mengeluarkan suara baritonenya sambil tersenyum cerah, "Neechan, sepertinya sudah saatnya aku pergi. Jaa ne!" Kiba berlari kecil meninggalkan Hana, tak lupa melambai sambil memperihatkan cengiran lebarnya itu.
.
.
.
KIBA POV
Kereta berjalan dengan kecepatan sedang, yang berarti aku dan kawan-kawan baru akan sampai di pelabuhan sekitar lima jam lagi. Kuharap aku tidak akan bosan.
Klak!
Aku membuka sekaleng diet coke yang dibelikan oleh Hana saat di stasiun tadi. Setelah menegak separuh isinya, aku memandang ke jendela. Kurasakan kecepatan kereta semakin berkurang. Ah, rupanya kereta memasuki stasiun kedua. Kereta berhenti sesaat, dan melalui jendela, kupandangi hiruk pikuk stasiun tersebut. Tidak seramai Stasiun Konoha kelihatannya.
Zruuut!
Kurasakan bulu kudukku berdiri semua, aku merinding. Kulihat sebuah kepala menggelinding dibawah bangku tunggu stasiun. Wajah pada kepala itu mengerikan. Sekilas, wajahnya tampak seperti kuchisake-onna atau hantu bermulut lebar. Ya, mulut pada wajahnya memang lebar dan…robek. Malah mulutnya itu makin terlihat lebar saat ia menyeringai kepadaku.
"K-kiba…kun?" suara lembut membuyarkan lamunanku pada sosok mengerikan itu.
"E-eeh. Ya."
"Kenapa kau ini? Tiba-tiba tampak pucat. Jangan bilang bahwa kau mabuk perjalanan, huh?" Yamanaka Ino menaikan sebelah alisnya.
" Nandemonai… aku tidak apa-apa. Um, aku ke toilet sebentar." aku bergegas berdiri, lalu berlari kecil meninggalkan tempat duduk.
"Ada apa dengan si maniak anjing itu?"
Sementara gadis yang duduk dihadapannya hanya mengangkat bahu, "E-entahlah…"
.
.
.
"Hahh… hahh… sial. Lagi-lagi aku melihat hal itu. Errhh…." nafasku masih terasa berat saat aku menyenderkan tubuh ini ke dinding toilet.
Aku, Inuzuka Kiba, lahir dianugerahi dengan kemampuan yang menakjubkan—sekaligus mengerikan—karena mampu melihat hal-hal gaib, yang tidak bisa dilihat oleh orang biasa. Entah apa itu namanya. Orang awam menyebutnya setan, hantu, roh. Ada juga yang menyebutnya ayakashi, ataupun youkai. Mereka hidup di bumi ini sama seperti kita manusia. Mereka punya kegiatan masing-masing, semacam tujuan yang belum sempat mereka capai. Yah, walaupun banyak diantara mereka yang kerjanya hanya duduk berleha-leha saja di kuil, sambil menunggu manusia untuk memberikan sesaji sebagai penghormatan.
Soal rupa, oh jangan ditanya. Sejak kecil aku memang terbiasa melihat mereka berkeliaran di sekelilingku. Tapi tentu aku masih bergidik ngeri ketika berpapasan dengan mereka, apalagi seperti youkai berwajah mengerikan yang barusan kulihat. Oya, satu lagi hal yang membuatku merasa dirugikan. Aku tidak hanya bisa melihat youkai, namun para youkai dan aku bisa saling bersentuhan. Tak jarang ada youkai usil yang menarik-narik tubuhku. Alhasil, kadang orang lain melihatku seperti orang idiot yang melakukan gerakan-gerakan aneh. Terkadang aku juga sering kepergok sedang berbicara sendiri—padahal tentunya aku sedang berbicara dengan mereka.
Namun semua hal mengganggu itu, tidak begitu kupedulikan. Selama aku tidak mengganggu mereka, mereka juga tidak akan mengusikku dengan berlebihan. Tidak semua dari mereka itu jahat, kok. Beberapa diantaranya, sebenarnya bisa diajak sebagai kawan berbagi pengetahuan. Orang-orang disekitarku juga bersikap wajar dengan kelakuanku, mereka hanya berpikir aku suka mencari-cari perhatian. Wajar sih, tidak ada yang tahu dengan kemampuanku ini, kecuali kawanku itu—Aburame Shino.
"Merasa baikan eh, Inuzuka?" tanya Shino ketika aku kembali ke tempat duduk.
Aku mengangguk, lalu menegak habis diet coke yang masih tersisa tadi. Rasa sodanya sudah agak menghilang.
"A-ah keretanya kembali berjalan…" Hinata berkata takjub.
"Hihi, Hina-chan tampak senang ya." Ino tersenyum menatap Hinata.
"A-aku belum pernah naik kereta sebelumnya…" Hinata mengaku dengan wajah tersipu malu.
"Yaya, aku mengerti. Keluarga terpandang sepertimu sih, biasanya naik Limousine kan? Hmm atau… coba kutebak. Lamborghini? Atau helikopter pribadi?" aku berceloteh, mencoba menghapus pikiran mengenai youkai tadi dari kepalaku.
Hinata tampak canggung, "Ehh… tidak berlebihan seperti itu kok, Kiba…"
Ino terkikik geli melihat tingkah polos sahabatnya itu.
"Omong-omong, aku bosan. Kita baru akan tiba di pelabuhan sekitar lima jam lagi." Shino akhirnya bersuara.
"Tidak menulis karya ilmiah seperti biasanya, hm?" Ino tersenyum manis pada lelaki disebelahnya—yang baru lima bulan menjadi kekasihnya itu. Oh well, ini memang mengejutkan—seorang nerd dan tidak banyak bicara seperti Shino berhasil meluluhkan hati si cantik Yamanaka itu. Ok, tapi inilah realita yang terjadi.
"Tidak. Aku tak membawa notebook milikku." jawab Shino singkat—seperti biasa. Aku heran bisa-bisanya cewek cerewet seperti Ino tahan dengan lelaki yang diam seribu bahasa itu.
"Ah, aku membawa notebook. Silakan pakai kalau kau butuh, Shino!" Hinata tersenyum manis.
Shino menggeleng simpul, "Tak perlu. Kali ini kita liburan, aku akan memanfaatkannya seperti orang normal lainnya. Um, apa itu namanya? Bersenang-senang, eh?" Shino berkata canggung, sambil menarik ujung hoodienya.
"O-orang normal, katanya! Bwahaha! Berarti kau mengakui bahwa kau tidak normal, eh? Gyahahah!" pembicaraan kecil seperti itu saja bisa membuatku tertawa ngakak tiada henti. Ya, aku memang tipikal orang yang hiperaktif dan berisik.
KIBA POV
Hoekkk…..
Sudah yang kesekian kalinya aku muntah di toilet. Aku tak pernah tahu bahwa sebetulnya aku mabuk laut. Ya memang sih, ini pertama kalinya aku naik kapal. Tadi, belum lama sejak kapal mulai bergerak menuju kepulauan Kiri, aku sudah mual-mual. Geez… ini memalukan sekali!
"Mmmh…." aku berjalan gontai menuju bangku penumpang yang diduduki Hinata. Raut wajahnya sepintas tampak menunjukan kekhawatiran.
"Oh, Kami-sama… ini sudah yang kesekian kalinya kau muntah! Kemari, akan kuhangatkan perutmu. Kebetulan aku membawa kantung kompres," segera saja si lembut Hyuuga itu menjejalkan tangan mungilnya ke dalam tas ransel.
"Tak apa, ia hanya norak. Ya, kau tahu lah. Pengalaman pertama naik kapal." Shino berkata santai yang tentu saja membuatku mendelik—mengeluarkan death glare.
"Guys, ini. Kubawakan kalian bento. Lapar kan?" Ino datang membawa empat kotak bento, ditambah sebungkus daging bacoon untuk Akamaru. Ah ya, aku lupa memberi tahu. Anjingku itu memang sengaja kuajak ikut berlibur. Toh, tidak ada larangan untuk membawa binatang ke Kiri, bukan? Um, kecuali saat di kereta tadi, aku memang diam-diam menyembunyikan Akamaru di dalam ransel. Ups.
"Belum lapar," gerutuku, masih kesal dengan rasa mual menyebalkan ini. Perhatianku teralihkan pada orang-orang yang sibuk berfoto di pembatas kapal. Aku jadi ingin lihat, seperti apa pemandangan laut dari atas kapal. Yah, semoga rasa mual ini tidak semakin menjadi-jadi.
"Eeh, Kiba-kun mau kemana? Nanti kau muntah lagi…" Hinata yang telah menyiapkan kantung kompresnya tampak kecewa.
"Sudahlah Hina-chan, kau makan saja bento ini." ucap Ino sambil menyuapi Shino sesuap dari makanan itu.
Ini dia. Kutundukan kepalaku sehingga aku tepat menatap ke permukaan air dibawah kapal. Tampak buih-buih ombak yang timbul dari gesekan badan kapal. Hmm indah juga. Namun ada sesuatu yang tampak dibawah sana. Seperti…ikan? Yah, tampaknya memang ikan.
Sampai akhirnya ikan tersebut mendekat ke permukaan, menampakan wujudnya.
Hell no, youkai lagi…
Badannya seperti manusia pada umumnya, tapi wajahnya memang seperti ikan. Dengan bentol-bentol seperti kutil memenuhinya, beberapa di antaranya juga mengeluarkan cairan hijau menjijikan. Aku terpaku melihatnya, tidak bergerak saking shocknya. Youkai itu menelengkan kepalanya, lalu tangannya yang menyerupai sirip melambai kepadaku.
Oh, cukup. Itu menjijikan.
"Hmmph…" aku bergegas berlari ke toilet lagi dengan tangan yang menutupi mulutku dengan erat, oh semoga saja keluar tepat pada waktunya.
"Geez, lihat Inuzuka itu. Benar-benar mabuk laut." Ino menggelengkan kepalanya.
"Baka." gerutu Shino.
.
.
.
NORMAL POV
KIRIGAKURE SOUTH PORT
Sekelompok remaja itu tampak berhasil menyeruak keluar dari rombongan orang di pelabuhan. Kelihatannya pelabuhan di bagian Selatan Kirigakure ini sangat ramai di malam hari. Keempat remaja itu sudah lelah, menghabiskan total delapan jam perjalanan mereka dari Konoha sejak pagi tadi. Bahkan salah satu diantara mereka tampak berjalan lunglai karena sepertinya baru saja mengalami mabuk lautnya yang perdana. Tanpa pikir panjang, lelaki diantara mereka memanggil taksi dan memberikan alamat tujuan.
'Yuumeji 4th Street No.11, Kirigakure.'
Ini dia, liburan musim panas yang mereka tunggu-tunggu. Kita lihat nanti apakah liburan mereka berjalan dengan mulus. Atau….tidak?
TBC
Konflik belum terasa disini. Namanya juga baru chap.1—permulaan, perkenalan, pembukaan.
Mari ditunggu dengan sabar di chap.2, ok?
